DOSEN PENGAMPU :
DISUSUN OLEH :
NIM : 1810211220085
KELAS :D
SEMESTER : 5 (REGULER A)
FAKULTAS HUKUM
2020
Bab I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
disebut UUP, perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita
sebagai suami dan istri. Ikatan lahir ialah hubungan formal yang dapat dilihat karena dibentuk
menurut Undang-Undang, hubungan yang mana mengikat kedua belah pihak dan pihak lain
dalam masyarakat. Ikatan batin ialah hubungan tidak formal yang dibentuk dengan kemauan
Perkawinan mempunyai akibat hukum tidak hanya terhadap diri pribadi mereka yang
melangsungkan pernikahan, hak dan kewajiban yang mengikat pribadi suami dan istri, tetapi
lebih dari itu mempunyai akibat hukum pula terhadap harta suami istri tersebut. Hubungan
keduanya memang dapat dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan. Hubungan hukum
Suami isteri mempunyai kedudukan yang seimbang dan setara. Walaupun disadari ada
perbedaan kewajiban satu sama lain dalam keluarga. Suami isteri mempunyai posisi dan
peranan masing-masing.Suami isteri harus memahami hak dan kewajibannya sebagai upaya
membangun sebuah keluarga.Kewajiban tersebut harus dimaknai secara timbal balik bahwa
yang menjadi kewajiban suami merupakan hak issteri dan yang menjadi kewajiban isteri
menjadi hak suami.Suami isteri harus bertanggung jawab untuk saling memenuhi kebutuhan
1
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/769/1/BAB%20I.pdf
2
http://digilib.uinsby.ac.id/1237/4/Bab%201.pdf
Sedangkan perkawinan yang tidak diikuti dengan sikap saling memahami hak dan kewajiban
tangga, dimungkinkan akan muncul banyak rintangan dalam mencapai tujuan perkawinan
yang dicita-citakan,bahkan peluang retaknya keluarga akan terbuka lebar. Sehingga kenyataan
dalam tujuan tersebut tidak sepenuhnya dapat terlaksana sebagaimana yang diinginkan.Ikatan
perkawinan terpaksa harus diputuskan akibat adanya perbedaan pendapat atau perselisihan
antara suami istri tersebut.Jika perselisihan diantara keduanya tidak bisa diselesaikan dengan
jalan damai atau kekeluargaan, maka solusi terakhir yang ditempuh keduanya adalah dengan
jalan perceraian.Setelah ikatan perceraian putus, perpisahan tidak berakhir begitu saja,
ternyata muncul permasalahan baru yang timbul akibat perceraian tersebut, salah satunya
Membina mahligai kehidupan rumah tangga yang bahagia dan harmonis menjadi impian
semua orang. Tak pernah ada yang berharap mengalami keretakan dalam rumah tangga yang
telah mereka bina. Berbagai persoalan, seperti seringnya bertengkar, KDRT dan hilangnya
rasa kecocokan hingga perselingkuhan sering jadi sumber masalah keretakan kehidupan
Namun, urusan perceraian bukan hal sederhana. Ada konsekuensi (akibat) hukum adalah
sebuah perceraian. Misalnya, pembagian harta bersama (gono gini), hak asuh anak, nafkah
Harta gono gini adalah harta milik bersama suami istri yang mereka peroleh selama dalam
ikatan perkawinan, seperti harta benda yang dibeli oleh suami istri dan uang mereka berdua,
atau jika seseorang menghibahkan uang, atau sepeda motor, atau barang lain kepada suami
istri, atau tabungan dari gaji suami dan gaji istri yang dijadikan satu. Pengertian tersebut
3
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5ab61dc00a428/gugat-cerai-dan-harta-gono-gini--simak-
pandangan-ahli-hukum-keluarga
sesuai dengan pengertian harta gono gini yang disebutkan dalam undang-undang perkawinan
Pasal 35 yang berbunyi “harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta
bersama”.
Dalam perkawinan, konflik merupakan hal wajar. Namun jika terjadi terus-menerus akan
menyebabkan hubungan suami istri menjadi tidak harmonis bahkan berkarir dengan
perceraian. Meski tidak ada satupun pasangan yang menginginkannya, hal ini mungkin saja
Selain hak asuh anak, keputusan suami istri untuk bercerai tidak lepas dari pembahasan soal
harta gono gini. Harta yang semula milik bersama, setelah resmi bercerai harus dibagi
menjadi dua. Oleh karena itu, hal pertama yang harus dilakukan dalam pembagian harta gono
gini adalah memisahkan antara harta bawaan (atau harta asal) dan harta bersama (atau gono
gini).
Harta bawaan merupakan harta yang dimiliki oleh suami atau istri sebulum memustuskan
berumah tangga, seperti hadiah atau warisan orang tua. Sedangkan harta bersama atau harta
gono gini diperoleh setelah pasangan resmi menikah (selama perkawinan), seperti tanah,
rumah, dan kendaraan, yang terhadap harta bersama tersebut, suami atau istri dapat bertindak
Mengenai harta benda dalam perkawinan, yang diatur dalam pasal 35 UUP dibedakan
2. Harta bawaan, yaitu harta benda yang dibawa oleh masing-masing suami dan istri ketika
terjadi perkawinan.
4
https://www.daya.id/usaha/artikel-daya/keuangan/harta-gono-gini-apakah-itu-#:~:text=Harta%20bawaan
%20merupakan%20harta%20yang,hadiah%20atau%20warisan%20dari%20orangtua.&text=Namun%2C
%20tidak%20sedikit%20pula%20suami,%2Dgini%2C%20tetapi%20harta%20bawaan.
3. Harta perolehan, yaitu harta benda yang diperoleh masing-masing suami dan istri sebagai
Berdasarkan hukum positif yang berlaku di Indonesia harta gono gini selain diatur dalam UU
perkawinan juga diatur dalam KUHPer dan Kompilasi Hukum Islam. Pengaturan harta gono
gini ini diakui secara hukum, termasuk dalam hal pengurusan, penggunaan, dan
pembagiannya.
Meskipun dalam teorinya telah diatur secara jelas mengenai pembagian harta bersama setelah
terjadinya perceraian yaitu masing-masing istri dan suami mendapatkan seperdua dari harta
bersama yang diperoleh selama pernikahan, tetapi pada kenyataannya pembagian yang
dilakukan oleh pengadilan terkadang tidak selalu sesuai dengan apa yang telah tertuliskan di
banyak di bandingkan istri atau bahkan sebaliknya, suami hanya mendapatkan bagian yang
lebih sedikit sekali jika dibandingkan dengan bagian yang didapatkan oleh istri.
B. RUMUSAN MASALAH
5
https://butew.com/2018/10/16/pengertian-dan-macam-macam-harta-perkawinan/
2. Bagaimana aspek keadilan tentang harta gono gini?
4. Bagaimana pemenuhan hak istri atas harta gono gini di Peradilan Agama?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui ketentuan hukum yang mengatur tentang harta gono gini
4. Untuk mengetahui pemenuhan hak istri atas harta gono gini di Peradilan Agama
BAB II
PEMBAHASAN
1. Ketentuan yang Mengatur Tentang Harta Gono Gini
Pada dasarnya, tidak ada percampuran harta kekayaan dalam perkawinan antara suami dan
istri (harta gono-gini). Konsep harta gono gini pada awalnya berasal dari adat istiadat atau tradisi
yang berkembang di Indonesia. Konsep ini kemudian didukung oleh hukum Islam dan hukum
positif yang berlaku di Negara kita. Sehingga, dapat dikatakan ada kemungkinan telah terjadi
suatu percampuran antara kekayaan suami dan kekayaan istri dalam perkawinan mereka.
Dasar hukum tentang harta gono gini dapat ditelusuri melalui Undang-undang dan peraturan
berikut ini :
harta gono-gini ( harta bersama) adalah : “Harta benda yang diperoleh selama masa
perkawinan “ Artinya , harta kekayaan yang diperoleh sebelum terjadinya perkawinan tidak
b. Kitab Undang-undang Hukum Perdata pasal 119, disebutkan bahwa “Sejak saat
dilangsungkan perkawinan, maka menurut hukum terjadi harta bersama menyeluruh antara
suamiistri, sejauh tentang hal itu tidak diadakan ketentuanketentuan lain dalam perjanjian
perkawinan. Harta bersama itu, selama perkawinan berjalan, tidakboleh ditiadakan atau
c. Kompilasi Hukum Islam (Inpres no. 1 tahun 1991) pasal 85 dsebutkan bahwa : “Adanya
harta bersama dalam perkawinan itu tidak menutup kemungkinan adanya harta milik masing-
masing suami atau istri” Pasal ini telah menyebutkan adanya harta gono gini dalam
perkawinan. Dengan kata lain Kompilasi Hukum Islam mendukung adanya persatuan harta
dalam perkawinan (gono-gini), meskipun sudah bersatu, tidak menutup kemungkinan adanya
n y a t i d a k a d a percampuran antara harta suami dan harta istri karena perkawinan“ Ayat
(1). Pada ayat (2) nya lebih lanjut ditegaskan bahwa pada dasarnya harta istri tetap menjadi
hak istri dan dikuasai penuh olehnya., demikian juga harta suami tetap menjadi hak suami
Pasangan calon suami istri yang akan menikah diperbolehkan menentukan dalam perjanjian
perkawinan bahwa harta perolehan dan harta bawaan merupakan harta gono-gini. Hal ini diatur
“Perjanjian perkawinan harta pribadi dapat meliputi semua harta , baik yang dibawa
Pasangan calon suami istri tersebut juga diperbolehkan menentukan dalam perjanjian
perkawinan bahwa yang tidak termasuk dalam harta gono-gini adalah harta pribadi yang dibawa
pada saat perkawinan dilangsungkan, seperti harta perolehan. Hal ini diatur dalam KHI pasal 49
ayat 2 :
“Dengan tidak mengurangi ketentuan tersebut pada ayat (1) dapat juga diperjanjikan
bahwa percampuran harta pribadi yang dibawa pada saat perkawinan dilangsungkan, sehingga
percampuan ini tidak meliputi harta pribadi yang diperoleh selama perkawinan atau sebaliknya“
Pembagian harta gono gini perlu didasarkan pada aspek keadilan untuk semua pihak yang
terkait. Keadilan yang dimaksud mencakup pada pengertian bahwa pembagian tersebut tidak
asalkan sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya. Menurut data Lembaga Bantuan Hukum
(LBH) APIK tahun 2000-2004, dalam persoalan harta milik dan harta bersama serta nafkah di dalam
dan setelah bubarnya perkawinan, pihak perempuan kerap menjadi pihak yang dirugikan. Hal ini
disebabkan pasangan yang menikah biasanya tidak pernah memikirkan harta bawaannya masing-
masing serta harta bersama dan harta milik yang didapat setelah perkawinan. Ketika awal menikah
dulu mereka umumnya tidak pernah berpikir untuk bercerai, sehingga ketika rumah tangga ternyata
bubar di tengah jalan, mereka baru bingung soal pembagian harta gono-gini. Pembagian dengan
komposisi dibagi dua (atau dengan persentase 50 :50) belum tentu sepenuhnya dianggap adil dan
keputusannya juga tidak mutlak . Pada umumnya, pembagian dengan komposisi tersebut baru
sebatas membagi harta secara formal. Pihak pengadilan dapat memutuskan persentase lain dengan
pertimbangan –pertimbangan tertentu. Misalnya atas dasar pertimbangan siapa yang mengurus dan
membiayai anak, siapa yang berkontribusi terhadap harta gono-gini lebih besar, dan siapa yang
Bagaimana istri yang tidak bekerja secara formal? Dalam banyak kasus istri yang tidak
bekerja kerap mendapatkan perlakuan yang tidak adil dalam hal pembagian harta gono gini setelah
adanya perceraian resmi. Sudah seharusnya istri yang tidak bekerja tetap mendapat bagian dari harta
gono gininya bersama dengan suami, karena apa yang dikerjakan istri selama hidup bersama dengan
suaminya adalah termasuk kegiatan bekerja juga, hanya memang pekerjaan istri hanya lebih banyak
mengurus kebersihan rumah. Jadi istri yang tidka bekerja tetap mendapatkan bagian dari harta gono
gini.
Bagaimana pula dengan suami yang tidak bekerja (secara formal) ? Berdasarkan ketentuan
yang berlaku, harta gono gini termasuk penghasilan istri dibagi mejadi 2. Seperti halnya dengan
kondisi ketika istri tidak bekerja (secara formal), maka suami yang tidak bekerja juga mendapatkan
menimbulkan persengketaan di antara pasangan suami istri yang telah bercerai, terutama
dikarenakan salah satu pasangan ada yang menganggur , baik istri maupun suami . Berdasarkan
ketentuan dalam Undangundang perkawinan, KUHPerdata dan Kompilasi Hukum Islam, maka
masing-maing dari pasangan tersebut mendapat bagian yang sama. Artinya pasangan yang tidak
bekerja tetap mendapatkan bagian yang sama, meskipun demikian, pembagian dengan persentase 50
: 50 tidak mutlak, bisa juga didasarkan pada pertimbangan siapa yang paling besar penghasilannya.
Selanjutnya pengaturan harta gono gini menurut hukum Islam sebagai nilai-nilai yang hidup dalam
masyarakat Indones ia diakomodir dalam KHI. Pada dasarnya, baik dalam Al Qur'an maupun dalam
Al Hadist tidak dibicarakan tentang harta bersama., akan tetapi dalam kitab fikih ada pembahasan
yang dapat diartikan sebagai pembahasan tentang harta bersama, yaitu yang disebut Syirkah atau
6
https://core.ac.uk/download/pdf/287307477.pdf
Syarikah. Pemetaan pandangan hukum Islam tentang masalah ini, akan memudahkan kita
memahami bagaimana kaitan antara konsep Syirkah dan konsep harta gono gini.
Moh Idris Ramulyo, membagi pandangan hukum Islam tentang harta gono gini kedalam dua
Kelompok yang memandang tidak adanya harta gono-gini dalam lembaga Islam kecuali
dengan konsep Syirkah. Pandangan ini tidak mengenal percampuran harta kekayaan antara
suami dan istri karena perkawinan. Harta kekayaan istri tetap menjadi milik istri dan
perkawinan istri menjadi “ Syarikatur rajuli filhayati “ , yaitu kongsi sekutu bagi seorang
suami dalam menjalani bahtera hidup. Artinya, hubungan suami istri merupakan suatu
bentuk s y i rkah /kong s i, ke r j a s ama ,persekutuan ). Mereka berdua saling kerja sama
dalam mengarungi bahtera rumah tangga , seperti halnya kerja sama dalam usaha atau
bisnis.
Kelompok yang memandang adanya harta gono gini dalam hukum Islam . Di samping
mengakui ketentuan yang berlaku dalam UU Perkawinan bahwa harta gono gini itu diakui
dan diatur dalam hukum positif, kelompok ini juga memandang ketentuan tentang harta
gono gini itu sesuai dengan kehendak dan aspirasi hukum Islam. Da s a r hukum I s l am
tent ang ketentuan ini adalah Surat An Ni sa'ayat 21 yang menyebut perkawinan sebagai
suatu perjanjian yang suci, kuat, dan kokoh (mitsaqan ghalizhan). Artinya, perkawinan yang
telah dilakukan melalui ijab Kabul dan memenuhi syarat dan rukun, merupakan syirkah
Fungsinya ialah memisahkan antara harta suami dan harta istri ketika menikah nantinya. Namun jika
7
https://www.popbela.com/relationship/married/megadini/cara-pembagian-harta-gono-gini/2
perjanjian pranikah tersebut tidak ada, maka harus mengikuti perhitungan pembagian harta gono
Sebelum menghitung harta gono-gini, perlu dipisahkan antara harta bawaan dan harta yang
diperoleh selama menikah. Setelah harta yang akan dihitung sudah bersih dari harta bawaan, maka
harta akan dibagi 50:50 sesuai hukum perdata. Persentase pembagian ini juga bisa berubah,
tergantung dari situasi atau kondisi pasangan suami istri itu sendiri. Misal jika sebagian besar harta
yang dimiliki selama menikah berasal dari hasil kerja istri dan istri harus bercerai karena menjadi
korban KDRT, maka bisa jadi pengadilan akan memberikan persentase yang lebih layak untuk pihak
istri.
Pengajuan ini bisa dilakukan dalam dua pilihan waktu, yaitu saat mengajukan gugatan cerai atau
setelah perceraian terjadi. Jika ingin dilakukan bersamaan dengan gugatan cerai, maka saat
mengumpulkan berkas, penggugat juga perlu melampirkan fotokopi surat kepemilikan harta seperti
STNK, BPKB, sertifikat tanah, kuitansi jual/beli dan lain-lain.Tapi ketika pembagian harta gono-
gini dilakukan pasca bercerai, maka perlu mengajukan pembagian dan kembali berurusan dengan
pengadilan lagi.
4. Pemenuhan Hak Istri Atas Harta Gono Gini di Pengadilan Agama berdasarkan Putusan Hakim
8
Hakim dalam memutuskan pemenuhan hak atas harta gono gini bagi istri di Pengadilan
Agama dan pemenuhan asas keadilan melalui pembuktian sesuai dengan hukum acara, alat bukti
Diatur dalam Pasal 139-153, 168-172 HIR dan Pasal 1902-1912 BW. Kesaksian adalah
kepastian yang diberikan kepada hakin dipersidangan tentang peristiwa yang dipersengketakan
dengan jalan pemberitahuan secara lisan dan pribadi oleh orang yang bukan salah satu pihak dalam
perkara yang dipanggil dalam persidangan. Jadi, keterangan saksi yang diberikan oleh seorang saksi
haruslah kejadian yang telah ia alami sendiri, sedangkan pendapat atau dugaan yang diperoleh secara
berpikir tidaklah termasuk dalam suatu kesaksian. Kualifikasi sebagai saksi adalah orang yang melihat
sendiri, mendengar sendiri, atau mengalami sendiri peristiwa yang disaksikannya itu. Syarat saksi
dalam persidangan (syarat formil) yaitu harus mengambil sumpahnya sebelum memberikan kesaksian.
Yang kedua adalah saksi harus lebih dari 1 orang, maka akan bernilai sebagai alat bukti.
Merupakan kesimpulan yang diambil dari rangkaian peristiwa yang diuraikan dalam perkara
tersebut yang telah diambil kesimpulan oleh hakim (persangkaan hakim). Jika yang menyimpulkan
persangkaan hakim yang dihasilkan dari kesimpulan hakim mengenai rangkaian peristiwa yang terurai
dalam perkara tersebut, berarti hakim sifatnya menunggu yaitu menunggu uraian peristiwa tersebut
dari proses sebelumnya yang tentunya digunakan sebagai alat bukti lainnya, sehingga dikatakan
bahwa alat bukti harus menunggu uraian peristiwanya dulu maka oleh sebagaian ahli hukum dianggap
sebagai bukan alat buti tetapi di HIR/RBg telah memasukannya sebagai salah satu alat bukti dalam
perkara perdata.
Pengakuan merupakan keterangan yang membenarkan peristiwa, hak atau hubungan hukum
yang dikemukakan pihak lawan yang dapat diberikan keterangan itu baik secara lisan maupun tertulis.
Pada dasarnya pengakuan merupakan alat bukti yang sempurna sehingga dikatakan sebagai alat bukti
bebas, hakim bebas menilainya, apakah memiliki nilai pembuktian atau tidak. Apabila pengakuan
9
Buku “Hukum Pembuktian Di Peradilan Agama”, cet ke 2-2019 (DR. RAHMIDA ERLIYANI, S.H., M.H.)
diluar sidang pengadilan yang dibuat secara tertulis maka tergolong sebagai alat bukti tulisan yang
Merupakan salah satu alat bukti yang diatur dalam HIR dan RBg juga dalam BW yakni Pasal
155-158 dan 177 HIR dan Pasal 182-185 dan Pasal 314 RBg. Sumpah merupakan pernyataan
seseorang atas suatu keterangan tertentu dengan mengatasnamakan Tuhan. Daam perkara perdata
biasanya sumpah dilakukan oleh salah satu pihak yang berperkara dengan diucapkan didepan sidang
Dengan adanya perkawinan akan menimbulkan akibat baik terhadap suami istri, harta
kekayaan maupun anak yang dilahirkan dalam perkawinan. Akibat perkawinan terhadap suami istri
akan menimbulkan hak dan kewajiban. Hak dan kewajiban suami istri dapat dilihat pada beberapa
Suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakan rumah tangga yang menjadi
Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam kehidupan
rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat (Pasal 31 ayat (1) No. 1 tahun
1974).
Suami adalah kepala keluarga dan istri sebagai ibu rumah tangga (ayat (3)).
Suami istri harus mempunyai tempat kediaman yang tetap (pasal 32 ayat (1) No. 1 tahun
1974).
Suami istri wajib saling cinta mencintai, hormat menghormati, setia dan memberi bantuan
lahir bathin yang satu kepada yang lain (pasal 33 No. 1 tahun 1974).
Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah
tangga sesuai dengan kemampuannya (pasal 34 ayat (1) No. 1 tahun 1974).
Istri wajib mengatur urusan rumah tangga dengan sebaik-baiknya (ayat (2)).
Harta Benda dalam Perkawinan atau gono gini diatur dalam Bab VII UU No. 1 Tahun 1974
Pasal 35
2. Harta bawaan dari masing-masing suami dan isteri dan harta benda yang diperoleh masing-
masing sebagai hadiah atau warisan, adalah di bawah penguasaan masing-masing menentukan
lain.
Pasal 36
1. Mengenai harta bersama, suami atau isteri dapat bertindak atas persetujuan kedua belah
pihak.
2. Mengenai harta bawaan masing-masing, suami dan isteri mempunyai hak sepenuhnya
Pasal 37
Bila perkawinan putus karena perceraian, harta bersama diatur menurut hukumnya masing-
masing.
Pasal 97 KHI
Janda atau duda cerai hidup masing-masing berhak seperdua dari harta bersama sepanjang
Pasal 96 KHI
1. Apabila terjadi cerai mati, maka separoh harta bersama menjadi hak pasangan yang hidup
lebih lama.
2. Pembagian harta bersama bagi seorang suami atau isteri yang isterinya atau suaminya
hilang harus ditangguhkan sampai adanya kepastian matinya yang hakiki atau matinya secara
Pasal 91 KHI
1. Harta bersama sebagaimana tersebut dalam pasal 85 diatas dapat berupa benda
surat-surat berharga.
4. Harta bersama dapat dijadikan sebagai barang jaminan oleh salah satu pihak atas
Pasal 92 KHI
Suami atau isteri tanpa persetujuan pihak lain tidak diperbolehkan menjual atau memindahkan
harta bersama
Pasal 93 KHI
Pertanggungjawaban terhadap hutang suami atau isteri dibebankan pada hartanya masing-
masing.
Hakim dalam memutuskan pemenuhan hak atas harta gono gini bagi istri di Pengadilan
Agama Pamekasan dan pemenuhan asas keadilan, melalui beberapa hal : pertama, melalui
pembuktian, dalam pembuktian sesuai dengan hukum acara, alat bukti meliputi pengakuan,
kesaksian, dokumen, sumpah, dan persangkaan. Mengenai harta gono gini berupa bidang
tanah dan/atau bangunan yang dipergunakan dalam pembuktian meliputi bukti tertulis yang
terdiri dari bukti kepemilikan bidang tanah dan bangunan berupa sertipikat hak atas tanah atau
letter C yang selanjutnya didukung dengan keterangan saksi, selain itu ada bukti pengakuan
maksudnya pengakuan dari pihak-pihak bahwa obyek tersebut merupakan harta gono gini,
selain itu harus dibuktikan pula bahwa harta gono gini tersebut ada atau tidaknya
percampuran dengan harta bawaan. Kedua, dalam putusan, ada beberapa pertimbangan
hukum yang dipergunakan hakim yaitu pasal 85 KHI, UU No. 1 tahun 1974. Ketiga, dalam
pemenuhan rasa keadilan dalam putusannya hakim membagi secara natura kalau tidak bisa,
maka dilakukan secara lelang. Begitu pula tidak selalu pembagian itu separo-separo tetapi
tergantung kasuitisnya dalam rangka memenuhi rasa keadilan, maka dapat dikompensasi
contohnya istri sakit, maka biaya perawatan istri diambilkan dari harta gono gini (pasal 34
UU No. 1 tahun 1974 Jo. Pasal 80 ayat (4) huruf b KHI dan surat An Nisa 34. Keempat,
secara lex specialis keislaman dasar hukum yang dipergunakan hakim KHI, bila belum cukup,
maka dipergunakan HIR secara lex generalis. Untuk cerai hidup pembagiannya menggunakan
ketentuan pasal 37 UU No. 1 tahun 1974. Sedangkan untuk cerai mati menggunakan
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Perkawinan merupakan suatu hal yang sakral. Namun tidak dapat dikesampingkan
bahwa adanya kemungkinan perceraian. Bila kedua pasangan yang ingin melangsungkan
pernikahan telah membuat perjanjian pranikah (memisahkan antara harta suami dan istri)
maka pembagian harta gono gini tidak perlu dilakukan lagi. namun bila pasangan suami
istri yang sebelumnya belum melakukan perjanjian pranikah, maka pada saat mereka
ingin bercerai harus melakukan pembagian harta gono gini secara adil, entah itu salah
satu dari suami atau istri tidak bekerja, tetap mendapatkan pembagian harta gono gini
karena mereka sudah melakukan pekerjaan juga selama masa pernikahan (tidak formal).
Pembagian harta gono gini mencakup aspek keadialn yang sangat penting agar semuanya
2. SARAN
Alangkah baiknya jika tidak terjadi perceraian. Namun bila terjadi pun harus secara
adil melakukan pembagian harta gono gini, dengan mempertimbangkan semua yang telah
pasangan suami atau istri tersebut lakukan selama pernikahan, baik lahir maupun batin,