NIM : 20190070034
Struktur Modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal asing dan modal sendiri.
Modal asing diartikan dalam hal ini adalah hutang baik jangka panjang maupun dalam jangka
pendek. Sedangkan modal sendiri bisa terbagi atas laba ditahan dan bisa juga dengan penyertaan
kepemilikan perusahaan.Struktur.
Keputusan Struktur Modal secara langsung berpengaruh terhadap besarnya risiko yang
ditanggung pemegang saham beserta besarnya tingkat pengembalian atau tingkat keuntungan
yang diharapkan. Keputusan Struktur Modal yang diambil oleh manager tersebut tidak saja
berpengaruh terhadap profitalitas perusahaan tetapi juga berpengaruh terhadap resiko yang
dihadapi oleh perusahaan.
Struktur Modal merupakan pilihan pendanaan antara utang dan ekuitas. Teori yang menjelaskan
hal tersebut antara lain Teori Trade-Off, Teori Pecking Order, dan Teori lainnya.
Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan dalam pos modal (modal
saham), keuntungan atau laba yang ditahan atau kelebihan aktiva yang dimiliki perusahaan
terhadap seluruh utangnya (Munawir,2001). Modal pada dasarnya terbagi atas dua bagian yaitu
modal Aktif (Debet) dan modal Pasif (Kredit).
Semakin besar jumlah aktiva perusahaan terutama aktiva lancar, maka perusahaan
cenderung mengoptimalkan terpenuhinya kebutuhan dana utang. Hal ini yang
menunjukkan adanya pengaruh dari struktur aktiva pada struktur modal perusahaan.
2. Growth Opportunity
Perusahaan besar lebih cenderung melakukan diversifikasi usaha lebih banyak dibanding
perusahaan kecil. Hal inilah yang membuat perusahaan kecil lebih rentan bangkrut
sedangkan perusahaan besar lebih siap menghadapi krisis karena memiliki ukuran
perusahaan yang lebih besar.
4. Profitabilitas
Perusahaan dengan profit yang tinggi pasti mempunyai dana internal lebih banyak
dibanding dengan profit rendah. Dengan begini, perusahaan yang memiliki profit tinggi
akan memiliki hutang yang lebih rendah karena memiliki dana internal yang cukup. Hal
inilah yang mempengaruhi struktur modal perusahaan.
5. Risiko Bisnis
Risiko bisnis bisa menjadi salah satu alasan kenapa perusahaan mengalami kesulitan
untuk pendanaan eksternalnya. Hal ini berpengaruh kepada leverage perusahaan.
Setiap faktor mempengaruhi kondisi struktur modal perusahaan juga akan mempengaruhi
kondisi keuangan perusahaan. Misalnya saja posisi perpajakan. Perusahaan yang kondisi
keuangannya sehat, tentunya rutin membayar pajak dan tidak mengalami masalah
perpajakan. Sebaliknya, perusahaan yang tidak taat pajak atau memiliki kondisi keuangan
tidak sehat, proses pajaknya bisa saja terhambat.
Teori Struktur Modal Perusahaan
Pada tahun 1958 mereka mengajukan suatu teori yang ilmiah tentang struktur
modal perusahaan. Teori mereka menggunakan beberapa asumsi: Risiko bisnis
perusahaan diukur dengan σ EBIT (Standard Deviation Earning Before Interest and
Taxes). Investor memiliki pengharapan yang sama tentang EBIT perusahaan di masa
mendatang. Saham dan obligasi diperjual belikan di suatu pasar modal yang sempurna
Seluruh aliran kas adalah perpetuitas (sama jumlahnya setiap periode hingga waktu tak
terhingga). Dengan kata lain, pertumbuhan perusahaan adalah nol atau EBIT
Nilai perusahaan yang menggunakan hutang akan sama dengan nilai perusahaan yang
tidak menggunakan hutang sebagai berikut ini.
VL = VU
dimana :
VL = Nilai untuk perusahaan yang menggunakan hutang (value for leveraged companies)
VU = Nilai untuk perusahaan yang tidak menggunakan hutang (100%saham, atau value
for unlevered companies
Dengan kata lain, dalam kondisi tanpa pajak, Modigliani dan Miller berpendapat bahwa
struktur modal tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Tingkat keuntungan dan risiko
usaha (keputusan investasi) yang akan mempengaruhi nilai perusahaan (bukannya
keputusan pendanaan).
tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk perusahaan yang menggunakan hutang, naik
proporsional terhadap peningkatan rasio hutang dengan saham.
dimana :
Pada tahun 1963, MM menerbitkan artikel sebagai lanjutan teori MM tahun 1958.Asumsi
yang diubah adalah adanya pajak terhadap penghasilan perusahaan. Dengan adanya pajak
ini, MM menyimpulkan bahwa penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan
karena biaya bunga hutang adalah biaya yang mengurangi pembayaran pajak.
nilai dari perusahaan yang berhutang sama dengan nilai dari perusahaan yang tidak
berhutang ditambah dengan penghematan pajak karena bunga hutang
VL = VU + Tc B
Dimana :
B = besarnya hutang
biaya modal saham akan meningkat dengan semakin meningkatnya hutang, tetapi
penghematan pajak akan lebih besar dibandingkan dengan penurunan nilai karena
kenaikan biaya modal saham.
Formula tersebut mempunyai implikasi bahwa penggunaan hutang yang semakin banyak
akan meningkatkan biaya modal saham. Tetapi penggunaan hutang yang lebih banyak,
berarti menggunakan modal yang lebih murah (biaya modal hutang lebih kecil
dibandingkan biaya modal saham), akan menurunkan biaya modal rata-rata tertimbang
(meskibiaya modal sahamnya meningkat).
Dalam kenyataan, ada hal-hal yang membuat perusahaan tidak bisa menggunakan hutang
sebanyak-banyaknya. Satu hal yang terpenting adalah dengan semakin tingginya hutang,
akan semakin tinggi kemungkinan (probabilitas) kebangkrutan. Biaya kebangkrutan
tersebut bisa cukup signifikan. Penelitian di luar negeri menunjukkan biaya kebangkrutan
bisa mencapai sekitar 20% dari nilai perusahaan. Biaya tersebut mencakup dua hal :
Biaya tidak langsung: biaya yang terjadi karena dalam kondisi kebangkrutan,
perusahaan lain atau pihak lain tidak mau berhubungan dengan perusahaan secara
normal. Misal, supplier barangkali tidak akan mau memasok barang karena
mengkhawatirkan kemungkinan tidak terbayar.
Biaya lain dari peningkatan hutang adalah meningkatnya biaya keagenan hutang (agency
cost of debt). Dengan memasukkan biaya keagenan, persamaan nilai perusahaan di atas
bisa diperluas sebagai berikut ini.
VL = VU + PV Penghematan Pajak – [PV Biaya Kebangkrutan + PV Biaya
Keagenan] Dengan demikian gabungan antara teori struktur modal Modigiliani-Miller
dengan memasukkan biaya kebangkrutan dan biaya keagenan mengindikasikan adanya
trade-off antara penghematan pajak dari hutang dengan biaya kebangkrutan. Teori
tersebut kemudian dikenal sebagai teori trade-off struktur modal, atau static trade-off
capital structure theory. Tetapi teori tersebut tidak memberikan formula yang pasti yang
bisa memberi petunjuk berapa tingkat hutang yang optimal.
Menurut Myers (1984), pecking order theory menyatakan bahwa ”Perusahaan dengan
tingkat profitabilitas yang tinggi justru tingkat hutangnya rendah, dikarenakan perusahaan
yang profitabilitasnya tinggi memiliki sumber dana internal yang berlimpah.” Dalam
pecking order theory ini tidak terdapat struktur modal yang optimal. Secara spesifik
perusahaan mempunyai urut-urutan preferensi (hierarki) dalam penggunaan dana
Teori ini mengatakan bahwa dalam pihak pihak yang berkaitan dengan perusahaan tidak
mempunyai informasi yang sama mengenai prospek dan resiko perusahaan. Pihak
tertentu mempunyai informasi yang lebih dari pihak lainnya.
Myers dan Majluf, Menurut Teori ini ada asimetri informasi antara manger
dengan pihak luar. Manager mempunyai informasi yang lebih lengkap mengenai
kondisi perusahaan dibandingan pihak luar.
Signaling, Mengembangkan model dimana struktur modal (penggunaan hutang)
merupakan signal yang disampaikan oleh manager ke pasar. Jika manager
mempunyai keyakinan bahwa prospek perusahaan baik, dan karenanya ingin agar
saham tersebut meningkat, ia ingin megkomunikasikan hal tersebut kepada
investor.
Menurut pendekatan ini, struktur modal disusun untuk mengurangi konflik antar berbagai
kelompok kepentingan. Konflik antara pemegang saham dengan manager adalah konsep
free-cash flow. Ada kecenderungan manager ingin menahan sumber daya sehingga
mempunyai control atas sumber daya tersebut. Hutang bisa dianggap sebagai cara untuk
mengurangi konflik leagenan free cash flow. Jika perusahaan menggunakan hutang, maka
manager akan dipaksa untuk mengeluarkan kas dari perusahaan untuk membayar bunga.
Modigliani dan Miller mengembangkan model struktur modal tanpa pajak, dan dengan
pajak. Nilai perusahaan dengan pajak lebih tinggi dibandingkan dengan nilai perusahaan
tanpa pajak. Selisih tersebut diperoleh melalui penghematan pajak karena bunga bisa
dipakai untuk mengurangi pajak. Penghematan pajak tersebut bisa dihitung sebagai
berikut ini.
VL = VU + { 1 – [ --------------------- ] } B
ts = tingkat pajak pemegang saham (atas dividen dan capital gain)
B = Hutang
Menurut model tersebut, tujuan yang ingin dicapai adalah, tidak hanya
meminimalkan pajak perusahaan, tetapi meminimalkan total pajak yang harus dibayarkan
(pajak perusahaan, pajak atas pemegang saham, dan pajak atas pemegang hutang).
Melihat persamaan di atas mempunyai beberapa implikasi.
Dengan kata lain, pada kondisi tersebut, nilai perusahaan dengan hutang sama
dengan nilai perusahaan tanpa hutang. Tidak ada penghematan pajak atas bunga hutang.