Hari Lingkungan Hidup Sedunia tahun 2020 yang diperingati setiap tanggal 5 Juni
terasa spesial karena diperingati ditengah pandemi Corona Virus Disease (COVID-
19). Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) menetapkan tema
besar untuk Hari Lingkungan Hidup Sedunia kali ini yaitu Time for Nature dengan
fokus pada keanekaragaman hayati. UNEP juga menetapkan Kolombia menjadi
tuan rumah peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia dalam kemitraan dengan
Jerman.
Keanekaragaman Hayati
Laporan ilmiah berjudul “Hilangnya Hutan Dikaitkan dengan Wabah Penyakit Virus
Ebola” pada 2017 yang ditulis oleh Jesus Olivero dkk., menyebutkan terdapat
implikasi antara wabah virus ebola dengan hilangnya hutan. Kontak antara manusia
dan satwa liar yang terinfeksi meningkat setelah terjadi penebangan hutan.
Zoonosis
Penyakit zoonosis merupakan infeksi yang ditularkan hewan ke manusia. Kondisi ini
bisa berlanjut pada wabah penyakit berbahaya dan menular. Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) memperkirakan sekitar 75 persen penyakit baru yang ditemukan
bersifat zoonotik.
Sementara ahli kebijakan lingkungan yang juga akademisi Institut Pertanian Bogor
(IPB), Hariadi Kartodiharjo berpendapat, munculnya SARS-CoV-2 ini terjadi karena
hilangnya jasa alam berupa keanekaragaman hayati yang mengakibatkan
ketidakseimbangan populasi. Terputusnya rantai alam dan rusaknya habitat akibat
eksploitasi, mendorong hewan liar mendekati populasi manusia. Dengan begitu bisa
meningkatkan kemungkinan virus zoonosi seperti SARS-CoV-2 melakukan lompatan
lintas spesies dan manusia sebagai inang.
Adapun Ketua II Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PB PDHI),
Drh. Tri Satya Putri Naipospos menyebut, virus corona bukan jenis virus baru, tetapi
masih termasuk ke dalam kelompok virus besar. Golongan tersebut terbagi menjadi
tiga yakni, animal corona virus atau virus yang menyerang hewan seperti SARS dan
MERS, human corona virus yang menyerang manusia seperti influenza, dan virus
corona yang bermutasi. Kelompok terakhir diketahui dapat melompat dari hewan ke
manusia dan bisa menyebar dari manusia ke manusia. Kapan melompatnya dan di
waktu apa bisa terjadi coronavirus ini menyerang manusia, manusia tidak bisa
memprediksi. Di Wuhan, secara genetik dan RNA yang membangun virus ini
berbeda dari coronavirus sebelumnya.
Menurut Tata, gaya hidup seperti memakan satwa liar memicu penularan virus.
Beberapa suku tertentu juga memiliki kebiasaan mencari dan menangkap hewan di
hutan untuk konsumsi. Tata menilai kedekatan manusia dengan satwa liar
merupakan penyebab yang memungkinkan virus berpindah dari hewan ke manusia.
Untuk menghentikan virus menginvasi kehidupan manusia, caranya dengan tidak
mengganggu habitat hidupan liar. Kalau mau meminimalkan tertular virus corona ini
biarkan mereka (satwa) di dalam kehidupannya.
Walaupun ada beberapa pihak yang melihat bahwa merebaknya pandemi Covid-19
ini tidak disebabkan oleh zoonosis, tetapi sebagian besar pakar berkeyakinan bahwa
rusaknya alam yang diakibatkan oleh deforestasi dan perdagangan satwa liar telah
mengakibatkan peningkatan penyakit zoonosis termasuk covid-19.
Penutup
Melihat keterkaitan yang sangat erat antara rusaknya lingkungan dan terganggunya
keanekaragaman hayati dengan merebaknya wabah pandemi covid-19, maka tema
yang ditetapkan UNEP pada Hari Lingkungan Hidup Sedunia tahun 2020 sangatlah
tepat. Saatnya kita untuk semakin memperhatikan dan menjaga keseimbangan
alam (Time for Nature) dan menjaga keanekaragaman hayati tetap hidup dalam
keseimbangan agar dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia.
Semoga Pandemi Covid-19 ini bisa menyadarkan kita semua untuk hidup sinergis
dengan alam. Sebagaimana yang telah dinukilkan dalam Kitab Suci Alquran, “Telah
tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia
sehingga akibatnya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari perbuatan
mereka agar mereka kembali ke jalan yang benar” (QS. Ar-rum: 41)