Disusun oleh
Kelompok I
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt, atas limpahan rahmat
dan hidayahnya kami dapat menyelesikan makalah liberasi dan disolusi obat.
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah biofarmasetika .
Pengampu mata kuliah biofarmasetika Bapak Apt Farid Fani Temarwut. S.Farm,
Biomed kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata
sempurna baik dari segi penyusunan, bahasa, ataupun penulisannya. Oleh karena
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari teman-
teman dan lebih khususnya dari Dosen Pengampu guna menjadi acuan dalam
Penyusun
i
Daftar isi
Cover ..........................................................................................
Kata pengantar ........................................................................... i
Daftar isi ...................................................................................... ii
Bab 1 Pendahuluan .................................................................... 1
A. Latar belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan masalah .................................................................... 2
C. Tujuan penulisan ..................................................................... 2
Bab II Pembahasan .................................................................... 3
A. Liberasi Obat ........................................................................... 3
B. Profil Disolusi Obat .................................................................. 4
C. Kinetika dan Profil Disolusi Hayati obat ................................. 10
Bab III Penutup ........................................................................... 14
A. Kesimpulan .............................................................................. 14
B. Saran ........................................................................................ 14
Daftar pustaka ............................................................................. 15
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
fisikokimia bahan baku obat, bentuk sediaan dan rute pemberian terhadap kadar
obat dalam darah. Sifat fisikokimia obat yang paling berpengaruh terhadap
ketersediaan hayati obat adalah kelarutan dan permeabilitas obat sehingga pada
partisi dan uji difusi. Praktikum mengenai uji disolusi menggambarkan kelarutan
bahan obat dan pengaruh faktor formulasi terhadap pelepasan obat dari bentuk
dan jumlah obat aktif yang mencapai sirkulasi sistemik (Shargel dan Yu, 2005).
saat permberian obat hingga terjadinya penyerapan zat aktif. Peristiwa tersebut
tergantung pada cara pemberian dan bentuk sediaan. Fase biofarmasetik dapat
diuraikan dalam tiga tahap utama yaitu liberasi (pelepasan), disolusi (pelarutan)
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
bioavailabilitas
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Liberasi obat
Biofarmasetika adalah ilmu yang mempelajari hubungan sifat fisikokimia
dan jumlah obat aktif yang mencapai sirkulasi sistemik (Shargel dan Yu, 2005).
menerima obat berarti ia mendapat zat aktif yang diformulasi dalam bentuk
sediaan dan dosis tertentu. Proses pelepasan zat aktif dari bentuk sediaan
tergantung pada jalur pemberiaan dan bentuk sediaan serta dapat terjadi secara
cepat. Pelepasan zat aktif dipengaruhi oleh keadaan lingkungan biologis dan
mekanisme pada tempat pemasukan obat, misalnya gerak peristaltik usus, hal ini
penting untuk bentuk sediaan yang keras atau yang kenyal (tablet, supositoria dan
lain-lain). Tahap pelepasan ini dapat dibagi dalam dua tahap yaitu tahap
bentuk yang lebih kecil sehingga nanti akan mudah dalam proses disolusi dan
juga absorbs obat. Untuk obat dalam bentuk tablet maka akan dipecah menjadi
granul-granul kecil. Dan untuk tahap peluruhan adalah kelanjutan dari tahap
pemecahan dimana obat akan di pecah menjadi bentuk yang kecil sehingga akan
3
Fase biofarmasetik obat
Disolusi merupakan proses dimana suatu bahan kimia atau obat menjadi
terlarut dalam suatu pelarut. Dalam sistem biologis, disolusi obat didalam
disolusi obat-obat dengan kelarutan dalam air sangat kecil akan mempengaruhi
Suatu obat yang di minum secara oral akan melalui tiga fase: fase
terjadi. Dalam fase farmasetik, obat berubah menjadi larutan sehingga dapat
menembus membrane biologis, proses ini di sebut disolusi. Jadi, disolusi adalah
suatu proses perpindahan molekul zat dari dalam bentuk padat ke dalam bentuk
obat dan tahap penentu bagi zat aktif yang sukar larut. Disolusi dapat
4
tubuh.Sedangkan laju disolusi adalah jumlah zat aktif yang dapat larut dalam
waktu tertentu pada kondsisi antar permukaan cairpadat, suhu dan komposisi
media yang dibakukan. Tetapan laju disolusi merupakan suatu besaran yang
menunjukkan jumlah bagian senyawa obat yang larut dalam media per satuan
Bila suatu obat di minum, disolusi (melarut) merupakan fase pertama dari
kerja suatu obat. Dalam saluran GI, obat perlu dilarutkan agar dapat diabsorpsi.
Obat dalam bentuk padat harus disintegrasi menjadi partikel partikel kecil supaya
dapat larut dalam cairan. Jadi disintegrasi adalah pemecahan sediaan obat padat
yang lebih kecil itu dalam cairan GI untuk diabsorpsi, dan deagregasi adalah
masing obat. Pengujian merupakan alat yang objekif dalam menetapkan sifat
disolusi suatu obat yang berada dalam tubuh sangat besar tergantung pada adanya
obat dalam keadaan melarut. Karakteristik disolusi biasa merupakan sifat yang
5
penting dari produk obat yang memuaskan. Setiap tablet harus memenuhi
(Anonim, 2002).
bentuk sediaan padat menuju pada pendahuluan dari sistem yang sempurna bagi
analisa dan pengujian disolusi tablet. Uji disolusi memperhatikan fasilitas modern
produksi tablet. Uji disolusi untuk mengetahui terlarutnya zat aktif dalam waktu
Proses melarutnya suatu obat disebut disolusi. Uji disolusi yaitu uji
pelarutan invitro mengukur laju dan jumlah pelarutan obat dalam suatu media
aqueous dengan adanya satu atau lebih bahan tambahan yang te rkandung dalam
tablet dan kapsul kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah.
Persyaratan disolusi tidak berlaku untuk kapsul gelatin lunak kecuali bila
Sedangkan alat untuk uji pelepasan obat menurut USP 25, NF 24:
6
2. Alat uji pelepasan obat tipe dayung (paddle)
Kedua alat disolusi diatas hampir sama kecuali bahwa pada gambar (b)
luas permukaan tablet atau bahan kompak (bahan yang dipadatkan ) tersebut
tetap konstan ketika melarut. Desain ini menguntungkan dalam penelitian dan
formulasi produk. Selain itu keadaan termodinamik yang tepat dijaga oleh posisi
pengaduk yang tetap dan pemegang sampel (sample holder). Alat paddle pada
gambar (a) dikenal sebagai alat disolusi 2 dari USP dan alat keranjang putar
Menurut Farmakope Indonesia alat yang digunakan untuk uji disolusi ada
2, yaitu pengaduk bentuk keranjang (alat 1) dan pengaduk bentuk dayung (alat 2).
7
Alat 1 terdiri dari dari sebuah wadah bertutup yang terbentuk dari kaca atau
bahan transparan lain yang inert, suatu motor, suatu batang logam yang
sebagian di dalam suatu tangas air yang sesuai berukuran sedemikian sehingga
dapat mempertahankan suhu dalam wadah pada 37o ±0,5o C selama pengujian
berlangsung dan menjaga agar gerakan air dalam tangas air halus dan tetap. Suatu
Alat yang digunakan pada percobaan kami yaitu alat uji disolusi tipe 2.
Pada alat ini digunakan dayung yang terdiri dari daun dan batang sebagai
tidak lebih dari 2 mm pada setiap titik dari sumbu vertical wadah dan berputar
dengan halus tanpa goyangan yang berarti. Daun melewati diameter batang
1. Temperatur
Keterangan
8
D = koefisien difusi
K =konstanta Boltzman
T = temperature absolut
ᶯ = visoositas pelarut
r = jari jari molekul
2. viskositas
3. pH pelarut
4. Pengadukan
kecepatan disolusi.
5. Ukuran partikel
Bila partikel zat terlalu kecil maka luas permukaan efektif besar sehingga
6. Polimorfsme
Kristal yang berbeda akan mempunyai kelarutan yang berbeda pula. Kelarutan
9
bentuk kristal metastabil akan lebih besar daripada yang bentuk stabil sehingga
7. sifat permukaan
permukaan antara partikel zat dengan pelarut sehingga zat mudah terbasahi
(Bioavailabilitas)
baik terhadap bahan obat aktif yang telah disetujui maupun terhadap obat dengan
efek terapetik yang belum disetujui FDA (Food Drug Administration) untuk
obat yang mencapai sirkulasi sistemik yang merupakan salah satu bagian dari
(karena absorpsi yang tidak sempurna dan metabolisme lintas pertama) (Shargel
10
biasanya berupa suatu larutan dari obat murni, dievaluasi dalam studi “cross
over”. Availabilitas relatif dari dua produk obat yang diberikan pada dosis dan
• Ukuran partikel
• Kelarutan obat
• Lipofilisitas
• Stabilitas obat
2) Faktor Formulasi
Untuk merancang suatu produk obat yang akan melepaskan obat aktif
dalam bentuk yang paling banyak berada dalam sistemik, farmasis harus
mempertimbangkan:
(3) sifat fisikokimia obat itu sendiri (Shargel dan Yu, 2005).
11
• Obat diabsorpsi tidak sempurna
dinding usus, darah vena porta mengirimkan obat ke hati sebelum masuk ke
dalam sirkulasi sistemik. Obat dapat dimetabolisme di dalam dinding usus atau
bahkan di dalam darah vena porta. Hati dapat mengekskresikan obat ke dalam
empedu.
• Laju absorpsi
maksimum setelah pemberian obat. Pada t maks absorpsi obat adalah terbesar,
dan laju absorpsi obat sama dengan laju eliminasi obat. Absorpsi masih
berjalan setelah t maks tercapai, tetapi pada laju yang lebih lambat. Harga t
maks menjadi lebih kecil (berarti sedikit waktu yang diperlukan untuk
mencapai konsentrasi plasma puncak) bila laju absorpsi obat menjadi lebih
12
b. Konsentrasi plasma puncak (c max) menunjukkan konsentrasi obat maksimum
dalam plasma setelah pemberian secara oral. Untuk beberapa obat diperoleh
suatu hubungan antara efek farmakologi suatu obat dan konsentrasi obat dalam
c. AUC (Area Under Curve) adalah permukaan dibawah kurva (grafik) yang
menggambarkan naik turunnya kadar plasma sebagai fungsi dari waktu. AUC
perubahan. Selain itu antara kadar plasma puncak dan bioavailabilitas terdapat
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini yaitu tahap liberasi adalah proses pemecahan
Disolusi merupakan proses dimana suatu bahan kimia atau obat menjadi terlarut
B. Saran
Saran dari makalah ini adalah agar pembaca dapat mengerti dan
14
Daftar Pustaka
15