Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hati

Hati berperan dalam banyak proses metabolisme di dalam tubuh,


diantaranya adalah memproduksi berbagai protein penting, memproses dan
menyimpan nutrisi, menghancurkan toksin dan racun. Fungsi hati adalah
menetralkan racun ( detoksifikasi ),mengatur komposisi darah yang mengandung
lemak, gula, protein, dan zat lain,mempertahankan suhu tubuh dengan menaikan
suhu darah yang mengalir melalui hati, membentuk urea yang merupakan hasil
dari perombakan asam amino (urea dikeluarkan melalui ginjal dalam bentuk
urin), dan membantu mengurai dan mendaur ulang sel-sel darah merah Pekerjaan
utama hati adalah untuk menyaring darah yang berasal dari saluran pencernaan,
sebelum melewati ke seluruh tubuh. Hati juga mendetoksifikasi bahan kimia hasil
metabolisme obat-obatan dalam tubuh. Selama proses detoksifikasi hati
mengeluarkan empedu, yang merupakan cairan hasil pembakaran sel-sel darah
yang sudah tua atau mati. Cairan empedu yang masih bermanfaat akan
dipergunakan lagi oleh tubuh untuk pembentukan sel darah yang baru, sedangkan
yang sudah tidak terpakai lagi akan dibuang melalui ginjal dan usus halus.
(Rahma, 2017).

2.2. Hepatitis

Hepatitis virus adalah radang hati yang disebabkan oleh infeksi virus.
Hepatitis dikatakan akut apabila inflamasi (radang) hati akibat infeksi virus
hepatitis yang berlangsung selama kurang dari 6 bulan, dan kronis apabila
hepatitis yang tetap bertahan selama lebih dari 6 bulan. Hepatitis kronis pada
anak-anak lebih sukar dirumuskan karena perjalanan penyakitnya lebih ringan
daripada orang dewasa ( Waluyo dan Budhi, 2017 ).

Hepatitis ternyata tidak semata-mata disebabkan oleh virus, melainkan


dapat juga disebabkan karena keracunan obat dan paparan berbagai macam zat
kimia seperti karbon titraklorida, choloform, fosfor, arsen, dan zat-zat yang
digunakan sebagai industri modern juga bisa menyebabkan penyakit kerusakan
hati. (Waluyo dan Budhi,2011)

Virus Hepatitis terdiri dari beberapa jenis yaitu virus hepatitis A (HAV),
virus Hepatitis B (HBV), virus Hepatitis C (HCV), virus Hepatitis D (HDV),
virus Hepatitis E (HEV).Virus hepatitis masuk dalam Genus Hedapnavirus dan
famili Hepadnaviridae.

2.3. Struktur kimia obat Hepatitis

2.3.1.Sofosbuvir,

sofosbuvir, adalah obat yang digunakan untuk pengobatan hepatitis


C. Hanya dianjurkan dengan beberapa kombinasi ribavirin, peginterferon-alfa,
simeprevir, ledipasvir, atau daclatasvir. Tingkat kesembuhan 30 sampai 97%,
bergantung pada jenis virus hepatitis C yang terlibat. Keamanan selama
kehamilan tidak jelas; sementara, beberapa obat yang digunakan dalam
kombinasi dapat mengakibatkan bahaya untuk bayi. Dikonsumsi secara oral.

Efek samping yang umum meliputi rasa lelah, sakit kepala, mual, dan
kesulitan tidur. Efek samping secara umum lebih sering terjadi pada rejimen yang
mengandung interferon. Sofosbuvir dapat mengaktifkan kembali virus hepatitis
B pada mereka yang telah terinfeksi sebelumnya. Dalam kombinasi dengan
ledipasvir, daclatasvir atau simeprevir, obat ini tidak dianjurkan dengan
amiodarone karena risiko akan detak jantung lambat yang tidak normal.
Sofosbuvir termasuk dalam keluarga obat analog nukleotida dan bekerja dengan
mengeblok protein NS5B hepatitis C.
1.1 Strujtur kimia obat sofosbuvir.

2.3.2. Tenofovir disproksil 

Tenofovir disproksil  (dijual dengan merk dagang Viread) adalah obat


yang digunakan untuk menangani penyakit hepatitis B kronis dan untuk
mencegah dan menangani HIV/AIDS. Obat ini dapat digunakan bersamaan
dengan obat antiretroviral lainnya.  Obat ini dijual sebagai Viread saja, atau
sebagai kombinasi emtrisitabin/tenofovir dan efavirenz/emtrisitabin/tenofovir.
Obat ini tidak dapat menyembuhkan HIV/AIDS dan hepatitis B. Obat ini tersedia
sebagai tablet atau bubuk yang dikonsumsi lewat mulut.

Efek samping yang sering muncul adalah mual, bercak di kulit, diare,
sakit kepala, rasa sakit, depresi dan rasa letih. Beberapa efek samping
adalah kadar darah yang tinggi dan pembesaran hati.  Tidak ada kontraindikasi
yang bersifat absolut.  Obat ini tampaknya aman untuk digunakan saat hamil.
Sebagai inhibitor transkriptase nukleotida, obat ini mengurangi kemampuan virus
untuk bereplikasi.
1.2 struktur kimia obat vired.

2.3.3. Lamivudin

Lamivudin (2',3'-dideoksi-3'-tiasitidin, atau dapat disebut 3TC)


merupakan suatu obat antiretroviral yang digunakan untuk mencegah dan
mengobati HIV/AIDS dan digunakan untuk mengobati hepatitis B kronis.

Obat ini merupakan salah satu Lamivudine digunakan untuk


mengobati hepatitis B kronis dengan dosis yang lebih rendah daripada untuk
mengobati HIV/AIDS. Obat ini meningkatkan serokonversi dari e-antigen positif
pada hepatitis B. Penggunaan lamivudin dalam jangka panjang dapat
menyebabkan resistensi obat pada virus hepatitis B. Walau demikian, lamivudin
masih digunakan secara luas hingga saat ini karena dapat ditoleransi oleh tubuh.

contoh dari golongan - inhibitor transkriptase balik analog


nukleosida (NRTI). Di Amerika Serikat, obat ini dijual dengan nama
dagang Epivir dan Epivir-HBV.

Lamivudin merupakan analog dari sitidin. Obat ini dapat menghambat


kedua jenis (1 dan 2) dari transkriptase balik HIV dan juga transkriptase balik
dari virus hepatitis B. Lamivudin harus difosforilasi terlebih dahulu menjadi
metabolit aktif agar dapat berkompetisi dengan nukleosida lainnya untuk masuk
ke dalam DNA virus. Obat ini menghambat enzim transkriptase balik HIV secara
kompetitif dan bekerja sebagai sebuah rantai penghenti dari sintesis DNA.
Kurangnya gugus 3'-OH dalam analog nukleosida tersebut mencegah
pembentukan ikatan fosfodiester dari 5' ke 3' yang penting untuk elongasi rantai
DNA, sehingga pertumbuhan DNA virus dapat berhenti.
1.1 struktur kimia obat lamivudin
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hepatitis merupakan istilah umum untuk menyatakan adanya inflamasi


atau peradangan pada organ liver/ hati. Terjadinya peradangan pada hati dapat
disebabkan oleh infeksi virus ( virus hepatitis A, B, C, D, E),  kuman,  parasit dan
virus lainnya,  alkohol, obat dan zat kimia, perlemakan non alkohol, otoimun,
ataupun gangguan hemodinamik hati.  Peradangan pada hati  dapat berupa
hepatitis akut dan kronik.  Hepatitis karena virus yang sering dijumpai adalah
hepatitis virus A, B dan C.. Berbeda dengan hepatitis virus A yang perjalanan
penyakitnya tidak bisa berlanjut menjadi kronik, hepatitis virus B, C dapat
berlanjut menjadi hepatitis kronik.  Hepatitis  virus B dan C merupakan tantangan
kesehatan yang besar, karena menyebabkan infeksi pada  325 juta orang di
seluruh dunia. Keduanya merupakan penyebab kanker hati, yang merupakan
penyebab 1,34 juta kematian setiap tahunnya.  Hepatitis virus B  dan C adalah
infeksi kronis yang   tidak menunjukkan gejala yang nyata,  dimana infeksi
berjalan bertahun tahun berakhir dengan  suatu  penyakit hati kronis berupa
sirosis hati, kanker hati maupun penyakit hati tahap lanjut.

Hepatitis A menunjukkan gejala berupa flu like syndrome  berupa


demam, kelemahan, mual, kulit kuning dan kencing berwarna seperti teh. Pada
sebagian besar kasus hepatitis B tidak didapatkan keluhan ataupun gejala dan
pemeriksaan tes faal hati normal.  Beberapa kasus didapatkan pembesaran hati ,
lien dan tanda adanya penyakit hati menahun seperti eritema palmaris, spider
nevi, penurunan albumin. Pada umumnya hepatitis  C  juga tidak menimbulkan
gejala , hanya 20-30% saja yang menimbulkan gejala hepatitis akut 7-8 minggu
setelah paparan, seperti mual, malaise, kulit kuning . Gejala di luar hati
diantaranya berupa cryoglobulinemia ( glomerulopathy, vasculitis, purpura,
arthralgia). Infeksi akan berlanjut menjadi kronik pada 70-90% kasus dan
seringkali tidak menimbulkan gejala walaupun proses kerusakan hati berjalan
terus.  Pada 15-20% penderita hepatitis C  akan berlanjut untuk menjadi sirosis
hati setelah 20-30 tahun kemudian.  Perkembangan menjadi sirosis hati
dipengaruhi oleh faktor seperti asupan alkohol, infeksi bersamaan dengan VHB
atau virus HIV, jenis kelamin laki laki dan usia tua saat terjadinya infeksi. Sirosis
hati akan berkembang menjadi kanker hati dengan angka kejadian 1-4% per
tahun.  

Infeksi hepatitis A diketahui dengan adanya gejala pada penderita dan


pemeriksaan antibodi virus HAV yaitu IgM anti HAV positif. Infeksi hepatitis B
ditegakkan dengan adanya antigen VHB yaitu HBsAg positif. Infeksi hepatitis C
dapat diketahui dengan memeriksa antibodi terhadap VHC , yaitu anti HCV
positif. Untuk menggambarkan infeksi yang sebenarnya berupa adanya VHC
dalam serum (secara kualitiatif dan kuantitatif), serta mengetahui genotipe VHC,
dapat diperiksa HCV RNA.

Infeksi hepatitis virus A bersifat self limiting disease, pengobatan yang


diberikan bersifat simtomatik dan suportif.   Pengobatan hepatitis virus B
ditujukan untuk mencegah atau menghentikan progresi jejas hati dengan menekan
replikasi virus atau menghilangkan infeksi. Dalam pengobatan hepatitis B, target
akhir pengobatan adalah hilangnya petanda replikasi virus yang aktif secara
menetap (HBeAg dan HBVDNA).  Terdapat 2 (dua) kelompok pengobatan
infeksi hepatitis B yaitu kelompok imuno modulasi/ memperkuat sistem imun
dan kelompok anti virus (Lamivudin, Tenofovir).  Penderita infeksi Hepatitis B
virus walaupun  belum bisa dikatakan sembuh, dengan pengobatan yang ada
penyakit bisa dikontrol dan komplikasi kanker hati bisa ditekan. Pengobatan
infeksi hepatitis C dengan menggunakan Interferon alfa  dan  Ribavirin. Dengan
adanya obat terbaru  yaitu golongan Direct Antiviral Agent (DAA) atau obat
antivirus kerja langsung, angka kesembuhan bisa mencapai > 90% seperti obat
soforsuvin.  

               
DAFTAR PUSTAKA

DMR.Pasaribu. 2011. Phatogenesisvirus hepatitsB.Universitaskristenkridawacana.

Diakses diWikipedia. Berkas sofosbuvir.

https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Sofosbuvir.svg

Diakses diWikipedia. Lamifudin.

https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Lamifudin.lvn

Diakses diWikipedia. Tenofovir. https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Tenofovir.tvr

Rahma.2018. Penyaki Hepatitis. UniversitasMuhamadiyah. Semarang.

Rolanndo.2017.PengantarKimiaMedisinal.Cv.SeribuBintang.Malang

Anda mungkin juga menyukai