Anda di halaman 1dari 9

Rabu, 24 Maret 2021

RANGKUMAN BAB 6
“PERENCANAAN AUDIT”

Oleh :

Nama : Ni Luh Ayu Linda Diana Sari


NIM : 1907531055
Mata Kuliah : Pengauditan I (B4)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2021
A. PERENCANAAN
Standar Audit 300 tentang "Perencanaan Suatu Audit Atas Laporan Keuangan," mengatur
tanggungjawab auditor untuk merencanakan audit atas laporan keuangan. Standar tersebut
menyatakan bahwa tujuan auditor adalah untuk merencanakan audit agar audit tersebut dapat
dilaksanakan dengan efektif.
Perencanaan yang cukup akan bermanfaat dalam audit atas laporan keuangan dalam
beberapa hal, termasuk hal-hal sebagai berikut (SA 300 — Para.2):
 Membantu auditor mencurahkan perhatian yang tepat terhadap area yang penting
dalam audit.
 Membantu auditor mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah potensial secara
tepat waktu.
 Membantu auditor untuk mengorganisasi dan mengelola perikatan dengan baik.
 Membantu dalam pemilihan anggota tim perikatan (tim audit) dengan tingkat
kemampuan dan kompetensi yang tepat untuk merespons risiko yang diantisipasi.
 Memfasilitasi arah dan supervisi atas anggota tim perikatan (audit).
 Membantu, jika relevan, dalam pengoordinasian hasil pekerjaan yang dilakukan
oleh auditor komponen dan pakar.
Terdapat delapan tahapan dalam proses perencanaan audit, antara lain sebagai berikut:
1. Penerimaan klien dan pembuatan rencana audit awal
2. Memperoleh pemahaman tentang bisnis dan bidang usaha klien
3. Menilai risiko bisnis klien
4. Melaksanakan prosedur analitis pendahuluan
5. Menetapkan materialitas dan menilai risiko audit yang dapat diterima dan risiko
inheren apat diterima dan risiko inheren
6. Memahami pengendalian internal dan menilai risiko pengendalian
7. Mengumpulkan informasi untuk menilai risiko pengendalian
8. Menyusun strategi audit keseluruhan dan program audit

B. PENERIMAAN KLIEN DAN PEMBUATAN RENCANA AUDIT


PENDAHULUAN
Perencanaan audit pendahuluan meliputi empat hal yang kesemuanya harus diakukan
pada tahap awal audit, yaitu :
1. Auditor memutuskan apakah akan menerima klien baru atau melanjutkan klien lama.
2. Auditor mengidentifikasi mengapa klien menginginkan atau membutuhkan audit.
3. Untuk menghindari salah pengertian.
4. Auditor menilai strategi audit menyeluruh.

a. Penerimaan Klien Baru dan Melanjutkan Klien Lama


 Menginvestigasi Klien Baru
Sebelum menerima klien baru, kebanyakan kantor akuntan biasanya melakukan
investigasi atas calon klien dan perusahaannya untuk menentukan
akseptablitasnya. Hal ini dilakukan dengan sejauh mungkin memeriksa reputasi
calon klien dalam lingkungan bisnis, stabilitas keuangannya, serta hubungannya
dengan auditor pendahulu.
 Klien Lama Berkelanjutan
Pertimbangan auditor tentang keberlanjutan hubungan dengan klien dan ketentuan
eyika yang relevan, termasuk independensi, terjadi sepanjang perikatan audit,
seiring dengan terjadinya perubahan kondisi dan keadaan. Kantor-kantor akuntan
publik biasanya melakukan evaluasi terhadap klien berkelanjutan untuk
menentukan apakah terdapat alasan untuk tidak melaniutkan audit pada klien lama
tertentu.
b. Mengidentifikasi Alasan Klien Minta Diaudit
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi risiko audit bisa diterima yaitu calon pemakai
laporan keuangan dan tujuan pemakaian laporan keuangan auditan. Penggunaan laporan
keuangan auditan dapat ditentukan dari pengalaman dengan klien di masa lalu dan dari
pembicaraan dengan manajemen.
c. Mendapatkan Kesepahaman dengan Klien
SA 210 Para. 9 menyatakan bahwa auditor harus menyepakati ketentuan perikatan audit
dengan manajemen atau pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola entitas. Ketentuan
perikatan audit yang disepakati harus dicatat dalam surat perikatan audit atau bentuk
kesepakatan tertulis lain yang tepat dan harus mencakup:
(a) Tujuan dan ruang lingkup audit atas laporan keuangan
(b) Tanggungjawab auditor
(c) Tanggungjawab manajemen
(d) ldentifikasi kerangka pelaporan keuangan yang diterapkan dalam penyusunan laporan
keuangan
(e) Pengacuan ke bentuk dan isi laporan yang akan diterbitkan oleh auditor.
Peran manajemen dalam menyetujui ketentuan perikayan audit tergantung pada strutur
tata kelola klien dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
d. Menilai Strategi Audit Menyeluruh
Strategi audit harus mempertimbangkan sifat bidang usaha klien, termasuk juga
mempertimbangkan area-area yang mempunyai resiko kesalahan penyajian signifikan.
 Memilih Staf Audit
Auditor menugasi staf audit yang memenuhi syarat untuk melaksanakan
penugasan sesuai dengan standar auditing dan melaksanakan audit dengan efisien.
Salah satu pertimbangan dalam penentuan staf adalah perlu adanya kontinuitas
dari tahun ke tahun, yang akna membantu kantor akuntan dalam menjaga
familiaritas dengan persyaratan teknis dan memiliki kedekatan antar personal
dengan personil perusahaan klien.
 Menentukan Kebutuhan untuk Menggunakan Pekerjaan Pakar Auditor
Pakar auditor dibutuhkan apabila dalam suatu penugasan memerlukan staf yang
memiliki pengetahuan khusus. Standar Auditing (SA 620) mengatur persyaratan
pemilihan pakar auditor dan mereview hasil pekerjaannya, berikut juga
mendefinisikan pakar auditor sebagai seseorang ataua organisasi yang memiliki
keahlian dalam suatu bidang di luar accounting atau auditing, yang pekerjaannya
dalam bidang tersebut digunakan oleh auditor/KAP untuk membantunya
memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat.

C. MEMAHAMI BISNIS DAN BIDANG USAHA KLIEN


Beberapa tahun terakhir ini, sejumlah faktor telah meningkatkan pentingnya pemahaman
tentang  bisnis dan bidang usaha klien, yaitu sebagai berikut :
 Penurunan kondisi ekonomi dunia beberapa tahun terakhir ini telah meningkatkan
risiko bisnis  perusahaan klien secara signifikan.
 Tehnologi informasi menghubungkan klien dengan pelanggan-pelanggan utama
serta pemasok-  pemasok utama.
 Klien telah mengembangkan usahanya secara global, seringkali melalui joint
ventures atau aliansi strategis.
 Tehnologi informasi mempengaruhi proses internal klien, memperbaiki kualitas
dan ketetapan waktu informasi akuntansi.
 Meningkatkan arti penting sumberdaya manusia dan asset tak berujud lainnya
telah menyebabkan akuntansi menjadi semakin kompleks dan memerlukan
pertimbangan serta  penafsiran manajemen.
 Banyak klien telah melakukan “investasi dalam instrument keuangan yang
kompleks yang mungkin telah menurun nilainya.
Auditor harus mempertimbangkan faktor-faktor tersebut dengan menggunakan
pendekatan sistem stratejik untuk memahami bisnis klien.
1. Bidang Usaha dan Lingkungan Eksternal Klien
Terdapat tiga alasan utama mengapa auditor perlu mendapatkan pemahaman yang
baik tentang bidang usaha dan lingkungan eksternal klien, yaitu :
 Risiko yang berkaitan dengan bidang usaha tertentu bisa mempengaruhi
penilaian auditor tentang risiko bisnis klien dan tingkat risiko audit bisa
diterima.
 Banyak risiko inheren lazim dijumpai pada semua klien yang bergerak dalam
bidang usaha tertentu.
 Banyak bidang usaha memiliki persyaratan akuntansi yang unik dan harus
dipahami auditor untuk menilai apakah laporan keuangan klien sesuai dengan
standar akuntansi.
2. Operasi Bisnis dan Proses
Auditor harus memahami berbagai faktor seperti misalnya sumber-sumber utama
pendapatan,  pelanggan dan  pelanggan dan pemasok utama, pemasok utama, sumber
pendanaan sumber pendanaan dan informasi dan informasi tentang ada tentang ada
tidaknya hubungan tidaknya hubungan istimewa yang bisa menjadi petunjuk bagian
istimewa yang bisa menjadi petunjuk bagian mana yan mana yang memiliki risiko
bisnis tinggi.
 Mengunjungi Fasilitas dan Tempat Operasi Klien
Hal ini berguna untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai
pengoperasian bisnis klien, karena cara ini memberikan kesempatan kepada
auditor untuk mengobservasi dan melihat secara langsung fasilitas yang
dimiliki klien sekaligus juga berkenalan dengan pejabat-pejabat kunci di
perusahaan.
 Mengidentifikasi Hubungan dengan Pihak Berelasi
Pihak berelasi disini didefinisikan sebagai suatu perusahaan afiliasi, pemilik
utama perusahaan klien, atau pihak lain yang mempunyai kesepakatan dengan
klien dimana salah satu pihak mempengaruhi manajemen atau kebijakan
operasi perusahaan lain. Transaksi dengan pihak yang memiliki hubungan
dnegan pihak berelasi dengan klien bukanlah transaksi yang dilakukan dengan
tawar-menawar secara bebas, maka terdapat resiko bahwa transaksi tidak
dinilai dengan harga yang sama dengan harga seandainya transaksi dilakukan
dengan pihak ketiga yang independen. Transaksi dengan pihak berelasi yang
material harus diungkapkan, oleh karena itu semua pihak yang berelasi
dengan klien harus diidentifikasi dan dicantumkan dalam kerta kerja
permanen audituor sejak awal audit.
3. Manajemen dan Tata Kelola
Tata kelola perusahaan meliputi struktur organisasinya, termasuk aktivitas dewan
komisaris dan komite auditnya. Dewan komisasir yang efektif akan membantu
membantu memastikan bahwa perusahaan memastikan bahwa perusahaan hanya akan
mengambil risiko yang tepat, sedang komite audit melalui pengawasan pelaporan
keuangan dapat mengurangi kemungkinan dilakukannya akuntansi yang terlalu
agresif. Auditor harus memahami bagaimana dewan komisaris dan komite audit
melaksakan pengawasan dan termasuk juga di dalamnya antara lain :
 Kode Etik
Perusahaan sering sekali mengomunikasikan nilai dan standar etis melalui
pembuatan pern  pembuatan pernyataan k yataan kebijakan dan ebijakan dan
kode etik at etik atau aturan au aturan perilaku etis. perilaku etis. Perusahaan
Perusahaan yang tidak memiliki kode etik harus mengungkapkan hal itu dan
menjelaskan alasannya.
 Notulen Rapat
Notulen rapat adalah catatan adalah catatan resmi perusahaan sebagai
perusahaan sebagai hasil dari rapat dewan komisaris dan rapat pemegang
saham. Notulen meliputi persetujuan (otorisasi) penting dan ringkasan
berbagai topic yang dibahas dalam rapat dan keputusan an keputusan yang
diambil oleh dewan yang diambil oleh dewan komisaris dan pemegang saham.
4. Tujuan Strategi Klien
Strategi adalah pendekatan yang diikuti perusahaan untuk mencapai tujuan organisasi.
Auditor harus memahami tujuan klien yang berkaitan dengan antara lain :
 Reliabilitas pelaporan keuangan
 Efektivitas dan efisiensi operasi
 Kesesuaian dengan undang-undang dan peraturan-peraturan
Sebagai bagian dari pemahaman tentang tujuan perusahaan yang menyangkut
kesesuaian dengan undang-undang dan peraturan-peraturan, auditor harus mengenal
ketentuan-ketentuan dalam kontrak-kontrak dan kewajiban hukum lainnya.
5. Pengukuran Kinerja
Sistem pengukuran kinerja klien meliputi indikator-indikator kinerja kunci yang
digunakan manajemen untuk mengukur proses dalam upaya mencapai tujuan.
Indikator-indikator tersebut tidak berupa penjualan atau laba bersih, tetapi melibatkan
pengukur-pengukur tertentu yang diperuntukkan bagi klien dan tujuannya.
Pengukuran kinerja meliputi analisis rasio dan melakukan pembandingan dengan para
competitor, sebagai bagian dari pemahan tentang bisnis klien, auditor harus
melakukan analisis rasio atau mereview perhitungan rasio-rasio kinerja kunci yang
telah dibuat klien.

D. MENILAI RESIKO BISNIS KLIEN


Auditor menggunakan pemahamannya tentang bisnis dan bidang usaha klien untuk
menilai resiko  bisnis klien, yaitu resiko kegagalan klien dalam mencapai resiko
kegagalan klien dalam mencapai tujuannya. SA 315, 15 menegaskan bahwa kan bahwa
auditor harus memperoleh auditor harus memperoleh suatu pemahaman tentang apakah
entitas memiliki suatu proses untuk :
a) Mengidentifikasi risiko bisnis yangb relevan dengan tujuan pelaporan keuangan
b) Mengestimasi signifikansi risiko
c) Menentukan kemungkinan terjadinya risiko tersebut
d) Memutuskan tindakan untuk menangani risiko tersebut
Proses penilaian resiko entitas membentuk suatu basis bagi manajemen untuk
menentukan bagaimana resiko dikelola. Pada umumnya auditor menaruh perhatian besar
terhadap resiko terjadinya keasalahan penyajian material dalam laporan keuangan yang
dikaibatkan oleh resiko bisnis klien.
E. MELAKUKAN PROSEDUR ANALITIS PENDAHULUAN
Auditor melakukan prosedur pendahuluan untuk mendapat pemahaman yang baik tentang
bisnis klien dan menilai risiko bisnis klien. Salah satu prosedur demikian adalah
membandingkan rasiorasio pada perusahaan klien dengan industry atau perusahaan klien.
Pengujian awal dapat memberikan petunjuk tentang perubahan tidak lazim dalam rasio-
rasio industry, dan membantu auditor dalam mengidentifikasi bagian-bagian yang
berisiko meningkatnya kesalaahan penyajian yang membutuhkan perhatian lebih lanjut
selama auditing berlangsung.
F. PROSEDUR ANALITAS
Prosedur analitis didefinisikan dalam standar auditing (SA 520.4) sebagai :
“Pengevaluasian terhadap informasi keuangan yang dilakukan melului analisi hubungan
antara data keuangan dan data keuangan dan data nonkeuangan. Prosedur analitis juga
mencakup investigasi sebagaimana yang diperlukan atas fluktuasi atau hubungan
teridentifikasi yang tidak konsisten dengan informasi relevan lain, atau yang berbeda dari
nilai yang diharapkan dalam jumlah yang signifikan”. Prosedur analitis bisa dilaksanakan
pada setiap waktu sepanjang audit berlangsung berikut ini :
1. Prosedur analitis diperlukan pada tahap perencanaan audit dalam rangka prosedur
penilaian risiko.
Prosedur analitis yang dilaksanakan sebagai prosedur penilaian risiko dapat
mengidentifikasi aspek-aspek dalam entitas yang tidak disadari oleh auditor dan dapat
membantu dalam menilai risiko kesalah penyajian material agar menyediakan suatu
basis untuk perancangan dan pengimplementasian respons terhadap risiko yang
dinilai.
2. Prosedur analitis sering juga dilakukan selama tahap pengujian audit berlangsung
sebagai suatu  prosedur analitis substantif untuk mendukung saldo akun.
Pengujian ini sering dilakukan bersamaan dnegan prosedur audit lain.
3. Prosedur analitis juga diperlukan dalam tahapan penyelesaian audit.
SA 520.6 menyatakan bahwa auditor harus merancang dan melaksanakan prosedur
analitis mendekati akhir audit yang membantu auditor ketika membentuk hasil
kesimpulan keseluruhan tentang apakah laporan keuangan telah disajikan konsisten
dengan pemahaman auditor atas entitas.

G. LIMA PROSEDUR ANALITIS


Kegunaan prosedur analitis sebagai bukti audit sangat tergantung pada bagaimana auditor
mengembangkan suatu ekspektasi tentang harus seperti apa suatu saldo akun atau rasio,
apapun tipe prosedur analitis yang digunakan. Dalam prosedur analitis, auditor
membandingkan data klien dengan beberapa data berikut ini:
 Data industry
 Data serupa dari periode sebelumnya
 Hasil ekspektasi yang ditentukan klien
 Hasil ekspektasi yang ditentukan auditor
 Hasil ekspektasi dengan menggunakan data non-keuangan
1. Membandingkan Data Klien dengan Data Serupa
Penurunan laba kotor akan menjadi perhatian auditor apabila penurunan tersebut tidak
terduga. Penyebab penurunan bisa diakibatkan oleh penurunan kondisi ekonomi.
Penurunan laba kotor akan menyebabkan auditor harus mengumpulkan bukti yang lebih
banyak untuk akun-akun yang  berpengaruh terhadap penentuan laba kotor. Auditor
harus harus menentukan penyebab penurunan agar mendapat keyakinan bahwa laporan
keuangan tidak mengandung kesalahan penyajian materi.
2. Membandingkan Data Klien dengan Harapan Yang Dibuat
Apabila data klien dibandingkan dengan anggaran, ada dua hal penting yang harus
diperhatikan. Yang pertama yaitu auditor harus mengevaluasi apakah anggaran tersebut
merupakan rencana yang realistis dan yang kedua adalah kemungkinan bahwa informasi
keuangan tahun ini telah diubah oleh klien agar sesuai dengan anggaran.
3. Membandingkan Data Klien dengan Ekspektasi Auditor
Dalam prosedur analitis jenis ini, auditor membuat suatu estimasi tentang berapa besar
saldo seharusnya dengan menghubungkan saldo tersebut dengan saldo-saldo akun neraca
atau akun laba rugi atau dengan membuat suatu proyeksi berdasarkan data nonkeuangan
atau trend masa lalu.
4. Membandingkan Data Klien dengan Taksiran Hasil Menggunakan Data
Nonkeuangan
Masalah terbesar dalam penggunaan data nonkeuangan adalah ketelitian data. Kita
sebaiknya  jangan menggunakan perhitungan taksiran pendapatan hotel sebagai bukti
audit, kecuali bila kita  puas dengan kewajaran perhitungan jumlah kamar hotel, tarif
kamar rata-rata, dan rata-rata tingkat hunian. Jelas bahwa penentuan tingkat hunian lebih
sulit penentuannya dibandingkan dengan dua hal lainnya.

H. RASIO KEUANGAN YANG LAZIM DIGUNAKAN


Prosedur analitis yang digunakan auditor seringkali berupa pemakaian rasio-rasio
keuangan pada tahap perencanaan dan tahapan review akhir dari suatu audit laporan
keuangan. Cara ini bermanfaat untuk memahami kejadian-kejadian mutahir dan status
keuangan perusahaan dan untuk melihat laporan dari perspektif pemakai laporan
keuangan. Apabila digunakan rasio-rasio tersebut, auditor harus yakin dalam membuat
perbandingan yang tepat. Pembandingan yang paling penting adalah pembandingan-
pembandingan dengan tahun yang lalu dan pembandingan-pembandingan dengan rata-
rata industri dengan  perusahaan sejenis pada tahun yang sama.
1. Kemampuan Membayar Kewajiban Jangka Pendek
Kas+ Surat Berharga
Rasio Kas=
Kewajiban Lancar
Kas+ Surat Berharga+ Piutang Usaha
Rasio Cepat =
Kewajiban Lancar
Aset Lancar
Rasio Lancar=
Kewajiban Lancar

Perusahaan perlu memiliki tingkat likuiditas tertentu untuk membayar kewajiban


yang akan jatuh tempo dan ketiga rasio di atas digunakan mengukur likuiditas
tersebut.
2. Rasio-rasio Aktivitas Likuiditas
Apabila perusahaan tidak memiliki kas dan setara-kas untuk memenuhi
kewajibannya, maka kunci untuk mengukur kemampuan membayar adalah waktu
yang diperlukan perusahaan untuk mengubah aset lancar yang kurang likuid menjadi
kas.

Kas+ Surat Berharga


Perputaran Piutang Usaha=
Kewajiban Lancar
365 hari
Hari P engumpulan Piutang=
Perputaran Piutang
Harga Pokok Penjualan
Perputaran Persediaan=
Rata−Rata Persediaan
365 Hari
Hari Penjualan Persediaan=
Perputaran persediaan

Dalam pengauditan, auditor sering menggunakan tren dalam ratio perputaran piutang
untuk menilai kewajaran cadangan kerugian piutang. Auditor menggunakan tren
dalam perputaran  persediaan untuk mengidentifikasi persediaan usang potensial.
3. Kemampuan Untuk Memenuhi Kewajiban Jangka Panjang
Kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjang tergantung pada
keberhasilan operasi dan pada kemampuan untuk meningkatkan modal untuk
ekspansi, serta kemampuan membayar pokok pinjaman beserta bunganya.
Total Kewajiban
Kewajiban berbanding Ekuitas=
Total Ekuitas
Laba Operasi
Laba Operasi berbanding Beban Bunga=
Beban Bunga

Rasio kewajiban terhadap ekuitas menunjukkan seberapa banyak penggunaan


kewajiban (utang) dalam pendanaan suatu perusahaan. Rasio laba operasi terhadap
beban bunga menunjukkan apakah perusahaan akan dapat membayar bunga dengan
lancar, dengan asumsi bahwa trend laba stabil.
4. Rasio-rasio Profitabilitas
Kemampuan perusahaan menghasilkan kas untuk membayar utang, ekspansi, dan
membayar dividen, tergantung pada kemampuan perusahaan menghasilkan laba
(profitabilitas). Rasio  profitabilitas yang paling banyak digunakan adalah laba per
lembar saham (earnings per share).
Laba Operasi
Laba per Lembar Saham=
Rata−Rata Saham Biasa Beredar

Penjualan Bersih−Harga Pokok Penjualan


Persentase Laba Kotor =
Penjualan Bersih

Laba Operasi
Marjin laba=
PenjualanBersih

Laba Sebelum Pajak


Laba berbanding Aset=
Total Aset Rata−Rata

Rasio laba berbanding aset mengukur profitabilitas perusahaan secara menyeluruh.


Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari setiap
rupiah yang tertanam dalam aset.

Anda mungkin juga menyukai