Anda di halaman 1dari 5

MATERI PELATIHAN KOMUNIKASI EFEKTIF

1. Program : Pengembangan Diri untuk Mahasiswa


2. Materi : Komunikasi Efektif
3. Submodul/ pokok bahasan: Urgensi dan cara berkomunikasi secara efektif.
4. Sasaran
- Peserta dapat mengetahui informasi mengenai komunikasi
- Peserta dapat mengetahui urgensi berkomunikasi secara efektif
- Peserta dapat mengetahui hambatan dalam berkomunikasi s
- Peserta mengetahui cara/ tahapan berkomunikasi secara efektif
5. Waktu : 50 menit

Waktu Uraian Kegiatan Alat Bantu Metode

RINGKASAN MATERI

A. Apa itu Komunikasi Efektif?

Menurut De Vito (dalam Rahmawati, 2015) komunikasi merupakan suatu proses


penyampaian pesan, informasi, pikiran, sikap tertentu antara dua orang dan diantara individu
itu terjadi pergantian pesan baik sebagai komunikan atau komunikator dengan tujuan untuk
mencapai saling pengertian, mengenal permasalahan yang akan dibicarakan yang akhirnya
diharapkan terjadi perubahan tingkah laku sehingga komunikasi itu menjadi penting.

B. Aspek-aspek Komunikasi
De Vito (dalam Rahmawati, 2015) menyatakan agar komunikasi dapat efektif maka
ada beberapa aspek yang harus diperhatikan oleh para pelaku komunikasi, antara lain:
1. Keterbukaan (openness). Keterbukaan dapat dipahami sebagai keinginan
untuk membuka diri dalam rangka berinteraksi dengan orang lain. Kualitas
keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi
interpersonal, yaitu: komunikator harus terbuka pada komunikan demikian
juga sebaliknya, kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap
stimulus yang datang, serta mengakui perasaan, pikiran serta
mempertanggungjawabkannya
2. Empati (emphaty). Empati adalah kemampuan untuk merasakan hal-hal yang
dirasakan orang lain. Hal ini termasuk salah satu cara untuk melakukan
pemahaman terhadap orang lain. Langkah pertama dalam mencapai empati
adalah menahan godaan untuk mengevaluasi, menilai, menafsirkan, dan
mengkritik. Langkah kedua dengan mencoba mengerti alasan yang membuat
orang itu memiliki perasaan tersebut. Ketiga, mencoba merasakan apa yang
sedang dirasakan orang lain dari sudut pandangnya. Empati dapat
dikomunikasikan secara verbal ataupun nonverbal
3. Sikap mendukung (supportiveness). Dukungan meliputi tiga hal. Pertama,
descriptiveness, dipahami sebagai lingkungan yang tidak di evaluasi
menjadikan orang bebas dalam mengucapkan perasaannya, tidak defensif
sehingga orang tidak malu dalam mengungkapkan perasaannya dan orang
tidak akan merasa bahwa dirinya dijadikan bahan kritikan terus menerus.
Kedua, spontanity dipahami sebagai kemampuan seseorang untuk
berkomunikasi secara spontan dan mempunyai pandangan yang berorientasi
ke depan, yang mempunyai sikap terbuka dalam menyampaikan
pemikirannya. Ketiga, provisionalism dipahami sebagai kemampuan untuk
berpikir secara terbuka (open minded).
4. Sikap positif (positiveness).Sikap positif dalam komunikasi berarti bahwa
kemampuan seseorang dalam memandang dirinya secara positif dan
menghargai orang lain. Sikap positif tidak dapat lepas dari upaya mendorong
menghargai keberadaan serta pentingnya orang lain. Dorongan positif
umumnya berbentuk pujian atau penghargaan, dan terdiri atas perilaku yang
biasanya kita harapkan
5. Kesetaraan (equality), komunikasi akan efektif apabila suasananya setara.
Artinya, harus ada pengakuan dari kedua belah pihak sama-sama berharga dan
ada sesuatu yang akan disumbangkan. Kesamaan dalam suatu komunikasi
akan menjadikan suasana komunikasi yang akrab, sebab dengan tercapainya
kesamaan kedua belah pihak baik komunikan maupun komunikator akan
berinteraksi dengan nyaman.
C. Bentuk Komunikasi
Antara lain:
- Dari segi penyampaian. Lisan, tulisan, elektonik (televisi, telepon, internet, dll)
- Dari segi kemasan pesan. Verbal dan non verbal
- Dari segi keresmian. Formal dan non formal
- Dari segi pasangan komunikasi. Komunikasi interpersonal dan komunikasi
intrapersonal.
-
D. Unsur-unsur Komunikasi
- Pengirim pesan/ komunikator. Komunikator adalah orang yang menyampaikan isi
pernyataannya kepada komunikan. Bisa perorangan, kelompok, atau organisasi
pengirim berita.
Tanggung jawab komunikator: a). mengirim pesan dengan jelas; b). memilih media
yang cocok untuk mengirim pesan; c). meminta kejelasan bahwa pesan telah diterima
dengan baik.
- Penerima pesan/ komunikan. Komunikan adalah rekan dari komunikator dalam
komunikasi sebagai penerima pesan.
Tanggung jawab komunikan: a). berkonsentrasi pada pesan untuk mengerti; b).
memberikan umpan balik untuk memastikan komunikator bahwa pesan telah diterima
dan dimengerti.
- Media. Media merupakan saluran atau jalan yang dilalui komunikator kepada
komunikan dalam menyampaikan pesan. Pesan dapat berupa kata-kata atau tulisan,
tiruan, gambaran atau perantara lain yang dapat digunakan untuk mengirim melalui
berbagai channel yang berbeda seperti telepon, televisi, fax, photocopy, handsignal,
E-Mail dsb. Pemilihan channel dalam proses komunikasi tergantung pada sifat berita
yang akan disampaikan (Wursanto, 1994).

E. Urgensi Komunikasi secara Efektif


Setiap orang di dalam hidupnya tidak pernah tidak berkomunikasi. Penting bagi
setiap orang untuk dapat memastikan bahwa pesan yang diterima komunikan sesuai
dengan tujuan yang dimaksudkan komunikator. Maka dari itu, fungsi komunikasi
lebih dari sekedar kata-kata yang diucapkan. Komunikasi tidak hanya berupa proses
penyampaian dan penerimaan informasi tetapi juga memiliki peran dan fungsi sebagai
proses membangun hubungan antara pelaku komunikasi. Kualitas hubungan ini sangat
ditentukan oleh, palingtidak, tiga spek yaitu proses, manusia (human) dan bukan
manusia (non human), dan informasi. Dengan demikian inti sari dari komunikasi
adalah suatu berita. Komunikasi juga digunakan untuk mengembangkan hubungan
antar teman (pertemanan) dan membangun kepercayaan antar individu dan
pertemanan seseorang dalam organisasi.

F. Faktor Penghambat dalam Berkomunikasi


1. Faktor pengetahuan. Makin luas pengetahuan yang dimiliki seseorang, maka
makin banyak perbendaharaan kata yang dapat memberikan dorongan bagi
yang bersangkutan untuk bermkomunikasi dengan lancar.
2. Faktor pengalaman. Makin banyak pengalaman yang dimiliki seseorang,
menyebabkan seseorang terbiasa menghadapi sesuatu. Orang yang sering
menghadapi massa, sering berbicara di muka umum, akan lebih lancar
berbicara bagaimanapun keadaan serta lawan bicaranya.
3. Faktor inteligensi. Orang yang intelegensinya rendah, biasanya kurang lancar
dalam berbicara, karena kurang memiliki kekayaan perbendaharaan kata dan
bahasa yang baik. Cara berbicaranya cenderung terputus-putus, bahkan antara
kata yang satu dengan lainnya tidak/ kurang adanyar elevansi.
4. Faktor kepribadian. Orang yang mempunyai sifat pemalu dan kurang
pergaulan, biasanya menjadi kurang lancara dalam berbicara didepan orang
lain. Karena kepribadiannya akan lebih mendominasi setiap aktivitasnya
termasuk berkomunikasi.
5. Faktor biologis. Adanya kelumpuhan organ berbicara yang dapat
menimbulkan gangguan tertentu seperti: a. sulit mengatakan desis karena
adanya kelainan pada rahang, bibir, dan gigi; b. berbicara tidka jelas (sluring)
yang disebabkan oleh bibir sumbing, rahang dan lidah tidka aktif; c. berbicara
ragu-ragu, gagap yang disebabkan tidak terbiasa bebicara dengan orang
banyak.

G. Bagaimana Cara membangun Komunikasi Efektif?


Da beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
1. Ketahui mitra bicara (audience). Sadar terhadap lawan bicara seperti usia,
status sosial, dan hal lain yang berkaitan dengan audience. Hal ini diperlukan
agar kata-kata yang digunakan dalam menyampaikan informasi sesuai dengan
keadaan audience.
2. Ketahui Tujuan. Penting dalam menindak lanjuti cara seseorang dalam
menyampaikan informasi. Maksudnya agar tujuan yang yang ingin
disampaikan menjadi lebih jelas dan spesifik. Penyampaian informasi dengan
tujuan promosi/ penjualan akan berbeda dengan penyampaian informasi yang
dimaksudkan untuk bertanya. Misalnya jika bertanya tentu akan menggunakan
kalimat pertanyaan seperti “Bagaimana keadaan anda?”
3. Perhatikan konteks. Berguna untuk memperjelas informasi yang disampaikan.
Keadaan lingkungan pada saat berkomunikasi berguna agar maksud yang
disampaikan tepat sasaran, berkaitan pula dengan gaya formalitas dan non
formalitas dalam berkomunikasi.
4. Pelajari kultur. Kebiasaan seseorang perlu diketahui agar dapat menyesuaikan.
Misalnya dalam sisi kelembutan ketika berbicara pada mitra bicara dengan
suku Jawa maka akan berbeda bila dengan mitra bicara dengan suku Batak.
Bukan berarti seseorang harus bertutur seperti suku tertentu, namun yang
terpenting adalah pelaku komunikasi harus memahami kultur mitra bicara agar
timbul saling pengertian dan penyesuaian gaya komunikasi.
5. Pahami Bahasa. Penting untuk mampu memahami bahasa seseorang, dengan
begitu seseorang yang bahasanya dipelajari oleh pembicara akan merasa
dihargai. Maksudnya disini bukan berarti harus mengerti semua bahasa lawan
bicara, namun mencoba memahami gaya berbahasa seseorang. Pesan akan
mudah tersampaikan melalui komunikasi apabbila menggunakan kalimat
sederhana yang mudah dipahami, dari pada kalimat panjang yang kompleks.

SUMBER:

Lestari, E. & Maliki. (2006). Komunikasi yang Efektif. Jakarta: Lembaga Adiministrasi
Negara

Ramawati, I. (2015). Komunikasi sebagai motor Melihat Realitas Bersama (Kajian Shared
Reality Theory). Jurnal Buletin Psikologi, 2(1), 31-41.

Anda mungkin juga menyukai