Anda di halaman 1dari 17

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Republik Indonesia disingkat RI atau Indonesia adalah negara di


Asia Tenggara, terletak di garis khatulistiwa dan berada di antara benua
Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia.
Karena letaknya yang berada di antara dua benua, dan dua samudra, ia
disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Terdiri dari 17.508
pulau, Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan dua
pertiga wilayahnya berupa perairan (http://www.indonesia.go.id/in/sekilas-
indonesia/geografi-indonesia diakses tanggal 6 Mei 2013 pukul 13.04
WIB). Perairan tersebut terdiri dari danau, waduk, rawa, gletser, sungai.
Hal-hal tersebut merupakan sumber daya alam yang pengelolaannya harus
diperhatikan.

Perhatian ini tentunya diarahkan pada perubahan paradigma


pengelolaan yang lebih menyeluruh dengan memperhatikan semua aspek
di dalamnya karena tidak dapat dipungkiri pengelolaan sumber daya alam
selama ini telah mengabaikan kaidah-kaidah konservasi dan
memarginalkan masyarakat yang berada disekitarnya. Berbagai
permasalahan pun muncul sebagai akibat kerusakan sumber daya alam
tersebut. Sebagai dampak dari salah satu kerusakan sumber daya alam
yang diakibatkan oleh ulah manusia yang terkadang kurang
memperhatikan terkait lingkungan sekitar yaitu seperti kasus
permasalahan banjir di berbagai daerah yang akibat dari bencana banjir
tersebut juga dapat merugikan manusia.

Tantangan terbesar bagi pengelolaan sumber daya alam adalah


menciptakan untuk selanjutnya mempertahankan keseimbangan antara
commit
pemenuhan kebutuhan hidup to user
manusia dan keberlanjutan pemanfaatan dan

1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id

keberadaan sumber daya alam. Jadi hal ini tidak terlepas dari
keberlanjutan keberadaan dan layanan bagi kehidupan manusia.
Keberlanjutan pemanfaatan dan pencagaran sumber daya alam
didefenisikan sebagai suatu proses perubahan di mana kesinambungan
pemanfaatan dan pencagaran sumber daya alam, arah investasi
pemanfaatan sumber daya alam dan perubahan kelembagaan yang
berkaitan dengan pemanfaatan dan perlindungan sumber daya alam
tersebut konsisten dengan sasaran saat ini dan dimasa datang (Chay
Asdak, 2010:535).

Sungai memiliki peran strategis sebagai salah satu sumber


daya alam yang mendukung kehidupan masyarakat. Peranan sungai di
dalam konteks perkotaan menjadi sangat penting, khususnya dalam
upaya mempertahankan sumber daya air yang berkelanjutan.
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan salah satu aspek
dari Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) pada suatu Wilayah
Pengembangan Sumber Air (WPSA) yang merupakan upaya
pendayagunaan sumbersumber air secara terpadu dengan upaya
pengendalian dan pelestariannya (Emirhadi Suganda, dkk, 2009:143).

Melalui pengelolaan Daerah Aliran Sungai (untuk selanjutnya


disebut DAS) dapat memberikan manfaat bagi lingkungan sekitar yang
dilewati DAS tersebut. Hal tersebut dikarenakan DAS dipenuhi oleh
tumbuhan, tanah dan air sehingga keberadaannya dapat selalu
diperbaharui. Pengelolaan DAS merupakan upaya yang dilakukan untuk
memberikan hubungan timbal balik antara sumber daya alam dan manusia
dengan tujuan untuk melestarikan dan menjaga keserasian ekosistem serta
meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam bagi manusia.

A watershed is commonly defined as an area in which all


water drains to a common point. From a hydrological
perspective, a watershed is a useful unit of operation and
analysis because commit
it facilitates
to user a systems approach to land and
water use in interconnected upstream and downstream areas areas
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id

such as the Indian semi-arid tropics, watershed projects aim


to maximize the quantity of water available for crops,
livestock and human consumption through on-site soil and
moisture conservation, infiltration into aquifers, and safe runoff
into surface ponds. (Aher Satish B and Pawar Janardhan R,
2012:637-638)
Terjemahan Bebas
DAS secara umum didefinisikan sebagai daerah di mana semua air
mengalir ke satu titik yang sama . dari perspektif hidrologi , DAS
merupakan unit yang berguna operasi dan analisis karena
memfasilitasi pendekatan sistem penggunaan lahan dan air di
daerah hulu dan hilir saling berhubungan daerah seperti daerah
tropis semi kering India, proyek DAS bertujuan untuk
memaksimalkan kuantitas air tersedia untuk tanaman , ternak dan
konsumsi manusia melalui tanah di tempat dan konservasi air
,infiltrasi ke akuifer , dan limpasan aman menjadi tambak
permukaan.
Data di Kementerian Kehutanan mengungkapkan 108 DAS di
beberapa daerah di Indonesa masuk dalam kategori rusak parah. Hal ini
dikarenakan terdapat beberapa faktor utama yang menyebabkan rusaknya
DAS tersebut antara lain yaitu bencana alam dan akibat aktivitas manusia
seperti penebangan hutan secara liar, kebakaran hutan, perambahan hutan,
eksploitasi hutan dalam lahan secara berlebihan dan penggunaan lahan
yang tidak tepat (http://eksposnews.com/view/2/9428/Sekitar-108-Daerah-
Aliran-Sungai-Di-Indonesia-Hancur.html#.UYdeH6LQnjF diakses tanggal
4 Mei 2013 pukul 14.47 WIB).
Degradation of watersheds in recent decades has brought the
long-term reduction of the quantity and quality of land and
water resources. Changes in watersheds have resulted from a
range of natural and anthropogenic factors, including natural
soil erosion, changes in farming systems, over abstraction of
water, overgrazing, deforestation, and pollution. The
combination of environmental costs and socioeconomic impacts
has prompted investment in watershed management in many
developing countries. (John Kerr, 2007:90)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id

Terjemahan Bebas

Degradasi DAS dalam beberapa dekade terakhir telah membawa


pengurangan jangka panjang kuantitas dan kualitas lahan dan
sumber daya air. Perubahan DAS telah dihasilkan dari berbagai
alam dan faktor antropogenik, termasuk erosi tanah alam,
perubahan sistem pertanian, lebih dari abstraksi air,
penggembalaan, penggundulan hutan, dan polusi. Kombinasi biaya
lingkungan dan dampak sosial ekonomi telah mendorong investasi
dalam pengelolaan DAS di banyak negara berkembang negara.

Dampak negatif yang ditimbulkan oleh kerusakan DAS tersebut


sangat merugikan kehidupan penduduk, seperti banjir, kekeringan, erosi,
sedimentasi, menurunnya kesuburan tanah, produksi pertanian menurun,
dan sebagainya. Kerusakan DAS tersebut perlu segera ditangani secara
komprehensif melalui perencanaan pengelolaan DAS yang baik sehingga
kerusakan lingkungan dapat segera diminimumkan dan pada gilirannya
dapat memberikan peningkatan kualitas lingkungan dan kesejahteraan
penduduk (Abdul Razak, 2008:2).

Pengertian sungai menurut Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun


2011 tentang Sungai yaitu alur atau wadah air alami dan/atau buatan
berupa jaringan pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu
sampai muara, dengan dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan. Salah
satu sungai yang terdapat di pulau Jawa yaitu sungai Bengawan Solo.
Sungai Bengawan Solo merupakan sungai terpanjang di Pulau Jawa (600
km) yang mengalir dari Pegunungan Sewu di Barat hingga Selatan
Surakarta ke Laut Jawa di utara Surabaya, dengan luas DAS 16.100 km2,
yang terdiri atas : Sub DAS Bengawan Solo Hulu (6.702 km2), Sub DAS
Bengawan Solo Hilir (6.273 km2), Sub DAS Kali Madiun (3.755 km2)
(http://www.pu.go.id/satminkal/dit_sda/profil%20balai/BBWS/New/Profil
eBalaiBengawanSolo.pdf diakses pada 13 Mei 2013 pukul 17.19 WIB).

DAS Bengawan Solo merupakan salah satu DAS yang memiliki


commit
posisi penting di Pulau Jawa sertatosumber
user daya alam bagi kegiatan sosial-
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id

ekonomi perkotaan dan pedesaan yang ada di sekitarnya, baik untuk


kebutuhan rumah tangga maupun kebutuhan ekonomi. Pentingnya peranan
DAS dinyatakan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)
yang menetapkan DAS Bengawan Solo sebagai salah satu prioritas utama
dalam penataan ruang sehubungan dengan fungsi hidrologi untuk
mendukung pengembangan wilayah
(http://bulletin.penataanruang.net/index.asp?mod=_fullart&idart=302
diakses tanggal 6 Mei 2013 pukul 15.27 WIB).

Saat ini banyak permasalahan yang muncul terkait dengan


pengelolaan DAS Bengawan Solo. Salah satu kota yang menerima dampak
dari permasalahan DAS Bengawan Solo yaitu kota Surakarta.
Permasalahan tersebut muncul akibat dari kurangnya efisiennya
pengelolaan lingkungan terhadap DAS Bengawan Solo. Disamping itu
juga pertumbuhan penduduk di DAS Bengawan Solo terus bertambah dan
tinggal di daerah rawan banjir. Tahun 1980 ada 13,5 juta jiwa, tahun 1990
menjadi 14,7 juta jiwa, dan tahun 2005 ada 17,5 juta jiwa. Tutupan hutan
hanya 13,6% dari luas DAS. Erosi tanah mencapai 3,14 mm/tahun yang
melebihi erosi yang ditoleransikan. Kondisi ini mendukung banjir setiap
tahun di Bengawan Solo (http://www.bnpb.go.id/news/read/1350/rss
diakses tanggal 26 Mei 2013 pukul 13.17 WIB). Pertumbuhan yang
semakin bertambah tersebut tentunya harus diperhatikan agar tidak
menambah dampak dari bencana yang ditimbulkan Dengan terdapatnya
potensi bencana cukup tinggi yang diakibatkan oleh DAS Bengawan Solo
maka dapat dikategorikan bahwa DAS Bengawan Solo merupakan salah
satu DAS di Indonesia yang kritis atau rawan. Tentunya hal inilah yang
sudah seharusnya ditangani dengan melalui pengelolaan yang baik,
pengelolaan tersebut baik melalui pengelolaan DAS maupun pengelolaan
lingkungan oleh pemerintah ditujukan untuk mencegah timbulnya bencana
agar tidak menjadi seperti bencana banjir besar di DAS Bengawan Solo
yang terjadi pada akhir tahun 2007.to user
commit
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id

Akibat terjadinya hujan di bagian hulu dengan intensitas tinggi di


Sub DAS Bengawan Solo Hulu dan Kali Madiun pada tanggal 25
Desember 2007, maka terjadi banjir besar diseluruh DAS Bengawan Solo
mulai tanggal 26 Desember 2007, yang menimbulkan kerusakan akibat
banjir besar seperti tergenangnya perumahan, fasilitas umum, kantor,
tempat ibadah, sawah/tegalan, dan jalan nasional, propinsi, kabupaten di
kota dan daerah disekitar sungai Bengawan Solo, dimana kondisi itu
mempengaruhi aktivitas masyarakat dan perekonomian. Kejadian banjir
besar tersebut melanda kabupaten/kota di sepanjang aliran sungai
Bengawan Solo diantaranya yaitu : Solo, Sukoharjo, Sragen, Ponorogo,
Madiun, Cepu, Bojonegoro, Tuban, Babat, Lamongan, Gresik dan daerah
disekitarnya(http://bulletin.penataanruang.net/index.asp?mod=_fullart&ida
rt=84 diakses pada tanggal 6 Mei 2013 pukul 15.29 WIB).

Karena debet air dari musim kemarau ke musim hujan


peningkatannya sudah sangat tinggi. Sudah lebih dari 100 kali. Ini terjadi
karena dampak dari keberkurangan daerah resapan air. Sebab kemudian
tidak ada yang menahan, sehingga air hujan terus mengalir. Semestinya,
air hujan yang jatuh itu akan tertahan oleh pohon-pohon atau pun tanaman.
Juga oleh akar-akar pohon. Setelah itu baru akan dialirkan (oleh alam) saat
musim kering. Jadi tidak langsung mengalir ke sungai karena tutupan
lahan sudah jauh berkurang. Inilah mengapa Bengawan Solo dikatakan
super kritis. Bencana banjir lalu juga tanah longsor, adalah indikasi bahwa
daya dukung lingkungan memang sudah menurun
(http://www.suaramerdeka.com/harian/0801/13/bincang01.htm diakses
pada tanggal 28 Agustus 2013 pukul 20.10 WIB).

DAS sendiri merupakan salah satu sumber mata air yang amat
sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia baik untuk kegunaan
kehidupan sehari-hari maupun bagi kegiatan-kegiatan lain yang berfungsi
guna untuk usaha-usaha pemanfaatan air yang berguna untuk
meningkatkan taraf hidupcommit to user Sehingga untuk menjaga akan
masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id

pentingnya pengaruh dari DAS, pemerintah terutama pemerintah daerah


kota Surakarta dalam hal ini Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta
tentunya memiliki kewajiban dalam memperhatikan terkait pengelolaan
DAS Bengawan Solo sebagai tugas dari instansi pemerintah daerah dalam
melakukan pengelolaan terhadap lingkungan.

Pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 37


Tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai sebagai pedoman
dalam pengelolaan DAS dan fungsi pemerintah dalam mengelola DAS
tertuang dalam Pasal 2 ayat (2) yaitu “Pengelolaan DAS secara utuh
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan melalui tahapan:
perencanaan, pelaksanaan, monitor dan evaluasi, dan pembinaan dan
pengawasan".
Disamping itu pengelolaan DAS yang dilaksanakan oleh pemerintah harus
terencana dan berpola. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor
37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai yang
dituangkan dalam Pasal 2 ayat (3) yaitu “Pengelolaan DAS sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan rencana
tata ruang dan pola pengelolaan sumber daya air sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang penataan ruang dan sumber daya
air.”

Pengelolaan lingkungan yang baik sendiri dalam menurut Undang-


Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup yaitu berupa upaya yang dilakukan untuk melestarikan
fungsi dari lingkungan hidup dan mencegah agar tidak terjadi dampak
kerusakan lingkungan. Pengelolaan terhadap DAS sendiri tentunya harus
berpedoman terhadap pengelolaan lingkungan yang baik agar juga dapat
mengurangi dampak kerusakan yang muncul dari DAS Bengawan Solo.

Peran pemerintah kota dalam menjaga sumber air untuk kehidupan


masyarakat sendiri diaturcommit
dalamto Undang-undang
user No 7 Tahun 2004
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

tentang Sumber Daya Air pada Pasal 16 yaitu wewenang dan tanggung
jawab pemerintah kabupaten/kota. Pasal ini memberi wewenang kepada
pemerintah kota untuk:
a. menetapkan kebijakan pengelolaan sumber daya air di wilayahnya
berdasarkan kebijakan nasional sumber daya air dan kebijakan
pengelolaan sumber daya air provinsi dengan memperhatikan
kepentingan kabupaten/kota sekitarnya;
b. menetapkan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah
sungai dalam satu kabupaten/kota;
c. menetapkan rencana pengelolaan sumber daya air padawilayah sungai
dalam satu kabupaten/kota dengan memperhatikan kepentingan
kabupaten/kota sekitarnya;
d. menetapkan dan mengelola kawasan lindung sumber air pada
wilayahsungai dalam satu kabupaten/kota;
e. melaksanakan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai
dalam satu kabupaten/kota dengan memperhatikan kepentingan
kabupaten/kota sekitarnya;
f. mengatur, menetapkan, dan memberi izin penyediaan, peruntukan,
penggunaan, dan pengusahaan air tanah di wilayahnyaserta sumber
daya air pada wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota;
g. membentuk dewan sumber daya air atau dengan nama lain di
tingkat kabupaten/kota dan/atau pada wilayah sungai dalam satu
kabupaten/kota;
h. memenuhi kebutuhan pokok minimal sehari-hari atas air bagi
masyarakat di wilayahnya; dan
i. menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas, dan ketertiban pelaksanaan
pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu
kabupaten/kota.
Menurut beberapa peraturan tersebut tentunya dalam hal ini
pemerintah kota Surakarta dalam hal ini Badan Lingkungan Hidup Kota
Surakarta memiliki kebijakan-kebijakan terhadap pengelolaan lingkungan
yang diambil agar dapat mencegah terjadinya bencana-bencana yang dapat
ditimbulkan dari DAS Bengawan Solo. Kebijakan yang ditetapkan dalam
pengelolaan Wilayah Sungai (WS) Bengawan Solo antara lain yaitu
memberikan perhatian pada keserasian antara konservasi dan
pendayagunaan, pengelolaan kuantitas dan kualitas air untuk menjamin
ketersediaan air baik untuk saat ini mupun masa
mendatang(http://bulletin.penataanruang.net/index.asp?mod=_fullart&idar
t=84 diakses pada tanggal commit to user
6 Mei 2013 pada pukul 15.35 WIB).
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan


penelitian lebih mendalam terhadap kinerja pemerintah terkait pengelolaan
lingkungan terkait DAS Bengawan Solo dalam hal ini kinerja dari Badan
Lingkungan Hidup Kota Surakarta dan menyusunnya menjadi sebuah
skripsi dengan judul “PERANAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP
KOTA SURAKARTA DALAM MEWUJUDKAN PENGELOLAAN
LINGKUNGAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)
BENGAWAN SOLO”

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di jelaskan seperti di atas,


maka dalam rencana penelitian ini penulis ingin merumuskan masalah
yang hendak diteliti agar dapat tercapainya sasaran yang jelas, terarah dan
sesuai dengan apa yang diharapkan dalam penulisan. Berdasarkan latar
belakang di atas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana peran Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta dalam
mewujudkan pengelolaan lingkungan di DAS Bengawan Solo ?
2. Apakah hambatan Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta dalam
mewujudkan pengelolaan lingkungan di DAS Bengawan Solo dan
solusinya ?

C. Tujuan Penelitian

Suatu penelitian tentunya dilakukan untuk mencapai suatu tujuan


yang jelas. Hal ini tentunya bermaksud agar dapat memberikan arah yang
sesuai dengan maksud dari penelitian. Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Obyektif
a. Untuk mengetahui bagaimana upaya-upaya yang dilakukan oleh
Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta dalam mengelola
lingkungan DAS Bengawan Solo.
b. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang timbul dari
pengelolaan yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Kota
Surakarta terhadap DAS Bengawan Solo.
2. Tujuan Subyektif
a. Untuk memperoleh data sebagai bahan penulisan hukum guna
memenuhi salah satu syarat dalam mencapai gelar kesarjanaan
commit
pada Fakultas Hukum to user Sebelas Maret Surakarta.
Universitas
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

b. Untuk menambah pengetahuan dan pemahaman penulis dalam


bidang ilmu hukum khususnya mengenai hukum lingkungan dalam
pengelolaan daerah aliran sungai.
c. Untuk menerapkan teori-teori hukum yang telah penulis dapat agar
memberi manfaat bagi penulis sendiri khususnya dan masyarakat
pada umumnya.

D. Manfaat Penelitian

Suatu penelitian tentunya akan mendapatkan suatu hasil manfaat.


Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu :
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini akan memberikan manfaat terhadap
pengembangan dari penerapan hukum lingkungan, terkait dengan
pengelolaan lingkungan daerah aliran sungai.
b. Hasil penelitian ini akan dapat digunakan untuk materi
pembelajaran pada mata kuliah hukum lingkungan dan dapat
digunakan untuk pengembangan dari ilmu hukum.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai untuk bahan acuan
bagi penelitian yang sejenis.
2. Manfaat Praktis
a. Untuk membantu penulis dalam membentuk pola pikir dan juga
mengembangkan penalaran terhadap penelitian yang dilakukan
sehingga dapat mengetahu kemampuan penulis untuk menerapkan
ilmu hukum yang diperoleh.
b. Untuk bahan masukan dan juga sumbangan pemikiran yang dapat
digunakan oleh pihak-pihak terkait yang terlibat dalam usaha
pengelolaan daerah aliran sungai.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

E. Metode Penelitian

Kegiatan penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang


berkaitan dengan analisa dan konstruksi, yang dilakukan secara
metodelogis, sistematis dan konsisten. “Metodelogis berarti sesuai dengan
metode atau cara tertentu, sistematis adalah berdasarkan suatu sistim,
sedangkan konsisten berarti tidak adanya hal-hal yang bertentangan dalam
suatu kerangka tertentu” (Soerjono Soekanto, 2010:42). Metode penelitian
yang akan digunakan oleh penulis dalam melakukan penulisan hukum ini
adalah sebagai berikut:
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penulisan hukum
ini adalah penelitian hukum empiris, yaitu penelitian yang
menggunakan fakta-fakta yang di dapat di lapangan yaitu peranan
Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta dalam pengelolaan DAS
Bengawan Solo. Dalam penelitian empiris, yang diteliti pada awalnya
adalah data sekunder untuk kemudian dilanjutkan dengan penelitian
terhadap data primer di lapangan atau masyarakat (Soerjono Soekanto,
2010:52 )
2. Sifat Penelitian
Menurut sifatnya penelitian ini termasuk di dalam penelitian
yang bersifat deskriptif. Sifat penelitian secara deskriptif dimaksudkan
untuk memberikan data yang seteliti tentang manusia keadaan, atau
gejala-gejala lainnya, terutama untuk mempertegas hipotesa-hipotesa,
agar dapat membantu dalam memperkuat teori-teori lama, atau
didalam kerangka menyusun teori-teori baru (Soerjono Soekanto,
2010: 10).
3. Pendekatan Penelitian
Penulis dalam penelitian ini menggunakaan pendekatan kualitatif
commit tometode
karena dengan menggunakan user pendekatan kualitatif dengan
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

mendasarkan pada data-data yang digunakan responden secara lisan


atau tulisan, dan juga perilakunya yang nyata diteliti dan dipelajari
sebagai suatu yang utuh (Soerjono Soekanto, 2010: 250).
4. Lokasi Penelitian
Untuk memperoleh dan melengkapi data yang diperlukan
dalam penelitian ini, penulis mengambil lokasi penelitian di Badan
Lingkungan Hidup di Kota Surakarta. Lokasi penelitian ditetapkan
dengan tujuan agar dapat mempersempit lingkup permasalahan yang
diteliti sehingga dapat dilakukan penelitian yang lebih terarah dan
dapat tercapat sesuai dengan sasaran. Pemilihan lokasi penelitian di
Badan Lingkungan Hidup di Kota Surakarta karena memudahkan
penulis untuk mendapatkan informasi data yang berkaitan dengan
penelitian yang akan penulis lakukan khususnya untuk mengetahui
sejauh mana Peranan Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta Dalam
Mewujudkan Pengelolaan Lingkungan Di DAS Bengawan Solo.
5. Jenis dan Sumber Data Penelitian
Secara umum dalam penelitian dibedakan antara data yang
diperoleh secara langsung dari masyarakat dan dari bahan pustaka.
Data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat dinamakan data
primer, sedangkan data yang diperoleh dari bahan-bahan kepustakaan
ialah data sekunder (Soerjono Soekanto, 2010 : 51). Jenis dan sumber
data yang digunakan penulis dalam menyusun penelitian hukum ini
yaitu antara lain :
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dan
dikumpulkan secara langsung dari lapangan yang menjadi obyek
penelitian atau diperoleh melalui wawancara yang berupa
keterangan atau fakta-fakta atau juga bisa disebut dengan data yang
diperoleh dari sumber yang pertama (Soerjono Soekanto, 2010 :
12). Berdasarkan pengertian tersebut, maka sumber data primer
commit
dalam penelitian dapat to user melalui wawancara pegawai dari
diperoleh
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

Badan Lingkungan Hidup kota Surakarta terkait permasalahan


yang akan dibahas
b. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang didapat dari keterangan
atau pengetahuan-pengetahuan yang diperoleh secara tidak
langsung antara lain mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-
buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan (Soerjono
Soekanto, 2010 : 12).

c. Data Tertier
Data tertier, yaitu data yang bertujuan memberikan
petunjuk maupun penjelasan atau bersifat menunjang terhadap
bahan primer dan sekunder (Soerjono Soekanto, 2010 : 25).
Sebagai contoh kamus besar bahasa indonesia, ensiklopedia dan
bahan-bahan yang memiliki kaitan dengan masalah yang akan
diteliti.
6. Teknik Pengumpulan Data
Tenik pengumpulan data merupakan faktor penting dalam hal
menentukan kualitas penelitian. Teknik pengumpulan data dalam suatu
penelitian yang bersifat deskriptif merupakan sesuatu bagian yang
penting karena akan digunakan dalam memperoleh data secara lengkap
dan sesuai. Sehingga dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data
yang akan dipergunakan oleh penulis adalah sebagai berikut:
a. Wawancara
Dalam mencari pengumpulan data, penulis mendatangi
lokasi penelitian dengan maksud untuk memperoleh data yang
sesuai dan lengkap dengan melalui wawancara dengan pegawai
Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta. Adapun dalam
penentuan responden dapat diperoleh dengan cara pengambilan
sampel dengan proposif sampling, dimana peneliti cenderung
commit
memiliki informan yangtodianggap
user tahu dapat dipercaya untuk
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

menjadi sumber data yang mantap dan mengetahui masalahnya


secara dalam (HB.Sutopo, 2002:58-59).
b. Studi Kepustakaan
Teknik pengumpulan data sekunder dengan menggunakan
studi kepustakaan, yaitu dengan mempelajari buku-buku literatur,
pengaturan perundang-undangan, dokumen-dokumen resmi, hasil
penelitian terdahulu, dan bahan kepustakaan lain yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti (Soerjono Soekanto, 2010:12).

7. Teknik Analisis Data


Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif
dengan menggunakan, mengelompokkan, dan menyeleksi data yang
diperoleh dari penelitian lapangan, kemudian dihubungkan dengan
teori-teori, asas-asas, dan kaidah-kaidah hukum yang diperoleh dari
studi kepustakaan. Dalam teknik analisis ini terdapat tiga komponen
utama, antara lain (H.B. Sutopo 2006:113-116) :
a. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses penyeleksian,
penyederhanaan, dan abstraksi data yang diperoleh dari catatan
tulis yang terdapat di lapangan.
b. Penyajian Data
Penyajian data merupakan rangkaian informasi yang
memungkinkan untuk ditarik suatu kesimpulan dari penelitian yang
akan dilakukan. Selain berbentuk sajian dengan kalimat, sajian data
dapat ditampilkan dengan berbagai jenis gambar, kaitan kegiatan,
dan tabel.
c. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Penarikan kesimpulan berdasarkan atas semua hal yang
terdapat dalam reduksi data dan sajian yang meliputi berbagai hal
yang ditemui dengan melakukan pencatatan-pencatatan,
commityang
pernyataan, konfigurasi to usermungkin berkaitan dengan data
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

(HB.Sutopo, 2002:91-95). Penarikan kesimpulan dan verifikasi


merupakan tahap akhir dari penelitian yang didasarkan pada apa
yang terdapat dalam reduksi dan juga penyajian data.
Untuk memperjelas penjelasan di atas maka penulis
menyajikan dalam skema sebagai berikut :

Pengumpulan Data

Reduksi Data Penyajian Data

Penarikan
Kesimpulan/Verifikasi

Gambar 1. Bagan Model Analisis Interaktif

F. Sistematika Penulisan Hukum

Sistematika penulisan hukum bertujuan untuk memberikan


gambaran secara menyeluruh dan mempermudah pemahaman terkait
seluruh isi penulisan hukum, maka penulis membagi sitematika penulisan
hukum dalam empat bab yang saling berkaitan dan berhubungan yang
dimaksudkan untuk mempermudah pemahaman terhadap hasil penulisan
hukum ini. Sistematika dalam penulisan hukum ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis berusaha memberikan gambaran awal mengenai


penelitian yang meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah,
commit to user
tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian yang
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

digunakan dalam penelitian ini, dan sistematika penulisan hukum


untuk dapat lebih memberikan pemahaman terhadap isi penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini diuraikan mengenai kerangka dari teori maupun


kerangka pemikiran. Kerangka teori berisi tinjauan tentang hukum
lingkungan, tinjauan tentang lingkungan hidup, tinjauan tentang
daerah aliran sungai dan tinjauan tentang Badan Lingkungan Hidup
Daerah serta kerangka pikir yang merupakan alur pemikiran penulis.

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan mencoba untuk mengemukakan


pembahasan dari rumusan masalah yang ada, yaitu mengenai
bagaimana Upaya Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta dalam
mewujudkan pengelolaan lingkungan di DAS Bengawan Solo.
Selain itu penulis akan mencoba untuk menjelaskan mengenai
Hambatan Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta dalam
mewujudkan pengelolaan lingkungan di DAS Bengawan Solo.

BAB IV PENUTUP

Bab ini merupakan bab akhir dari penelitian ini yang berisi
kesimpulan-kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan
dan saran-saran sebagai tindak lanjut dari kesimpulan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

commit to user

Anda mungkin juga menyukai