Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

DEMOKRASI DAN HAK ASASI

MANUSIA

DI SUSUN OLEH :

Nama : MARIANA SILFANA RAHAWARIN

Kelas : XII IIS

Mata Pelajaran : AGAMA (Kristen Protestan)


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Hak Asasi Manusia adalah norma yang telah diakui, diterima, dan disepakati secara
internasional. Hak Asasi Manusia tak hanya dihasilkan melalui deklarasi, tetapi juga melalui
perjanjian antar-negara (states parties) serta sejumlah protokol yang digunakan sebagai tata cara
pelaksanaannya.
Adapun demokrasi adalah sistem politik dan pemerintahan yang didasarkan atas mandat yang
bersumber dari rakyat (civil). Secara formal dan pokok terdiri atas tiga lembaga negara, yaitu
eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Semakin ketiga lembaga ini mencapai keseimbangan
(equilibrium), kian demokratis pula sistem negara bersangkutan.Mandat rakyat biasanya diperoleh
melalui proses pemilihan umum, bukan melalui pengangkatan. Jika setiap mandat diperoleh
melalui pemilihan yang jujur, semakin demokratis pula proses pemilihannya. Seluruh proses
demokratis ini dipercaya bukan karena hasil paksaan apalagi kudeta militer, melainkan atas dasar
mandat yangjelas diperoleh dari konstituen.Demokrasi mempunyai arti penting bagi masyarakat
karena dengan demokrasi hak masyarakat untuk menentukan sendiri jalannya organisasi
pemerintahan sesuai kehendaknya dapat dijamin.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dirumuskan adalah :
1. Pengertian Demokrasi ?
2. Bagaimana perkembangan Demokrasi di Indonesia?
3. Pengertian Hak Asasi Manusia?
4. Bagaimana perkembangan pemikiran tentang HAM didunia dan di indonesia?
5. Hubungan Demokrasi dan Hak Asasi Manusia?
C.  Tujuan Penulisan Makalah
1. Untuk mengetahui apa pengertian Hak Asasi Manusia, serta hubungannya
danperkembangannya terhadap Demokrasi yang berkembang.
2. Untuk mengetahui penerapan hukum yang mengatur Hak Asasi Manusia serta
Penerapannya terhadap kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengertian Demokrasi
Secara etimologi demokrasi berasal dari bahasa Yunani, yang diutarakan di Athenakuno
pada abad ke-5 SM. Negara tersebut biasanya dianggap sebagai contoh awal dari sebuah sistem
yang berhubungan dengan hukum demokrasi modern demos artinya rakyat atau penduduk disuatu
tempat dan kratos/kratein artinya kekuasaan atau kedaulatan. Dari dua kata tersebut manjadi
istila demokrasi artinya kekuasaan atau kedaulatan,  kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan
rakyat, rakyat berkuasa, pemerintah rakyat dan oleh rakyat.[1] Sementara secara terminologi
demokrasi sebagai berikut:
a. Josefh A Schmeter, Demokrasi merupakan suatu perencanaan institusional untuk mencapai
keputusan politik dimana individu-individu memperoleh kekuasaan untuk memutuskan
dengan cara perjuangan kompetitif atas suara rakyat.
b. Sidney Hook, Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang penting secara langsung atau tidak
langsung didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat
dewasa.
c. Philippe c Schemitter dan terry Lynn Karl, Demokrasi merupakan suatu sistem pemerintahan
dimana pemerintahan dimana dimintai tanggungjawab atas tindak-tindakan mereka di wilayah
publik oleh warga negara, yang bertindak secara tidak langsung melalui kompetisi dan
kerjasama dengan para wakil mereka yang telah terpilih.  
d. Henry B Mayo, Demokrasi merupakan sistem politik yang menunjukkan bahwa kebijakan
umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara epektif oleh rakyat
dalam pemilihan-pemilihan berkala dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan
politik.
Dari pendapat para ahli diatas terdapat benang merah atau ttik singgung tentang pengertian
demokrasi yaitu rakyat sebagai pemegang kekuasaan, pembuat dan penentu keputusan dan
kebijakan tertinggi dalam penyelenggaraan negara dan pemerintahan serta mengkontrol terhadap
pelaksanaan kebijakannya baik yang dilakukan secara langsung oleh rakyat atau mewakilinya
melalui lembaga perwakilan.

Ciri-ciri pokok pemerintahan demokratis


a. Pemerintahan berdasarkan kehendak dan kepentingan rakyat banyak, dengan ciri-ciri
tambahan;
b. Konstitusional, yaitu bahwa prinsip-prinsip kekuasaan, kehendak dan kepentingan rakyat diatur
dan ditetapkan dalam konstitusi;
c. Perwakilan, yaitu bahwa pelaksanaan kedaulatan rakyat diwakilkan kepada beberapa orang;
d. Pemilihan umum, yaitu kegiatan politik untuk memilih anggota-anggota parlemen;
e. Kepartaian, yaitu bahwa partai politik adalah media atau sarana antara dalam praktik
pelaksanaan demokrasi
f. Adanya pemisahan atau pembagian kekuasaan, misalnya pembagian/pemisahan kekuasaan
eksekutif,  legislatif dan yudikatif.
g. Adanya tanggung jawab dari pelaksana kegiatan pemerintahan.
h. Adanya perlindungan Hak Asasi Manusia.

B. Perkembangan Demokrasi di Indonesia


Perkembangan demokrasi di Indonesia dilihat dari segi waktu dibagi dalam empat periode
yaitu;
1. Periode 1945-1959 (Demokrasi Parlementer)
Demokrasi pada masa ini dikenal dengan sebutan demokrasi parlementer. Sistem
parlementer ini mulai berlaku sebulan setelah kemerdekaan diproklamasikan. Sistem ini
kemudian diperkuat dalam Undang-Undang Dasar 1949 (Konstitusi RIS) dan Undang-
Undang Dasar Sementara (UUDS) 1950. Meskipun sistem ini dapat berjalan dengan
memuaskan di beberapa negara Asia lain, sistem ini ternyata kurang cocok diterapkan di
Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan melemahnya persatuan bangsa. Dalam UUDS 1950,
badan eksekutif terdiri dari Presiden sebagai kepala negara konstitusional (constitutional
head) dan perdana menteri sebagai kepala pemerintahan.
2. Periode 1959-1965 (Orde Lama)
Demokrasi Terpimpin Pandangan A. Syafi’i Ma’arif, demokrasi terpimpin sebenarnya
ingin menempatkan Soekarno sebagai “Ayah” dalam famili besar yang bernama Indonesia
dengan kekuasaan terpusat berada di tangannya. Dengan demikian, kekeliruan yang besar
dalam Demokrasi Terpimpin Soekarno adalah adanya pengingkaran terhadap nilai-nilai
demokrasi yaitu absolutisme dan terpusatnya kekuasaan hanya pada diri pemimpin. Selain
itu, tidak ada ruang kontrol sosial dan check and balance dari legislatif terhadap eksekutif.
3. Periode 1965-1998 (Orde Baru) Demokrasi Pancasila
Ciri-ciri demokrasi pada periode Orde Lama antara lain presiden sangat mendominasi
pemerintahan, terbatasnya peran partai politik, berkembangnya pengaruh komunis, dan
meluasnya peranan ABRI sebagai unsur sosial politik. Menurut M. Rusli Karim, rezim Orde
Baru ditandai oleh; dominannya peranan ABRI, birokratisasi dan sentralisasi pengambilan
keputusan politik, pembatasan peran dan fungsi partai politik, campur tangan pemerintah
dalam persoalan partai politik dan publik, masa mengambang, monolitisasi ideologi negara,
dan inkorporasi lembaga nonpemerintah
4. Periode 1998-sekarang( Reformasi )
Orde reformasi ditandai dengan turunnya Presiden Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998.
Jabatan presiden kemudian diisi oleh wakil presiden, B.J. Habibie. Turunnya presiden
Soeharto disebabkan karena tidak adanya lagi kepercayaan dari rakyat terhadap
pemerintahan Orde Baru. Bergulirnya reformasi yang mengiringi keruntuhan rezim tersebut
menandakan tahap awal bagi transisi demokrasi Indonesia. Transisi demokrasi merupakan
fase krusial yang kritis karena dalam fase ini akan ditentukan ke mana arah demokrasi akan
dibangun.

C. Pengertian Hak Asasi Manusia(HAM)


Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak-hak yang dimiliki manusia yang telah diperoleh
dan dibawanya bersamaan kelahiran atau kehadirannya di dalam kehidupan masyarakat.Hak-
hak ini dimiliki manusia tanpa perbedaan angsa, ras, agama atau kelamin, karenanya bersifat
asasi dan universal.
Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa
“Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang,
demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia”

Ciri Pokok Hakikat HAM


Berdasarkan beberapa rumusan HAM di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang beberapa
ciri pokok hakikat HAM yaitu:
1. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. HAM adalah bagian dari manusia
secara otomatis.
2. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis,
pandangan politik atau asal-usul sosial dan bangsa.
3. HAM tidak bisa dilanggar. Tidak seorangpun mempunyai hak untuk membatasi atau
melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM walaupun sebuah Negara
membuat hukum yang tidak melindungi atau melanggar HAM.

D. Perkembangan Pemikiran HAM


Perkembangan Pemikiran HAM dibagi dalam 4 generasi, yaitu :
a. Generasi pertama berpendapat bahwa pemikiran HAM hanya berpusat pada bidang
hukum dan politik. Fokus pemikiran HAM generasi pertama pada bidang hukum dan
politik disebabkan oleh dampak dan situasi perang dunia II, totaliterisme dan adanya
keinginan Negara-negara yang baru merdeka untuk menciptakan sesuatu tertib hukum
yang baru.
b. Generasi kedua pemikiran HAM tidak saja menuntut hak yuridis melainkan juga hak-hak
sosial, ekonomi, politik dan budaya. Jadi pemikiran HAM generasi kedua menunjukan
perluasan pengertian konsep dan cakupan hak asasi manusia. Pada masa generasi kedua,
hak yuridis kurang mendapat penekanan sehingga terjadi ketidakseimbangan dengan hak
sosial-budaya, hak ekonomi dan hak politik.
c. Generasi ketiga sebagai reaksi pemikiran HAM generasi kedua. Generasi ketiga
menjanjikan adanya kesatuan antara hak ekonomi, sosial, budaya, politik dan hukum dalam
suatu keranjang yang disebut dengan hak-hak melaksanakan pembangunan. Dalam
pelaksanaannya hasil pemikiran HAM generasi ketiga juga mengalami ketidakseimbangan
dimana terjadi penekanan terhadap hak ekonomi dalam arti pembangunan ekonomi
menjadi prioritas utama, sedangkan hak lainnya terabaikan sehingga menimbulkan banyak
korban, karena banyak hak-hak rakyat lainnya yang dilanggar.
d. Generasi keempatyang mengkritik peranan negara yang sangat dominant dalam proses
pembangunan yang terfokus pada pembangunan ekonomi dan menimbulkan dampak
negative seperti diabaikannya aspek kesejahteraan rakyat. Selain itu program
pembangunan yang dijalankan tidak berdasarkan kebutuhan rakyat secara keseluruhan
melainkan memenuhi kebutuhan sekelompok elit. Pemikiran HAM generasi keempat
dipelopori oleh Negara-negara di kawasan Asia yang pada tahun 1983 melahirkan
deklarasi hak asasi manusia yang disebut Declaration of the basic Duties of Asia People
and Government.menurut jimly, konsepsi hak asasi manusia yang terakhir inilah yang
justru tepat disebut sebagai Konsepsi HAM Generasi Kedua, karena sifat hubungan
kekuasaan yang diaturnya memang berbeda dari konsepsi-konsep HAM sebelumnya. Sifat
hubungan kekuasaan dalam konsepsi Generasi Pertama bersifat vertikal, sedangkan sifat
hubungan kekuasaan dalam konsepsi Generasi Kedua bersifat horizontal. Dengan
demikian, pengertian konsepsi HAM generasi kedua dan generasi ketiga sebelumnya
cukup dipahami sebagai perkembangan varian yang sama dalam tahap pertumbuhan
konsepsi generasi pertama.

Sejalan dengan pemikiran ini maka PBB memprakarsai berdirinya sebuah komisi HAM untuk
pertama kali yang diberi namaComission on Human Rights pada tahun 1946. Komisi inilah yang
kemudian menetapkan secara terperinci beberapa hak-hak ekonomi, dan sosial, disamping itu hak
politis yaitu:
a. Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan kehidupannya.
b. Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan, perlakuan atau penghukuman lain yang
kejam, tidak manusiawi dan merendahkan martabat kemanusiaan.
c. Setiap orang berhak untuk bebas dari segala bentuk perbudakan.
d. Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya.
e. Setiap orang berhak untuk bebas memiliki keyakinan, pikiran dan hati nurani.
f. Setiap orang berhak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum.
g. Setiap orang berhak atas perlakuan yang sama di hadapan hukum dan pemerintahan.
h. Setiap orang berhak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut.
i. Setiap orang berhak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah.
j. Setiap orang berhak akan status kewarganegaraan.
k. Setiap orang berhak untuk bebas bertempat tinggal di wilayah negaranya, meninggalkan dan
kembali ke negaranya.
l. Setiap orang berhak memperoleh suara politik.
m. Setiap orang berhak bebas dari segala bentuk perlakuan diskriminatif dan berhak mendapatkan
perlindungan hukum dari perlakuan yang bersifat diskriminatif tersebut.

E. Perkembangan pemikiran HAM di Indonesia


Pemikiran HAM periode sebelum kemerdekaan yang paling menonjol
pada Indische Partij adalah hak untuk mendapatkan kemerdekaan serta mendapatkan perlakukan
yang sama hak kemerdekaan.
Boedi Oetomo, dalam konteks pemikiran HAM, pemimpin Boedi Oetomo telah
memperlihatkan adanya kesadaran berserikat dan mengeluarkan pendapat melalui petisi – petisi
yang dilakukan kepada pemerintah kolonial maupun dalam tulisan yang dalam surat kabar goeroe
desa. Bentuk pemikiran HAM Boedi Oetomo dalam bidang hak kebebasan berserikat dan
mengeluarkan pendapat.
Pemikiran HAM sebelum kemerdekaan juga terjadi perdebatan dalam sidang BPUPKI antara
Soekarno dan Soepomo di satu pihak dengan Mohammad Hatta dan Mohammad Yamin pada
pihak lain. Perdebatan pemikiran HAM yang terjadi dalam sidang BPUPKI berkaitan dengan
masalah hak persamaan kedudukan di muka hukum, hak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak, hak untuk memeluk agama dan kepercayaan, hak berserikat, hak untuk berkumpul, hak
untuk mengeluarkan pikiran dengan tulisan dan lisan.
Pengakuan akan Hak Asasi Manusia di Indonesia telah tercantum dalam Undang-Undang
Dasar 1945 yang sebenarnya lebih dahulu ada dibandingkan dengan Deklarasi PBB yang lahir
pada 10 Desember 1948. Pengakuan akan Hak Asasi Manusia di Indonesia telah tercantum dalam
Undang-Undang Dasar 1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya adalah sebagai berikut:
1. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Alinea Pertama
2.  Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Alinea Keempat
3. Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945
4.  Ketetapan MPR
Ketetapan MPR mengenai Hak Asasi Manusia Indonesia tertuang dalam ketetapan MPR
No.XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia. Berdasarkan hal itu, kemudian keluarlah
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia sebagai undang-undang yang
sangat penting kaitannya dalam proses jalannya Hak Asasi Manusia di Indonesia. Selain itu juga
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.

F. Hubungan Antara Demokrasi dan HAM


Hak Asasi Manusia (HAM) dan demokrasi merupakan konsepsi kemanusiaan dan relasi sosial
yang dilahirkan dari sejarah peradaban manusia di seluruh penjuru dunia.Konsepsi HAM dan
demokrasi dalam perkembangannya sangat terkait dengan konsepsi negara hukum.Dalam sebuah
negara hukum, sesungguhnya yang memerintah adalah hukum, bukan manusia. Tujuan
negara Indonesia sebagai negara hukum yang bersifat formal tersebut mengandung konsekuensi
bahwa negara berkewajiban untuk melindungi seluruh warganya dengan suatu undang-undang
terutama melindungi hak-hak asasinya demi kesejahteraan hidup bersama.
Demokrasi punya keterkaitan yang erat dengan Hak Asasi Manusia karena makna terdalam
dari demokrasi adalah kedaulatan rakyat, yaitu rakyatlah sebagai pemegang kekuasaan politik
tertinggi dalam suatu negara.Posisi ini berarti, secara langsung menyatakan adanya jaminan
terhadap hak sipil dan politik rakyat. Ukuran untuk menilai demokratis atau tidaknya suatu negara,
antara lain semakin besarnya tingkat kemerdekaan misalnya, kebebasan untuk menyatakan
pendapat, kemerdekaan untuk menganut keyakinan politik, hak untuk diperlakukan sama
dihadapan hukum.
Hanya kemudian patut dijelaskan lebih lanjut, bahwa persoalan demokrasi bukanlah sebatas
hak sipil dan politik rakyat namun dalam perkembangannya, demokrasi juga terkait erat dengan
sejauh mana terjaminnya hak-hak ekonomi dan sosial dan budaya rakyat.Maka negara demokratis
juga diukur dari sejauh mana negara menjamin kesejahteraan warga negaranya, seberapa rendah
tingkat pengangguran dan seberapa jauh negara menjamin hak-hak warga negara dalam
mendapatkan penghidupan yang layak.Hal inilah yang secara langsung ataupun tidak langsung
menegaskan bagaimana hubungan yang terjalin antara demokrasi dan Hak Asasi Manusia.
Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa, Hak Asasi Manusia akan terwujud dan dijamin oleh
negara yang demokratis dan demikian sebaliknya, demokrasi akan terwujud apabila negara
mampu manjamin tegaknya Hak Asasi Manusia.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Demokrasi adalah salah satu bentuk pemerintahan dalam sebuah negara dengan
kekuasaan pemerintahannya berasal dari rakyat, baik secara langsung ataupun melalui
perwakilan. Sedangkan HAM merupakan hak yang melekat pada manusia secara kodrati dan
tidak dapat dihilangkan oleh pihak lain.
Demokrasi dan HAM merupakan elemen yang penting untuk mewujudkan suatu negara
yang berkeadaban Demokrasi punya keterkaitan yang erat dengan Hak Asasi
Manusia sebab Hak Asasi Manusia akan terwujud apabila dijamin oleh negara yang
demokratis dan demikian sebaliknya, demokrasi akan terwujud apabila negara mampu
manjamin tegaknya Hak Asasi Manusia.
Sejak Indonesia merdeka dan berdaulat sebagai sebuah negara pada tanggal 17 Agustus
1945, para Pendiri Negara Indonesia (the Founding Fathers) melalui UUD 1945 (yang
disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945) telah menetapkan bahwa Negara Kesatuan Republik
Indonesia menganut paham atau ajaran demokrasi, dimana kedaulatan berada ditangan
Rakyat. Oleh karena itu Indonesia sebagai negara demokratis harus mampu menjamin
tegaknya HAM agar dapat mewujudkan suatu negara yang berkeadaban.Dan perkembangan
demokrasi dan HAM di Indonesia dapat dilihat dari periode sebelum kemerdekaan hingga
periode setelah kemerdekaan (hingga sekarang).

B. Saran
Pemerintah harus lebih meningkatkan jaminan terhadap penegakan Hak Asasi Manusia di
Indonesia karena di masa sekarang ini masih banyak terjadi kasus-kasus pelanggaran HAM.
Dan Pemerintah harus lebih aktif lagi dalam penerapan hukum terhadap pelanggaran HAM,
sehingga dengan begitu Demokrasi pun berjalan dengan seimbang dan sesuai keinginan
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai