Anda di halaman 1dari 14

ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DENGAN KECERDASA

ISTIMEWA

Dosen pembimbing:

Nurul Hidayah, M.Pd

Disusun Oleh kelompok 1

Naimatul Qibthiyah Siregar

Nurfitri Zartiyana

Safwan Azizi

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

TEUNGKU DIRUNDENG MEULABOH

2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

            Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.   

          Terlepas dari semua itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah “Pendidikan Anak Berkebutuhan
Khusus” ini.

            Akhir kata kami berharap semoga makalah yang akan membahas “IQ Cerdas
Istimewa” ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

TapakTuan, 25 Oktober 2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................................2
A. Pengertian IQ...............................................................................................................2
B. Tingkatan-tingkatan IQ................................................................................................2
1. IDIOT(IQ : 0-29)......................................................................................................2
2. IMBECILE (IQ : 30-40)...........................................................................................2
3. MORON ATAU DEBIL / MENTALLY RETARTED (IQ : 50-69)........................3
4. IQ DULL / BORDELINE (IQ : 70-79)....................................................................3
5. NORMAL RENDAH / BELOW AVARAGE (IQ : 80-89)......................................3
6. NORMAL SEDANG (IQ : 90-109).........................................................................3
7. NORMAL TINGGI / ABOVE AVERAGE (IQ : 110-119)......................................3
8. CERDAS / SUPERIOR (IQ : 120-129)....................................................................3
9. SANGAT CERDAS / VERY SUPERIOR / GIFTED (IQ : 130-139)......................4
10. GENIUS (IQ : 140+)............................................................................................4
B. Strategi Belajar Siswa Cerdas Istimewa.......................................................................4
BAB III..................................................................................................................................10
KESIMPIULAN....................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya setiap anak dilahirkan dengan membawa kelebihan dan
kekurangan masing-masing, salah satu kelebihan tersebut adalah anak yang memiliki
kecerdasan istimewa atau berintelektual tinggi. Anak yang memiliki kecerdasan
istimewa artinya anak yang memiliki kemampuan kecerdasan di atas rata-rata, atau
dalam istilah lain disebut sebagai Anak Berbakat (AB).

Sementara itu, di Indonesia berdasarkan data dari BPS pada tahun 2006 diperkirakan
terdapat sekitar 52.989.800 anak usia sekolah. Ini artinya Indonesia memiliki sekitar
1.059.796 anak cerdas/berbakat istimewa (Napitupulu, 2009).Dan di tahun 2010 di
Indonesia menurut badan pusat statistik (BPS) telah memiliki sekitar 1,3 juta siswa
yang berpotensi Cerdas Istimewa dan Bakat Istimewa (CIBI).

Namun dari jumlah anak berbakat di tahun 2010 kurang lebih 0,7% (9.500) masih
banyak siswa yang belum mendapatkan pelayanan yang semestinya, yakni sangat
minimnya pelayanan sekolah dalam mengoptimalkan kemampuan dari anak-anak
berbakat tersebut. Data lain yang dikutip dari berita pendidikan, pada tahun 2010 di
Indonesia ada 311 sekolah yang sudah menerapkan program layanan khusus untuk
anak berbakat yangtersebar di 22 provinsi, baik sekolah negeri, swasta, maupun
madrasah, dan yang terbanyak berada di provinsi Jawa Timur.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah IQ kecerdasan istimewa sama dengan anak lainnya?


2. Bagaimana strategi pembelajaran siswa dengan kecerdasan istimewa?
3. Apa saja kendala saat pembelajaran siswa yang memiliki kecerdasan
istimewa?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian IQ
IQ merupakan istilah yang biasa dipergunakan untuk menjelaskan tingkatan
kemampuan otak kiri seseorang. Sering kali, IQ dijadikan sebuah indikator untuk
mengukur kemampuan berpikir, berkomunikasi, mengetahui, memahami,
menganalisis, menentukan, dan menjelaskan sesuatu yang dimiliki oleh seseorang.
Istilah IQ sendiri merupakan singkatan dari Intelligence Quotient yang berarti
indikasi kecerdasan intelektual, kemampuan menganalisis suatu objek, atau logika
seseorang. Karena itulah, IQ memiliki keterkaitan dengan keterampilan berbicara,
kesadaran akan sesuatu di sekelilingnya, penguasaan ilmu eksak, atau kemampuan-
kemampuan otak kiri lainnya. Contoh sederhana tentang IQ misalnya, seorang ayah
telah memberi hadiah komputer kepada anaknya, namun komputer tersebut hanya
boleh dipakai bermain video game di akhir pekan saja. Jika anak tersebut memiliki IQ
yang baik, dia akan berpikir bahwa seandainya di hari-hari sekolah komputer tersebut
digunakan untuk bermain game, maka orang tuanya akan menegurnya.

B. Tingkatan-tingkatan IQ

1. IDIOT(IQ : 0-29)

Orang yang ber-IQ 0-29 ini dikategorikan sebagai idiot. Idiot adalah orang
dengan tingkatan kecerdasan otak yang paling rendah. Mereka yang ada di kategri ini
tidak mampu berkomunikasi, dan jika bisa hanya mampu mengucapkan sedikit kata-
kata saja. Mereka juga membutuhkan bantuan orang lain untuk mengurus
kepentingan pribadi seperti makan, mandi, memakai pakaian dan lain-lain. Anak
dalam tingkatan idiot ini akan menghabiskan hidupnya hanya di atas tempat tidurnya
saja. Kecerdasan penderita idiot ini sama dengan anak-anak normal di usia 2 tahun.
Umurnya pun biasanya tidak panjang, karena daya tahan tubuhnya lemah terhadap
berbagai penyakit.

2
2. IMBECILE (IQ : 30-40)

Tingkat kedua dari yang terendah adalah kategori imbecile. Anak-anak di kategori
ini masih harus bergantung kepada orang lain. Walaupun begitu, ia sudah mampu
untuk belajar berkomunikasi, makan, mandi, dan beberapa hal mudah lainnya dengan
pengawasan dari orang lain. Kecerdasannya anak imbecile ini sama dengan-anak
anak normal di usia 3 sampai 7 tahun. Anak-anak imbecile tidak dapat dididik di
sekolah biasa. Karena itu, sangat disarankan untuk melakukan latihan-latihan
sederhana.

3. MORON ATAU DEBIL / MENTALLY RETARTED (IQ : 50-69)

Anak-anak yang memiliki IQ di tingkatan ini sampai tahap tertentu masih bisa
dididik untuk belajar menulis, membaca dan hitung-hitungan sederhana. Untuk
mengembangkan kemampuannya, bisa diberikan kegiatan-kegiatan rutin tertentu
yang tidak membutuhkan perencanaan ataupun pemecahan masalahnya. Kebanyakan
anak-anak di kategori debil ini bersekolah di sekolah-sekolah luar biasa.

4. IQ DULL / BORDELINE (IQ : 70-79)

Tingkatan kategori ini lebih baik dari ketiga kategori sebelumnya, namun
kecerdasannya masih di bawah anak-anak normal. Kemampuannya bisa
dikembangkan dengan kerja keras, bersusah payah, serta memiliki banyak hambatan.
Anak-anak bordeline ini sudah mampu bersekolah di sekolah dasar umum, namun
akan sangat kesulitan ketika berada tingkat-tingkat akhir di SLTP.

5. NORMAL RENDAH / BELOW AVARAGE (IQ : 80-89)

Tingkatan selanjutnya adalah kategori below avarage. Anak-anak di kategori ini


sudah bisa disebut kelompok anak-anak normal, namun tingkatannya berada di
tingkat terendah. Kategori below avarage ini tidak bisa terburu-buru dalam proses
belajar. Mereka masih mampu mengikuti kurikulum pendidikan dan menyelesaikan
tingkat SMP, namun kesulitan dalam menyelesaikan mengikuti kurikulum pendidikan
di tingkat SLTA.

3
6. NORMAL SEDANG (IQ : 90-109)

Kategori normal sedang ini adalah kategori anak-anak normal. Kebanyakan anak-
anak berada di tingkat ini. Pendidikan formal pun bisa diikutinya, namun akan sering
menemukan kesulitan.

7. NORMAL TINGGI / ABOVE AVERAGE (IQ : 110-119)

Kategori selanjutnya adalah normal tinggi. Kategori normal tinggi ini adalah
kelompok orang-orang dengan kemampuan normal, tetapi kemampuannya berada di
tingkatan yang tinggi.
8. CERDAS / SUPERIOR (IQ : 120-129)

Jika dilihat dari kemampuan otaknya, kategori ini adalah kategori individu yang
sangat berpotensi berhasil dalam pendidikan formalnya. Mereka sering kali berada di
kelas-kelas umum dan memiliki nilai-nilai yang tinggi.

9. SANGAT CERDAS / VERY SUPERIOR / GIFTED (IQ : 130-139)

Kategori very superior ini memiliki kemampuan yang lebih baik dalam hal
menulis, membaca, mudah memahami ilmu-ilmu eksak dengan mudah, bijak
mengatur keuangan, dan cepat memahami sesuatu. Rata-rata, anak yang berada di
kategori very superior ini umumnya menonjol dalam faktor kesehatan, ketangkasan,
dan kekuatan.

10. GENIUS (IQ : 140+)

Kategori terakhir adalah genius. Orang-orang yang berada di kategori memiliki


ini kemampuan yang sangat luar biasa. Mereka sering kali memiliki keahlian untuk
menyelesaikan suatu permasalahan dan mampu menemukan hal-hal baru walaupun
tidak mengikuti pendidikan formal. Contoh orang-orang yang berada di kategori
genius ini adalah Albert Einstein.1

1
Di akses dari: https://kuyahejo.com/pengertian-dan-tingkatan-iq/ pada hari sabtu, 24 oktober 2020
pukul 21:58 wib.

4
B. Strategi Belajar Siswa Cerdas Istimewa

Melalui proses pembelajaran siswa cerdas istimewa (CI), terdapat banyak


pengulangan materi dalam pelaksanaan kurikulum di kelas khusus Cerdas Istimewa
(CI) pada kondisi kelas CI yang merupakan kelas akselerasi dalam artian kurikulum
dirancang dengan mengurangi jumlah repetisi dalam proses pembelajaran. Dalam
pelaksanaan program kelas khusus Cerdas Istimewa (CI) ini terdapat proses
pendidikan yang memerlukan seorang guru yang memahami keperluan anak
berkebutuhan khusus agar dapat mentransfer ilmu dan nilai yang ada kepada peserta
didik yang bersangkutan.

Guru sebagai pendidik yang memegang peranan strategis dalam upaya


membentuk watak peserta didik melalui pengembangan kepribadian dan nilainilai
yang dinginkan menyatakan bahwa realita yang ada, kompetensi yang dibangun
selama guru belajar di Strata 1 memperlihatkan tidak ada satu SKS pun keilmuan
yang dipelajari oleh calon guru menyangkut kapasitas guru untuk menangani layanan
pendidikan bagi peserta didik cerdas istimewa.

Informan peneliti mengungkapkan bahwa dari ke empat guru yang menjadi wali
kelas khusus Cerdas Istimewa (CI) hanya dua guru yang menerima satu pelatihan
khusus untuk mengajar di kelas khusus Cerdas Istimewa pada awal program
didirikan. Hal ini berimplikasi pada kemampuan guru dalam memenuhi kebutuhan
peserta didik di kelas dan kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan terkaitan
kerentanan emosional peserta didik kelas khusus Cerdas Istimewa (CI) dikarenakan
kurangnya pengembangan guru kelas khusus Cerdas Istimewa (CI).

SD Negeri Ungaran 1 menerima insentif sebagai guru dalam kategori sekolah


inklusi. Akan tetapi haknya dalam menerima tunjangan sertifikasi tidak turun
dikarenakan jumlah peserta didik yang menempati dua kelas CI kurang dari 20 orang.
Sebagaimana ketentuan PP Nomor 74 tahun 2008 pasal 17 ayat 1b bahwa rasio
minimal jumlah peserta didik terhadap guru SD adalah 20:1. Hal ini menjadi dilema
tersendiri 10 dikalangan guru kelas CI di SD Negeri Ungaran 1 Yogyakarta
dikarenakan penetapan kuota kelas khusus Cerdas Istimewa (CI) dilakukan oleh
Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta. u dan tidak ada basic untuk mengajar peserta
didik bekecerdasan istimewa.

Beberapa kasus terjadi antara lain adanya anak yang mengamuk, hingga
membanting meja di sekolah, menyakiti teman sekelasnya, hingga beradu fisik.
Dengan keadaan guru yang tidak memiliki background mengajar untuk layanan

5
pendidikan khusus, maka layanan konseling sangat dibutuhkan. Akan tetapi dengan
berbagai keterbatasan yang dialami oleh pihak sekolah baik dari sisi pendanaan
maupun kesibukan sekolah yang lain, dan pihak Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta
sebagai pemilik program tidak melakukan fasilitasi akan kebutuhan ini, maka hingga
peneliti selesai melakukan penelitian belum ada layanan konseling bagi peserta didik
kelas khusus Cerdas Istimewa (CI). Beberapa kendala dan hambatan yang dipaparkan
diatas yang terjadi dalam penyelenggaraan program kelas khusus Cerdas Istimewa
(CI) perlu untuk dikaji guna mengetahui hal-hal apa saja yang dapat dilakukan oleh
lembaga terkait untuk meningkatan kualitas layanan pendidikan khusus bagi peserta
didik berkecerdasan istimewa.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut dan tujuan dari diselenggarakannya


kelas khusus cerdas istimewa (CI) maka dapat diketahui urgensi permasalahan yang
dapat diidentifikasi adalah:

1. Karater yang unik dari peserta didik yang memiliki kecerdasan istimewa
memerlukan sebuah layanan pendidikan khusus yang dapat mengakomodir
dan mengembangkan potensi yang dimilikinya.
2. Kurikulum khusus yang dibutuhkan peserta didik kelas khusus Cerdas
Istimewa (CI) belum dapat dipenuhi secara maksimal oleh lembaga terkait.
3. Kesulitan guru dalam mengakomodir kebutuhan peserta didik kelas khusus
Cerdas Istimewa (CI) selama kegiatan belajar mengajar karena usaha
pengembangan kemampuan mengajar untuk seluruh guru kelas khusus Cerdas
Istimewa (CI) belum terlaksana.
4. Permasalahan pada pemenuhan hak guru dalam hal tunjangan sertifikasi yang
tidak turun dikarenakan rasio guru dan peserta didik kurang dari 20:1, padahal
penetapan kuota kelas khusus Cerdas Istimewa (CI) dilakukan oleh Dinas
Pendidikan Kota Yogyakarta.
5. Kebutuhan akan layanan konseling yang belum terpenuhi mengingat peserta
didik kelas khusus Cerdas Istimewa (CI) mengalami kerentanan emosional
yang tinggi.
6. Dibutuhkan pendanaan yang lebih besar untuk program kelas khusus Cerdas
istimewa (CI) daripada kelas reguler,akan tetapi kebutuhan ini belum dapat
terakomodir secara maksimal.
7. Kesibukan kegiatan sekolah berimplikasi pada keputusan manajerial terhadap
program kelas khusus Cerdas Istimewa (CI) yang belum dapat memenuhi
kebutuhan peserta didik yang bersagkutan.2

2
Di downod dari:https://core.ac.uk/download/pdf/33533806.pdf pada hari sabtu 24 oktober 2020,
pukul 22:00 wib.

6
Peserta didik cerdas istimewa memerlukan pendidikan yang mampu
mengembangkan potensinya. Layanan pendidikan khusus bagi siswa cerdas istimewa
ini diamanatkan dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional nomor
20 tahun 2003 pasal 32 ayat (1) yang berbunyi : “Pendidikan khusus merupakan
pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti
proses pembelajaran karena kelainan fisik,emosional, mental, 23 sosial, dan/atau
memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa”.

Marland (Coleman, 1985: 10) juga menyatakan bahwa these are children who
require defferentiated educational programs and/or services beyond those normally
provided by regular school program in order to realize their contribution to self and
society. Dengan demikian menurut pendapat tersebut anak cerdas istimewa
membutuhkan program pendidikan berdifensiasi dan/atau layanan melebihi program
reguler dalam rangka untuk mengetahui kontribusi mereka untuk diri sendiri dan
masyarakat. Pemerintah melalui PP nomor 17 tahun 2010 telah mengatur pengelolaan
pendidikan bagi peserta didik cerdas istimewa dan berbakat istimewa di pasal 136
yang berbunyi “pemerintah provinsi menyelenggarakan paling sedikit 1 (satu) satuan
pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau
bakat istimewa.” Berbagai kebutuhan yang dimiliki oleh peserta didik cerdas
istimewa tidak dapat dipenuhi dikelas reguler sehingga memerlukan layanan yang
khusus. Kemudian yang terjadi adalah apabila peserta didik kelas khusus Cerdas
Istimewa (CI) tidak diberikan layanan khusus akan menghambat optimalisasi
potensinya (Direktorat PSLB, 2010: 33).3

Secara prinsipiil pengembangan model layanan pendidikan bagi anak unggul atau
cerdas istimewa atau anak berbakat ini agar mereka:

a) mampu menguasai sistem konseptual dalam berbagai mata pelajaran,


b) mampu mengembangkan keterampilan dan strategi yang memungkinkan
anak lebih mandiri, kreatif, dan dapat memnuhi kebutuhannya sendiri,
serta,
c) mampu mengembangkan suatu kesenangan dan gairah belajar yang akan
membawa mereka kepada kerja keras (Gallagher, 1985).

Pada sisi yang lain, secara umum tujuan perlunya pendidikan bagi anak yang
memiliki kecerdasan unggul atau istimewa tersebut, antara lain:

a) untuk memenuhi kebutuhan peserta didik yang memiliki karakteristik


spesifik dari segi perkembangan kognitif,

3
:https://core.ac.uk/download/pdf/33533806.pdf

7
b) untuk memenuhi hak asasi peserta didik untuk mendapatkan pendidikan
yang sesuai kebutuhan,
c) untuk memenuhi minat intelektual dan masa depan peserta didik,
d) untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi peserta didik,
e) untuk menimbang peran peserta didik sebagai aset masyarakat,
f) untuk menyiapkan peserta didik sebagai pemimpin masa depan.

Sedangkan secara khusus tujuan perlunya layanan pendidikan khusus pada anak
unggul atau istimewa tersebut diantaranya:

a) memberikan penghargaan pada peserta didik agar dapat menyelesaikan


program pendidkan secara cepat sesuai dengan potensi,
b) meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses pebelajaran peserta didik,
c) mencegah rasa bosan terhadap iklim kelas yang kurang mendukung
terhadap berkembangnya potensi keunggulan peserta didik secara optimal,
dan
d) memacu peserta didik untuk meningkatkan kecerdasan intelektual,
emosional, spiritual secara seimbang (Depdiknas, 2001).

Dalam kaitannya dengan layanan pendidikan anak dengan cerdas istimewa ini,
Ohio Association for Gifted Children (OAGC) mengajukan beberapa alternatif
tentang program pendidikan anak berbakat (www.oagc.com, 2000), antara lain:
Akselerasi (Acceleration), Loncat Kelas (Advanced Placement), Pengelompokkan
Khusus (Cluster Grouping), Curriculum Compacting, Kurikulum Berdiferensiasi
(Differentiated Curriculum), Pull-out Program, Resource Room/Area (Yusuf, 2007).
Akselerasi (Acceleration) atau program akselerasi ini dapat dilaksanakan dengan cara
percepatan masa belajar di sekolah. Loncat Kelas (Advanced Placement) merupakan
salah satu cara dari program akselerasi, yaitu dengan memberikan peluang kepada
anak untuk mengikuti program pembelajaran ke kelas yang lebih tinggi.
Pengelompokkan Khusus (Cluster Grouping) adalah program pendidikan yang
diberikan kepada sekelompok anak (5 sampai 10) yang diidentifikasi sebagai anak
berbakat dalam satu kelas bersama dengan anak-anak lain yang kemampuannya di
bawah mereka.

Curriculum Compacting yaitu kurikulum yang dimampatkan atau dipadatkan


dalam waktu yang singkat, dengan memberi peluang siswa unggul untuk mempelajari
materi-materi lain yang terkait, sementara teman sekelasnya menuntaskan materi
pelajaran pokok. Kurikulum Berdiferensiasi (Differentiated Curriculum) lebih
merujuk kepada proses penyusunan dan implementasi kurikulum yang menyangkut

8
isi, proses, hasil yang diharapkan, serta penataan lingkungan belajar yang
memfasilitasi perkembangan kemampuan anak (memenuhi kebutuhan anak dalam
mengembangkan keberbakatannya).

Pengayaan (enrichment) adalah pengembangan program layanan di mana


kurikulum dimodifikasi untuk memberikan peluang atau kesempatan kepada anak
agar memperoleh pengalaman belajar yang bervariasi, lebih luas dan mendalam. Post-
Secondary Enrollment Option (PSEO) adalah pemberian peluang untuk mengikuti
program pembelajaran dalam mata pelajaran tertentu dari jenjang pendidikan yang
lebih tinggi, seperti siswa SD mengikuti program tertentu dari Sekolah di atasnya.
Pull-out Programadalah program yang diberikan secara penuh kepada siswa
mengikuti program kelas reguler berdasarkan jadwal kegiatan yang dikelola langsung
oleh guru yang terlatih (profesional) dalam bidang pendidikan anak berbakat.
Resource room adalah program melalui penataan suatu tempat (area) atau kelas
khusus.

Program pendidikan individual sebagai salah satu instrumen dalam pemberian


layanan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus memang memiliki daya
antisipasi yang sangat efektif. Karena program ini tidak hanya sekedar menyajikan
program pengajaran belaka, melainkan memuat pula berbagai aspek tentang kondisi
anak berkebutuhan khusus itu sendiri secara detail, sehingga sangat memudahkan
bagi guru, partner guru, dan orang tua untuk bersama melakukan pendidikan terhadap
anak berkebutuhan khusus. Program pendidikan individual ini berupaya
mempertemukan kebutuhan yang khusus dari anak, guru, orang tua atau wali murid
yang dapat dilaksanakan serara tepat kepada anak kapan saja, serta sebagai refleksi
suatu penilaian terhadap tingkat performansi anak berkebutuhan khusus dalam suatu
ranah kurikulum yang berbeda.

Untuk menilai kemampuan anak dapat dilakukan oleh sebuah tim yang terdiri
psikolog, konselor sekolah, guru, orang tua dan beberapa orang ahli pendidikan yang
lainnya, yang dapat memberikan informasi khusus yang relevan terhadap kebutuhan
anak (Efendi, 1997). Informasi yang diperoleh dari review ini dapat dijabarkan dalam
tujuan umum jangka panjang dan tujuan khusus program jangka pendek, yang
dituliskan dalam suatu pernyataan rinci yang meliputi layanan khusus dan gambaran
metode evaluasi program, demikian pula tanggal-tanggal khusus ketika program
pendidikan individual itu dilaksanakan. Bilamana dalam keputusan program
pendidikan individual harus menempatkan anak dalam kelas khusus, maka perlu
dipikirkan pula untuk memberikan sebagian keterlibatannya pada materi lain yang

9
ada di kelas umum, seperti pada pelajaran olah raga, kesenian, keterampilan, atau
kegiatan permainan pendidikan yang lain yang dapat dikondisikan dengan anak
normal.

Pengembangan program pendidikan individual yang representatif memerlukan


suatu tahapan tertentu, karena cakupan yang dimuat dalam kerangka tersebut
membutuhkan informasi yang lengkap dan analisis yang akurat. Blake (1976)
mencoba membuat spesifikasi pendekatan yang sistematis dalam mengembangkan
program pendidikan individual ini dengan mengorganisasikan ke dalam beberapa
langkah, antara lain: meringkas tingkat performansi peserta didik,menuliskan tujuan
pendidikan secara berkala, memberikan layanan pendidikan khusus, merancang
layanan penghantar, mengevaluasi kriteria dan tanggal layanan.4

BAB III

KESIMPIULAN

Guru sebagai pendidik yang memegang peranan strategis dalam upaya


membentuk watak peserta didik melalui pengembangan kepribadian dan nilainilai
yang dinginkan menyatakan bahwa realita yang ada, kompetensi yang dibangun
selama guru belajar di Strata 1 memperlihatkan tidak ada satu SKS pun keilmuan
yang dipelajari oleh calon guru menyangkut kapasitas guru untuk menangani layanan
pendidikan bagi peserta didik cerdas istimewa.

4
Di download dari www.media.neliti.com pada hari minggun, 25 oktober 2020 pukul 08:15 wib

10
Program pendidikan individual sebagai salah satu instrumen dalam pemberian
layanan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus memang memiliki daya
antisipasi yang sangat efektif. Karena program ini tidak hanya sekedar menyajikan
program pengajaran belaka, melainkan memuat pula berbagai aspek tentang kondisi
anak berkebutuhan khusus itu sendiri secara detail, sehingga sangat memudahkan
bagi guru, partner guru, dan orang tua untuk bersama melakukan pendidikan terhadap
anak berkebutuhan khusus. Program pendidikan individual ini berupaya
mempertemukan kebutuhan yang khusus dari anak, guru, orang tua atau wali murid
yang dapat dilaksanakan serara tepat kepada anak kapan saja, serta sebagai refleksi
suatu penilaian terhadap tingkat performansi anak berkebutuhan khusus dalam suatu
ranah kurikulum yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Di akses dari: https://kuyahejo.com/pengertian-dan-tingkatan-iq/ pada hari sabtu, 24


oktober 2020 pukul 21:58 wib.
Di downod dari:https://core.ac.uk/download/pdf/33533806.pdf pada hari sabtu 24
oktober 2020, pukul 22:00 wib.
Di download dari www.media.neliti.com pada hari minggun, 25 oktober 2020 pukul
08:15 wib

11

Anda mungkin juga menyukai