Anatomi Duodenum
Anatomi Duodenum
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Duodenum
Duodenum merupakan salah satu dari tiga bagian utama pada usus halus
lain dari usus halus. Secara anatomis, duodenum terletak pada regio epigastrika
Duodenum dibagi dalam empat bagian yang tersusun secara berurutan. Bagian
pertama dari duodenum berasal dari pylorus lambung lalu berjalan ke atas
dan belakang hingga setinggi vertebra lumbalis II, bagian kedua yang berjalan
lumbalis II dan III, bagian ketiga yang berjalan horizontal lalu melintas di depan
columna vertebralis dan berjalan menyusuri sisi bawah kaput pankreatis, dan bagian
5
6
pancreaticus, terdapat suatu peninggian kecil yang berbentuk bulat dan disebut
yang membagi duodenum menjadi bagian atas dan bagian bawah. Pada
yang dapat dibedakan menjadi ekstrinsik dan intrinsik (sistem saraf enterik).
Inervasi ekstrinsik dari duodenum adalah parasimpatis yang berasal dari nervus
Vagus dan simpatis yang berasal dari nervus Splanikus pada ganglion celiac.
Meissner. Sel sel saraf ini menginervasi terget sel seperti sel-sel otot polos, sel-sel
sekretorik dan sel-sel absorbtif, dan juga sel-sel saraf tersebut berhubungan
dari sel-sel saraf lain yang terletak baik didalam maupun di luar plexus, sehingga
pathway dari sistem saraf enterik bisa saja multisinaptik, dan integrasi aktifitasnya
2011).
yang lain, yakni jejunum dan ileum memiliki karakteristik yang mirip. Struktur
berbentuk seperti daun yang disebut vili. Vili–vili ini tersusun atas sel absorbtif
atau enterosit, dan sel goblet, yang keseluruhannya tersusun secara kolumnar
(Inamoto et al, 2008). Sel absorbtif memiliki fungsi menyerap molekul nutrisi
yang berasal dari proses pencernaan, sedangkan sel goblet berfungsi untuk
8
lapisan usus. Sel goblet ini jarang dijumpai dalam duodenum dan lebih banyak
Vili–vili pada usus halus, diantaranya terdapat suatu muara yang berasal
dari kelenjar tubular, yang disebut kriptus Lieberkuhn. Pada epitel dari kriptus
ini, selain terdiri dari sel absorptif dan sel goblet, juga dijumpai sel Panneth
berbagai peptida yang memiliki berbagai fungsi, dan sel punca (Junqueira, 2013).
yang menghasilkan produk basa yang dapat menetralkan kimus yang baru
saja masuk dari dalam lambung. Lapisan muskularis terdiri atas lapisan luar yang
sirkular dan lapisan dalam yang longitudinal. Lapisan terluar dari duodenum
adalah lapisan serosa tipis yang disertai dengan mesotel (Tarigan, 2009).
menjadi zat yang lebih sederhana oleh bantuan enzim-enzim dari pankreas (Pearce,
usus halus juga terdapat enzim penting untuk memecah disakarida maupun
polimer glukosa kecil menjadi monosakarida yaitu laktase, sukrase, maltase dan
Proses selanjutnya yaitu absorbsi zat-zat penting dari makanan yang telah
dicerna sebelumnya. Absorbsi gula, asam amino dan lemak sebagian besar terjadi
di duodenum dan jejunum, begitu pula absorbsi besi dan kalsium yang
2012).
yang meningkatkan permukaan total dari lapisan mukosa. Struktur ini disebut
10
permukaan absorbsi mukosa menjadi tiga kali lipat. Pada duodenum juga terdapat
menghasilkan mukus yang alkalis untuk melindungi dinding duodenum dari getah
lambung yang sangat asam. Kelenjar ini juga menghasilkan hormon sekretin yang
akan menghambat sekresi HCL gaster dan akan meningkatkan proliferasi epitel
Pada dasarnya sel yang terkena rangsangan patologis yang berupa jejas
akan memberikan reaksi perubahan fungsi atau perubahan struktur sel yaitu
retrogresif, progresif dan adaptatif yang berupa atrofi, hipertrofi, dysplasia dan
metaplasia. Pada gastrointestinal akibat yang ditimbulkan dari jejas tergantung dari
ketebalan mukosa dan ulserasi mukosa yaitu hilangnya seluruh tebal mukosa dan
kadang terjadi defek yang lebih dalam lagi hingga mencapai muskularis propia
(Underwood, 2013).
pada sel akan menyebabkan reaksi radang yakni berupa reaksi komplek pada
duodenitis. Pada duodenitis terjadi kerusakan permukaan mukosa. Jika terjadi jejas
pada duodenum, maka kelenjar brunner akan berperan dalam penyembuhan akibat
jejas tersebut. Kelenjar brunner menghasilkan Epitel Growth Factor (EGF) yang
tahan terhadap tripsin, kemotripsin dan pepsin. Cara kerja EGF yakni memodulasi
11
sekresi asam lambung dan mempengaruhi kecepatan proliferasi dalam kripte usus
(Huether, 2008).
gambaran sel radang sampai mukosa lamina propia, desquamasi epitel, erosi,
dengan panjang 0,5 – 1,5 mm. Vili berada khusus untuk penyerapan di usus
karena mereka memiliki dinding tipis, tebal sekitar satu sel, memungkinkan jalur
difusi lebih pendek. Vili memiliki area permukaan besar sehingga akan ada
penyerapan lebih efisien asam lemak dan gliserol ke dalam aliran darah. Vili
memiliki banyak mikrovili yang memproyeksikan dari enterosit dari epitel yang
secara kolektif membentuk perbatasan lurik atau kuas. Setiap mikrovili ini jauh
lebih kecil dari villus tunggal. Vili usus jauh lebih kecil daripada lipatan
meningkat. Dengan kata lain, peningkatan luas permukaan (kontak dengan cairan
di lumen) menurun rata-rata jarak yang ditempuh oleh molekul nutrisi, sehingga
Vili dan mikrovili yang meningkatkan luas permukaan serap usus sekitar
30 kali lipat dan 600 kali lipat, masing-masing memberikan penyerapan nutrisi
yang sangat efisien di lumen. Vili terhubung ke pembuluh darah untuk menjaga
telah diserap. Kapiler vilus mengumpulkan asam amino dan gula sederhana
diambil oleh vili ke dalam aliran darah. Lakteal villus (kapiler getah bening)
protein amphipathic, dan dibawa ke seluruh tubuh melalui cairan getah bening
(Sherwood, 2012).
Tabel 2.1 Perbandingan Vili dan Mikro Vili Manusia dengan Tikus
Indikator Manusia Tikus Perbesaran
Panjang Vili 0,5 – 1,5 mm 320-335 μm 100X
Panjang Mikro Vili 0,14-0,15 mm 1-4 μm 400X
(Junqueira's Basic Histology Text and` Atlas, Ed 13, 2013)
13
manusia maupun mamalia lain adalah tikus. Ada dua spesies tikus, yaitu tikus
hitam (Rattus rattus) dan tikus putih (Rattus norvegicus). Spesies yang sering
sebagai berikut
manusia
(4) mudah di cekok dan tidak mengalami muntah karena tikus ini
saluran pencernaan tikus. Usus halus tikus terdiri atas duodenum, jejunum, dan
ileum. Pada bagian mukosa terdapat vili, kripta, dan kelenjar Liberkun. Di
permukaan vili usus halus terdapat sel epitel silindris sebaris, selain itu terdapat
juga sel goblet penghasil mukus dan sel Panet penghasil lisozim. Kripta
bergerak setiap 10-14 jam untuk mengganti sel-sel epitel yang lepas. Waktu
yang dibutuhkan oleh sel epitel untuk berpindah dari kripta hingga mencapai
ujung vili sekitar 48 jam. Jumlah kelenjar Liberkun pada usus halus tikus relatif
bikarbonat, namun kelenjar ini hanya terdapat pada bagian proksimal dari
MSG adalah hasil dari purifikasi glutamat atau gabungan dari beberapa
asam amino dengan sejumlah kecil peptida yang dihasilkan dari proses Hydrolized
sehingga asam glutamat digolongkon pada asam amino non esensial. Protein
mudah larut dalam air dan tidak berbau. Monosodium glutamat mempunyai rumus
kimia dengan persentase unsur pokok yang terkandung dalam MSG diataranya,
plasma darah, selanjutnya glutamat di dalam mukosa usus halus akan diubah
menjadi alanin dan di dalam hati akan diubah menjadi glukosa dan laktat. Kadar
puncak MSG dalam plasma dipengaruhi oleh usia hewan coba, cara pemberian
dan konsentrasi MSG dalam larutan. Pada hewan baru lahir metabolisme asam
glutamat lebih rendah dari pada hewan dewasa. Pemberian MSG secara parenteral
akan memberikan reaksi yang berbeda dengan pemberian MSG per oral karena
pada pemberian secara parenteral, MSG tidak melalui usus. Sedangkan pada
pemberian per oral, MSG akan melalui usus ke sirkulasi portal dan hati. Hati
Oleh karena itu, apabila pemberian glutamat melebihi kemampuan kapasitas hati
(Maidawilis, 2010).
16
glutamic acid merupakan bahan yang penting untuk sintesa protein. Asam
glutamat memiliki karakter fisik dan kimia yang dapat menjadi struktur
Reaksi ini penting dalam biosintesa seluruh asam amino. Glutamat yang
oleh usus dan hati dalam bentuk glukosa dan laktat, kemudian dialirkan ke
3) Prekusor glutamin
Glutamin dibentuk dari glutamat oleh glutamin sintase. Reaksi ini juga
4) Neurotransmitter
otak (Eweka 2007), degenerasi retina, gangguan endokrin dan beberapa kondisi
2007)
1. Stres Oksidatif
seperti lipid peroksidase (LPO); enzim yang menginisiasi radikal bebas seperti
peningkatan yang signifikan pada LPO dan XOD, sedangkan pada enzim SOD,
Langkah pertama adalah reaksi inisiasi, yang dimulai dengan mengambil atom
luas dari bakteri untuk manusia, terutama sebagai NAD+ yang bergantung pada
hipoksantin untuk xantin dan oksidasi untuk asam urat dan sumber yang relevan
dari oksidan di pembuluh darah . XDH dapat mengalami proteolisis terbatas atau
oksidasi hipoksantin atau xanthine untuk asam urat dan menghasilkan superoksida
radikal (O2.-). H2O2 terbentuk dari O2.- dan bisa dikonversi menjadi hidroksil
radikal yang sangat reaktif (OH) yang mengarah ke stress oksidatif yang tinggi
sebagai akibat dari oksidasi molekul biologis (Singh dan Ahluwalia, 2012).
pembuluh darah. SOD dianggap baris pertama pertahanan terhadap efek merusak
dari radikal oksigen dalam sel, dan mencari radikal oksigen reaktif dengan
mengkatalisis dismutasi O2.- radikal untuk H2O2 dan O2 (Singh dan Ahluwalia,
2012).
untuk membentuk H2O dan O2, atau dengan menggunakannya sebagai oksidan, di
mana ia bekerja sebagai peroksidase. Oleh karena itu, penurunan aktivitas CAT
diamati dalam karya ini bisa disebabkan kurang ketersediaan NADH sebagai
antioksi dan endogen ampuh yang membantu melindungi sel-sel tubuh dari
(Onyema et al, 2006). Penurunan GSH secara significant akan disertai dengan
peningkatan LPO. GSH ini berhubungan dengan GPx dan GR. GPx mengkatalisis
hidroperoxidase lainnya, sehingga melindungi sel dari stres oksidatif (Ismail et al,
2012).
Terjadi peningkatan yang signifikan pada LPO dan XOD dan penurunan
pada enzim SOD, CAT, GSH, GPx dan GR yang signifikan menyebabkan
peningkatan radikal bebas dan MDA serta penurunan kadar glutathion di hati,
lain seperti enzim yang terdapat dalam tubuh. Kondisi stress oksidatif pada
diproduksi terutama oleh epitel hati dan osteoblast (sel-sel pembentuk tulang
baru), enzim ini juga berasal dari usus, tubulus proksimalis ginjal, plasenta dan
kelenjar mamae. ALP disekresi melalui saluran empedu. Meningkat dalam serum
20
apabila ada hambatan pada saluran empedu (kolestasis). Tes ALP terutama
Peran regulasi zat umami dalam proses pencernaan tidak terbatas pada fase
sefalik cairan pencernaan dan insulin yang tergantung pada eksitasi dari reseptor
rasa di rongga mulut. MSG menjadi satu-satunya asam amino secara teratur
dengan reseptor eksokrin dan endokrin sel di mukosa lambung, sel chief dan sel
D, dan jalur saraf. Pada waktu dikonsumsi, glutamat mengaktifkan serabut nervus
vagal aferen yang menyebabkan produksi dan pelepasan nitrat oksida menikat dan
dimana dengan teraktivasinya reseptor 5-HT3 menyebabkan chief cell dan sel D
sesuai dengan dosis MSG yang diberikan. Glutamat bebas dapat meningkatkan
21
sekresi asam lambung melalui interaksi langsung dengan reseptor pada sel G dan
sel D mukosa lambung serta melalui aktivasi sistem nervus vagus. Aktivasi nervus
4. Regenerasi sel
tingkatan sawar yang terdiri dari preepitel, epitel, dan subepitel. Pertahanan lini
dikeluarkan oleh sel epitel permukaan lambung. Mukus tersebut terdiri dari air
(95%) dan pencampuran dari lemak dan glikoprotein (mucin). Fungsi gel mukus
adalah sebagai lapisan yang tidak dapat dilewati air dan menghalangi difusi ion
dan molekul seperti pepsin. Bikarbonat, dikeluarkan sebagai regulasi di bagian sel
epitel dari mukosa lambung dan membentuk gradien derajat keasaman (pH) yang
beberapa faktor, termasuk produksi mukus, transpoter sel epitel ionik yang
sel epitel gaster yang melapisi sisi yang rusak dapat bermigrasi untuk
mengembalikan daerah yang telah dirusak (restitution), proses ini terjadi dimana
pembelahan sel secara independen dan membutuhkan aliran darah yang tidak
factor (FGF), memodulasi proses pemulihan. Kerusakan sel yang lebih besar yang
proliferasi sel. Regenerasi sel epitel diregulasi oleh prostaglandin dan faktor
pertumbuhan seperti EGF dan TGF α. Bersamaan dengan pembaharuan dari sel
kerusakan mikrovaskular. Kedua faktor yaitu FGF dan VEGF penting untuk
menetralisir asam yang dikeluarkan oleh sel parietal. Lebih lagi, sistem
mukus, menghambat sekresi sel parietal, dan sangat penting dalam mengatur
aliran darah dan perbaikan dari sel epitel (Braunwald et al, 2008).