Anda di halaman 1dari 11

DEFINISI

Menurut Kamus Kedokteran Dorland:


Radang ialah respon protektif setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau kerusakan jaringan, yang berfungsi
menghancurkan, mengurangi, atau mengurung baik agen pencedera maupun jaringan yang cedera itu.

Menurut Katzung (2002):


Radang ialah suatu proses yang dinamis dari jaringan hidup atau sel terhadap suatu rangsang atau injury (jejas)
yang dilakukan terutama oleh pembuluh darah (vaskuler) dan jaringan ikat (connective tissue).

TERMINOLOGI TERKAIT RADANG


Edema : cairan yang berlebihan dalam jaringan interstisial atau rongga tubuh; dapat berupa eksudat ataupun
transudat.

Eksudat : cairan radang ekstravaskular dengan kadar protein yang tinggi dan debris seluler; berat jenisnya di atas
1,020.

Eksudasi : ekstravasasi cairan, protein, dan sel-sel darah dari pembuluh darah ke dalam jaringan interstisial atau
rongga tubuh.

Pus : nanah; eksudat radang yang purulen & banyak mengandung sel-sel neutrofil serta debris.

Transudat : cairan ekstravaskular dengan kadar protein yang rendah dan berat jenis di bawah 1,012; pada
hakekatnya, transudat merupakan ultrafiltrat plasma darah yang terbentuk karena kenaikan tekanan cairan atau
penurunan tekanan osmotik di dalam plasma.

KLASIFIKASI RADANG
Menurut lamanya radang:
1. Radang akut: timbul tiba-tiba, lamanya 1-3 minggu. Kemudian pasien akan sembuh atau mati.
2. Radang sub-akut: biasanya berlangsung berangsur-angsur dan berbulan-bulan.
3. Radang kronis: dapat berlangsung sampai bertahun-tahun, misalnya TBC.

Definisi Alergi
Alergi merujuk pada reaksi berlebihan oleh sistim imun kita sebagai tanggapan pada
kontak badan dengan bahan-bahan asing tertentu. Berlebihan karena bahan-bahan asing
ini umumnya dipandang oleh tubuh sebagai sessuatu yang tidak membahayakan dan tidak
terjadi tanggapan pada orang-orang yang tidak alergi. Tubuh-tubuh dari orang-orang
yang alergi mengenali bahan asing itu dan sebagian dari sistim imun diaktifkan. Bahan-
bahan alergi disebut "allergens". Contoh-contoh dari allergens termasuk serbuk sari,
tungau, jamur-jamur, dan makanan-makanan. Untuk mengerti bahasa alergi adalah sangat
penting untuk mengingat bahwa allergens adalah bahan-bahan yang asing terhadap tubuh
dan dapat menyebabkan reaksi alergi pada orang-orang tertentu.

Ketika allergen bersentuhan dengan tubuh, dia menyebabkan sistim imun untuk
mengembangkan reaksi alergi pada orang yang alergi terhadapnya. Ketika anda bereaksi
secara tidak sesuai pada alergen yang umumnya tidak berbahaya pada orang-orang lain,
anda mempunyai reaksi alergi dan dapat dirujuk sebagai alergi atau atopik. Oleh
karananya, orang-orang yang cenderung mendapat alergi disebut alergi atau atopik.

Dokter anak austria bernama Clemens Pirquet (1874-1929) pertamakali menggunakan


istilah alergi. Ia merujuk pada kedua imunitas yang menguntungkan dan hipersensitifitas
yang berbahaya sebagai alergi. Kata alergi berasal dari kata-kata Greek "allos," yang
berarti berbeda atau berubah dan "ergos," berarti bekerja atau beraksi. Alergi secara garis
besar dirujuk sebagai "reaksi yang berubah". Kata alergi pertama kali digunakan pada
tahun 1905 untuk menggambarkan reaksi-reaksi yang merugikan dari anak-anak yang
diberikan suntikan-suntikan berulang dari serum kuda untuk melawan infeksi. Tahun
berikutnya, istilah alergi diusulkan untuk menerangkan kereaktifan yang berubah yang
tidak diharapkan ini.

Fakta-fakta Alergi

 Diperkirakan sekitar 50 juta penduduk Amerika dipengaruhi oleh kondisi-kondisi


alergi.
 Biaya dari alergi di Amerika adalah lebih dari US$ 10 milyar setiap tahunnya.
 Alergi rhinitis (alergi hidung) mempengaruhi sekitar 35 juta penduduk Amerika, 6
juta darinya adalah anak-anak.
 Asma mempengaruhi 15 juta penduduk Amerika, 5 juta darinya adalah anak-anak.
 Angka dari kasus-kasus asma berlipat ganda selama 20 tahun terakhir.

Alergi (bagian1)
Kutipan dari sebuah cerita kriminal: Seorang pengusaha kaya ditemukan tewas di
rumahnya yang megah dengan wajah membiru dan bengkak-bengkak. Pemeriksaan
pertama menyimpulkan, bahwa sebab kematiannya ialah penyumbatan saluran nafas,
apalagi karena di dalam rongga mulut dan trakeanya ditemukan banyak sisa makanan.
Seorang dokter ahliforensik lain yang mengenal korban merasa tidak puas dan melakukan
pemeriksaan lebih lanjut, antara lain pemeriksaan darah, karena ia mempunyai
kecurigaan tertentu. Dan ternyata memang dalam darah sang korban ditemukan tanda-
tanda terjadinya shok anafilaktis berat. Pemeriksaan kimia membuktikan, bahwa di dalam
wiski yang masih tersisa di gelas ada campuran sari/esens semacam kacang yang
bernama hazelnut. Pengusaha itu memang penderita alergi, terutama terhadap hazelnut
ini. Pada akhir cerita terungkap, bahwa istri keduanya lah yang mencampurkan esens
hazelnut itu ke botol wiski. Alasannya ialah karena si pengusaha merencanakan untuk
menceraikan istrinya ini dan hanya mau memberikan santunan yang kecil sekali.

Apakah sebetulnya alergi itu?

Alergi ialah reaksi imunologis berlebihan dalam tubuh yang timbul segera atau dalam
rentan waktu tertentu setelah eksposisi atau kontak dengan zat yang tertentu (alergen).

Alergi dibagi menjadi 4 macam, macam I s/d IV berhubungan dengan antibodi humoral,
sedangkan macam ke IVmencakup reaksi alergi lambat oleh antibodi seluler.

Macam/Type I (reaksi anafilaktis dini): Setelah kontak pertama dengan antigen/alergen,


di tubuh akan dibentuk antibodi jenis IgE (proses sensibilisasi). Pada kontak selanjutnya,
akan terbentuk kompleks antigen-antibodi. Dalam proses ini zat-zat mediator (histamin,
serotonin, brdikinin, SRS= slow reacting substances of anaphylaxis) akan dilepaskan
(released) ke sirkulasi tubuh. Jaringan yang terutama bereaksi terhadap zat-zat tersebut
ialah otot-otot polos (smooth muscles) yang akan mengerut (berkontraksi). Juga terjadi
peningkatan permeabilitas (ketembusan) dari kapiler endotelial, sehingga cairan plasma
darah akan meresap keluar dari pembuluh ke jaringan. Hal ini mengakibatkan
pengentalan darah dengan efek klinisnya hipovolemia berat. Gejala-gejala atau tanda-
tanda dari reaksi dini anafilaktis ialah: – shok anafilaktis – urtikaria, edema Quincke –
kambuhnya/eksaserbasi asthma bronchiale – rinitis vasomotorica

Macam/type II (reaksi imu sitotoksis): Reaksi ini terjadi antara antibodi dari kelas IgG
dan IgM dengan bagian-bagian membran sel yang bersifat antigen, sehingga
mengakibatkan terbentuknya senyawa komplementer. Contoh: reaksi setelah transfusi
darah, morbus hemolitikus neonatorum, anemia hemolitis, leukopeni, trombopeni dan
penyakit-penyakit autoimun.

Macam/Type III (reaksi berlebihan oleh kompleks imun = immune complex =


precipitate): Reaksi ini merupakan reaksi inflamasi atau peradangan lokal/setempat (Type
Arthus) setelah penyuntikan intrakutan atau subkutan ke dua dari sebuah alergen. Proses
ini berlangsung di dinding pembuluh darah. Dalam reaksi ini terbentuk komplemen-
komplemen intravasal yang mengakibatkan terjadinya kematian atau nekrosis jaringan.
Contoh: fenomena Arthus, serum sickness, lupus eritematodes, periarteriitis nodosa,
artritis rematoida.

Macam/Type IV (Reaksi lambat type tuberkulin): Reaksi ini baru mulai beberapa jam
atau sampai beberapa hari setelah terjadinya kontak, dan merupakan reaksi dari t-limfosit
yang telah tersensibilisasi. Prosesnya merupakan proses inflamatoris atau peradangan
seluler dengan nekrosis jaringan dan pengubahan fibrinoid pembuluh-pembuluh yang
bersangkutan. Contoh: reaksi tuberkulin (pada tes kulit tuberkulosa), contact eczema,
contact dermatitis, penyakit autoimun (poliarthritis, colitis ulcerosa) dll.).

Faktor-faktor yang mendukung terjadinya atau terbentuknya alergi: a. kesediaan


atau kecenderungan sebuah organisem untuk berreaksi secara berlebihan terhadap zat-zat
asing akibat kemampuan organisme itu untuk memproduksi antibodi dengan berlebihan.
Juga kelabilan struktur pembuluh ikut mendukung hal ini. a. sebuah organisme yang
normal (dalam arti tidak mempunyai sifat-sifat tersebut dalam a bisa juga berreaksi
berlebihan jika terjadi kontak dengan antigen dalam jumlah tinggi sekali (extreme
exposure) c. Belakangan ini dikemukakan sebuah teori, bahwa kecenderungan untuk
menjaga kebersihan secara berlebih-lebihan bisa mendukung juga terbentuknya penyakit
alergi, karena kemungkinan tubuh tidak terbiasa lagi kontak dengan antigen sebagai
akibat disingkirkannya antigen-antigen tersebut (yang biasanya dikandung dalam
“kotoran” sehari-hari) secara “mutlak”.

Macam-macam alergen:

- alergen inhalatif atau alergen yang masuk melalui saluran pernafasan. Contohnya:
serbuk sari tumbuh-tumbuhan (rumput, macam-macam pohon, dsb.), spora jamur
(aspergillus, cladosporium, penicillium, alternaria dsb.), debu atau bubuk bahan-bahan
kimia atau dari jenis padi-padian/gandum-ganduman (gandum, gandum hitam dsb.), uap
formalin dll.

- alergen ingestif atau alergen yang masuk melalui saluran pencernaan: susu, putih telur,
ikan laut atau ikan air tawar, udang, makanan asal tumbuhan (kacang-kacangan, arbei,
madu dsb.), obat-obat telan.

- alergen kontak atau alergen yang menimbulkan reaksi waktu bersentuhan dengan kulit
atau selaput lendir: zat-zat kimia, zat-zat sintetik (plastik, obat-obatan, bahan desinfeksi
dll.), bahan-bahan yang berasal dari hewan (sutera, woll dll.) atau dari tumbuh-tumbuhan
(jamur, getah atau damar dsb.).

- alergen yang memasuki tubuh melalui suntikan atau sengatan: obat-obatan, vaksin,
racun atau bisa dari serangga seperti lebah atau semut merah).

- implant dari bahan sintetik atau logam (tertentu), bahan-bahan yang digunakan dokter
gigi untuk mengisi lubang di gigi.

- autoalergen ialah zat dari organisme itu sendiri yang keluar dari sel-sel yang rusak atau
pada proses nekrosa jaringan akibat infeksi atau reaksi toksik/keracunan.

Diagnostik/pemeriksaan: Pada kecurigaan adanya alergi setelah anamnesa dan


pemeriksaan tubuh dilakukan dengan teliti, maka langkah pertama ialah melakukan tes-
tes alergi:

- tes epikutan: pembubuhan alergen-alergen yang dicurigai bisa menjadi penyebabnya ke


atas foil khusus, yang kemudian ditempelkan (biasanya) ke punggung penderita. Pada
reaksi positif, maka akan timbul bercak merah pada alergen atau alergen-alergen tersebut.

Tes alergi epikutan


- Tes intrakutan: setelah kulit di lengan bawah (lihat gambar) ditoreh dengan jarum dan
ditandai, lalu pada luka-luka torehan dibubuhkan alergen-alergen yang dipilih (biasanya
dipilih yang paling sering menjadi penyebab). Setelah beberapa waktu, jika ternyata
positif, maka pada alergen tersebut akan timbul indurasi yang dikelilingi bercak merah.
Tergantung garis tengah indurasi masing-masing, maka gradasi atau tingkat kepekaan
terhadap alergen tersebut disebutkan dengan: negatif/tidak pasti/lemah/positif/positif kuat
atau dengan – / (+) / + / ++ / +++ / ++++ .

Tes alergi intrakutan

Untuk memperkuat atau memastikan diagnosanya, selanjutnya ditentukan kadar IgE total
di serum dan IgE-IgE yang spesifik terhadap alergen-alergen yang menyebabkan reaksi
positif. Pada penderita yang dicurigai menderita ekstrinsik atau alergik bronkial asma,
seharusnya dilaksanakan tes eksposisi inhalatif dengan alergen tertentu (inhalatif
provokatif tes spesifik), karena hasil tes intra- atau epikutan yang positif belum
membuktikan seratus persen, bahwa sistem pernafasan sudah terkena. Kecuali jika dalam
anamnesa sudah benar-benar ternyata, bahwa pada eksposisi dengan alergen tersebut
penderita menderita sesak nafas. Dalam hal ini bahkan tes eksposisi inhalatif dengan
alergen tersebut tidak dianjurkan, karena jelas berbahaya. Tes eksposisi inhalatif spesifik
ini tentunya harus dilaksanakan dengan persiapan yang teliti, terutama persiapan untuk
kedaan gawat-darurat yang bisa terjadi, yaitu reaksi yang parah dengan sesak nafas berat
yang bisa sampai menyebabkan kematian. Karena itu sebelum tes ini harus dipastikan,
bahwa obat-obatan seperti kortison, antihistaminikum, epinefrin, cairan infus serta alat-
alat untuk resusitasi termasuk intubasi sudah tersedia lengkap.

Pelaksanaan tes eksposisi inhalatif: Setelah persiapan-persiapan di atas, pemeriksaan


dimulai dengan pelaksanaan spirometri. Jika ternyata pada pasien sudah dapat dibuktikan
adanya obstruksi bronkial, maka tes tidak boleh dilaksanakan. Kecuali kalau
obstruksinya hanya ringan sekali. Dalam hal ini dan jika tidak ada obstruksi, maka tes
bisa dimulai dengan menyemprotkan alergen ke lubang hidung atau pasien harus
menghirup alergen tersebut dari nebulizer.

 
 

Spirometri

Tes provokasi inhalatif

Setelah beberapa waktu, spirometri diulangi lagi dan jika tenyata timbul obtsruksi, maka
harus diberikan bronkolitikum/betamimetikum. Tes ini bisa dilakukan di praktik, tetapi
sebaiknya pasien tidak diijinkan pulang selama 1 – 2 jam untuk menjaga-jaga timbulnya
reaksi lambat, yang terkadang juga bisa berat.

(bersambung ke bagian 2: gejala klinis dan terapinya termasuk pada shok anafilaktis
berat, beberapa reaksi alergis di mulut dan sekitarnya, SIT dan SLIT: apa itu?)

Alergi (bagian2)
Contoh kasus: Beberapa waktu yang lalu datang seorang tukang roti yang baru memulai
pendidikannya sebagai tukang roti, tetapi dicurigai menderita alergi terhadap beberapa
macam tepung (gandum biasa, gandum hitam dsb.). Keluhannya: beberapa menit setelah
mulai bekerja dan mengaduk adonan roti, pasien itu merasakan sesak nafas, yang
berlangsung sampai sore harinya. Biasanya kalau jam kerja sudah lewat dan ia pulang,
keluhan akan membaik, tetapi tidak hilang. Gejala sesak nafas ini baru hilang, kalau dia
liburan atau pada akhir minggu, jadi kalau lebih dari 2 hari ia tidak berkerja. Atas dasar
kecurigaan ini, saya minta dia untuk membawa 3 jenis tepung itu dan melaksanakan tes
seperti tersebut di atas. Selama beberapa menit ia harus simulasi pekerjaannya dalam
sebuah ruang kecil (mengaduk-aduk tepung). Belum sampai 3 menit, pasien keluar dan
menyatakan, bahwa sesak nafas itu mulai terasa. Dalam tes spirometri yang kemudian
dilakukan, dapat dibuktikan timbulnya penyempitan akut bronkial (obstruksi) dengan
meningkatnya resistance setinggi lebih dari 100% dan turunnya FEV1 sebesar lebih dari
50%. Setelah pemberian betamimetikum efek singkat (fenoterol atau semacamnya)
obstruksi itu hilang lagi.

Dengan ini terbukti adanya reaksi bronkial terhadap tepung-tepung tersebut. Selanjutnya
harus ditentukan kadar IgE spesifiknya di serum terhadap tepung-tepung tersebut, untuk
membuktikan, bahwa reaksi ini spesifik dan bukan hanya reaksi spesifik
(hiperreagibilitas bronkial spesifik). Konsekuensi untuk pasien itu: ia harus mencari
tempat pekerjaan lain.

Simptoma/Pemunculan klinik:

1. Shok anafilaktis: Akibat pembesaran pembuluh-pembuluh kapiler yang diiringi


peningkatan permeabili- tas dindingnya , sebagian besar cairan plasma merembes keluar
ke jaringan. Hal ini mengakibatkan hipovolaemia yang berarti turunnya tekanan darah
secara berlebihan.

a. Akut: terjadinya beberapa menit setelah kontak dengan alergen (injeksi anestesi lokal,
antibiotika, sengatan lebah dsb.). Gejalanya: kolaps (circulatory collaps) dengan tekanan
darah yang (hampir) tidak bisa diukur dan takikardi. Kehilangan kesadran/pingsan.
Sering disertai pembeng- kakan mukosa saluran pernafasan dengan edema glotis, sesak
nafas. Kematian bisa terjadi dalam beberapa menit!!!

b. Proses lambat/berlarut: gatal-gatal, rasa panas pada telapak tangan dan kaki, di
rongga mulut (sering dengan rasa metalik/logam), keluhan sirkulatoris (pusing, lemah,
perasaan tidak enak badan dsb.), eksantem (bercak-bercak merah di seluruh tubuh,
urtikaria dengan gatal yang hebat, pembengkakan mukosa dalam rangka edema Quincke.
Bronkospasmus (pengerutan otot-otot bronki) yang mengakibatkan sesak nafas.
Hipertensi!!! Hiperperistaltik (meningkatnya kerja saluran pencer- naan) dengan akibat
muntah-muntah dan berak-berak (tidak harus diare!). Kejang-kejang otot tubuh karena
gangguan pusat syaraf. Selain itu: lekopeni, trombo- peni, hambatan koagulasi darah.

Terapi:

- Bila pasien kehilangan kesadaran, letakkan dalam posisi samping yang stabil:

- kemudian injeksikan1 mg epineprin (adrenalin atau suprarenin) yang telah dicampur


dengan 9 ml NaCl o,9%. Berikanintravenos beberapa kali (setiap kali 1 ml sampai
seluruhnya. Kemudian Prednisolon 250 s/d 1000 mg. Sebagai pelengkap antialergikum
(clemastinhidrogenfumarat atau dimetindenmaleat 4 mg), infus dengan cairan koloidal
(HAES), Dopamin, Noradrenalin . Jika terjadi aspiksia, maka intubasi atau trakeotomi
darurat.
“jarum” untuk trakeotomi darurat

Skema trakeotomi darurat

2. Serum sickness: Gejala-gejalanya sepeerti pada shock anafilaktis, tetapi biasanya jauh
lebih ringan. Biasanya tejadi 5-8 hari setelah eksposisi pertama dengan alergen.
Penjelasannya sbb.: waktu antibodi dibentuk, alergen/antigen yang pertama memasuki
organisme tersebut belum seluruhnya tereliminasi, tetapi jumlahnya jauh lebih sedikit
dari pada waktu permulaan. Sehingga reaksi yang terjadipun hanya meliputi sejumlah
kecil alergen dengan antibodi saja. Inilah sebabnya, kenapa reaksi ini ringan saja.
Simptoma:pada tempat injeksi akan muncul eritema yang kemudian meluas ke seluruh
tubuh dengan diiringi naiknya suhu tubuh. Selain itu akan timbul urtikaria, edema
Quincke, muntah-muntah, diare dan nyeri sendi yang mirip gejala rematik.
Terapi: Prednisolon dan antihistaminikum.

3. Urtikaria dan Edema Quincke: Kedua simptoma ini bisa merupakan bagian dari
shock anafilaktis/serum sichkness atau juga merupakan gejala tersendiri. Urtikaria
merupakan bercak-bercak merah di kulit yang diikuti timbulnya gelembung-gelembung
putih (wheals) yangbesarnya bervariasi dari kira-kira 0,5 cm sampai selebar telapak
tangan. Batasannyaterhadap kulit di sekelilingnya jelas/tajam, diiringi rasa gatal dan
nyeri. Gelembung-gelembung ini bisa menyatu dan membentuk gelembung besar berisi
cairan (bula). Di selaput mulupun gejala ini bisa muncul. Terkadang suhu tubuh naik
(tidak terlalu tinggi). Sesudah 2 hari biasanya semua akan menghilang. Afeksi ini
terbentuknya hanya di lapisan permukaan kulit saja. Sebaliknya Edema Quincke
mengenai juga lapisan-lapisan yang lebih dalam. Pembengkakan ini biasanya hanya
terbatas di wajah, bibir dan lidah, dan hanya menimbulkan perasaan tegang di bagian
yang terkena tanpa gejala lain. Kecuali, tentu saja, jika bagian tenggorokan juga terkena,
sehingga bisa menyebabkan edema glotis.

Edema Quincke Urtikaria

Terapi:Prednisolon dan antihistaminikum, kalsiumglukonat intravenous.

4. Eksantem sebagai manifestasi alergi terhadap obat-obatan: Eksantema akibat


alergi terhadap obat-obatan bisa mirip seperti eksantema yang terlihat pada beberapa
penyakit infeksi: morbilli/german measles, rubella, scarlet fever/scarlatina. Bercak-bercak
merah yang timbul bisa menyatu (konfluensi) dan jarang melebihi permukaan kulit,
diiringi rasa gatal dan bisa mengenai rongga mulut, di mana eksantem itu bisa
menyerupai eritema eksudativum. Obat-obat yang bisa menyebabkan alergi (contoh):
penisilin dan derivatnya (amoksisillin, ampisillin dsb.), sulfametoxazol/trimetoprim dll.

Terapi: Kortison (prednisolon) dan antihistaminikum. Pada edema glotis yang


menyebabkan sesak nafas kadang harus dilakukan trakeotomi darurat (lihat di atas).

5. Beberapa reaksi alergis di bagian/rongga mulut:

a. Cheilitis alergis akut: Bengak dan merah di bibir diikuti rasa gatal dan tegang, kadang
denga ulserasi pem- borokan. Antigen yang menyebabkan reaksi ini sering obat
oral/telan, makanan (putih telur, ikan dll).
b. Cheilitis eczematosa: Muncul setelah kontak jangka agak panjang dengan obat,
makanan, kosmetika, pasta gigi dsb. Beruap merah dan pembengakakan bibir dan bagian
sekelilingnya dengan erosi permukaan, vesicula dan crusta. Di mucoas yang
bersangkutan juga terlihat eritema edematos dengan atau tanpa vesicula. Biasanya dengan
pemborokan di sudut mulut/bibir (ragada), gatal dan rasa panas di bibir.

c. Stomatitis alergis akut: Pembengkakan mukosa dan memerahnya (rubor) disertai


timbulnya vesicula dan erosi. Rasa panas, nyeri waktu mengunyah, produksi air liur
berlebihan. Antigen: pasta gigi, permen karet, tembakau, obat, makanan, bahan-bahan
yang dipergunakan di kedokteran gigi.

d. Stomatopati alergis sebagai reaksi terhdap prostesis/implantat: Memerahnya dan


pembengkakan mukosa di bagian palatin (atap mulut) dan alveolar process, jarang di
mukosa bagian pipi atau di lidah. Erosi permukaan, coating, rasa panas, gangguan rasa
(disgeusia). Alergen: implant atau prostesis metal atau sintetik.

Terapi: eliminasi antigen, kortison.

Kalau kita menyimak secara teliti tulisan di atas, akan terlihat, bahwa pengobatan yang
dilakukan adalah pengobatan simptomatis saja, jadi hanya mengobati gejalanya saja.
Kecuali denga eliminasi atau penghindaran kontak dengan alergen, hingga kini tidak ada
pengobatan kausal dari alergi. Penyembuhan mutlak dari penyakit alergi sampai saat ini
di dunia kedokteran modern belum diketemukan. Dalam dunia pengobatan tradisionil dan
alternatif, dikenal bermacam-macam cara pengobatan, dari makan/minum bubuk cicak
yang telah dikeringkan sampai usaha penyembuhan dengan kekuatan gaib. Mengenai ini
penulis merasa tidak cukup kompeten untuk mengomentarinya. Memang ilmu
pengobatan tradisionil, kalau diterapkan secara rasionil, akan bisa melengkapi ilmu
kedokteran modern.

Sebagai usaha pengobatan kausal, dalam dunia kedokteran modern dikenal terapi
hiposensibilisasi atau yang juga disebut Specific immune therapy (SIT). Prinsipnya ialah
pemberian antigen secara bertahap dari dosis kecil yang perlahan-lahan ditingkatkan.
Tujuannya ialah merangsang pembentukan antibodi dari golongan IgG, yang
mengakibatkan supresi atau pencegahan /pengurangan pembentukan antibodi golongan
IgE yang spesifik untuk antigen yang diaplikasi.
Terapi ini dilaksanakan dengan pemberian alergen tertentu yang diproduksi di pabrik
farmasi (bisa juga dalam bentuk kombinasi dari beberapa alergen) dan dapat diberikan
dalam bentuk injeksi subkutan pada bagian lengan bawah sebanyak 1 x per minggu.
Sejak beberapa tahuntersedia juga obat ini dalam bentuk tetesan sublingual (di bawah
lidah) dan harus diberikan setiap hari. Kedua macam terapi ini harus dijalankan selama 3
tahun.

Keberhasilan terapi ini bisa mencapai 95% tergantung dari jenis alergennya.

Anda mungkin juga menyukai