DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
1. MA’RIFATUL SERIN AULIA (G70119012)
2. FEBBY ANGGRIANI (G70119121)
3. KURNIYA (G70119073)
4. FIKRIANI (G70119091)
5. SHALSABILLA NAHDYA ASSIFA (G70119107)
6. ZIDAN SAPUTRA (G70119024)
7. SHAFARINA (G70116218)
8. DONNA MELIYANI PUTRI (G70117157)
9. NURUL NADYA (G70117083)
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat
serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang
selalu kita nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Farmakologi
Toksikologi 1 “
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi toksikologi
B. Jenis-jenis toksikologi
C. Manifestasi klinik
D. Klasifikasi toksikologi
E. Penggolongan obat toksikologi
SESI DISKUSI
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Farmakologi adalah Istilah yang berasal dari bahasa Yunani yaitu Farmakos
yang memiliki arti obat dan Logos yang artinya ilmu. Jadi secara harfiah,
farmakologi dapat ditafsirkan sebagai suatu ilmu yang mempelajari obat dan
cara kerjanya pada sistem biologis. Terutama tentang obat yang berkaitan
dengan respons bagian-bagian tubuh terhadap sifat obat, pengaruh sifaf fisika-
kimiawinya terhadap tubuh, kegunaan obat bagi kesembuhan dan nasib yang
dialami obat dalam tubuh. Artinya farmakologi ini akan menelaah efek-efek
dari senyawa kimia pada jaringan hidup makhluk hidup (Nurhayati, 2017).
Toksis adalah sifat yang dimiliki oleh suatu zat kimia untuk menyebabkan
keracunan. Pengertian tentang racun tersebut sudah cukup memuaskan,
walaupun masih harus ditambah pemahaman yang mendasar bahwa soal racun
atau toksis tidaknya sesuatu zat sangatlah tergantung kepada kuantitas zat
tersebut. Toksisitas merupakan istilah yang menunjukkan kemampuan suatu
zat menyebabkan terjadinya keracunan. Efek racun suatu zat kimia tidak hanya
dihubungkan dengan manusia saja, melainkan juga dengan seluruh makhluk
hidup baik hewan maupun tumbuhan. Istilah beracun berbeda dari istilah
berbahaya; kata berbahaya yang menunjuk kepada kemampuan menyebabkan
terjadinya kebakaran atau peledakan atau lainnya lebih luas dari pengertian
beracun; kata beracun berbahaya mencakup pula pengertian bahaya oleh
keracunan suatu zat (Suma’mur, 2014).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan beberapa rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apa itu Toksikologi?
2. Apa saja jenis-jenis toksikologi?
3. Apa manifestasinya kliniknya?
4. Apa saja klasifikasinya?
5. Apa saja golongan obat dari toksikologi?
C. Tujuan Pembahasan
Tujuan yang dapat di capai dengan adanya rumusan masalah diatas ialah
sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian dari toksikologi
2. Mengetahui jenis-jenis toksikologi
3. Mengetahui manifestasi kliniknya
4. Mengetahui klasifikasinya
5. Mengetahui golongan obat dari toksikologi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian toksikologi
Toksikologi berarti ilmu tentang racun (study of poisons). Dimana racun
merupakan zat kimia, tunggal atau campuran, yang dalam jumlah yang
relative sedikit berbahaya bagi kesehatan bahkan jiwa manusia.
Toksikologi didefinisikan sebagai ilmu tentang aksi berbahaya zat kimia
atas jaringan biologi. Definisi ini mengandung makna bahwa di dalam
tubuh, dalam kondisi tertentu, zat kimia dapat berinteraksi dengan jaringan
tubuh, sehingga mengakibatkan timbulnya efek berbahaya atau toksik
dengan wujud dan sifat tertentu. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
kondisi, aksi (mekanisme), wujud, dan sifat efek toksik sesuatu zat kimia,
merupakan dasar atau asas utama untuk belajar dari memahami toksikologi
karena itu pulalah ilmu ini disebut toksikologi dasar. (Suma’mur, 2014).
B. Jenis-jenis toksikologi
Menurut (Donatus Imono A. 2005) jenis-jenis toksikologi meliput:
C. Manifestasi klinik
Ciri-ciri keracunan umumnya tidak khas dan dipengaruhi oleh cara
pemberian, apakah melalui kulit, mata, paru, lambung, atau suntikan,
karena hal ini mungkin mengubah tidak hanya kecepatan absorpsi dan
distribusi suatu bahan toksik, tetapi juga jenis dan kecepatan
metabolismenya. Pertimbangan lain meliputi perbedaan respons jaringan.
Hanya beberapa racun yang menimbulkan gambaran khas seperti adanya
bau gas batu bara (saat ini jarang), pupil sangat kecil (pinpoint), muntah,
depresi, dan hilangnya pernafasan pada keracunan akut morfin dan
alkaloidnya. Pupil pinpoint merupakan satu-satunya tanda, karena
biasanya pupil berdilatasi pada pasien keracunan akut. Kecuali pada pasien
yang sangat rendah tingkat kesadaranya, pupilnya mungkin menyempit
tetapi tidak sampai berukuran pinpoint. Kulit muka merah, banyak
berkeringat, tinitus, tuli, takikardi, dan hiperventilasi sangat mengarah
pada keracunan salisilat akut (aspirin).( Loomis, T.A. 1978)
D. Klasifikasi toksikologi
Menurut (Yulianto dan nurul,A, 2017). Racun dapat diklasifikasikan
berdasarkan atas berbagai hal seperti: sumber, sifat kimiawi dan fisikanya,
bagaimana dan kapan terbentuknya, efek terhadap kesehatan, kerusakan
organ, dan hidup/tidaknya racun tersebut.
1. Klasifikasi berdasar sumber :
a. Sumber alamiah/buatan. Klasifikasi ini membedakan racun asli
yang berasal dari flora dan fauna dan kontaminasi organisme
dengan berbagai racun yang berasal dari bahan baku industri
beracun ataupun buangan beracun dan bahan sintetis beracun.
b. Sumber berbentuk titik, area dan bergerak. Klasifikasi sumber
seperti ini biasanya dipergunakan orang yang berminat melakukan
pengendalian. Tentunya sumber titik lebih mudah dikendalikan
daripada sumber area dan bergerak.
c. Sumber domestik, komersial dan industri Sumber domestik
biasanya berasal dari permukiman, kurang beracun kecuali
bercampur dengan buangan pestisida, obat-obatan dll. Buangan
komersial dapat sangat beragam, demikian pula dengan buangan
industri.
2. Klasifikasi berdasarkan wujud Sangat bermanfaat dalam memahami
efek yang mungkin terjadi serta pengendaliannya.
a. Wujud pencemar
b. Ukuran pencemar
3. Klasifikasi atas dasar sifat fisika dan kimia
a. Korosif Korosif adalah sifat suatu subtantsi yang dapat
menyebabkan benda lain hancur atau memperoleh dampak negatif.
Korosif dapat menyebabkan kerusakan pada mata, kulit, sistem
pernapasan, dan banyak lagi. Contoh bahan kimia yang bersifat
korosif antara lain asam sulfat, asam astetat,asam klorida dan lain-
lain.
b. Radioaktif Bahan radioaktif adalah bahan kimia yang mempunyai
kemampuan memancarkan sinar radioaktif dangan aktivitas jenis
lebih besar dari 0,002 microcuri per gram. Suatu bahan kimia dapat
termasuk diantara satu atau lebih klasifikasi diatas, karena memang
mempunyai sifat ganda. Contoh : Benzena adalah zat beracun,
karsiogenik tetapi juga mudah terbakar, klor adalah zat beracun
yang juga bersifat korosif. Radioaktif adalah bahan yang
terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan
medis atau riset radio nukleida. Limbah ini dapat berasal dari
antara lain : tindakan kedokteran nuklir, radio-imunoassay dan
bakteriologis; dapat berbentuk padat, cair atau gas.
c. Evaporatif Bahan toksin evaporatif adalah bahan yang mudah
menguap dan biasanya jenis bahan kimia ini mudah terbakar
d. Eksplosif Adalah suatu zat padat atau cair atau campuran keduanya
yang karena suatu reaksi kimia dapat menghasilkan gas dalam
jumlah dan tekanan yang besar serta suhu yang tinggi, sehingga
menimbulkan kerusakan disekelilingnya. Zat eksplosif amat peka
terhadap panas dan pengaruh mekanis (gesekan atau tumbukan),
ada yang dibuat sengaja untuk tujuan peledakan atau bahan peledak
seperti trinitrotoluene (TNT), nitrogliserin dan ammonium nitrat
(NH4NO3). Contoh lainnya adalah Asetilena dan amonium nitrat.
e. Reaktif
- Bahan kimia beracun yang mudah bereaksi dengan air, asam,
udara sehingga dapat meledak, terbakar dan lainnya.
- Bahan yang reaktif terhadap air adalah bahan yang apabila
bereaksi dengan air akan mengeluarkan panas dan gas
sehingga mudah terbakar contohnya: alkali dan alkali tanah,
garam halida dan anhidrat, oksida anhidrat dan sulfuril klorida.
- Bahan yang reaktif terhadap asam adalah bahan yang apabila
bereaksi dengan asam akan mengeluarkan panas dan gas
sehingga mudah terbakar, beracun dan korosif contohnya:
kalium klorat, kalium perklorat, kalium permanganat dan asam
kromat.
- Semuanya memerlukan penanganan, transportasi, dan
pembuangan yang berbeda, karena bahaya yang mungkin
timbul akan berbeda.
4. Klasifikasi atas dasar terbentuknya pencemar/xenobiotik
a. Pencemar yang terbentuk dan keluar dari sumber disebut pencemar
primer.
b. Pencemar yang sudah bereaksi dilingkungan disebut pencemar
sekunder.
c. Pencemar sekunder yang bereaksi menjadi pencemar tersier.
5. Klasifikasi atas efek kesehatan
a. Fibrosis : terbentuknya jaringat ikat secara berlebihan;
b. Granuloma : didapatnya jaringan radang kronis;
c. Demam : suhu badan melebihi suhu normal; d
d. Asfiksia : keadaan kekurangan oksigen;
e. Alergi : sensitifitas yang berlebihan;
f. Kanker : tumor ganas; Mutan : generasi yang berbeda dengan
induknya
g. Teratogenik : cacat bawaan h. Keracunan sistemik : keracunan
yang menyerang seluruh tubuh.
6. Klasifikasi atas dasar kerusakan organ target :
a. Hepatoksik : beracun pada hati;
b. Nefrotoksik : beracun pada ginjal;
c. Neurotoksik : beracun pada saraf;
d. Hematotoksik : beracun pada sel darah;
e. Pneumotoksik : beracun pada paru-paru.
7. Klasifikasi atas dasar hidup/matinya racun Klasifikasi ini dibuat
berdasarkan pertimbangan bahaya yang ditimbulkannya. Zat yang
hidup dapat berkembang biak bila lingkungannya mengijinkan. Zat
abiotis dapat berubah menjadi berbagai senyawa Sehingga
pengendaliannya berbeda
Terapi :
Terapi :
a. Korban aktif
b. Koma : intubasi endotrakheal dan ventilasi mekanik
c. Agitasi : diberikan preparat benzodiazepine
d. Agitasi yang tidak terkontrol dan delirium,
antidote : physostigmine (inhibitorasetilkolin-esterase). Dosis : 1-2
mg i.v. dalam 2-5 menit (dosis dapat diulang)
e. Kontraindikasi physostigmine : penderita dengan kejang, koma,
gangguan konduksi jantung, atau aritmia ventrikel.
3. Benzodiazepine
Efek Toksik
a. Eksitasi paradoksal
b. Depresi SSP : (mulai tampak dalam 30 menit setelah overdosis)
c. Koma dan depresi nafas (pada ultra-short acting benzodiazepin dan
kombinasi benzodiazepine-depresan SSP lainnya)
a. Karbon aktif
b. Respiratory support bila perlu
c. Flumazenil (antagonis kompetitif reseptor benzodiazepine)
Dosis : 0,1 mg i.v. dengan interval 1 menit sampai dicapai efek yang
diinginkan atau mencapai dosis kumulatif (3 mg). bila terjadi replase,
dapat diulang dengan interval 20 menit, dengan dosis maksimum 3
mg/jam.
Efek samping : kejang (pada penderita dengan stimulan dan trisiklik
antidepresan, atau penderita ketergantungan benzodiazepine.
Kontraindikasi : kardiotoksisitas dengan anti depresan trisiklik.
4. b-Blocker
Efek toksik :
Terjadi dalam ½ jam setelah overdosis dan memuncak dalam 2 jam.
a. Mual, muntah, bradikardi, hipotensi, depresi SSP
b. b-blocker dengan ISA (+) : hipertensi, takikardi
c. Efek toksik pada SSP : kejang
d. Kulit : pucat & dingin
e. Jarang : bronkospasme dan edema paru
f. Hiperkalemi
g. Hipoglikemi
h. Metabolik asidosis (sebagai akibat dari kejang, shock, atau depresi
nafas)
i. EKG : berbagai derajat AV block, bundle branch block, QRS lebar,
asistol
j. Khusus sotalol : pemanjangan interval QT, VT, VF, dan torsade de
pointes
Terapi :
a. Karbon aktif
b. Pada bradikardi dan hipotensi : atropin, isoproterenol, dan
vasopresor
c. Pada keracunan berat :
- Glukagon; dosis inisial : 5-10 mg dilanjutkan1-5 mg/jam via
infus
- Calcium
- Insulin dosis tinggi + glukosa + kalium
- Pacu jantung (internal/eksternal)
- IABP
a. Pada kejadian bronkospasme : inhalasi b-agonis, epinefrin s.c.,
aminofilin i.v.
b. Pada sotalol-induced ventricular tachyarrhythmia : lidokain,
Mg, overdrive pacing
c. Pada overdosis atenolol, metoprolol, nadolol, dan sotalol : dapat
dilakukan prosedur ekstrakorporea
Terapi :
a. Karbon aktif
b. Pada bradikardi simptomatis :
- atropin
- Calcium, dosis inisial : CaCl2 10% 10cc atau Ca glukonas 10% 30
cc i.v. dalam >2 menit (dapat diulang sampai 4x).
- Bila terjadi relaps setelah dosis inisial, diberikan infus calcium
kontinu : 0,2 cc/kgBB/jam sampai maksimal 10cc/jam.
- isoproterenol
- glukagon (dosis seperti pada overdosis b-blocker)
- electrical pacing (internal/eksternal)
c. Pada iskemi : mengembalikan perfusi jaringan dengan cairan
d. Khusus pada overdosis verapamil, dilakukan usaha-usaha untuk
mengembalikan metabolisme miokard dan meningkatkan
kontraktilitas miokard dengan : regular insulin dosis tinggi (0,1 – 0,2
U/kgBB bolus i.v. diikuti dengan 0,1 – 1 U/kgBB/jam, bersama
dengan glukosa 25 gr bolus, diikuti infus glukosa 20% 1 gr/kgBB/jam,
serta kalium).
e. Bila masih hipotensi walaupun bradikardi sudah teratasi, diberikan
cairan.
f. Amrinone, dopamine, dobutamin, dan epinefrin (tunggal/kombinasi)
g. Pada shock refrakter : I A B P.
6. Karbon Monoksida
Efek toksik :
a. Hipoksia jaringan, dengan : metabolisme anaerob, asidosis laktat,
peroksidasi lemak, dan pembentukan radikal bebas.
b. Nafas pendek, dispnea, takipnea,
c. Sakit kepala, emosi labil, konfusi, gangguan dalam mengambil
keputusan,
d. Kekakuan, dan pingsan
e. Mual, muntah, diare
f. Pada keracunan berat : edema otak, koma, depresi nafas, edema paru,
g. Gangguan kardiovaskuler : nyeri dada iskemik, aritmia, gagal jantung,
dan hipotensi
h. Pada penderita koma dapat timbul blister dan bula di tempat-tempat
yang tertekan
i. Creatin kinase serum meningkat
j. Laktat dehidrogenase serum meningkat
k. Nekrosis otot ® mioglobinuria ® gagal ginjal
l. Gangguan lapang pandang, kebutaan , dan pembengkakan vena
disertai edema papil atau atrofi optic
m. Metabolik asidosis
n. Menurunnya saturasi O2 (dinilai dari CO-oxymetry)
o. Biasanya tampak sianosis (jarang terlihat kulit dan mukosa berwarna
merah ceri)
p. Penderita yang sampai tidak sadar beresiko mengalami sekuele
neuropsikiatrik (perubahan kepribadian, gangguan kecerdasan, buta,
tuli, inkoordinasi, dan parkinsonism) dalam 1-3 minggu setelah
paparan
7. Glikosida Jantung
Dicurigai keracunan bila pada penderita yang mendapatkan digoksin
denyut jantung yang sebelumnya cepat/normal menjadi melambat atau
terdapat irama jantung yang ireguler dengan konsisten.
Efek toksik :
a. Menurunnya otomatisitas SA node dan konduksi AV node
b. Tonus simpatis : otomatisitas otot, AV node, dan sel-sel konduksi;
meningkatnya after depolarization
c. EKG : bradidisritmia, triggered takidisritmia, sinus aritmia, sinus
bradikardi, berbagai derajat AV block, kontraksi ventrikel
premature, bigemini, VT, VF
d. Kombinasi dari takiaritmia supraventrikel dan AV block
(mis.: PAT dengan AV block derajat 2; AF dengan AV block
derajat 3) atau adanya bi-directional VT ) sangat sugestif untuk
menilai adanya keracunan glikosida jantung
e. Muntah
f. Konfusi, delirium
g. Halusinasi, pandangan kabur, fotofobi, skotomata, kromotopsia
h. Keracunan akut : takiaritmia dan hiperkalemi
i. Keracunan kronik : bradiaritmia dan hipokalemia
Terapi :
Jawaban :
- Minta penderita untuk meludahkan sisa racun yang masih ada di mulut.
Namun, jangan memaksa penderita untuk memuntahkan racun yang
sudah tertelan, karena justru bisa berbahaya.
- Jika penderita muntah secara tidak sengaja, segera bersihkan mulut dan
tenggorokannya. Caranya, balutkan kain bersih ke jari dan tangan Anda,
lalu gunakan jari Anda untuk membersihkan mulut dan tenggorokannya.
- Bila penderita tidak sadarkan diri, cobalah untuk membangunkannya,
lalu minta ia untuk meludahkan sisa racun yang masih terdapat di
mulutnya.
- Sambil menunggu pertolongan medis datang, baringkan penderita dengan
posisi miring ke arah kiri dan berikan bantal atau penyangga pada
punggungnya. Tarik dan tekuk tungkai yang berada di atas ke arah depan.
Posisi seperti ini disebut posisi pemulihan (recovery position).
- Jika korban keracunan sadar, minta ia untuk duduk dan pastikan
penderita tetap sadar hingga tim medis datang.
- Jika zat berbahaya tersebut mengenai baju atau kulit penderita, segera
bersihkan.
- Apabila korban keracunan tidak bernapas, lakukan prosedur CPR
(resusitasi jantung paru) jika Anda mengetahui caranya.
Apabila penderita menghirup racun dari udara yang tercemar, misalnya gas
karbon monoksida, segera bawa ia keluar dari lokasi untuk menghirup udara
yang lebih bersih. Jika penderita muntah dalam posisi berbaring, miringkan
kepalanya ke samping untuk mencegah ia tersedak. Apabila penderita tidak
responsif, napasnya terhenti, atau tidak bernapas, lakukan prosedur CPR
selagi menunggu bantuan medis datang. Jika kulit terpapar zat beracun,
segera lepaskan pakaian yang dikenakan menggunakan sarung tangan.
Bersihkan kulit dari racun dengan cara mencucinya menggunakan air dan
sabun selama 15-20 menit. Jika kondisi kulit terlihat semakin parah atau
mengalami pembengkakan, segera cari bantuan medis di rumah sakit
terdekat.
2. Jika bayi mengalami keracunan, obat apa yang dapat diberikan dan
bagaimana mekanisme obatnya?
Jawaban :
gejala keracunan obat pada anak sangat beragam. Hal ini dipengaruhi oleh
jenis obat apa yang tertelan anak, jumlah obat yang tertelan, lama kerja obat,
dan interaksi obat. jika masih dalam waktu 1 jam setelah kejadian anak
minum obat. Tablet ini bisa menghambat penyerapan obat-obatan, seperti
obat antikejang (karbamazepin, fenobarbital, asam valproat), obat asma
teofilin, obat demam paracetamol, dan obat asam salisilat. Carbamazepine
adalah suatu agonis reseptor GABA, derivat iminostilbene yang secara
kimiawi berhubungan dengan trisiklik antidepresan. Obat ini bekerja dengan
cara menurunkan impuls saraf yang menyebabkan kejang dan nyeri. Secara
struktur carbamazepine mirip dengan fenitoin
3. Apakah dosis obat yang berlebihan dapat menyebabkan keracunan? Jika iya
jelaskan bagaimana dosis yang dapat menyebabkan keracunan itu ?
Jawaban :
Jawaban :
Fase 1 :
Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, perasaan tak menentu pada tubuh
yang tak nyaman (malaise) dan banyak mengeluarkan keringat.
Fase 2 :
Fase 3 :
Berulangnya kejadian pada fase 1 (biasanya 3-5 hari setelah munculnya
gejala awal) serta terlihat gejala awal gagal hati seperti pasien tampak kuning
karena terjadinya penumpukan pigmen empedu di kulit, membran mukosa
dan sklera (jaundice), hipoglikemia, kelainan pembekuan darah, dan penyakit
degeneratif pada otak (encephalopathy). Pada fase ini juga mungkin terjadi
gagal ginjal dan berkembangnya penyakit yang terjadi pada jantung
(cardiomyopathy)
5. Salah satu faktor mempengaruhi toksisitas dalam tubuh manusia itu makanan,
apa hbngnnya cacing tricinella sp dengn toksisitas tubuh manusia, dan
senyawa toksik apa yang dihasilkan dari parasit tersebut?
Jawaban :
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Toksikologi merupakan suatu cabang ilmu yang mempelajari tentang
penggunaan berbagai bahan kimiawi yang dapat menyebabkan efek toksik
terhadap tubuh
2. Jenis-jenis toksikologi : toksikologi deskriptif, toksikologi mekanistik,
toksikologi regulatif, toksikologi forensik, toksikologi klinik, toksikologi
kerja, toksikologi lingkungan, dan ekotoksikologi.
3. Golongan obat toksikologi : acetaminophen, obat anti kolinergik,
benzodiazepin, b-blocker, calcium channel blocker (CCB), karbon
monoksida, glikosida jantung, obat golongan NSAID
B. Saran
Penyusun mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk kebaikan
kedepannya agar penyusun dapat menyajikan karya tulis yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA