Anda di halaman 1dari 83

PENGANTAR PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

Pertemuan 7-8
Peyusunan dan Penetapan APBN

Politeknik Keuangan Negara STAN


Akuntansi 2019 R.D. Handaka
handaka@pknstan.ac.id
Materi Kuliah
1. Keterkaitan Perencanaan Pembangunan Nasional dengan Penganganggaran
2. Penyusunan Kapasitas Fiskal
3. Pagu Indikatif
4. Penyampaian KEM & PPKF ke DPR
5. Pembicaraan Pendahuluan RAPBN dengan DPR (Pembahasan KEM & PPKF)
6. Pagu Anggaran K/L
7. Penyusunan RKA K/L
8. Penyusunan RAPBN & Nota Keuangan
9. Penyampaian & Pembahasan RAPBN & Nota Keuangan
10. Penetapan UU APBN
11. Penyusunana Perpres Rincian APBN (Alokasi Anggaran)

handaka@pknstan.ac.id
1. Keterkaitan Perencanaan
& Penganggaran

handaka@pknstan.ac.id
Dasar Hukum

handaka@pknstan.ac.id
handaka@pknstan.ac.id
PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
Dalam penyusunan APBN terdapat :
• Dua kegiatan, perencanaan dan penganggaran yang saling
mempengaruhi dan berinteraksi secara terus menerus untuk
menghasilkan APBN yang dapat memenuhi harapan semua fihak.
• Terdapat dua lembaga yang melaksanakan fungsi perencanaan
(Bappenas) dan penganggaran (Kementerian Keuangan) yang
keduanya terikat dalam satu tujuan yaitu menghasilkan APBN
tersebut.
• Hasil proses perencanaan dan penganggaran :
- Rancangan APBN (hasil kegiatan internal pemerintah).
- UU APBN (hasil kegiatan eksternal / kesepakatan dgn DPR).

handaka@pknstan.ac.id
Hubungan Dokumen Perencanaan dan Anggaran

handaka@pknstan.ac.id
Penyusunan & Penetapan APBN

handaka@pknstan.ac.id
handaka@pknstan.ac.id
Arah Kebijakan
• Adalah penjabaran urusan pemerintahan dan / atau prioritas
pembangunan sesuai visi dan misi Presiden yang rumusannya
mencerminkan bidang urusan tertentu dalam pemerintahan yang
menjadi tanggung jawab kementerian negara / lembaga.
• Berisi satu atau beberapa program untuk mencapai sasaran strategis
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dgn indikator kinerja
yang terukur.
• Materi arah kebijakan menjadi cikal bakal dasar penyusunan kebijakan
fiskal dalam RAPBN untuk pembicaraan pendahuluan antara Pemerintah
dengan DPR melalui Kebijakan Ekonomi Makro dan Pokok-pokok
Kebijakan Fiskal.

handaka@pknstan.ac.id
handaka@pknstan.ac.id
handaka@pknstan.ac.id
2. Penyusunan Kapasitas Fiskal

handaka@pknstan.ac.id
handaka@pknstan.ac.id
ASUMSI DASAR (KERANGKA) EKONOMI MAKRO
(Pasal 13 ayat 1 UU No. 17 Tahun 2003)

Asumsi Dasar (Kerangka) Ekonomi Makro adalah indikator utama ekonomi


makro yang digunakan sebagai acuan dalam menyusun berbagai
komponen dari postur APBN.
Asumsi Dasar (Kerangka) Ekonomi Makro disusun mengacu :
1. Sasaran-sasaran pembangunan jangka menengah
yg terdapat dalam RPJM.
2. Perkembangan ekonomi domestik dan global
1 & 2 → agar asumsi yg digunakan dapat mempresentasikan kondisi
perekonomian terkini.
handaka@pknstan.ac.id
handaka@pknstan.ac.id
Bahwa kebijakan fiskal yang dijalankan
pemerintah dalam pembentukan
komponen postur APBN baik disisi
pendapatan, belanja maupun pembiayaan
didasarkan pada berbagai asumsi dan
parameter.

handaka@pknstan.ac.id
KAPASITAS FISKAL

Kapasitas fiskal adalah kemampuan keuangan negara yang dihimpun dari


pendapatan negara untuk mendanai anggaran belanja negara.

URAIAN

PENDAPATAN NEGARA
I. PENDAPATAN DALAM NEGERI
1. Penerimaan Perpajakan
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak

II. PENERIMAAN HIBAH

handaka@pknstan.ac.id
PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH
Penerimaan Dalam Negeri
I. Penerimaan Perpajakan (Faktor yang mempengaruhi)
a. Pajak Dalam Negeri
- PPh Migas : Indonesian Crude Price (ICP), lifting dan kurs.
- PPh Non Migas : Inflasi dan pertumbuhan ekonomi
- PPn : Inflasi dan pertumbuhan ekonomi
- PBB : Pertumbuhan ekonomi
- Cukai : Inflasi, pertumbuhan ekonomi, rokok.
- Pajak Lainnya : Inflasi dan pertumbuhan ekonomi
b. Pajak Perdagangan Internasional : Kurs dan volume ekspor dan impor
(Bea Masuk & Bea Keluar)
II. Penerimaan Negara Bukan Pajak
a. SDA : Migas & Non Migas : ICP, kurs, lifting, volume gas & Pertumbuhan ekonomi
b. Bagian Laba BUMN : Laba BUMN, Inflasi, pertumbuhan ekonomi negeri, dunia
c. PNBP Lainnya : Jumlah jenis layanan (vol, tariff & kualitas)
d. BLU : Volume, tariff & kualitas layanan.
Hibah : uang, barang, jasa dari DN & LN, tidak mengikat, tidak
handaka@pknst
an.ac.id
terus menerus.
KEBIJAKAN PENDAPATAN
(Pasal 11 ayat 3 UU No. 17 Tahun 2003)

Pendapatan Negara adalah hak pemerintah pusat yang diakui sebagai


penambah nilai kekayaan bersih yang terdiri atas penerimaan perpajakan,
penerimaan negara bukan pajak, dan penerimaan hibah.
Semua komponen pendapatan negara memiliki ketergantungan terhadap
indikator ekonomi yg tercantum dalam Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBN
baik langsung maupun tidak langsung (baseline).
Kebijakan pendapatan negara yang diambil selain berdasarkan proyeksi
pendapatan negara dalam baseline juga melalui policy measures agar
proyeksi pendapatan negara tetap dapat dipertahankan.

handaka@pknstan.ac.id
handaka@pknstan.ac.id
KEBIJAKAN FISKAL DALAM PENDAPATAN
KEBIJAKAN UMUM PERPAJAKAN
• Ekstensifikasi & intensifikasi penerimaan perpajakan dengan tetap menjaga iklim
investasi dunia usaha, stabilitas ekonomi, dan daya beli masyarakat.
• Peningkatan pelayanan dan kepatuhan Wajib Pajak dengan didukung perbaikan
regulasi, administrasi, serta akuntabilitas
• Dukungan insentif fiskal yang diarahkan untuk meningkatkan daya saing dan nilai
tambah ekonomi nasional

KEBIJAKAN TEKNIS PERPAJAKAN


• Penyempurnaan peraturan perundangan termasuk revisi UU KUP dan persiapan revisi
UU PPh dan UU PPN
• Peningkatan kepatuhan wajib pajak, implementasi e-tax invoce, e-SPT dan e-filing
• Memperkuat kerangka hukum dan implementasi peraturan di bidang kepabeanan
• Implementasihandaka@pknstan.ac.id
penuh billing system MPN generasi 2.
KEBIJAKAN FISKAL DALAM PENDAPATAN
PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

• Pendapatan SDA migas dipengaruhi lifting minyak dan nilai


tukar.
• Pendapatan SDA non migas meningkat dari optimalisasi
pertambangan mineral dan batubara.
• Target pendapatan BLU mengalami kenaikan dengan
dibentuknya BLU Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa
Sawit.

handaka@pknstan.ac.id
K KEBIJAKAN FISKAL DALAM PENDAPATAN
ARAH KEBIJAKAN UMUM PNBP
• Optimalisasi sumber migas yang sudah ada serta peningkatan investasi di
sumur migas baru.
• Perbaikan pengawasan pengelolaan SDA (minerba, perikanan, dan
kehutanan).
• Melanjutkan renegosiasi Kontrak Karya dan Perjanjian Karya Pengusahaan
Pertambangan Batubara dan melakukan revieu atas tarif iuran
produksi/royalty mineral dan logam dan batubara.
• Menjaga keberlanjutan usaha kelautan dan perikanan, dan pengawasan
kegiatan penangkapan ikan.
• Mengenakan deviden BUMN dengan memperhatikan kondisi keuangan dan
peranannya sebagai agen pembangunan.
• Perbaikan tarif PNBP Kementerian Negara / Lembaga serta perbaikan
pelayanan dan pengawasannya.
handaka@pknstan.ac.id
BELANJA APBN
Belanja Negara
Belanja Pemerintah Pusat
1. Belanja Pegawai (gaji, pensiun)
2. Belanja Barang (belanja operasional)
3. Belanja Modal (gedung, kendaraan)
4. Bunga Utang
5. Subsidi (program KUR)
6. Hibah
7. Bantuan Sosial (bantuan tunai, SJSN)
8. Belanja Lainnya
Transfer ke Daerah dan Dana Desa
1. Transfer ke Daerah
- Dana Perimbangan (DAU, DAK, Dekon, TP)
- DID
- Dana Otonomi Khusus dan Dana
Keistimewaan DIY
handaka@pknstan.ac.id

2. Dana Desa
KEBIJAKAN BELANJA
(Pasal 11 ayat 4 UU No. 17 Tahun 2003)

Belanja Negara pada dasarnya disediakan untuk mendanai berbagai


keperluan Pemerintah dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan untuk
mencapai sasaran-sasaran program pembangunan nasional yang ditetapkan
pemerintah.

Oleh karena itu arah, strategi dan kebijakan belanja negara merupakan
instrumen penting kebijakan fiskal dalam mencapai sasaran-sasaran
tersebut.

Kebijakan belanja dilakukan sesuai dengan Baseline (Asumsi Dasar Ekonomi


Makro) dan perkembangan ekonomi terkini.

handaka@pknstan.ac.id
handaka@pknstan.ac.id
KEBIJAKAN FISKAL DALAM BELANJA

• Mempertahankan tingkat kesejahteraan aparatur pemerintah dgn memperhatikan tingkat inflasi


untuk memacu produktivitas dan peningkatan pelayanan publik dalam bentuk pemberian THR
(selain gaji dan pensiun ke 13).
• Melanjutkan kebijakan efisiensi pada belanja operasional dan penajaman belanja non
operasional (moratorium pembangunan gedung pemerintah, serta kebijakan sewa / leasing
untuk pengadaan kendaraan dinas operasional)
• Melanjutkan kebijakan efisiensi subsidi yang tepat sasaran dan penajaman / program kredit
usaha rakyat.
• Melanjutkan program prioritas pembangunan (al : pendidikan, kesehatan, kedaulatan pangan
dan energi, kemaritiman, dan pengurangan kesenjangan) dan memperkuat pembangunan
infrastruktur untuk memperbaiki kualitas pembangunan.
• Peningkatan akses dan kualitas pendidikan dengan dukungan anggaran 20 % dari APBN.
• Meningkatkan efektifitas pelayanan dan keberlanjutan program SJSN di bidang kesehatan (baik
dari sisi demand maupun supply) dan ketenagakerjaan, termasuk perbaikan kebijakan dan
regulasinya.

handaka@pknstan.ac.id
KEBIJAKAN FISKAL DALAM BELANJA

• Menyelaraskan kebijakan desentralisasi fiskal dengan mengalihkan alokasi Dana


Dekonsentrasi / Tugas Pembantuan (Dekon/TP) di K/L ke DAK.
• Pemenuhan anggaran kesehatan sebesar 5 % dari APBN, dengan didukung program
yang lebih efektif dan luas.
• Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui program bantuan sosial yang lebih
tepat sasaran, termasuk perluasan cakupan penerima Bantuan Tunai Bersyarat
menjadi 6 juta Keluarga Sangat Miskin.
• Menyediakan dukungan bagi pelaksanaan Program Sejuta Rumah bagi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR).

handaka@pknstan.ac.id
KEBIJAKAN FISKAL
DALAM TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA

Melanjutkan dan meningkatkan alokasai Dana Transfer Khusus (DTK, dh. DAK) di
bidang infrastruktur.

Penajaman bidang DTK sehingga lebih efektif, selektif, dan optimal pemanfaatannya.

Meningkatkan alokasi Dana Desa sehingga setara 6,4 % dari dan diluar transfer ke
daerah -> pemenuhan 10 % di tahun 2017.

Mengefektifkan program-program yang berbasis desa sesuai amanat UU nomor 6


tahun 2004 tentang Dana Desa.

handaka@pknstan.ac.id
KEBIJAKAN PEMBIAYAAN
(Pasal 12 ayat 3 UU No. 17 Tahun 2003)

❖ Pembiayaan anggaran utamanya digunakan untuk menutup defisit


anggaran akibat pendapatan negara tidak mencukupi untuk
membiayai kebutuhan belanja negara. Dengan kata lain, komponen
pembiayaan dipengaruhi langsung oleh besaran defisit telah
disepakati.
❖ Kebijakan defisit ini ditempuh dalam rangka menjaga momentum
pertumbuhan ekonomi pada tingkat tertentu. Pertumbuhan ekonomi
yang cepat atau meningkat akan dicapai melalui percepatan /
peningkatan pembangunan yang memerlukan dana / investasi yang
besar.

handaka@pknstan.ac.id
handaka@pknstan.ac.id
KEBIJAKAN FISKAL
DALAM PEMBIAYAAN ANGGARAN

Kebijakan pembiayaan yang ditempuh dalam keadaan dana dalam negeri


tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan investasi yang besar tersebut
adalah melalui utang.
PEMBIAYAAN UTANG
1. Pemanfaatan potensi pinjaman bilateral dan multirateral yang tidak mengikat
2. Digunakan untuk pembangunan yang produktif
3. Penghematan biaya pinjaman utang
4. Diversifikasi portpolio pinjaman
5. Pengendalian rasio utang pada tingkat yang aman (26 % PDB)

handaka@pknstan.ac.id
KEBIJAKAN FISKAL
DALAM PEMBIAYAAN ANGGARAN

PEMBIAYAAN NON UTANG


1. Mempertajam alokasi PMN (pengurangan PMN,
Memberdayakan BUMN untuk mengakselerasi pembangunan
infrastruktur.
2. Dukungan pembangunan satu juta rumah melalui FLPP
3. Dukungan pemberdayaan KUMKM melalui PMN PT. Askrindo
(Persero), Perum Jamkrindo, dan PT BPUI (Persero)
4. Investasi sumber daya manusia untuk jangka panjang melalui
beasiswa di LDP

handaka@pknstan.ac.id
 3. Pagu Indikatif

handaka@pknstan.ac.id
CONTOH

PAGU INDIKATIF KEMENTERIAN DIK & BUD


milliar rupiah

Sumber Dana
Kementerian /
No. Program Hibar Jumlah
Lembaga (K/L) Rupiah PNBP dan Pinjaman
Luar
Murni BLU Luar Negeri
Negeri
1 Kementerian Program 2.000 500 100 50 2.650
Pendidikan dan Pendidikan Dasar
Kebudayaan
Program 1.000 15 0 20 1.35
Dukungan
Manajemen dan
Dukungan Teknis
Kemendikbud

Sub total 3.000 515 100 70 3.685


2 Kementerian dst…..
Kesehatan

handaka@pknstan.ac.id
TAHAPAN PROSES PENYUSUNAN PAGU INDIKATIF

BP KK K/L Kementerian
Presiden Keuangan
Menetapkan arah menyusul
kebijakan dan Pra Triteral perkiraan
prioritas Meeting kapasitas fiskal
pembangunan
nasional

K/L mengevaluasi Kementerian PPN /


angka dasar dan Bappenas dan Menteri Keuangan dan
dapat menyusun Kemenkeu Menteri PPN/Kepala
rencana inisiatif mengevaluasi angka Bappenas menetapkan
baru dasar dan mengkaji Pagu Indikatif
usulan inisiatif baru

handaka@pknstan.ac.id
Setelah pagu indikatif ditetapkan, postur Proyeksi RAPBN masih akan
mengalami penyesuaian, akibat :

• Perubahan Asumsi Ekonomi Makro hasil kesepakatan Pemerintah


dan DPR.
• Adanya Inisiatif Baru dari K/L atau DPR.
• Adanya perubahan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal pada RAPBN.
• Adanya dinamika perubahan diluar perioritas nasional yang ada
dalam RKP atau perubahan sumber pendanaan.

Perubahan karena penyesuaian tersebut akan menghasilkan postur


proyeksi Pagu Anggaran Belanja K/L yang akan ditetapkan sebagai Pagu
Anggaran K/L (sebelumnya dikenal dgn Pagu Sementara)
handaka@pknstan.ac.id
PENYUSUNAN APBN

Disusun sesuai kebutuhan Berpedoman kepada rencana


penyelenggaraan pemerintahan kerja Pemerintah dalam rangka
negara dan kemampuan dalam mewujudkan tercapainya tujuan
menghimpun pendapatan negara bernegara.

APBN
Dalam hal anggaran Dalam hal anggaran
diperkirakan DEFISIT diperkirakan SURPLUS

Ditetapkan sumber-sumber Pemerintah Pusat dapat


pembiayaan untuk menutup menggajukan rencana
defisit tersebut dalam UU penggunaan surplus anggaran
tentang APBN kepada DPR

handaka@pknstan.ac.id
Alur Penyusunan RKA-K/L Menurut PP No.90/2010
Presiden menetapkan: Kemen Keu menyusun Kementerian Perencanaan
a. prioritas pembangunan Kapasitas Fiskal Pembangunan Nasional :
b. arah kebijakan (pertengahan Februari) prioritas pembangunan
Berdasarkan hasil evaluasi kebijakan nasional
berjalan (bulan Januari)

Pagu Indikatif (Maret)


K/L mengevaluasi pelaksanan program
dan kebijakan yang sedang berjalan dan
menyusun inisiatif baru Rancangan Awal RKP

Menteri/Pimpinan Lembaga
menyusun Renja-K/L
KemenKeu dan Kemen PPN mengevaluasi
program yang sedang berjalan dan inisiatif
baru dari Kementerian Negara/Lembaga Pertemuan 3 pihak untuk proses
penyusunan Renja K/L :
Kementerian/Lembaga, Kemen PPN,
Kemen Keu

Kementerian Perencanaan mengoordinasikan


pelaksanaan evaluasi dan pengintegrasian hasil
evaluasi Menteri/Pimpinan Lembaga menyampaikan Renja
kepada KemenPerencanaan dan Kemen Keuangan untuk
- penyempurnaan rancangan Awal RKP,
- penyusunan rincian pagu,
A - pendahuluan rancangan APBN

handaka@pknstan.ac.id
Alur Penyusunan RKA-K/L Menurut PP No.90/2010
Kapasitas fiskal Besaran pagu indikatif Renja-K/L Hasil evaluasi Kinerja K/L

Renja K/L Menteri Keuangan A Inisiatif Baru

Pagu Anggaran K/L RKP Hasil Kesepakatan


Standar Biaya
(akhir Juni) DPR dan Pemerintah

Forum Penelaahan Penyusunan RKA-K/L oleh


antara Kementerian/ masing-masing K/L
Penelaahan RKA- - Kelayakan Ang-
Lembaga,
K/L koordinasi oleh garan terhadap sa-
KemenKeu,
MenKeu untuk saran kinerja K/L.
Kementerian
penetapan Pagu - Konsistensi sasaran
Perencanaan: RKA- Kementerian/ Lembaga
RKA-K/L Final (31 kinerja K/L dengan
K/L menjadi bahan membahas RKL-K/L
Juli) RKP.
RUU tentang APBN dengan DPR

Berita Acara Pembahasan RAPBN dan Kementerian Keuangan menghimpun


Hasil Kesepa- RUU-APBN antara Pemerintah
katan Peme-
RKA-K/L hasil penelaahan untuk bahan:
dan DPR (Bulan Agustus - - penyusunan nota keuangan, rancang-an
rintah dan DPR
Oktober) APBN, Rancangan UU APBN.
- dokumen pendukung pembahasan
rancangan APBN ( Bulan Agustus)
Disampaikan ke Penetapan Alokasi
K/L oleh Anggaran oleh Presiden
Kemen Keu
(30 November)
Menteri Keuangan Mengesahkan
Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
Kementrian/Lembaga melakukan penyesuaian RKA-K/L (31 Desember)
dan menyusun Dokumen Pelaksanaan Anggaran
handaka@pknstan.ac.id
 6.a. Pagu Anggaran

handaka@pknstan.ac.id
➢ Pagu Anggaran K/L adalah pagu anggaran yang ditetapkan
berdasarkan penilaian dan penelitian kembali terhadap pagu
indikatif K/L yang mempertimbangkan perubahan-perubahan yang
terjadi karena adanya kebijakan-kebijakan prioritas atau inisiatif
baru yang belum diakomodir.

➢ Pedoman Menteri Keuangan dalam penetapan pagu Anggaran K/L


dalam rangka menyusun RKA K/L adalah:
- Renja K/L.
- Besaran pagu indikatif.
- Kapasitas fiskal.
- Hasil evaluasi kinerja K/L.

handaka@pknstan.ac.id
 6b. Penyusunan RKA-KL

handaka@pknstan.ac.id
Bagan Arsitektur Program dan Kegiatan
STRUKTUR ORGANISASI STRUKTUR ANGGARAN STRUKTUR PERENCANAAN STRUKTUR MANAJEMEN
KEBIJAKAN KINERJA

SASARAN POKOK
FUNGSI PRIORITAS
(IMPACT)

INDIKATOR KINERJA
SUB-FUNGSI FOKUS PRIORITAS FOKUS PRIORITAS
(OUTCOME)

MISI/SASARAN K/L
ORGANISASI
(IMPACT)

INDIKATOR KINERJA
ESELON 1A PROGRAM PROGRAM PROGRAM
(OUTCOME)

INDIKATOR KINERJA
ESELON 2 KEGIATAN KEGIATAN PRIORITAS KEGIATAN
(OUTPUT)

JENIS BELANJA

handaka@pknstan.ac.id
68
UPAYA SINERGI NASIONAL DAN DAERAH
DALAM PENCAPAIAN SURPLUS BERAS 10 JT TON

INPUT/ KEGIATAN/ INDIKATOR SASARAN SASARAN


DUKUNGAN OUTPUT OUTCOME ANTARA UTAMA

SLPTT, SRI, PRODUK-


Pupuk, benih, Air
GP3K TIVITAS
Irigasi

Cetak sawah,
LUAS TANAM
optimasi lahan,
PRODUKSI
Manajemen: Alsin pasca
Penyuluhan; SUSUT SURPLUS
panen
Alsintan; BERAS
Pengendalian Revitalisasi 10 JUTA TON
RENDEMEN PER TAHUN
HPT penggilingan
MULAI
TAHUN 2014
Diversifikasi KONSUMSI
(P2KP), olahan BERAS PER KONSUMSI
pangan lokal KAPITA

handaka@pknstan.ac.id
7-10. NOTA KEUANGAN DAN RAPBN

handaka@pknstan.ac.id
NOTA KEUANGAN DAN RAPBN

 RAPBN adalah rancangan keuangan tahunan pemerintah yang telah


disepakati DPR dalam bentuk Postur RAPBN.

 Nota Keuangan adalah penjelasan lengkap tentang RAPBN yang memuat


penjelasan arah kebijakan fiskal, sasaran pembangunan, gambaran umum
APBN, asumsi ekonomi makro, kebijakan pendapatan, belanja dan subsidi,
transfer ke daerah dan dana desa serta kebijakan pembiayaan anggaran dan
tantangan APBN ke depan.

handaka@pknstan.ac.id
ALUR PENYUSUNAN NOTA KEUANGAN DAN RAPBN (1)
 Berdasarkan Renja K/L Pemerintah melalui Keppres menetapkan RKP
dan K/L menyusun RKA-K/L untuk ber-sama2 disampaikan kepada
DPR untuk dibahas dalam Forum Pembicaraan Pendahuluan RAPBN.
 Pokok-pokok pembicaraan pendahuluan RAPBN antara Pemerintah
dgn DPR adalah tentang :
• Kebijakan Fiskal (KF) dan Kerangka Ekonomi Makro (KEM).
• Kebijakan umum dan prioritas anggaran.
• Rincian unit organisasi, fungsi, dan kegiatan K/L.

 Pokok-pokok pembicaraan pendahuluan K/L dgn Komisi2 I-XI DPR


adalah tentang rincian substansi bidang tugas K/L masing-masing.

handaka@pknstan.ac.id
ALUR PENYUSUNAN NOTA KEUANGAN DAN RAPBN (2)

 Tahap akhir pembicaraan pendahuluan adalah kesepakatan


Pemerintah dgn DPR tentang KF, KEM dan rincian anggaran untuk unit
organisasi, fungsi, program dan kegiatan masing-masing K/L yg akan
digunakan sebagai bahan penyusunan RUU APBN dan Nota
Keuangannya.
 Berdasarkan kesepakatan Pemerintah dgn DPR tersebut Pemerintah
menyampaikan Pagu Anggaran hasil kesepakatan dgn DPR kepada
K/L untuk menyusun RKA-K/L.

handaka@pknstan.ac.id
9-10. Penetapan APBN & Rincian Anggaran

handaka@pknstan.ac.id
ALUR PENETAPAN APBN DAN RINCIAN APBN
PEMANDANGAN
UMUM FRAKSI-
FRAKSI DPR

PERTIMBANGAN
DPD
Menkeu
PEMBAHASAN NK DAN UU APBN dgn K/L
RUU APBN OLEH PANJA DPR RUU APBN Alokasi Penelaahan
DGN MK (DJA, DJPU, DJPK Alokasi APBN RKA-K/L
DAN BKF) NOTA KEUANGAN (Pagu
Definitif)

PEMBAHASAN ANGGARAN
Perpres
K/L OLEH PANJA DPR Himpunan
DGN BA K/L DAN BA BUN Rincian
RKA-K/L &
APBN
RK BUN

PEMBAHASAN RKA-K/L
OLEH KOMISI2 DPR
DGN SEKJEN K/L
handaka@pknstan.ac.id
ALUR PENETAPAN APBN DAN RINCIAN APBN (1)

 Nota Keuangan, RAPBN dan RUU APBN yg disusun berdasarkan hasil kesepakatan
Pemerintah dgn DPR dan himpunan RKA-K/L seluruh K/L untuk selanjutnya disampaikan
Presiden dengan pidato pengantar pada Sidang Paripurna DPR kepada DPR untuk dibahas
dan disepakati untuk ditetapkan menjadi APBN.
 DPD memberikan pertimbangan kepada DPR atas RUU APBN beserta Nota Keuangan
tersebut dan Fraksi-fraksi di DPR selanjutnya memberikan pemandangan umum atas RUU
APBN beserta Nota Keuangan tersebut.
 Pembahasan RKA-K/L dilakukan oleh Komisi2 terkait dgn Sekjen K/L.
 Panja DPR dgn para pemangku kepentingan bagian anggaran (BA) K/L dan BA BUN.
 Panja DPR dgn Pemangku Kepentingan (penyusun Nota Keuangan dan RUU APBN
Kementerian Keuangan → DJA, BKF, DJPU dan DJPK).

handaka@pknstan.ac.id
ALUR PENETAPAN APBN DAN RINCIAN APBN (2)

 Pembahasan Komisi2 DPR dgn Sekjen K/L, Panja DPR dgn para pemangku
kepentingan bagian anggaran (BA) K/L dan BA BUN, menghasilkan kesepakatan
RKA-K/L dan Panja DPR dgn Pemangku Kepentingan (penyusun Nota Keuangan dan
RUU APBN Kementerian Keuangan → DJA, BKF, DJPU dan DJPK) menghasilkan
kesepakatan UU APBN.
 Setelah UU APBN dan RKA-K/L ditetapkan, sesuai kesepakatan pembahasan RAPBN
antara Pemerintah dgn DPR, Menkeu menetapkan Alokasi Anggaran kpd K/L dan
BUN sbg batas tertinggi anggaran pengeluaran K/L dan BUN.
 Selanjutnya dilakukan forum penelahaan RKA-K/L (khusus yg mengalami perubahan)
untuk memastikan kesesuaian antara RKA-K/L dgn alokasi anggaran hasil
kesepakatan dgn DPR.
 Forum penelahaan RKA-K/L antara K/L dengan Kementerian Keuangan untuk
menyesuaikan dgn hasil kesepakatan dgn DPR.
 Hasil penelahaan RKA-K/L tersebut menjadi bahan penyusunan Peraturan Presiden
tentang Rincian APBN dan DIPA K/L DIPA BUN.
handaka@pknstan.ac.id
handaka@pknstan.ac.id

Anda mungkin juga menyukai