Anda di halaman 1dari 4

MATA KULIAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

UNIVERSAL PRECAUTION

Oleh :
SHOFI ARLINA SALSABILA
1910102

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA T.A. 2020/2021
Universal Precaution

1. Pengertian Universal Precaution


Universal precaution merupakan tindakan pengendalian
infeksi sederhana yang digunakan oleh seluruh petugas kesehatan,
untuk semua pasien, pada semua tempat pelayanan dalam rangka
mengurangi risiko penyebaran infeksi (Nursalam, 2009).
Universal precaution adalah suatu metode atau petunjuk
yang dirancang oleh pusat dan kendali Pencegahan Penyakit untuk
mereduksi penyebaran penyakit dan infeksi pada penyedia pelayanan
kesehatan dan pasien yang terdapat di dalam ruang lingkup
kesehatan ( Dailey, 2010).
Universal precaution adalah tindakan petugas kesehatan agar
dalam melaksanakan pekerjaannya tidak menimbulkan infeksi
silang, yakni infeksi dari dokter/petugas kesehatan ke pasien dan
sebaliknya atau dari pasien satu ke pasien lainnya.

2. Tujuan Universal Precaution


Menurut Nursalam (2009) Universal precaution perlu diterapkan
dengan tujuan untuk:
a. Mengendalikan infeksi secara konsisten
b. Memastikan standar adekuat bagi mereka yang tidak di diagnosis
atau tidak terlihat seperti berisiko
c. Mengurangi risiko bagi petugas kesehatan dan pasien
d. Asumsi bahwa risiko atau infeksi berbahaya.

3. Hal-hal yang perlu dilakukan


Prinsip kewaspadaan universal (universal precaution) di pelayanan kesehatan adalah
menjaga hygiene sanitasi individu, hygiene sanitasi ruangan, serta sterilisasi peralatan.
Hal ini penting mengingat sebagian besar yang terinfeksi virus lewat darah seperti
HIV dan HIB tidak meninjukan gejala fisik.
Universal precaution berlaku untuk darah, sekresi dan
ekskresi(kecuali keringat), luka pada kulit dan selaput lendir.
Penerapan standar ini penting untuk mengurangi resiko penularan
mikroorganisme yang berasal dari sumber infeksi yang diketahui
atau tidak diketahui (misalnya pasien, benda terkontaminasi, jarum
suntik bekas pakai, dan spuit) di dalam sistem pelayanan kesehatan.
Pencegahan yang baik merupakan langkah awal untuk mencegah
infeksi nosokomial bagi pasien rawat inap. Cairan yang berpotensi
infeksius di fasilitasi pelayanan kesehatan antara lain darah, cairan
semen, sekresi vagina, sekresi leher rahim, ASI, sekresi luka, CSF
(crebrospinal fluid), cairan amnion, cairan sendi, cairan perikardium
(Nursalam, 2009).

4. Jenis APD untuk tenaga kesehatan


APD terdiri dari sarung tangan, masker/Respirator Partikulat, pelindung mata
(goggle), perisai/pelindung wajah, kap penutup kepala, gaun pelindung/apron,
sandal/sepatu tertutup (Sepatu Boot).

5. APD level 1,2,3 dan penggunaannya

1. APD level 1

APD yang digunakan pada lokasi atau kondisi yang relatif kurang berisiko. Jenis APD
yang termasuk kategori ini yaitu berbagai jenis masker, sarung tangan kerja maupun
berbahan karet sekali pakai serta hazmat.

2. APD level 2

APD tingkat dua ini digunakan oleh dokter, perawat, petugas laboratorium,
radiografer, farmasi, dan petugas kebersihan ruang pasien COVID- 9.

APD pada tingkatan ini digunakan saat tenaga medis, dokter dan perawat, di ruang
poliklinik saat melakukan pemeriksaan pasien dengan gejala infeksi pernafasan. APD
tersebut berupa masker bedah 3 lapis, hazmat, sarung tangan karet sekali pakai, dan
pelindung mata.
3. APD level 3

Pada APD tingkat ketiga ini, diperuntukkan untuk ruang prosedur dan tindakan
operasi pada pasien dengan kecurigaan atau sudah terkonfirmasi COVID-19. Bagi
dokter dan perawat, mereka diharuskan untuk menggunakan masker N95 atau
ekuivalen, hazmat khusus, sepatu bot, pelindung mata atau face shield, sarung tangan
bedah karet steril sekali pakai, penutup kepala, dan apron.

Selain dokter dan petugas medis di rumah sakit, petugas yang diwajibkan memakai
APD lain yaitu sopir ambulans. Mereka diwajibkan menggunakan masker bedah 3
lapis, sarung tangan karet sekali pakai dan hazmat saat menaikkan dan menurunkan
pasien suspect COVID-19.

Anda mungkin juga menyukai