Anda di halaman 1dari 18

Sejarah

sebagai ilmu
BAB II
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Kata pertama yang terlihat dibenak kita jika menyebut kata “sejarah” adalah masa lalu,
manusia purba, zaman kuno, dinosaurus, ataupun hal lainnya yang berbau  purba. Ya , sejarah
memang menggambarkan tentang masa lalu. Sejarah sendiri berasal dari tiga bahasa yaitu bahasa
arab, bahasa jerman, dan bahasa inggris. Menurut Frederick dan Soeroto (1984:1)
mengungkapkan asal mula kata sejarah sebagai berikut.
Dalam bahasa arab, sejarah diambil dari kata “Syajarotun” yang berarti pohon. Maksud
dari kata ini yaitu pohon  jalannya kehidupan. Dalam bahasa Jerman diambil dari kata
“Geschichte” atau kejadian / peristiwa yang dibuat oleh manusia. Sedangkan, dalam bahasa
Inggris diambil dari kata “History” yang diserap dari bahasa Yunani “Istory” yang artinya
orang-orang pandai.

Menurut Abramowitz (Burher dalam Windscale , 1970:42)"history as a chronology of


events" yang berarti bahwa sejarah merupakan sebuah kronologi atas suatu kejadian-kejadian.
Sedangkan menurut Costa (Burger dalam Windscale, 1970: 44) sejarah dapat didefinisikan
sebagai "record of the whole human experience". Dimana pada hakikatnya sejarah merupakan
catatan seluruh pengalaman, baik secara individu maupun kolektif bangsa/nation dimasa lalu
tentang kehidupan umat manusia.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, sejarah adalah urutan kejadian di masa lalu tentang kehidupan
manusia yang menarik dan unik. Hal itu dapat dikatakan sejarah apabila memiliki peristiwa yang
unik atau luar biasa, sehingga dapat atau mudah diingat oleh manusia, dan juga dicatat atau
diakui dalam sejarah Negara atau bahkan dunia.
                             
1.2 Rumusan Masalah
1.1.1        Apa pengertian sejarah sebagai ilmu?
1.1.2        Mengapa sejarah dijadikan sebagai ilmu?

1.3    Tujuan
1.3.1        Mengetahui pengertian sejarah sebagai ilmu.
1.3.2        Mengetahui alasan sejarah dijadikan sebagai ilmu.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sejarah Sebagai Ilmu


            Dalam perkembangannya, sejerah mempunyai beberapa fungsi. Diantaranya adalah
sejarah sebagai peristiwa, sejarah sebagai seni, dan sejarah sebagai ilmu. Sejarah juga
mempunyai peranan dalam perkembangan suatu negara atau daerah. Banyak negara atau daerah
yang besar karena menghargai sejarah masa lalunya.
            Salah satunya adalah Indonesia, masyarakat Indonesia selalu mengenang dan
menghargai jasa para pahlawan yang telah memperjuangkan kemerdekaan dan mengukir sejarah
besar dalam perjalanan negara Republik Indonesia. Hal ini terbukti dengan diperingatinya
tanggal-tanggal penting yang berkaitan dengan pejuangan para pahlawan untuk merebut
kemerdekaan dari para penjajah. Seperti diadakannya upacara hari Kemerdekaan Indonesia pada
tanggal 17 Agustus, mengibarkan bendera merah-putih bagi setiap masyarakat Indonesia
menjelang hari kemerdekaan, diadakannya upacara bendera setiap hari senin di sekolah-sekolah
seluruh Indonesia, digunakannya sejarah sebagai salah satu mata pelajaran di lembaga
pendidikan di seluruh Indonesia.
            Seiring dengan bekembangnya zaman, berkembang pulalah ilmu pengetahuan dan sains.
Pengetahuan sejarah sudah mulai mencangkup kondisi pada jenjang sosial tertentu.
            Pada perkembangan inilah sejarah sebagai ilmu pengetahuan mulai dibahas dan
dibuktikan keabsahannya. Hal ini sesuai dengan yang telah diungkapkan oleh Shuderman(2012)
“ ilmu sejarah berusaha mencari hukum-hukum yang mengendalikan manusia dan kehidupannya
dan juga mencari penyebab timbulnya perubahan-perubahan dalam kehidupan manusia. Sejarah
sebagai cabang ilmu pengetahuan hendaknya dibahas dan dibuktikan secara keilmuan (ilmiah)”.
Untuk mencari keabsahannya tersebut muncul metode dalam sejarah. Munculnya metode dalam
sejarah inilah yang membuat sejarah mempunyai funsi sebagai ilmu. Banyak ahli sejarah yang
mendefinisikan sejarah
sebagai ilmu, dari berbagai definisi tersebut, diantaranya yang telah diungkapkan oleh
Shuderman(2012) yaitu.

Sejarah sebagai ilmu adalah suatu susunan pengetahuan (a body of Knowledge) tentang
peristiwa dan cerita yang terjadi di masyarakat manusia pada masa lampau yang disusun secara
sistematis dan metodis berdasarkan asas-asas, prosedur dan metode serta teknik ilmiah yang
diakui oleh para pakar sejarah.
Jadi, definisi sejarah sebagai ilmu sesuai pernyataan dari Shuderman adalah pengetahuan
tentang suatu kejadian masa lalu yang disusun secara berurutan dan metode berdasarkan
asas,prosedur dan teknik ilmiah yang diakui oleh para sejarawan.
            
 Alasan Sejarah Dijadikan Sebagai Ilmu

            Suatu hal dapat dikatakan sebagai ilmu apabila hal tersebut memenuhi syarat umum yaitu
objek, tujuan, metodelogi dan sistematika. Sesuatu dikatakan memiliki objek, jika ilmu itu
memiliki sasaran atau tujuan penelitian. Ilmu yang memiliki tujuan adalah ilmu yang
mengantarkan kepada tujuan tertentu seperti biologi, biologi adalah ilmu yang memepelajari
tentang mahluk hidup. Itu berarti biologi bertujuan mengajarkan tentang mahluk hidup dan
segala aspek-aspeknya .Ilmu yang memiliki metodelogi adalah ilmu yang memiliki cara dalam
mengembangkan materi-materi yang dibahas seperti pengalaman dan sebagainya. Sedangkan
ilmu yang sistematika adalah ilmu yang secara berurutan atau kronologinya jelas sedang
membahas atau mempelajari suatu hal.
            Sedangkan sejarah dikatakan sebagai ilmu, jika memiliki syarat yaitu empiris, memiliki
objek, memiliki teori, generalisasi dan memiliki metode. Berikut ini penjabaran dari aspek
tersebut :

 Sejarah Itu Empiris

Sejarah itu empiris mempunyai arti pengalaman, ini sesuai dengan ungkapan  Kuntowijoyo
(2013:46), “empiris berasal dari kata “Empeiria” Yunani yaitu pengalaman”. Mengapa sejarah
itu empiris? Sejarah berasal dari pengalaman yang masih tercatat oleh memori kita. Pengalaman
yang tadi telah diamati dituangkan dalam bentuk tulisan. Tulisan-tulisan itulah yang diteliti
keabsahannya oleh sejarawan untuk menentukan fakta. Fakta itu ditafsirkan secara berbeda-beda.
Jika suatu ilmu alam memiliki objek yang pasti. Sedangkan sejarah menjadikan bukti sebagai
objeknya.  Letak perbedaan ilmu alam dan sejarah dilihat dari bagaimana mereka mangamati
objeknya bukan dari cara kerjanya.
Jika dalam ilmu alam mereka bisa mengulang-ulang percobaan tentang suatu hal, akan
tetapi dalam sejarah, hal itu tidak bisa dilakukan, karena sejarah itu hanya terjadi satu kali karena
bersifat pengalaman, seperti pada saat proklamasi. Kejadian ini tidak bisa terjadi kembali dan
diulang-ulang untuk diteliti. Hal ini yang menjadi sebab muncul pebedaan pendapat dari para
sejarawan dalam mendiskripsikan suatu peristiwa tersebut. Karena kebenaran dalam sejarah
hanya ada pada peristiwa itu semdiri.

 Sejarah Memiliki Objek

Berbeda dari  sosiologi, antropologi, dan ilmu sosial lainnya. Sejarah mempelajari manusia
yang dikejar oleh waktu. Jika lebih dikhususkan, objek penelitian sejarah memang manusia.
Akan tetapi waktu sangat berperan penting dalam proses pembelajaran sejarah. Kebanyakan
sejarawan bingung bagaimana menentukan waktu pas terjadinya sejarah tersebut. Kebanyakan
ilmuwan hanya mengira-ngira waktu terdekat sejarah itu terjadi. Karena informasi yang mereka
dapatkan sangat minim dan peristiwa tersebut tidak bisa terulang kembali.

 Sejarah Memiliki Teori

Seiring dengan munculnya banyak filsafat sejarah di muka bumi. Tentu saja, hal ini juga
memicu munculnya teori-teori tentang sejarah.teori yang terdapat dalam sejarah ini berbeda-beda
antara negara yang satu dengan yang lain, contohnya saja di Amerika yang beroriantasi
pragmatis sedangkan di Belanda mempunyai tradisi kontinental yang lebih kontemplatif. Ini
semua sesuai dengan yang diungkapkan oleh Kuntowijoyo (2013:48) “di universitas-universitas
Amerika yang berorientasi pragmatis, tidak diajarkan teori sejarah yang bersifat filosof.
Sebaliknya, di negara Belanda mempunyai tradisi kontinental yang lebih kontemplatif, teori
sejarah yang bersifat filosof yang diajarkan”.
 Sejarah Mempunyai Generalisasi
Generalisasi sejarah memiliki arti seperti yang diungkapkan Kuntowijoyo dalam bukunya
pengantar ilmu sejarah. Kuntowijoyo (2013:48)
Generalisasi, dari bahasa latin “generalis” yang berarti umum. Sama dengan ilmu lain
sejarah juga menarik kesimpulan-kesimpulan umum. Hanya saja perlu diingat kalau ilmu-ilmu
lain bersifat nomotetis, sejarah itu pada dasarnya bersifat ideografis. Kalau sosiologi
membicarakan masyarakat di pojok jalan atau antropologi membicarakan pluralisme amerika,
mereka dituntut untuk menarik kesimpulan-kesimpulan umum yang berlaku dimana-mana dan
dapat dianggap sebagai kebenaran umum.

Generalisasi dalam hal sejarah disini mempunyai arti koreksi dari kesimpulan ilmu
pengetahuan lain yang kurang akurat. Banyak kejadian atau ilmu yang belum mempunyai
jawaban pasti, akan tetapi setelah menyangkut pautkan dengan sejarah akhirnya ditemukan
jawaban yang pasti.

 Sejarah Mempunyai Metode

Dalam perkembangannya ternnyata sejarah memiliki metode yang digunakan dalam


penelitian-penelitian, seperti yang dipaparkan oleh Bailey(dalam Hamid&Majid, 2011:41).
“...Teknik penelitian atau alat yang dipergunakan untuk mengumpulakan data, sedangkan
metodologi adalah falsafah tentang proses penelitaian yang di dalamnya mencakup asumsi-
asumsi, nilai-nilai, standar atau kriteria yang digunakan utuk menafsirkan data dan mencari
kesimpulan”. Jadi dengan adanya metode yang digunakan dalam sejarah inilah akan
mempermudah sejarawan untuk mengumpulkan data dari suatu kejadian
B. FUNGSI SEJARAH SEBAGAI ILMU

Menurut Ismaun mengatakan bahwa fungsi sejarah sebagai ilmu pada umumnya dapat
dibedakan:

a. Fungsi Ilmiah (teoretis), ialah sama dengan fungsi ilmu pada umumnya. Menurut Betrand
Russel
ada dua fungsi, yaitu:
Untuk memungkinkan kita mengetahui atau mengerti sesuatu.
Memungkinkan kita untuk melakukan sesuatu.

b. Fungsi Praktis, yakni dari ilmu sejarah diperoleh kegunaan praktis (practical value). Fungsi
praktis
pengajaran sejarah dapat diartikan secara positif, tetapi juga dapat diartikan secara negatif.
Fungsi
sejarah pada hakikatnya untuk meningkatkan pengertian dan pemahaman yang mendalam dan
lebih baik tentang masa lampau, untuk dapat memahami masa sekarang serta dalam
prospektif
masa yang akan datang.

Dalam pembelajaran di sekolah, fungsi sejarah adalah untuk memperkenalkan peserta didik
kepada pengalaman kolektif dan masa lalu bangsanya. Tanpa sejarah kita tidak mempunyai
pengetahuan mengenai siapa kita ini dan bagaimana kita menjadi seperti sekarang ini. Adalah
peristiwa-peristiwa yang dicatat dalam sejarah yang membuat kita tahu apa yang telah
dipikirkan, dirasakan, atau diperbuat oleh manusia. Pada gilirannya, orang-orang sesudah kita
tidak akan mengetahui keberadaan kita sekarang ini, jika kita tidak meninggalkan catatan-
catatan mengenai kehadiran diri kita.

Kajian sejarah itu penting bukan hanya karena sejarah menceritakan kepada kita tentang diri
kita sebagai manusia di dunia, tetapi juga nilainya (value) dalam mengembangkan
kemampuan kita berpikir dan melakukan inkuiri. Berdasarkan hal tersebut, mempelajari
sejarah mampu mengabadikan pengalaman masyarakat masa lampau yang dapat menjadi
bahan pertimbangan bagi masyarakat dalam memecahkan masalah-masalah yang
dihadapinya.

Konsep Dasar Sejarah

A. Pengertian Sejarah

Dalam masyarakat awam sejarah sering di identikkan dengan nama tokoh ,candi , tanggal , tahun
dan tempat terjadinya peristiwa . kata sejarah berasal dari bahasa arab yaitu syajaratun , artinya
pohon . sebuah pohon terdiri dari akar, dahan, ranting dan daun sehingga sejarah diartikan sebagai
asal usul , riwayat dan silsilah yang menyerupai sebuah pohon dalam bahasa arab ilmu yang
mempelajari kisah masa lalu di kenal dengan istilah Tarikh. Di Eropa , sejarah dikenal dengan istilah
history (Inggris) , histoire (Perancis) , storia (Italia) , semuanyan berasal dari bahasa yunani yaitu
historia yang artinya orang pandai sementara dalam bahasa belanda sejarah disebut dengan
geschiedenis (terjadi), dalam bahasa jerman disebut geschichate (sesuatu yang terjadi) dengan
demikian sejarah dapat di artikan sebagai kejadian masa lampau dari kehidupan manusia. Akan
tetapi tidak semua kejadian masa lampau dapat masuk kedalam ruang lingkup sejarah, hanya
kejadian-kejadian yang mempunyai pengaruh besar pada masanya dan masa-masa berikutnya. 

B. Sejarah dari Berbagai Sudut Pandang

1. Sejarah sebagai peristiwa


Sejarah sebagai peristiwa diartikan sebagai peristiwa masa lampau manusia yang benar-benar terjadi
(histoire realita), sehingga hanya terjadi satu kali saja , yaitu pada saat kejadiannya sedang
berlangsung , sehingga tidak mungkin terjadi lagi pada masa-masa selanjutnya .
Setiap peristiwa yang terjadi akan berbeda dengan peristiwa sebelumnya, kalaupun peristiwa nya
sejenis , tetapi waktu dan tempat serta pelaku (actor) sejarahnya berbeda . sering juga ada istilah
sejarah berulang , sebetulnya yang berulang bukan peristiwanya tetapi gejala dari peristiwa itu yang
berulang .
Ciri utama dari Sejarah sebagai peristiwa adalah sebagai berikut.

• Abadi,
karena peristiwa tersebut tidak berubah-ubah. Sebuah peristiwa yang sudah terjadi dan tidak akan
berubah ataupun diubah. Oleh karena itulah maka peristiwa tersebut atas tetap dikenang sepanjang
masa.
• Unik,
karena peristiwa itu hanya terjadi satu kali. Peristiwa tersebut tidak dapat diulang jika ingin diulang
tidak akan sama persis.
• Penting,
karena peristiwa yang terjadi tersebut mempunyai arti bagi seseorang bahkan dapat pula
menentukan kehidupan orang banyak.

Tidak semua peristiwa dapat dikatakan sebagai sejarah. Sebuah kenyataan sejarah dapat diketahui
melalui bukti-bukti sejarah yang dapat menjadi saksi terhadap peristiwa yang telah terjadi. Agar
sebuah peristiwa dapat dikatakan sebagai sejarah maka harus memenuhi ciri-ciri berikut ini.
a. Peristiwa tersebut berhubungan dengan kehidupan manusia baik sebagai individu maupun
kelompok.
b. Memperhatikan dimensi ruang dan waktu (kapan dan dimana)
c. Peristiwa tersebut dapat dikaitkan dengan peristiwa yang lain
d. Adanya hubungan sebab-akibat dari peristiwa tersebut.
Adanya hubungan sebab akibat baik karena faktor dari dalam maupun dari luar peristiwa tersebut.
Penyebab adalah hal yang menyebabkan peristiwa tersebut terjadi.
e. Peristiwa sejarah yang terjadi merupakan sebuah perubahan dalam kehidupan.
Hal ini disebabkan karena sejarah pada hakekatnya adalah sebuah perubahan dalam kehidupan
manusia. Selain itu, sejarah mempelajari aktivitas manusia dalam konteks waktu. Perubahan
tersebut dapat meliputi berbagai aspek kehidupan seperti politik, sosial, ekonomi, dan budaya.
Peristiwa adalah kenyataan yang bersifat absolut atau mutlak dan objektif. Sejarah sebagai peristiwa
merupakan suatu kenyataan yang objektif artinya kenyataan yang benar-benar ada dan terjadi
dalam kehidupan masyarakat manusia. Kenyataan ini dapat dilihat dari fakta-fakta sejarahnya.
Peristiwa-peristiwa sejarah tersebut dapat dilihat dari berbagai aspek kehidupan manusia seperti
peristiwa politik, ekonomi, dan sosial.

2. Sejarah sebagai kisah


Sejarah sebagai kisah (histoire reite) , dapat diartikan sebagai rekontruksi peristiwa masa lampau
oleh manusia masa kini melalui berbagai fakta dan fenafsiran . sejarah sebagai kisah dapat kita baca
dalam berbagai buku sejarah , majalah atau Koran, atau pada saat guru menjelaskan Sejarah sebagai
kisah sifatnya akan subjektif karena tergantung pada interpretasi atau penafsiran yang dilakukan
oleh penulis sejarah. Subjektivitas terjadi lebih banyak diakibatkan oleh faktor-faktor kepribadian si
penulis atau penutur cerita.
Sejarah sebagai kisah dapat berupa narasi yang disusun berdasarkan memori, kesan, atau tafsiran
manusia terhadap kejadian atau peristiwa yang terjadi pada waktu lampau. Sejarah sebagai kisah
dapat diulang, ditulis oleh siapapun dan kapan saja. Untuk mewujudkan sejarah sebagai kisah
diperlukan fakta-fakta yang diperoleh atau dirumuskan dari sumber sejarah. Tetapi tidak semua
fakta sejarah dapat diangkat dan dikisahkan hanya peristiwa penting yang dapat dikisahkan.
Faktor yang harus diperhatikan dan mempengaruhi dalam melihat sejarah sebagai kisah, adalah
sebagai berikut.

- Kepentingan yang diperjuangkannya.


Faktor kepentingan dapat terlihat dalam cara seseorang menuliskan dan menceritakan
kisah/peristiwa sejarah. Kepentingan tersebut dapat berupa kepentingan pribadi maupun
kepentingan kelompok.
- Kelompok sosial dimana dia berada.
Dalam hal ini adalah lingkungan tempat ia bergaul, berhubungan dengan sesama pekerjaannya atau
statusnya. Darimana asal pencerita sejarah tersebut juga mempengaruhi cara penulisan sejarah.
- Perbendaharaan pengetahuan yang dimilikinya.
Pengetahuan dan latar belakang kemampuan ilmu yang dimiliki pencerita sejarah juga
mempengaruhi kisah sejarah yang disampaikan.
Hal tersebut dapat terlihat dari kelengkapan kisah yang akan disampaikan, gaya penyampaian, dan
interpretasinya atas peristiwa sejarah yang akan dikisahkannya.
- Kemampuan bahasa yang dimilikinya.
Pengaruh kemampuan bahasa seorang penutur/pencerita sejarah sebagai kisah terlihat dari hasil
rekonstruksi penuturan kisah sejarah. Hal ini akan sangat bergantung pada kemampuan bahasa si
penutur kisah sejarah.

3. Sejarah sebagai ilmu & sejarah sebagai seni


Sejarah adalah peristiwa masa lampau manusia , maka ilmu sejarah adalah ilmu yang mempelajari
peristiwa masa lampau manusia. Sejarah sebagai ilmu sama dengan ilmu-ilmu lainnya . sejarah
sebagai ilmu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. empiris : diperoleh melalui penemuan dan pengamatan yang dilakukan berdasarkan fakta-fakta
sejarah yang ada
2. mempunyai obyek : sama seperti disiplin ilmu lain , sejarah mempunyai obyek ,
3. obyek material : manusia
4. obyek formal : aktivitas manusia yang pernah terjadi dalam suatu rentang waktu di masa lampau
5. teori : kaidah-kaidah pokok sebagai suatu ilmu , seperti teori challenge and respons, teori
masuknya hindu .
6. metode : sejarah mempunyai cara tersendiri dalam penelitiannya maupun penulisanya. Sejarah
sebagai seni , yang dimaksud diantaranya ketika seorang sejarawan menuliskan kembali peristiwa
masa lampau itu . dalam penulisan sejarah (historiografi ) seorng sejarawan memerlukan beberapa
pemahaman seperti, layaknya seorang seniman , sebagai seni adalah sejarah yang disajikan secara
naratif dan imajinatif dengan menonjolkan unsur-unsur cerita , kisah atau peran tetapi tetap berpijak
pada fakta –fakta yang ada .

C. Karakteristik Sejarah

1. Hubungan ilmu sejarah dan ilmu-ilmu sosial


Sejarah sebagai ilmu, tentunyamempunyai keunikan tersendiri sehingga berbeda dengan ilmu-ilmu
sosial lainnya. Konsep dalam ilmu sejarah meliputi : waktu (time), ruang (space), perubahan
(change), aktivitas manusia (man), kesinambungan (continuity) . Walaupun berbeda dengan disiplin
ilmu social lainnya tetapi dalam perkembangannya peran dari ilmu –ilmu social dalam penulisan
sejarah sangat di erlukan para sejarawan banyak meminjam teori atau konsep ilmu sosial,
diantaranya:

a. Geografi : terkait erat dengan latar geografis , dimana peristiwa sejarah itu terjadi dengan kata lain
geografi merupakan panggung sejarah.
b. Politik : membantu menyelaraskan data politik dan kejadian yang mempengaruhi
pengalamansejarah manusia.
c. Sosiologi : membantu menjelaskan aktivitas kolektif manusia di masa lampau , peristiwa sejarah
yang merupakan hasil dari interaksi antar manusia sangat membutuhkan konsep-konsep sosiologi.
d. Antropologi : dapat membantu sejarah dalam mengkaji pola-pola perilaku , keyakinan ,
kebudayaan dalam suatu masyarakat.
e. Arkeologi : membantu sejarah dalam menemukan dan menganalisis sumber-sumber sejarah .
f. Ekonomi : usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dimasa lampau dapat dijelaskan
lebih rinci dengan meminjam konsep dari ilmu ekonomi.
g. Psikologi : banyak membantu sejarah dalam menjelaskan perilaku para tokoh actor pelaku sejarah.

2. Karakter sejarah
Unsur terpenting dari sejarah adalah kejadian masa lalu, maka yang menjadi konsep dasar sejarah
adalah waktu (time), ruang (space), kegiatan manusia (human activities), perubahan (change) dan
kesinambungan (continuity). Adapun karakteristik dari mata pelajaran sejarah diantaranya adalah: 

a. Sejarah terkait dengan peristiwa masa lampau : materi pokok pembelajaran sejarah adalah produk
masa kini dalam bentuk rekontruksi peristiwa peristiwa masa lampau berdasarkan sumber-sumber
yang ada .
b. Bersifat kronologi : dalam mengorganisasikan materi pembelajaran harus berdasarkan urutan
waktu kejadian .

Dalam sejarah terdapat 3 unsur pokok yaitu : manusia, ruang dan waktu . untuk itu sejarah erat
hubungannya dengan jawaban dari pertanyan-pertanyan what (apa), who (siapa) , when (kapan) ,
where (dimana) , why (mengapa), dan how (bagaimana) .Roeslan Abdul Ghani mengatakan bahwa
ilmu sejarah ibarat penglihatan terhadap tiga dimensi, yaitu pertama, penglihatan ke masa silam,
kedua ke masa sekarang dan ketiga ke masa depan (to study history is to study the past to built the
future). Presfektif waktu dalam sejarah adalah waktu lampau yang terus berkesinambungan, dimana
waktu dilihat sebagai sebuah garis linier (lurus) . dengan demikian sejarah di lihat sebagai sebuah
sebuah proses yang terus berjalan dari masa lampau – masa kini - masa yang akan datang. Sejarah
merupakan prinsip sebab akibat antara fakta yang satu dengan yang lainnya, antara peristiwa yang
satu dengan lainnya merupakan sebuah rangkaian yang tidak terpisah-pisah, peristiwa sejarah yang
satu di akibatkan atau disebabkan oleh peristiwa sejarah yang lain.

D. Konsep-konsep Dasar Sejarah 

1. Periodisasi sejarah
Sejarah merupakan sebuah proses perjalanan waktu yang sangat luas dan panjang areanya . dalam
rentang waktu itulah sejarah melewati ratusan bahkan ribuan tahun dengan melibatkan perubahan
dalam kehidupan manusia yang sangat banyak . mengkaji semua peristiwa sejarah yang luas dan
panjang secara rinci sangatlah susah, untuk itulah maka digunakan pemisahan yang biasanya
didasarkan pada momentum tertentu. Suatu momentum yang dapat memberikan petunjuk adanya
karakteristik dari suatu kurun waktu yang satu berbeda dengan kurun waktu lainnya . hal itulah yang
dinamakan dengan periodisasi sejarah. Contoh periodisasi sejarah dalam masyarakat tradisional
biasanya di dasarkan pada kurun waktu kekuasaan raja
Secara umum periodisasi sejarah Indonesia dikelompokan menjadi beberapa zaman yaitu: 

….. –  400       Zaman Prasejarah Indonesia


400 – 1500 Zaman Pengaruh Hindu-Budha dan Pertumbuhan Islam
1500 – 1670 Zaman Kerajaan Islam dan Mulai masuknya Pengaruh Barat serta Perluasan
Pengaruh VOC
1670 – 1800 Masa penjajahan oleh VOC
1800 – 1811 Masa Pemerintahan Herman Willem Daendels
1811 – 1816 Masa Pemerintahan Thomas Stamford Raffles (Inggris)

Tujuan di buatnya periodisasi bukan berarti memutuskan peristiwa yang satu dengan yang lainnya ,
karena dalam sejarah aspek kesinambungan dan kontinuitas merupakan suatu hal yang pokok 

2. Kronologi sejarah
Karena kompleksnya peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia pada setiap kurun
waktu , maka peristiwa –peristiawa tersebut terlebih dahulu harus dikelompokan berdasarkan
bentuk atau jenis tertentu (periodisasi) . setelah itu barulah disusun secara kronologis (berdasarkan
urutan waktu kejadian). Tujuan dibuatnya kronologi dalam sejarah adalah agar penyusunan berbagai
peristiwa sejarah dalam periodisasi tertentu tidak tumpangtindih atau rancu dengan metode lainnya.
Kronologi sejarah berarti sesuai dengan urutan waktu kejadian dari peristiwa sejarah tersebut,
sehingga tidak berlangsung secara loncat-loncat. Walaupun demikian susunan kejadian berdasarkan
urutan waktu tersebut harus tetap berkisinambungan dan menunnjukan kuasalitas (sebab-akibat).
Penyusunan peristiwa berdasarkan urutan waktu tanpa adanya hubungan sebab akibat dinamakan
kronik , bukan sebagai sejarah.

E.  Jenis-jenis Sejarah 
Berdasarkan subyeknya yaitu :
a) sejarah konvensional (sejarah lama/old history)
b) sejarah baru (new history)
Dalam sejarah konvensional subyek yang menjadi kajian adalah kisah perkembangan kerajaan,
negara, pemimpin, raja (kaisar), para tokoh penting, dan aspek politik yang disajikan secara
kronologis. Dengan demikian sejarah konvensional lebih mengutamakan unsure kejadian , peristiwa,
kisah serta urutan kejadian. Dalam sejarah baru, subyek yang menjadi kajian lebih luas meliputi
berbagai golongan masyarakat (di luar istana dan birokrasi pemerintahan ). Dalam penulisannya
sering menggunakan berbegai teori dari disiplin ilmu social yang lain. Sejarah baru lebih berorientasi
kepada masalah , bukan pada peristiwa dan urutan kejadian. Dengan demikian sejarah baru lebih
bersifat tematis seperti sejarah kebudayaan , sejarah social, sejarah local, sejarah politik dll.

F. Fungsi Sejarah

1. Sejarah sebagai pelajaran.


Pengalaman adalah guru yang paling baik, manusia banyak belajar dari pengalaman hidupnya baik
pengalaman dirinya maupun dari pengalaman orang lain atau generasi sebelumnya. Pengalaman
merupakan peristiwa masa lalu , dan dari peristiwa itulah kita dapat mengambil hikmahnya
(pelajaran), sebagai contoh kemajemukan masyarakat Indonesia pada masa lalu di manfaatkan oleh
penjajah untuk melakukan devide et impera, dan berhasil, akibatnya bangsa Indonesia di jajah
sampai ratusan tahun lamanya. Peristiwa masa lalu tersebut memberikan pelajaran kepada generasi
sekarang, sehingga generasi sekarang harus mampu memandang kemajemukan bukan sebagai hal
negatif, tetapi harus di sikapi secara positif.
2. Sejarah sebagai inspirasi.
Berbagai peristiwa masa lalu dapat memberikan inspirasi (ilham) pada generasi berikutnya. Masa
sekarang dan yang akan datang tidak akan terlepas dari masa lalu karena waktu merupakan sebuah
garis linier, tidak ada suatu peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba, tidak ada peristiwa masa kini yang
terputus dari peristiwa masa lampau. Dengan memahami masa lalu manusia dapat menarik benang
merahnya dengan masa kini, contoh sesorang menjadi anggota TNI setelah terinspirasi oleh
kepahlawanan Jendral Sudirman.
3. Sejarah sebagai rekreasi.
Setiap sejarah selalu bersamaan dengan kebudayaan nya , sehingga ketika membicarakan sejarah
sering dikaitkan dengan benda peninggalan masa lampau seperti candi, keraton, patung dan benda
budaya lainnya. Orang mengunjungi keraton, candi atau museum sebetulnya orang tersebut telah
menjadikan sejarah dengan fungsi (kegunan) rekreasi(hiburan). Banyak buku-buku sejarah yang
ditulis, termasuk di dalamnya biografi ataupun auto biografi , semua itu merupakan sejarah sebagai
kisah . ketika orang membaca kemudian menjadi senang dan tertarik karena tulisan dan gaya
bahasanya yang komunikatif . sehingga pembaca dapat berimajinasi dengan isi bacaan buku-buku
sejarah tersebut , maka sejarah mempunyai guna rekreatif (hiburan ) seperti layaknya orang
membaca sebuah buku novel 

G. Dasar Penelitian Sejarah

1. Metode penelitian sejarah.


 a. Heuristik: berasal dari bahasa yunani, heursken (menemukan), dalam penelitian sejarah, heuristic
berarti langkah-langkah untuk mencari dan mengumpulkan berbagai sumber sejarah. Untuk
mendapatkan sumber tersebut dapat dilakukan dengan cara mencari dokumen , mengunjungi situs
sejarah, mengujungi museum dan perpustakaan, wawancara pelaku atau saksi sejarah.
 b. Kritik: berbagai sumber sejarah yang telah dikumpulkan belum tentu semuanya dapat diterima,
langkah berikutnya adalah menyeleksi atau menguji kebenaran dari sumber-sumber tesebut,
langkah itu dinamakan kritik. Kritik terbagi atas kritik intern dan ekstern. Kritik ekstern (kritik
terhadap keaslian sumber sejarah )diantaranya dapat dilakukan dengan berdasarkan kepada :
tipologi (menentukan usia berdasarkan type dari benda budaya), stratifikasi (menentukan umur
relative suatu benda berdasarkan pada lapisan tanah dimana benda budaya tersebut ditemukan ),
kimiawi (menentukan ketuaan benda berdasarkan pada unsure kimia yang terkandung). Kritik intern
adalah langkah penyeleksian terhadap isi (materi) dari sumber sejarah (seperti : isi prasasti , isi
naskah / dokumen , dll) atau langkah terhadap validitas isi (materi) sumber sejarah. Misalnya sebuah
kitab kuno baru dapat di percaya kebenarannya apabila ada keterangan dari prasasti , catatan
sejarah yang mendukungnya. Sumber sejarah yang telah terseleksi melalui kritik itulah di sebut
dengan fakta .
 c. Interpretasi : berbagai fakta sejarah yang telah didapatkan kemudian dirangkai sehingga
mempunyai bentuk dan setruktur untuk direkrontruksi. Dalam proses inilah di perlukan interpretasi,
yaitu penafsiran terhadap fakta-fakta sejarah. Dalam menafsirkan suatu faklta mutlak diperlukan
landasan interpretasi agar tidak terjadi penafsiran yang tanpa dasar. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya perbedaan dalam menafsirkan suatu fakta di antaranya karena adanya
beberapa perbedaan seperti : idiologi, kepentingan, tujuan, penulisan dan sudut pandang
 d. Historiografi : merupakan langkah terakhir yaitu proses penulisan dan penyusunan kisah masa
lampau yang direkrontruksi berdasarkan pada fakta yang telah diberi penafsiran peristiwa sejarah
yang dikisahkan melalui historiografi akan sangat di pengaruhi oleh subyektifitas si penulis dalam
merekontruksinya.
Dalam penulisan sejarah perlu dipertimbangkan struktur dan gaya bahasanya sehingga orang tertarik
untuk membacanya . dengan demikian penulisan sejarah mempunyai unsure yang sama dengan
penulisan sastra yaitu sama-sama menyajikan suatu kisah , bedanya dalam sejarah.

2. Pengertian sumber dan fakta sejarah.


Dalam penelitian sejarah, langkah pertama yang harus di lakukan adalah mengumpulkan sumber-
sumber berdasarkan bentuknya, sumber sejarah terbagai menjadi:
a. Sumber tertulis (dokumen) meliputi: prasasti, kronik, babad, naskah, arsip, Koran.
b. Sumber benda (artefak) meliputi: fosil, prasasti, candi, patung, stupa, nisan , senjata, bangunan
(keratin, mesjid), peralatan hidup.
c. Sumber lisan yaitu : keterangan langsung dari saksi atau pelaku sejarah.
d. Sumber rekaman merupakan hasil rekaman dalam bentuk audio visual seperti : kaset, video
compactdisk.
Berdasarkan sifatnya sumber-sumber sejarah terbagi menjadi :
a. Sumber primer : sumber-sumber sejarah yang asli dan berasal dari jamannya seperti prasati,
kronik, piagam, bangunan (candi, keratin, masjid), nisan
b. Sumber sekunder : sumbersejarah yang berasal dari sumber kepustakaan kuno (babad, naskah,
karya sastra) atau berupa sumber tiruan dari benda aslinya misalnya prasasti tiruan (tinulad),
terjemahan kitab kuno.
c. Sumber tersier: merupakan sumber yang berupa buku-buku sejarah yang telah disusun di mana si
pengarang tidak melakukan penelitian langsung. Tetapi berdasarkan kepada hasil penelitian ahli
sejarah (para sejarawan). 

Sejarah tidak dapat dipisahkan dari fakta, sejarah tanpa fakta hanya akan menjadi sebuah dongeng.
Fakta adalah sumber sejarah yang telah terseleksi melalui proses kritik . fakta kemudian di
rekontruksi dan dijadikan dasar untuk mengisahkan sejarah. Fakta sejarah mempunyai beberapa
bentuk yaitu :
 a. Artifact (fakta yang berupa benda konkrit ) :fosil , patung , candi dll
 b. Manifact (fakta yang bersifat abstrak ) : keyakinan dan kepercayaan.
 c. Sosio-fact :fakta yang berdimensi social seperti jaringan interaksi antar manusia.
Fakta sejarah ada yang bersifat lunak artinya masih potensial untuk diperdebatkan, misalnya
mengenai letak ibukota kerajaan sriwijaya, ibukota kerajaan tarumanegara, kerajaan hindu di jawa
barat, dll yang sampai sekarang masih banyak yang beda pendapat. Sedangkan fakta sejarah yang
bersifat keras adalah fakta yang telah menjuadi consensus (kesepakatan) umum, misalnya mengenai
Soekarno-Hatta sebagai tokoh proklamator, semua berpendapat sama .

H. Jejak Masa Lampau

1. Peninggalan sejarah.
Peninggalan sejarah merupakan wujud benda-benda peninggalan kebudayaan manusia pada masa
lampau. Peninggalan sejarah tersebut diantaranya bangunan seperti : keraton, punden/berundak,
candi, masjid, makam, nisan, prasasti dll.peninggalan lainnya dalam bentuk perhiasan baik yang
terbuat dari batu, perak, emas, ataupun lainnya. Peninggalan dalam bentuk peralatan hidup dan
perhiasan , pada saat sekarang dapat kita lihat di beberapa museum.
2.Monumen peringatan peristiwa sejarah.
Monumen peringatan biasanya dalam bentuk biasanya dalam bentuk sebuah bangunan tugu,
tujuanya untuk menganang suatu peristiwa sejarah yang terjadi di daerah tersebut, selain itu
pembangunan monumen tersebut dimaksudkan untuk menyampaikan pesan dan nilai moral dari
suatu peristiwa sejarah kepada generasi berikutnya contoh dari monumen antara lain monument
pancasila sakti , monumen nasional , monumen yogja kembali.
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
3.1.1 definisi sejarah sebagai ilmu adalah pengetahuan tentang suatu kejadian masa lalu yang
disusun secara berurutan dan metode berdasarkan asas,prosedur dan teknik ilmiah yang
diakui oleh para sejarawan.
3.1.2 Alasan sejarah dijadikan sebagai ilmu karena sejarah memiliki syarat sebagai ilmu, yaitu
empiris, memiliki objek, memiliki teori, generalisasi dan memiliki metode.
DAFTAR RUJUKAN

Hamid, A.R dan Madjid, M.S. 2011. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
Kuntowijoyo. 2013. Pengangtar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Frederick, W.H dan Soeroto, S. 1984. Pemahaman Sejarah Indonesia. Jakarta: LP3ES.
Windscale, H. 2012. Pengertian dan Definisi Sejarah Menurut Para Ahli. (Online). http://kaiser-of-
history.blogspot.com/2012/10/pengertian-dan-definisi-sejarah-menurut.html. Diakses tanggal
18 September 2013.
Shuderman, Y. S. 2012. Sejarah sebagai ilmu. (Online ).
http://akrabsenada.blogspot.com/2012/02/sejarah-sebagai-ilmu.html. Diakses tanggal 18
september 2013.

Anda mungkin juga menyukai