PROPOSAL
PROPOSAL
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Prodi Ners
STIKes Widya Nusantara Palu
ii
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL
PENGUJI I
PENGUJI II
PENGUJI III
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL....................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................ iii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL............................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian..................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori tentang Sistem Respirasi................................. 6
B. Tinjauan Teori tentang Tidur................................................... 9
C. Tinjauan Teori tentang EDS.................................................... 14
D. Tinjauan Teori tentang OSA.................................................... 15
E. Kerangka Konsep..................................................................... 19
F. Hipotesis ................................................................................. 20
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian..................................................................... 21
B. Tempat dan waktu penelitian................................................... 21
C. Populasi dan Sampel Penelitian............................................... 21
D. Variabel Penelitian 23
E. Definisi Operasional................................................................ 23
F. Instrumen Penelitian................................................................ 24
G. Tekhnik Pengumpulan Data..................................................... 25
iv
H. Analisis Data............................................................................ 25
I. Alur Penelitian`........................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tidur adalah kebutuhan yang paling dasar dibutuhkan oleh setiap individu
untuk mengembalikan stamina tubuh dengan kondisi yang optimal sehingga
dapat memulihkan kondisi tubuh individu itu sendiri.1 Kekurangan tidur
dalam waktu yang lama dapat meningkatkan kadar hormon stres kortisol yang
dapat merusak sel-sel pada otak yang berfungsi untuk pembelajaran dan
ingatan, sel-sel otak yang baru juga dapat gagal berkembang atau tumbuh
secara abnormal.2 Tidur juga merupakan kegiatan dimana tubuh manusia
memiliki sadar yang tidak penuh, dalam tidur terjadi siklus yang berulang-
ulang dan setiap individu menunjukkan fase kegiatan otak dan tubuh yang
berbeda. Tidur bertujuan sebagai perbaikan sistem tubuh dan juga pemulihan.3
Individu yang seringkali tidur dengan gejala mendengkur dapat
menurunkan kualitas tidur sehingga timbul hipersomnolensi pada siang hari
yang disebut Excessive daytime sleepiness (EDS). EDS merupakan suatu
kondisi umum yang memiliki banyak efek negatif pada individu yang
mengalaminya, terutama pada kesehatan yang berhubungan dengan
kelangsungan hidup bagi individu.4 Daytime Sleepiness merupakan masalah
yang paling sering dikeluhkan khususnya pelajar pada saat melakukan
rutinitas sehari-hari saat proses belajar berlangsung. Tidak memiliki tenaga
untuk beraktivitas seperti saat berbicara dengan keluarga dan kerabat atau
pada saat melaksanakan tugas dan pekerjaan, hal itu yang sering terjadi oleh
individu yang mengalami daytime sleepiness. Dampak yang terjadi biasanya
kurang dalam berkonsentrasi, merasa lelah, gangguan saat belajar, gangguan
dalam mengingat, malas dan kurangnya motivasi untuk melakukan kegiatan. 5
Kejadian mengantuk yang berlebih pada siang hari dapat menghambat
1
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka pertanyaan dalam penelitian ini yaitu :
”Bagaimana hubungan Obstructive sleep apnea (OSA) terhadap kejadian
Excessive daytime sleepiness pada mahasiswa di STIKes Widya Nusantara
Palu ?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menunjukkan hubungan antara Obstructive sleep apnea (OSA)
terhadap kejadian Excessive daytime sleepiness pada mahasiswa di
STIKes Widya Nusantara Palu.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi Obstructive sleep apnea (OSA) pada mahasiswa di
STIKes Widya Nusantara Palu
b. Mengiidentifikasi kejadian Excessive Daytime Sleepiness pada
mahasiswa di STIKes Widya Nusantara Palu
c. Untuk membuktikkan hubungan Obstructive sleep apnea (OSA)
terhadap Kejadian Excessive daytime sleepiness pada mahasiswa di
STIKes Widya Nusantara Palu
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi STIKes Widya Nusantara Palu
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan Manfaat pada
pendidikan khususnya Ilmu Keperawatan STIKes Widya Nusantara
diharapkan penelitian ini dapat memperkaya bahan dalam bidang ilmu
keperawatan khususnya yang berhubungan dengan informasi tentang
Obstructive sleep apnea (OSA) dengan kejadian Excessive daytime
sleepiness pada mahasiswa di STIKes Widya Nusantara Palu.
5
2. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat sebagai
informasi tentang hubungan Obstructive sleep apnea terhadap kejadian
Excessive daytime sleepiness dan dapat mengetahui pencegahan kejadian
Excessive datime sleepiness dikalangan mahasiswa agar dapat
meningkatkan konsentrasi saat belajar dikelas dan kualitas prestasi serta
mengetahui proses terjadinya Obstructive sleep apnea (OSA) pada saat
tidur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tiga bagian yang terletak pada dinding lateral dari kedua sisi hidung
disebut konka. Konka terbagi menjadi tiga yaitu konka nasalis superior,
medial dan inferior. Setiap konka akan bermuara ke dalam sinus dan
membentuk meatus bergantung dari konka; meatus nasi superior, inferior
dan medial. Struktur dari konka dan meatus akan memperluas permukaan
area hidung dalam dan mencegah terjadinya dehidrasi dengan menangkap
droplet air saat ekshalasi.14
b. Faring
Faring yaitu saluran yang memiliki panjang sekitar 13 cm yang
dimulai dari nares interna hingga kartilago cricoid. Faring terletak
dibelakang rongga hidung dan mulut, di atas dari laring dan didepan dari
vertebra servikalis. Dinding saluran ini ditutupi oleh otot-otot skelet dan
membrane mukosa. Kontraksi otot-otot ini berfungsi untuk proses
menelan. Fungsi dari faring sebagai saluran untuk udara dan juga
makan.14
Faring dapat dibagi menjadi tida bagian yaitu nasofaring, orofaring
dan laringofaring. Nasofaring adalah bagian atas dari faring. Rongga
nasal, dipisahkan dari rongga mulut oleh palatum molle. Tonsil faringeal
berada pada dinding belakang dari nasofaring. Orofaring merupakan
bagian yang meluas dari palatum molle hingga dasar lidah pada tingkat
tulang hyoid. Laringofaring merupakan bagian bawah faring yang meluas
dari tulang hyoid hingga perbatasan laring dan esophagus.13,14
Udara yang dihirup melalui hidung menuju ke faring akan melalui
muara yang sempit disebut glottis sehingga dapat masuk ke laring. Glottis
yang merupakan batas antara saluran napas atas dan bawah dimana glottis
ini terbentuk dari sepasang lipatan membrane mukosa yaitu adalah plica
vocalis yang terdapat di laring.13
bahan bakar, putaran mesin dan lainnya bisa berjalan tidak benar yang
menyebabkan kerusakan seluruh mesin. Hal ini sama terjadi pada otak,
antar sel terdapat koneksi-koneksi yang jarang digunakan dan
memerlukan pemanasan secara rutin. Bentuk pemanasan pada otak yaitu
berupa tidur yang cukup.
b. Penyusunan Ulang Memori
Catherine menyatakan “Tidur memberikan kesempatan otak untuk
menyusun kembali data-data atau memori agar bisa menemukan solusi
terhadap sebuah masalah”. Dengan kata lain, tidur bisa memberikan
kesempatan otak agar lebih fokus dalam mengingat sehingga
mempermudah seseorang untuk menemukan solusi yang dibutuhkan
dalam memecahkan sebuah masalah yang dihadapi.
3. Siklus Tidur dan Sadar
Manusia dalam 24 jam akan melalui proses tidur sebagai irama sirkadian.
Mekanisme ini diatur oleh nucleus suprakiasmatik dari hipotalamus. Tidur
merupakan suatu kondisi fisiologik dan perilaku yang reversible ditandai
dengan penurunan kesadaran dan responm terhadap stimulus eksrternal, tetapi
individu yang tidur tetap sadar terhadap keadaan internal. Walaupun
kesadaran menurun, orang yang tidur dapat dibangunkan dengan stimulus
seperti alarm.14,20,21
Orang dewasa biasanya membutuhkan 7-8 jam untuk tidur setiap malam,
tetapi waktu, durasi dan pola tidur berbeda pada setiap orang tergantung
usianya. Pada usia lanjut dan bayi biasanya memiliki siklus tidur yang
berbeda dengan orang dewasa. Pengaturan siklus tidur setiap hari memiliki
dua prinsip system saraf. Prinsip pertama adalah proporsi tidur tergantung dari
durasi keadaan sadar (homeostatis tidur), sedangkan prinsip kedua adalah
pengaturan rhythmi siklus tidur dan sadar melalui beberapa fase selama 24
jam per hari (jam biologis).22
11
Siklus tidur yang normal memiliki 2 fase : fase NREM (non-rapid eye
movement) yang terjadi sebanyak 70-80 % dari sebuah siklus tidur dan
meliputi 4 stadium, serta fase REM (rapid eye movement) dengan presentase
20-25 % dari seluruh siklus tidur yang terjadi secara siklus semireguler yang
berlangsung selama 90-120 menit dan berulang sebanyak 3-4 kali per malam.
a. Tidur NREM (non-rapid eye movement)
Pada dewasa normal, tidur NREM dapat dibagi menjadi 4 stadium
yaitu : stadium I (NI) yang merupakan masa transisi dari kondisi sadar ke
kondisi tidur. Stadium ini berlangsung selama 1-7 menit dan terjadi
sebanyak 2-5 % dari seluruh proses tidur yang ditandai dengan relaksasi
seluruh tubuh dan penurunan kesadaran namun saat individu dibangunkan
pada stadium ini, ia akan menyangkal bahwa ia tertidur. Pada
elektroensefalogram akan terlihat bahwa gelombang theta meningkat
sedangkan gelombang alpha menurun.14,20
Stadium II (N2) terjadi sebanyak 45-55 % dari seluruh proses tidur
dan ditandai dengan penurunan tonus otot serta mata yang bergerak ke
kanan dank e kiri. Selain itu, individu yang sudah masuk ke stadium ini
akan mengalami proses bermimpi dan sulit untuk dibangunkan sehingga
disebut dengan light sleep/true sleep.14,20
Stadium III (N3) terjadi sebanyak 3-8 % dari seluruh proses tidur dan
timbul 20 menit setelah individu tertidur. Stadium ini disebut moderate
deep sleep yang ditandai dengan penurunan suhu tubuh dan tekanan darah.
Stadium IV(N4) terjadi sebanyak 10-15 % dari seluruh proses tidur
yang disebut deepest level of sleep. Pada stadium ini metabolism otak akan
menurun secara signifikan dan juga suhu tubuh, tetapi sebagian besar reflex
tubuh akan tetap intak dan tonus otot hanya sedikit berkurang. Stadium 3
dan 4 ini merupakan bagian dari proses tidur yang paling efektif dan
dengan bertambahnya usia individu presentase stadium ini semakin
berkurang dari seluruh proses tidur.14,20
12
f. Stress Emosional
14
aktifitas fisik. EDS juga sering dialami oleh mahasiswa kesehatan yang
memiliki waktu tidur lebih sedikit dalam 24 jam terutama pada saat
melaksanakan praktek klinik.
misalnya m.palatinus tensi yang tonusnya bersifat konstan dan dapat menurun
pada keadaan tidur.15
Resistensi pada saluran napas atas akan meningkat secara bermakna selama
periode tidur dan akan lebih meningkat bila terdapat faktor-faktor predisposisi
yang mendukung terjadinya penutupan saluran napas atas. Bila tekanan
negatif dari otot-otot pernapasan lebih besar dari kemampuan otot-otot yang
berfungsi untuk memperluas saluran napas atas, maka akan terjadi kolaps
pada saluran ini.15
Periode apnea yang terjadi biasanya berakhir dengan bentuk terbangun
secara mendadak dari tidur (arousal) sehingga otot-otot ini dapat berfungsi
lagi dengan cara berdilatasi dan aliran udara kembali normal. Proses arousal
ini yang akan menyebabkan periode tidur mengalami fragmentasi sehingga
individu kadang terbangun secara mendadak. Akibat obstruksi yang terjadi,
maka saturasi O2 dalam tubuh akan mengalami keadaan apnea ini 20-30 kali
per jam dan dapat terjadi lebih dari 200 kali per malam. Kondisi ini
mengakibatkan hipersomnolensi pada individu-individu dengan OSA.15
4. Faktor Predisposisi OSA
Faktor predisposisi OSA yaitu jenis kelamin laki-laki, obesitas, usia
lanjut, pemakai obat depresan sistem saraf pusat seperti alkohol dan sedatif,
diameter saluran napas yang kecil seperti mikrognathia dan retrognathia,
hipotiroidisme atau akromegali, serta genetik dan familial.27,15
Selain faktor predisposisi yang telah disebut diatas, OSA juga dapat
terjadi karena adanya beberapa kelainan pada struktu saluran napas atas dan
leher antara lain polip nasi, hipertrofi konka, hipertrofi tonsil, hipertrofi
adenoid, deviasi septum nasalis, lingkar leher yang besar, kelainan palatum.
Faktor-faktor predisposisi ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
18
E. Kerangka Konsep
Kerangka konsep yaitu justifikasi ilmiah terhadap penelitian yang dilakukan
dan memberi landasan topik yang dipilih sesuai dengan identifikasi
masalahnya.28 Dalam penelitian ini peneliti mengambil variabel bebas adalah
Obstructive sleep apnea (OSA) sedangkan variabel terikat yaitu Excessive
daytime sleepiness (EDS) pada mahasiswa di STIKes Widya Nusantara Palu.
Gambaran yang lebih jelas dan terarah alur penelitian ini digambarkan dalam
rangka konsep seperti berikut :
Variabel Dependen
Obesitas (IMT > 30
Kg/m2
Jenis kelamin ( pria > Excessive Daytime
Sleepiness (EDS)
wanita )
Riwayat OSA pada
keluarga
Hipersomnolensi
Obstruksi jalan napas
Nyeri Kepala
Gangguan pernapasan Obstructive Sleep Tidak segar saat
saat tidur Apnea (OSA) terbangun
Penurunan fokus
Variabel Independen
Keterangan :
: Diteliti
F. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Terdapat Hubungan
Obstructive Sleep Apnea Dengan Kejadian Excessive Daytime Sleepiness pada
Mahasiswa STIKes Widya Nusantara Palu”
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian Kuantitatif. Penelitian
kuantitatif merupakan penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-
bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya.32 Desain penelitian yang
digunakan bersifat Analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian
yang dilakukan pada saat yang bersamaan antara variabel independen dan
variabel dependen.
Keterangan :
n : Jumlah sampel
q : 1-p
N : Besar populasi
α
Z 2 1− . p .qN
2
n=
α
d 2 ( N−1 ) + Z 2 1− . p . q
2
218,42
n=
3,92
n=55,7
n=56
3. Sampling
Teknik pengambilan sampling menggunakan metode Cluster
sampling. Rumus pengambilan sampling yaitu :
populasi
Sampling 1= X total sampel
total populasi
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat dan nilai dari objek yang
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulan.30 Dalam penelitian ini menggunakan dua
variabel yaitu :
1. Variabel Independen
24
E. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah karakteristik yang diamati dari sesuatu yang
didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat diamati atau diukur itulah
yang merupakan kunci definisi operasional. Dapat diamati artinya
memungkinkan bagi peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran
secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena yang kemudian dapat
diulangi oleh orang lain.34
1. Obstructive Sleep Apnea
Definisi : Mahasiswa yang mendengkur saat tidur diskrining
dengan menggunakan Kuesioner Berlin
Alat ukur : Kuesioner Berlin
Cara ukur : Pengisisan Kuesioner
Skala : Kategori
Hasil ukur : Resiko Tinggi
Resiko Rendah
2. Excessive Daytime Sleepiness
Definisi : Mahasiswa yang telah mengisi kuesioner Berlin dengan
hasil mendengkur saat tidur kemudian diskrining
menggunakan Epworth Sleepiness Scale (ESS)
Alat ukur : Kuesioner
25
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, pada
variabel independen Obstructive sleep apnea menggunakan kuesioner Berlin.
Menurut El-Sayed pada kuesioner Berlin memiliki 10 pertanyaan dengan 3
kategori. Pada kategori pertama terdiri atas 5 pertanyaan dengan rincian yaitu
satu pertanyaan utama dan empat pertanyaan tambahan untuk menilai gejala
mendengkur. Kategori kedua terdiri atas 4 pertanyaan dengan rincian yaitu
tiga pertanyaan utama dan satu pertanyaan tambahan. Kategori ketiga terdiri
atas 2 pertanyaan. Pada kategori 1, seseorang beresioko tinggi jika terdapat
gejala yang persisten (lebih dari 3 atau 4 kali perminggu) pada lebih dari 2
pertanyaan mengenai gejala mendengkur. Pada kategori 3, seseorang beresiko
tinggi jika gejala EDS, mengantuk saat mengendarai kendaraan, atau
keduanya persisten (lebih dari 3 atau 4 kali per minggu). Pada kategori 3,
seseorang beresiko tinggi jika memiliki riwayat tekanan darah tinggi (>140/90
mmHg) dan/atau IMT ≥ 30 kg/m2. Kelompok studi dikategorikan resiko tinggi
menderita OSA jika mendapat nilai positif pada dua atau lebih kategori,
sedangkan kelompok studi akan dikategorikan resiko rendah menderita OSA
jika mendapat nilai positif kurang dari dua kategori.
Pada variabel dependen Excessive daytime sleepiness menggunakan
kuesioner Epworth Sleepines Scale (ESS) yang memiliki 8 pernyataan dan 4
pilihan jawaban diwakili dengan nilai 0-3. Pilihan nilai 0 apabila responden
tidak pernah mengantuk, nilai 1 jika responden sedikit mengantuk, nilai 2 jika
responden cukup mengantuk, nilai 3 jika responden sangat mengantuk dan
26
jatuh tertidur. Cara menjawab yaitu melingkari nilai sesuai dengan apa yang
dirasakan responden pada masing-masing pernyataan.
H. Analisa Data
Analisa data merupakan upaya atau cara untuk mengolah data menjadi
informasi sehingga karakteristik data tersebut bisa di pahami dan bermanfaat
sebagai solusi permasalahan, terutama permasalahan yang ada di dalam
penelitian.31 Adapun analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisis
univariat dan bivariat yang diolah dalam komputer menggunakan software
analisis yaitu SPSS.
1. Analisis univariat
Data dianalisis secara univariat. Analisa data dilakukan terhadap tiap
variabel penelitian. Analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan
presentase dari tiap variabel. Analisa data dilakukan dengan formulasi
distribusi frekuensi dengan rumus sebagai berikut32:
f
P= ×100 %
n
Keterangan :
27
P = Persentase
f = Frekuensi (jumlah jawaban benar)
n = Sampel
2. Analisis Bivariat.
Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua vriabel yang diduga
berhubungan atau berkorelasi.33 Analisis bivariat yang dilakukan untuk
melihat hubungan antara obstructive sleep apnea (OSA) dengan kejadian
excessive daytime sleepiness (EDS) menggunakan uji chi square dengan
nilai kemaknaan (p ≤ 0,05) dan tingkat kepercayaan 95%. Adapun rumus
uji chi square sebagai berikut :
Χ ²=
∑ (f o ─ f E)²
E
Keterangan :
χ² : chi square
fo : frekuensi observasi
fE : frekuensi harapan
Pengolaan Data
Hasil Penelitian
Gambar 3.1 Alur Penelitian
Lampiran I
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswa Program Studi Ners,
STIKes WIDYA NUSANTARA PALU :
Nama : Jihan Rizki Annisa
NIM : 201601067
Bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Obstructive Sleep
Apnea Terhadap Kejadian Excessive Daytime Sleepines Pada Mahasiswa Di
Stikes Widya Nusantara Palu”. Untuk terlaksananya kegiatan tersebut, Saya mohon
kesediaan Saudara untuk berpartisipasi dengan cara mengisi kuesioner berikut.
Jawaban Saudara akan Saya jamin kerahasiaannya dan hanya akan digunakan untuk
kepentingan penelitian. Apabila Saudara berkenan mengisi kuesioner yang terlampir,
mohon kiranya Saudara terlebih dahulu bersedia menandatangani lembar persetujuan
menjadi responden (informed consent).
Peneliti
Palu,.................2020
Responden
Lampiran II
KUESIONER BERLIN
Alamat : ………………………
Kategori 1 :
2. Dengkuran anda ?
a. Sedikit lebih nyaring dari bunyi napas biasa (lauder than breathing)
b. Keras seperti biasa
c. Lebih nyaring dari bicara
d. Sangat keras, dapat di dengar dari ruangan yang bersebelahan
Kategori 2
6. Berapa sering anda merasa lelah atau tidak fit setelah bangun tidur ?
a. Hampir setiap hari
b. 3-4 kali seminggu
c. 1-2 kali seminggu
d. 1-2 kali sebulan
e. Tidak pernah atau hamper tidak pernah
7. Pada saat beraktivitas, apakah anda merasa lelah dan tidak segar ?
a. Hampir setiap hari
b. 3-4 kali seminggu
c. 1-2 kali seminggu
d. 1-2 kali sebulan
e. Tidak pernah atau hamper tidak pernah
Kategori 3
Contoh : Jika pada saat duduk dan membaca di siang hari, anda sangat mengantuk
dan jatuh tertidur maka berikan nilai 3 pada baris kegiatan duduk dan
membaca.
Jika pada saat menonton televise di siang hari, anda tidak pernah
mengantuk, maka berikan nilai 0 pada baris kegiatan menonton televisi
Lingkari angka yang sesuai dengan apa yang anda rasakan di siang hari pada
masing-masing keadaan seperti tabel di bawah ini.
Kegiatan Nilai
Keterangan Nilai
- Duduk dan membaca 0 1 2 3
- Menonton televisi 0 1 2 3
- Duduk diam di tempat umum (misalnya bioskop atau sedang 0 1 2 3
rapat )
- Sebagai penumpang mobil selama satu jam tanpa istirahat 0 1 2 3
- Rebahan untuk beristirahat di siang hari ketika keadaan 0 1 2 3
memungkinkan
- Duduk dan berbicara dengan seseorang
0 1 2 3
- Duduk tenang setelah makan siang
0 1 2 3
- Di dalam mobil dan mobil berhenti selama beberapa menit
0 1 2 3
karena macet
Nilai Total
DAFTAR PUSTAKA
1
Nilifda, et al. Hubungan Kualitas Tidur dengan Prestasi Akademik Mahasiswa Program Studi
Pendidikan Dokter Angkatan 2010 FK Universitas Andalas. J Kes Andalas. 2015;5(1):243-8
2
Sagala S. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta; 2013
3
Wartonah, Tarwoto. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika; 2010
4
Wu S, Wang R, Ma X, et al. Excessive Daytime Sleepiness assessed by The Epworth Sleepiness
Scale and Its Association with Health Related Quality of Life: A Population-Based study in China.
BMC Public Helath; 2012
5
Kleisiaris CF, Maniou M, Dragasi A, Mitara D, Sfakianakis MZ. The Prevalence of Daytime
Sleepiness in Greek Adolescents in Primary Care. J Health Science. 2013;7(1):41-41
6
Dempsey J, Veasey S, Morgan B, O’Donnel C. Pathophysiology of Sleep Apnea. Physiol Rev.
2010; 90:47-112
7
Siregar MH. Mengenal Sebab-sebab, Akibat-akibat dan Cara Terapi Insomnia. Yogyakarta: Flash
Books; 2011
8
Pagel JF. Excessive Daytime Sleepiness. American Family Physician. 2010;79(5):391-396
9
Hershner SD, Chervin RD. Causes and Consequences of Sleepiness Among College Students.
Nature and Science of Sleep. 2014;6:73-84
10
Alipuria AK. First-year College Student Decision Making: How Freshmen Respond to the Stress
of the College Transition. ProQuest Dissertations & These Global. 2014
11
Blank Y. The Effects of Change In Sleep Schedule Variability On First-year College Student.
ProQuest Dissertations & These Global. 2015
12
Pearce EC. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedic. PT Gramedia Pustaka Umum: Jakarta; 2013
13
Martini FH, Nath JL, Bartholomew EF. Fundamental of Anatomy & Physiology. 9th ed. USA:
Pearson, 2012. 814-819 p.
14
Tortora GJ, Derrickson B. Principles of Anatomy and Physiology. 12 th ed. Usa: Wiley, 2010. 522-
523 p.
15
Sumardi, Hisjam B, Ryanto BS, Budiono E. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi V.
Jakarta: Interna Publishing. 2010; 2347-2348.p.
16
Kozier B, Erb G, Berman A, Synder, Shirle J. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,
proses dan praktek. Ed 7. Vol 1. Jakarta: EGC; 2010
17
Asmadi. Teknik Prosedur Keperawatan Konsep Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba
Medika; 2011
18
Ulumuddin BA. Hubungan Tingkat Stres dengan Kejadian Insomnia Pada Mahasiswa Program
Studi Ilmu Keperawatan. F Kedokteran Universitas Diponegoro; 2011
19
Catherine. Faktor yang mempengaruhi pola tidur pasien di Ruang Perawatan Bedah Baji Kamase I
dan II BP-RSUD Labuang Baji Makassar; 2011
20
Lalwani AK. Current Diagnosis & Treatment Otolaryngology Head and Neck Surgery. 3 nd ed.
USA: McGraw Hill. 2010; 557-565.p.
21
Sherwood L. Human Physiology: From Cells to System. 7 th ed. USA: Brooks/Cole, Cengage
Learning. 2010; 167-171.p.
22
Longo DL, Kasper DL, Jameson JL, Fauci AS, Hauser SL, Loscalzo J, et al. Harrison’s Principles
of Internal Medicine. 18th ed. USA: McGraw-Hill; 2012
23
Indarwati N. Perbandingan Kualitas Tidur Mahasiswa yang Mengikuti UKM dan Tidak Mengikuti
UKM pada Mahasiswa Reguler FIK UI. Depok. Universitas Indonesia; 2012
24
Ruggles K, Hausman N. Evaluation of Excessive Daytime Sleepiness. Wisconsin Medical Journal.
2012;102(1):21-23
25
Barrett KE, Barman SM, Boitano S. Ganong’s Review of Medical Physiology. 23rd Ed. USA:
McGraw Hill; 2010
26
Welch KC, Goldberg AN. Sleep Disorder. In:Lalwani AK, editor. Current Diagnosis & Treatment,
Otolaryngology Head and Neck Surgery. 2nd ed. New York: McGraw-Hill Companies LANGE;
2010
27
Cahyono A, Hermani B, Mangunkusumo E, Perdana RS. Hubungan Obstructive Sleep Apnea
dengan Penyakit Sistem Kardiovaskuler. Jakarta : FKUI. 2011;2-8.p.
28
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta; 2015.
29
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta; 2017.
30
Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika; 2014.
31
Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010.
32
Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2012.
33
Dahlan MS. Besar Sampel Dalam Penelitian Kedokteran Dan Kesehatan. Jakarta: Epidemiologi
Indonesia; 2016.