Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

“SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA DAN


SEMANGAT KEMERDEKAAN”

Disusun Oleh :

1. Ikke Duwi Minarti (1909066003)


2. Juniar Agil Saputri (1909066016)
3. Nur Hidayat (1909066019)
4. Tasya Futry Sabilla (1909066043)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2020

1
Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia dan Semangat
Kemerdekaan

A. Latar belakang kemerdekaan Indonesia


Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota
Hiroshima Jepang oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral
semangat tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari kemudian Badan Penyelidik
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, atau “Dokuritsu Junbi
Cosakai”, berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia) atau disebut juga Dokuritsu Junbi Inkai dalam bahasa Jepang,
untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan
Indonesia.
Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas
Nagasaki sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat
dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk
memproklamasikan kemerdekaannya. Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI
dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan
ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu
Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di
ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia.
Sementara itu di Indonesia, pada tanggal 10 Agustus 1945, Sutan Syahrir
telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada
Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan
kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai
hadiah Jepang.
Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di
Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa
pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia
dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari,
tergantung cara kerja PPKI. Meskipun demikian Jepang menginginkan
kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus. Dua hari kemudian, saat

2
Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Sutan Syahrir
mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena
menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena
Jepang setiap saat sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi
menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro
Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat.
Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan
proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah
yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia
belum siap.
Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak
memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI
adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya
merupakan ‘hadiah’ dari Jepang (sic). Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang
menyerah kepada Sekutu. Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa
di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di
Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul
Saleh mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar desas-
desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua
untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan
tua tidak ingin terburu-buru, Mereka tidak menginginkan terjadinya
pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam
bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat
PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang, Mereka menginginkan
kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang.
Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk
memperoleh konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka) Tapi
kantor tersebut kosong. Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke
kantor Bukanfu, Laksamana Muda Maeda, di Jalan Medan Merdeka Utara
(Rumah Maeda di Jl Imam Bonjol 1). Maeda menyambut kedatangan mereka

3
dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab
ia belum menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo.
Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 pagi 16
Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No. 2 guna
membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan persiapan
Proklamasi Kemerdekaan. Sehari kemudian, gejolak tekanan yang
menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak
dilancarkan para pemuda dari beberapa golongan. Rapat PPKI pada 16
Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak
muncul. Peserta rapat tidak tahu telah terjadi peristiwa Rengas Dengklok.

B. Faktor Pendukung Kemerdekaan Indonesia


1. Faktor dari dalam (internal)
 Kenangan kejayaan masa lampau.
Bangsa-bangsa Asia dan Afrika sudah pernah mengalami masa
kejayaan sebelum masuk dan berkembangnya imperialisme dan
kolonialisme barat. Bangsa India, Indonesia, Mesir, dan Persia pernah
mengalami masa kejayaan sebagai bangsa yang merdeka dan
berdaulat. Kejayaan masa lampau mendorong semangat untuk
melepaskan diri dari penjajahan. Bagi Indonesia kenangan kejayaan
masa lampau tampak dengan adanya kenangan akan kejayaan pada
masa kerajaan Majapahit dan Sriwijaya. Dimana pada masa
Majapahit, mereka mampu menguasai daerah seluruh nusantara,
sedangkan masa Sriwijaya mampu berkuasa di lautan karena
maritimnya yang kuat.
 Perasaan senasib dan sepenanggungan akibat penderitaan dan
kesengsaraan masa penjajahan.
Penjajahan yang dilakukan oleh bangsa-bangsa Eropa terhadap
bangsa Asia, Afrika mengakibatkan mereka hidup miskin dan
menderita sehingga mereka ingin menentang imperialisme barat.

4
 Munculnya golongan cendekiawan.
Perkembangan pendidikan menyebabkan munculnya golongan
cendekiawan baik hasil dari pendidikan barat maupun pendidikan
Indonesia sendiri. Mereka menjadi penggerak dan pemimpin
munculnya organisasi pergerakan nasional Indonesia yang selanjutnya
berjuang untuk melawan penjajahan.
 Paham nasionalis yang berkembang dalam bidang politik, sosial
ekonomi, dan kebudayaan.
Dalam bidang politik, tampak dengan upaya gerakan nasionalis
menyuarakan aspirasi masyarakat pribumi yang telah hidup dalam
penindasan dan penyelewengan hak asasi manusia. Mereka ingin
menghancurkan kekuasaan asing/kolonial dari Indonesia.
Dalam bidang ekonomi, tampak dengan adanya usaha
penghapusan eksploitasi ekonomi asing. Tujuannya untuk membentuk
masyarakat yang bebas dari kesengsaraan dan kemelaratan untuk 
meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia.
Dalam bidang budaya, tampak dengan upaya untuk melindungi,
memperbaiki dan mengembalikan budaya bangsa Indonesia yang
hampir punah karena masuknya budaya asing di Indonesia. Para
nasionalis berusaha untuk memperhatikan dan menjaga serta
menumbuhkan kebudayaan asli bangsa Indonesia. 
2. Faktor dari luar (eksternal).
 Kemenangan Jepang atas Rusia (1905).
Pada tahun 1904-1905 Jepang melawan Rusia dan tentara Jepang
berhasil mengalahkan Rusia. Hal ini dikarenakan, modernisasi yang
dilakukan jepang yang telah membawa kemajuan pesat dalam
berbagai bidang bahkan dalam bidang militer. Awalnya dengan
kekuatan yang dimiliki tersebut Jepang mampu melawan Korea tetapi
kemudian dia melanjutkan ke Manchuria dan beberapa daerah di
Rusia. Keberhasilan Jepang melawan Rusia inilah yang mendorong

5
lahirnya semangat bangsa-bangsa Asia Afrika mulai bangkit melawan
bangsa asing di negerinya.
 Perkembangan Nasionalisme di Berbagai Negara.
Pergerakan Kebangsaan India.
India untuk menghadapi Inggris membentuk organisasi kebangsaan
dengan nama ”All India National Congres”. Tokohnya, Mahatma
Gandhi, Pandit Jawaharlal Nehru, B.G. Tilak,dsb. Mahatma Gandhi
memiliki dasar perjuangan :
1) Ahimsa (dilarang membunuh) yaitu gerakan anti peperangan.
2) Hartal, merupakan gerakan dalam bentuk asli tanpa berbuat
apapun walaupun mereka tetapi masuk kantor atau pabrik.
3) Satyagraha merupakan gerakan rakyat India untuk tidak bekerja
sama dengan pemerintah kolonial Inggris.
4) Swadesi, merupakan gerakan rakyat India untuk memakai barang-
barang buatan negeri sendiri.
Gerakan Kebangsaan Filipina.
Digerakkan oleh Jose Rizal dengan tujuan untuk mengusir penjajah
bangsa Spanyol di Wilayah Filipina. Jose ditangkap tanggal 30
September 1896 dijatuhi hukuman mati. Akhirnya dilanjutkan Emilio
Aquinaldo yang berhasil memproklamasikan kemerdekaan Filipina
tanggal 12 Juni 1898 tetapi Amerika Serikat berhasil menguasai
Filipina dari kemerdekaan baru diberikan Amerika Serikat pada 4 Juli
1946.
Gerakan Nasionalis Rakyat Cina.
Gerakan ini dipimpin oleh Dr. Sun Yat Sen, yang mengadakan
pembaharuan dalam segala sektor kehidupan bangsa Cina. Dia
menentang kekuasaan Dinasti Mandsyu. Dasar gerakan San Min Chu
I:
1) Republik Cina adalah suatu negara nasional Cina.
2) Pemerintah Cina disusun atas dasar demokrasi (kedaulatan berada
ditanggan rakyat).

6
3) Pemerintah Cina mengutamakan kesejahteraan sosial bagi
rakyatnya.
Apa yang dilakukan oleh Dr. Sun Yat Sen sangat besar
pengaruhnya terhadap pergerakan rakyat Indonesia. Terlebih lagi
setelah terbentuknya Republik Nasionalis Cina (1911).
Pergerakan Turki Muda (1908).
Dipimpin oleh Mustafa Kemal Pasha menuntut pembaharuan dan
modernisasi di segala sektor kehidupan masyarakatnya. Ia ingin agar
dapat mengembangkan negerinya menjadi negara modern. Gerakan
Turki Muda ini banyak mempengaruhi munculnya pergerakan
nasional di Indonesia.
Pergerakan Nasionalisme Mesir
Dipimpin oleh Arabi Pasha (1881-1882) dengan tujuan menentang
kekuasaan bangsa Eropa terutama Inggris atas negeri Mesir. Adanya
pandangan modern dari Mesir yang dikemukakan oleh Muhammad
Abduh mempengaruhi berdirinya organisasi-organisasi keagamaan di
Indonesia seperti Muhammaddiyah.
Intinya dengan gerakan kebangsaan dari berbagai negara tersebut
mendorong negara-negara lain termasuk Indonesia untuk melakukan
hal yang sama yaitu melawan penjajahan dan kolonialisme di
Negaranya.
 Munculnya Paham-paham baru.
Munculnya paham-paham baru di luar negeri seperti nasionalisme,
liberalisme, sosialisme, demokrasi dan pan islamisme juga menjadi
dasar berkembangnya paham-paham yang serupa di Indonesia.
Perkembangan paham-paham itu terlihat pada penggunaan ideologi-
ideologi (paham) pada organisasi pergerakan nasional yang ada di
Indonesia.

C. Faktor Penghambat Kemerdekaan Indonesia.

7
Perjuangan bangsa Indonesia untuk menuju kemerdekaan banyak
sekali mengalami hambatan – hambatan, antara lain :
a. Perlawanan rakyat yang masih bersifat kedaerahan.
Tidak adanya persatuan antar daerah pada waktu itu adalah salah
satu faktor penghambat bangsa Indonesia untuk merdeka, Perlawanan
yang dilakukan rakyat pada waktu itu masih hanya semata-mata untuk
memperjuangankan dan membebaskan daerahnya sendiri sehingga mudah
dikalahkan oleh pihak penjajah.
b. Persenjataan masih tradisional.
Persenjataan yang dimiliki bangsa Indonesia masih bersifat
tradisional, sehingga mengalami kesulitan dalam melawan tentara
penjajah. Bahkan sejata yang digunakan bangsa Indonesia untuk melawan
pihak penjajah itu adalah bamboo runjing.
c. Adanya politik “ Devide Et Impera “ oleh Belanda.
Pada masa penjajahan pemerintaha Belanda, pemerintahan Belanda
menerapkan politik devide et impera supaya bangsa Indonesia tetap dalam
keadaan terpuruk dan tidak bias merdeka.
d. Pendidikan rakyat yang masih rendah.
e. Masyarakat Indonesia yang belum mempunyai rasa Nasionalisme.
Salah salu faktor yang membuat bangsa Indonesia sulit untuk
menuju kemerdekaan yaitu tidak adanya Rasa Nasionalisme atau cinta
tanah air pada rakyat, mereka lebih mementingkan daerahnya dan dirinya
sendiri dari pada bangsa. Sehingga dalam melawan pihak penjajah
mengalami kesulitan bahkan mengalami kekalahan.

D. Perjuangan Bangsa Indonesia setelah kemerdekaan.


Pada tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia memproklamasikan
kemerdekaannya. Akan tetapi, ada pihak-pihak yang tidak mengakui
kedaulatan pemerintahan Republik Indonesia. Ketika negara kita
memproklamasikan kemerdekaan, tentara Jepang masih ada di Indonesia.
Sekutu menugaskan Jepang untuk menjaga keadaan dan keamanan di

8
Indonesia seperti sebelum Jepang menyerah kepada Sekutu,Tugas tersebut
berlaku saat Sekutu datang ke Indonesia.
Rakyat Indonesia yang menginginkan hak-haknya dipulihkan,
berusaha mengambil alih kekuasaan dari tangan Jepang. Usaha tersebut
mendapat rintangan dari pihak Jepang sehingga di beberapa tempat terjadi
pertempuran antara tentara Jepang dengan rakyat Indonesia. Pertempuran-
pertempuran tersebut menimbulkan korban di kedua belah pihak. Ketika
rakyat Indonesia sedang menghadapi Jepang, Belanda (NICA) datang
membonceng tentara Sekutu. Tujuan Belanda ingin menjajah kembali
Indonesia. Pada tanggal 29 September 1945 tentara Sekutu dan pasukan NICA
tiba di Indonesia dan mendarat di Pelabuhan Tanjung Priok. Tentara Sekutu
membantu NICA yang ingin membatalkan kemerdekaan Indonesia. Rakyat
Indonesia tidak ingin lagi menjadi bangsa yang terjajah. Rakyat Indonesia
bangkit melawan tentara Sekutu dan NICA. Rakyat Indonesia menggunakan
senjata rampasan dari Jepang dan senjata tradisional yang ada. Berkobarlah
pertempuran di mana-mana, diantaranya sebagai berikut :
1. Pertempuran Surabaya.
Tanggal 25 Oktober 1945, tentara Sekutu mendarat di Tanjung
Perak, Surabaya. Tentara Sekutu di bawah pimpinan Brigadir Jendral
Mallaby. Kedatangan tentara tersebut diikuti oleh NICA. Mula-mula
tentara NICA melancarkan hasutan sehingga menimbulkan kekacauan di
Surabaya. Hal tersebut menimbulkan bentrokan antara rakyat Surabaya
dengan tentara Sekutu. Tanggal 28 Oktober hingga 31 Oktober 1945
terjadi pertempuran yang hebat. Ketika terdesak, tentara Sekutu
mengusulkan perdamaian. Tentara Sekutu mendatangkan pemimpin-
pemimpin Indonesia untuk mengadakan gencatan senjata di Surabaya.
Tentara Sekutu tidak menghormati gencatan senjata. Dalam insiden antara
rakyat Surabaya dan tentara Sekutu, Brigjen Mallaby terbunuh. Letnan
Jendral Christison Panglima Sekutu di Indonesia, meminta kepada
pemerintah Indonesia menyerahkan orang-orang yang dicurigai
membunuh Jendral Mallaby. Permintaan tersebut diikuti ultimatum dari

9
Mayor Jendral Mansergh. Isi ultimatum tersebut, Sekutu memerintahkan
rakyat Surabaya menyerahkan senjatanya. Penyerahan paling lambat
tanggal 9 November 1945 pukul 18.00 WIB. Apabila ultimatum tersebut
tidak dilaksanakan, Kota Surabaya akan diserang dari darat, laut, dan
udara. Gubernur Suryo, diberi wewenang oleh pemerintah pusat untuk
menentukan kebijaksanaannya. Beliau bermusyawarah dengan pimpinan
TKR (Tentara Keamanan Rakyat) dan para pemimpin perjuangan rakyat di
Surabaya. Hasil musyawarah tersebut adalah rakyat Surabaya menolak
ultimatum dan siap melawan ancaman Sekutu.
Tanggal 10 November 1945 pukul 06.00, tentara Sekutu
menggempur Surabaya dari darat, laut maupun udara. Di bawah pimpinan
Gubernur Suryo dan Sutomo (Bung Tomo) rakyat Surabaya tidak mau
menyerahkan sejengkal tanah pun kepada tentara Sekutu. Dengan pekik
Allahu Akbar, Bung Tomo membakar semangat rakyat. Dalam
pertempuran yang berlangsung sampai awal Desember itu gugur beribu-
ribu pejuang Indonesia. Pemerintah menetapkan tanggal 10 November
sebagai Hari Pahlawan. Hari Pahlawan untuk memperingati jasa para
pahlawan. Perlawanan rakyat Surabaya mencerminkan tekad perjuangan
seluruh rakyat Indonesia.
2. Pertempuran Lima Hari di Semarang.
Pertempuran ini terjadi pada tanggal 15 Oktober 1945. Kurang
lebih 2000 pasukan Jepang berhadapan dengan TKR dan para pemuda.
Peristiwa ini memakan banyak korban dari kedua belah pihak. Dr. Karyadi
menjadi salah satu korban sehingga namanya diabadikan menjadi nama
salah satu Rumah sakit di kota Semarang sampai sekarang. Untuk
memperingati peristiwa tersebut maka pemerintah membangun sebuah
tugu yang diberi nama Tugu Muda.
3. Pertempuran Ambarawa.
Pertempuran ini diawali dengan kedatangan tentara Inggris di
bawah pimpinan Brigjen Bethel di Semarang pada tanggal 20 Oktober
1945 untuk membebaskan tentara Sekutu. Setelah itu menuju Magelang,

10
karena Sekutu diboncengi oleh NICA dan membebaskan para tawanan
Belanda secara sepihak maka terjadilah perlawanan dari TKR dan para
pemuda. Pasukan Inggris akhirnya terdesak mundur ke Ambarawa. Dalam
peristiwa tersebut Letkol Isdiman gugur sebagai kusuma bangsa.
Kemudian Kolonel Sudirman terjun langsung dalam pertempuran tersebut
dan pada tanggal 15 Desember 1945 tentara Indonesia berhasil memukul
mundur Sekutu sampai Semarang. Karena jasanya maka pada tanggal 18
Desember 1945 Kolonel Sudirman diangkat menjadi Panglima Besar TKR
dan berpangkat Jendral. Sampai sekarang setiap tanggal 15 Desember
diperingati sebagai hari Infantri.

4. Pertempuran Medan Area.


Pada tanggal 9 Oktober 1945 pasukan Sekutu yang diboncengi
Belanda dan NICA di bawah pimpinan Brigjen T.E.D. Kelly mendarat di
Medan. Pada tanggal 13 Oktober 1945 para pemuda yang tergabung dalam
TKR terlibat bentrok dengan pasukan Belanda, sehingga hal ini menjalar
ke seluruh kota Medan. Hal ini menjadi awal perjuangan bersenjata yang
dikenal dengan Pertempuran Medan Area.
5. Bandung Lautan Api.
Kota Bandung dimasuki pasukan Inggris pada bulan Oktober 1945.
Sekutu meminta hasil lucutan tentara Jepang oleh TKR diserahkan kepada
Sekutu. Pada tanggal 21 November 1945 Sekutu mengultimatum agar kota
Bandung dikosongkan. Hal ini tidak diindahkan oleh TRI dan rakyat.
Perintah ultimatum tersebut diulang tanggal 23 Maret 1946. Pemerintah RI
di Jakarta memerintahkan supaya TRI mengosongkan Bandung, tetapi
pimpinan TRI di Yogyakarta mengintruksikan supaya Bandung tidak
dikosongkan. Akhirnya dengan berat hati TRI mengosongkan kota
Bandung. Sebelum keluar Bandung pada tanggal 23 Maret 1946 para
pejuang RI menyerang markas Sekutu dan membumihanguskan Bandung
bagian selatan. Untuk mengenang peristiwa tersebut Ismail Marzuki
mengabadikannya dalam sebuah lagu yaitu Hallo-Hallo Bandung.

11
6. Agresi Militer Belanda.
Agresi militer Belanda yaitu serangan yang dilakukan oleh Belanda
kepada Negara Republik Indonesia. Kurang lebih satu bulan setelah
kemerdekaan Indonesia, tentara sekutu datang ke Indonesia. Dalam
pendaratannya di Indonesia, tentara sekutu diboncengi NICA. Selain
bermaksud melucuti tentara Jepang, tentara sekutu membantu NICA
mengembalikan Indonesia sebagai jajahannya. Dengan bantuan sekutu,
NICA ingin membatalkan kemerdekaan rakyat Indonesia.
Rakyat Indonesia tidak mau dijajah lagi. Rakyat Indonesia tidak
mempunyai pilihan lain untuk mempertahankan kemerdekaannya, kecuali
dengan bertempur sampai titik darah penghabisan. Di sebagian besar
wilayah Indonesia, tentara Sekutu dan NICA harus menghadapi
perlawanan pejuang-pejuang Indonesia. Perjuangan rakyat Indonesia
dalam mempertahankan kemerdekaannya, menyadarkan tentara Sekutu
bahwa  bangsa Indonesia tidak dapat dikalahkan hanya dengan kekuatan
senjata. Sekutu menempuh cara lain, yaitu mempertemukan Indonesia dan
Belanda di meja perundingan. Perundingan dilaksanakan taggal 10
November 1946 di Desa Linggarjati sebelah selatan Cirebon, Jawa Barat.
Perundingan tersebut dinamakan Perundingan Linggarjati. Hasil
perundingan dinamakan Persetujuan Linggarjati.
Perundingan ini menghasilkan pengakuan Belanda atas kedaulatan
Republik Indonesia. Kedaulatan tersebut meliputi wilayah Jawa, Madura,
dan Sumatra. Belanda ternyata melanggar isi Persetujuan Linggarjati.
Tanggal 21 Juli 1947 Belanda melancarkan serangan militer ke daerah-
daerah yang termasuk wilayah RI. Serangan tersebut terkenal dengan
nama Agresi Militer Belanda I. Agresi Militer Belanda I bertujuan
menguasai daerah-daerah perkebunan dan pertambangan. Daerah-daerah
tersebut antara lain Sumatra Timur, Sumatra selatan, Priangan, Malang
dan Besuki.
Menghadapi serangan Belanda itu, rakyat berjuang
mempertahankan tanah airnya. Rakyat melakukan taktik perang gerilya.

12
Perang gerilya yaitu taktik perang menyerang musuh yang dilakukan
dengan cara sembunyi-sembunyi. PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa)
berusaha menengahi pertikaian Indonesia dengan Belanda. PBB
membentuk komisi perdamaian. Komisi itu beranggotakan tiga negara,
yaitu Australia, Belgia, dan Amerika serikat. Komisi itu disebut Komisi
Tiga Negara (KTN).
Berkat usaha Komisi Tiga Negara, Indonesia dan Belanda kembali
ke meja perundingan. Perundingan dilaksanakan mulai tanggal 8
Desember 1947 di atas kapal perang Amerika Serikat. Kapal tersebut
bernama USS Renville. Hasil perundingan tersebut dinamakan Perjanjian
Renville. Dalam perundingan ini, delegasi Indonesia dipimpin oleh
Perdana Menteri Amir Syarifudin dan delegasi belanda dipimpin oleh
Raden Abdul Kadir Widjojoatmodjo. Perjanjian Renville sangat
merugikan pihak Indonesia. Salah satu isi Perjanjian Renville adalah
Republik Indonesia harus mengakui wilayah yang telah direbut Belanda
dalam Agresi Militer Belanda I. Agresi Militer Belanda adalah serangan
yang dilancarkan oleh pasukan Belanda kepada Indonesia untuk
menghancurkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada
tanggal 21 Juli 1947 dan 19 Desember 1948.
Tanggal 19 Desember 1948 Belanda melancarkan Agresi Militer
II. Agresi Militer Belanda II bertujuan menghapuskan pemerintahan RI
dengan menduduki kota-kota penting di Pulau Jawa. Dalam Agresi Militer
II, pasukan Belanda menyerang Ibu Kota Republik Indonesia, Yogyakarta
dan menahan Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta dan
beberapa pejabat tinggi negara. Rakyat Indonesia pantang menyerah.
Dengan semboyan sekali merdeka tetap merdeka, rakyat berjuang sampai
titik darah penghabisan. Rakyat tetap melakukan perang gerilya. Aksi
militer Belanda tersebut menimbulkan protes keras dari kalangan anggota
PBB. Oleh karena itu, Dewan keamanan PBB mengadakan sidang pada
tanggal 24 Januari 1949, dan memerintahkan Belanda agar menghentikan
agresinya. Belanda di bawah Dewan Keamanan PBB meninggalkan

13
Yogyakarta serta membebaskan presiden, wakil presiden dan pejabat
tinggi negara yang ditawan.

14
Daftar Pustaka
Andri.amin blogspot.com/2011/11/Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia.html
diakses pada tanggal 30 maret 2020

15

Anda mungkin juga menyukai