Anda di halaman 1dari 6

TELAAH JURNAL

Use of honey associated with Ananas comosus (Bromelin) in the treatment of acute
irritative cough

(Penggunaan madu terkait dengan Ananas comosus (Bromelin) dalam pengobatan batuk
iritasi akut)

Disusun Oleh:

Nama : May Fajriani

NIM : 2011102412086

Program Studi Profesi Ners

Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur

Tahun 2020/2021
Cheklist STROBE Pada Penelitian Observasional
Nomor Rekomendasi
Judul dan 1 Dalam judul jurnal peneliti tidak menyebutkan menggunakan
abstrak desain penelitian apa
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi tingkat perbaikan
segera dari batuk iritasi akut pada pasien anak-anak yang
diobati dengan kombinasi Ananas comosus ekstrak dan madu
(Bromelin ®) dibandingkan dengan penggunaan madu saja
(kelompok plasebo). Dengan penilaian double-blind dan
didapatkan hasil terdapat penurunan episode batuk pada kedua
kelompok.
Pengantar 2 Penelitian ini menjelaskan latar belakang ilmiah dalam
penelitian yaitu untuk mengetahui kandungan dari Ananas
comosus Ekstrak (kaya Bromelin) dan madu serta pengaruhnya
terhadap pasien anak.

Dalam konteks ini, produk berasal dari Ananas comosus


Ekstrak (kaya Bromelin) dan madu telah menunjukkan hasil
yang menjanjikan, karena mengandung enzim proteolitik seperti
tripsin, kimotripsin dan Bromelin. Bromelin adalah nama
generik untuk keluarga enzim proteolitik yang mengandung
radikal sulfhidril A. comosus, tanaman nanas, yang juga
memiliki enzim nonproteolitik, dengan aksi topikal yang
signifikan pada mukosa saluran pernapasan. 7,8 Bebas dari efek
toksik, produk turunan nanas ini telah menunjukkan khasiat
yang menjanjikan di in vitro studi. Bromelin telah terbukti
memiliki aksi yang signifikan dalam melarutkan sekresi
bronkial, dengan keuntungan menjadi konstituen makanan dan,
dengan demikian, zat yang aman untuk digunakan oleh anak-
anak.
Tujuan 3 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi efek pada
penghambatan langsung batuk iritasi pada pasien yang diobati
dengan kombinasi Ananas Comosus (nanas) dan madu
(Bromelin®) dan membandingkannya dengan mereka yang
diobati dengan madu saja (placebo) pada pasien anak di
lingkungan perawatan darurat anak
Metode
Desain studi 4 Dalam judul jurnal peneliti tidak menjelaskan menggunakan
desain penelitian apa, namun menurut penelaah peneliti
menggunakan desain penelitian Quasi Eksperimen
Pengaturan 5 Pasien anak-anak yang yang datang ke layanan pediatric
Clinical Amaury Coutinho, berusia 2-15 tahun dengan keluhan
batuk iritasi setidaknya selama 24 jam. Apabila sesuai kriteria
inklusi orang tua dan/ atau wali pasien diberikan informed
consent untuk menyetujui berpartisipasi dalam penelitian.
Evolusi pasien dan data klinis setelah pengobatan dilaporkan
dalam bentuk laporan klinis standar. Penilaian batuk dilakukan
secara tersamar ganda oleh salah satu peneliti dengan
menghitung jumlah episode yang diamati, setelah menunggu 30
menit setelah pemberian obat, respon terapeutik dinilai selama
10 menit.
Peserta 6 a) Studi kelompok
Pada studi kelompok atau kelompok yang menerima
Ananas comosus(Bromelin), kriteria kelayakan yang
diambil adalah pasien anak yang berusia 2-15 tahun dengan
keluhan batuk iritasi setidaknya selama 24 jam dengan
metode simple random sampling
Studi kasus-kontrol
Begitu juga pada studi kausus-kontrol atau kelompok yang
menerima madu, kriteria kelayakan yang diambil adalah
pasien anak yang berusia 2-15 tahun dengan keluhan batuk
iritasi setidaknya selama 24 jam dengan metode simple
random sampling
b) Studi kelompok
Jumlah yang diambil untuk kelompok studi adalah sebanyak
31 responden
Studi kasus-kontrol
Dan jumlah yang diambil untuk kelompok kasus-kontrol
adalah sebanyak 29 responden
Variabel 7 Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah Penggunaan
madu terkait dengan Ananas comosus (Bromelin) dan variabel
Pengobatan batuk iritasi akut
Sumber / 8 Pada penelitian ini menggunakan data perbandingan dari 3
pengukuran penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan dengan
data membandingkan hasil masing masing
Bias 9 Dalam jurnal penelitian tidak dijelaskan upaya untuk mengatasi
potensi sumber bias
Ukuran studi 10 Dalam jurnal penelitian dijelaskan bahwa untuk menghitung
ukuran sample, dipertimbangkan sebagai berikut: power of test
90%, tingkat perbaikan batuk pada kelompok aktif 40%, dan
10% pada kelompok placebo, uji?hipotesis twotailed dan tingkat
signifikansi 5%. Dengan demikian, 60 pasien diperlukan untuk
menilai kemungkinan efek terapeutik dari pengobatan aktif.
Variabel 11 Variabel kuantitatif yang diambi melalui observasi pasien
kuantitatif selama 10 menit setelah 30 menit diberikan madu yang
kemudian dilaporkan dalam bentuk laporan klinis standar
Metode statistik 12 a) Metode statistik yang digunakan Variabel numeric
dibandingka menggunakan Student t tes, sedangkan
uji Chi-square digunakan untuk kategori. Nilai
dianggap signifikan bila p < 5%.
b) Penelitian menggunakan metode On treatment analysis
karena menganalisis sampel yang mengikuti penelitian
sampai selesai saja, sedangkan sampel drop out diannggap
tidak mengikuti penelitian dan tidak diikutkan dalam
analisis
Hasil
Peserta 13 Jumlah dari keseluruhan responden adalah sebanyak 60
responden, dimana 31 masuk kedalam kelompok studi
(kelompok pemberian Ananas comosus(Bromelin)) dan 29
masuk kedalam kelompok kontrol (kelompok pemberian madu).
Deskriptif data 14 Karakteristik dasar umum dari kelompok studi Bromelin dan
Placebo (madu) mengenai jenis kelamin, usia rata-rata, hari
persistensi gejala dan skor atuk awal.
Kelompok Bromelin (n = 31)
 Jenis Kelamin M/F : 13/18
 Usia dalam tahun-Mean(25-75) : 5.3 (3.0-7.5)
 Hari Gejala
1 :6
2 : 10
3 : 15
 Episode Batuk -Mean(25-75) : 3 (2-3)
 Skor Batuk-Median :2
 Skor>2, n(%) : 26 (84%)
Kelompok Plasebo (n = 29)
 Jenis Kelamin M/F : 13/16
 Usia dalam tahun-Mean(25-75) : 5.6 (2.0-7.5)
 Hari Gejala
1 :6
2 :9
3 : 14
 Episode Batuk -Mean(25-75) : 3 (2-4)
 Skor Batuk-Median :2
 Skor>2, n(%) : 26 (90%)
Data hasil 15 Studi kelompok -Kelompok Bromelin (n = 31)
Perubahan jumlah episode batuk dan skor batuk antara periode
observasi (10 menit) sebelum dan 30 menit setelah pemberian
rejimen pengobatan pada 60 dievaluasi.
Episode batuk
Sebelum [Median(P25-P75)] : 3 (2-3)
Sesudah [Median(P25-P75)] : 1 (1-1)
Perbedaan sebelum-setelah (Mean ± SD) : 1.71 ± 0.78
Penurunan episode batuk setelah pengobatan (n)
0 (tidak ada perubaha) :2
1 : 11
2 : 13
3 :4
4 :1
Perbedaan sebelum-setelah (Mean ± SD) : - 0.97±0.62
Studi kasus-kontrol— Kelompok Plasebo (n = 29)
Episode batuk
Sebelum [Median(P25-P75)] : 3 (2-4)
Sesudah [Median(P25-P75)] : 1 (1-1)
Perbedaan sebelum-setelah (Mean ± SD) : 1.76 ± 0.87
Penurunan episode batuk setelah pengobatan (n)
0 (tidak ada perubaha) :2
1 :9
2 : 12
3 :6
4 :0
Perbedaan sebelum-setelah (Mean ± SD) : - 0.86±0.45
Hasil utama 17 Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kedua kelompok
mengalami penurunan episode batuk, serta skor batuk 30 menit
setelah pemberian obat atau madu. Namun, setelah menganalisis
perubahan skor klinis yang lebih tinggi dari dua poin, yang
dapat mengindikasikan peningkatan yang lebih menonjol, hal
itu terlihat terjadi pada lima pasien dalam kelompok aktif dan
satu pada kelompok plasebo. Tidak ada efek samping langsung.
Analisis lainnya 18 Dalam jurnal penelitian tidak dijelaskan adanya analisis lain
yang telah dilakukan maupun analisis sensitivitas
Diskusi
Hasil utama 19 Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kedua kelompok
mengalami penurunan episode batuk, serta skor batuk 30 menit
setelah pemberian obat atau madu. Namun, setelah menganalisis
perubahan skor klinis yang lebih tinggi dari dua poin, yang
dapat mengindikasikan peningkatan yang lebih menonjol, hal
itu terlihat terjadi pada lima pasien dalam kelompok aktif dan
satu pada kelompok plasebo. Tidak ada efek samping langsung.
Batasan 20 Dalam jurnal penelitian menjelaskan bahwa dalam penelitian
memiliki beberapa keterbatasan penelitian seperti kebutuhan
untuk menggunakan obyektif dan dapat direproduksi
Penafsiran 21 Dalam jurnal penelitian dijelaskan Dextromethorphan dan
diphenhydramine sering digunakan sebagai agen antitusif,
terutama pada anak-anak. Sebuah studi klinis membandingkan
dua prinsip terapeutik ini dengan madu, mengenai pengendalian
batuk nokturnal dan kualitas tidur anak-anak dengan batuk
iritasi, dan menemukan bahwa madu (2.5mL) yang diberikan
sebelum tidur, menunjukkan hasil yang lebih baik terkait pereda
gejala jika dibandingkan dengan kedua obat ini. .

Anda mungkin juga menyukai