TUMOR PALPEBRA
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah menciptakan
manusia dengan akal, budi, serta berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Tumor Palpebra”. Shalawat beriring salam
penulis sampaikan kepada nabi besar Muhammad SAW, atas semangat perjuangan dan
panutan bagi umatnya.
Adapun laporan kasus ini diajukan sebagai salah satu tugas dalam menjalankan
telah meluangkan waktunya untuk memberi arahan dan bimbingan dalam
menyelesaikan tugas ini.
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Saran dan kritik
dari dosen pembimbing dan teman-teman akan penulis terima dengan tangan terbuka,
semoga dapat menjadi bahan pembelajaran dan bekal di masa mendatang.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR...................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Palpebra...........................................................................................5
2.2 Definisi...........................................................................................................7
2.3 Epidemiologi..................................................................................................7
2.4 Faktor predisposisi dan etiologi......................................................................8
2.5 Klasifikasi......................................................................................................9
2.6 Patofisiologi...................................................................................................10
2.7 Gejala Klinis dan Diagnosis...........................................................................12
2.8 Penatalaksanaan............................................................................................13
2.9 Komplikasi....................................................................................................16
BAB IV PEMBAHASAN.............................................................................................23
BAB V KESIMPULAN...............................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................26
BAB I
PENDAHULUAN
Tumor palpebra adalah benjolan massa abnormal pada daerah sekitar mata
dan kelopak mata. Tumor palpebra bisa berasal dari kulit, jaringan ikat, jaringan
kelenjar, pembuluh darah, saraf, maupun dari otot sekitar palpebra. Kelopak mata
tersusun atas empat lapisan yaitu kulit dan jaringan subkutan serta adneksa, otot
lurik, tarsus dengan kelenjar meibom, serta konjungtiva palpebra. Terdapat beberapa
kondisi baik jinak maupun ganas yang dapat berasal dari masing masing lapisan
kelopak mata. Hampir seluruh tumor kelopak mata berasal dari haringan kutan,
dimana sebahian besar darinya bersifat epidermal yang dapat dibagi menjaadi tumor
epitel dan melanositik.1
Keganasan palpebra sering terjadi di negara-negara barat dengan persentase
sebesar 10 % dari seluruh karsinoma pada kepala dan leher. Sekitar 5-9,2 % kanker
kulit berasal dari palpebra dan merupakan 11 % dari angka mortalitas keganasan
kulit. Neoplasma pada palpebra terutama karsinoma dapat menyerupai blefaritis,
kongjungtivits, dan peradangan granuloma. Penanganan yang tepat akan sulit bila
terlambat dalam menentukan diagnosis. Tujuan utama penanganan lesi periocular
adalah untuk mengidentifikasi dan mendiagnosis secara cepat adanya suatu
keganasan.2
Penilaian klinis kurang akurat dalam membedakan keganasan dari lesi jinak
maka sangat direkomendasikan pemeriksaan histopatologi. Bila lesi ganas maka akan
mempengaruhi penatalaksanaan yaitu pengambilan jaringan harus lengkap dan tepi
jaringan harus bebas sel tumor. Teknik pengambilan yang direkomendasikan adalah
bedah eksisi dengan kontrol frozen-section dan bedah mikrografik Mohs. Jenis dan
kuran tumor palpebra akan menentukan tindakan pengambilan jaringan tumor
tersebut. Sangat penting bagi seorang operator bedah untuk dapat menilai klinis
tumor palpebra secara tepat dan menentukan rencana bedah yang sesuai.3-4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat
menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip melindungi kornea dan
konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis mata; palpebra
inferior menyatu dengan pipi. Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari
superfisial ke dalam terdapat lapis kulit, lapis otot rangka (orbicularis okuli), jaringan
areolar, aringan fibrosa (tarsus), dan lapis membrane mkosa (konjungtiva
palpebra).5,6
2.5 Klasifikasi
Secara klinis dan secara patologi, karsinoma sel basal dibagi menjadi empat
tipe, yaitu6:
a) Karsinoma sel basal tipe nodular merupakan manifestasi klinis terbanyak dari
karsinoma sel basal, keras, berbatas tegas, nodul seperti mutiara dan disertai
dengan telangiectasia dan sentral ulkus. Secara histologi, tumor ini terbentuk
dari sekumpulan sel basal yang asalnya dari lapisan sel basal epitelium dan
terlihat seperti pagar di bagian pinggir. Pada tahap permulaan, sangat sulit
ditentukan malah dapat ber-arna seperti kulit normal atau menyerupai kutil.
Kumpulan sel atipik merusak permukaan epitel, nekrosis di tengah karena
lebih cekung dan timbul ulkus bila sudah berdiameter ± 0,5 cm yang pada
pinggir tumor awalnya berbentuk papular, meninggi, anular. Bila telah
berkembang lebih lanjut, dapat melekat di dasarnya. dengan trauma ringan
atau bila krustanya diangkat mudah terjadi perdarahan.
b) Karsinoma sel basal tipe morphea merupakan jenis yang paling sedikit
ditemukan, tetapi tumor ini bersifat lebih agresif karena dapat berkembang
lebih cepat daripada karsinoma sel basal tipe nodular. lesi tipe morphea
bersifat keras, lebih datar dengan pinggir yang secara klinis susah ditentukan.
secara histologi, lesi tidak terlihat seperti pagar di pinggirnya tetapi berbentuk
seperti kawat tipis yang menyebar di daerah pinggir. Di sekitar
stroma terlihat proliferasi dari jaringan penyambung menjadi pola fibrosis.
Karsinoma sel basal mulai menstimulasi inflamasi kronis dari bagian pinggir
kelopak mata dan sering disertai dengan rontoknya bulu mata (madarosis).
Invasi dari karsinoma sel basal ke orbita bisa terjadi karena pengobatan yang
tidak adekuat, klinis yang terlambat ditemukan serta karsinoma sel basal
dengan tipe morphea.
c) Karsinoma sel basal tipe ulseratif
d) Karsinoma sel basal tipe multisentrik atau superfisial terjadi akibat blefaritis
kronis dan bisa menyebar ke bagian pinggir kelopak mata tanpa di sadari.
Ukurannya dapat berupa plakat dengan eritema, skuamasi halus dengan
pinggir yang agak keras seperti kawat dan agak meninggi. Warnanya dapat
hitam berbintik bintik atau homogen
2.6 Patofisiologi
1. Nyeri orbital: jelas pada tumor ganas yang tumbuh cepat, namun juga
merupakan gambaran khas pseudotumor jinak dan fistula carotid kavernosa
2. Proptosis: pergeseran bola mata kedepan adalah gambaran yang sering
dijumpai, berjalan bertahap dan tak nyeri dalam beberapa bulan atau tahun
(tumor jinak) atau cepat (lesi ganas).
3. Pembengkakan kelopak mungkin jelas pada pseudotumor, eksoftalmos
endokrin atau fistula carotid kavernosa
4. Palpasi: bisa menunjukkan massa Yang menyebabkan distorsi kelopak atau
bola mata, terutama dengan tumor kelenjar lakrimal atau dengan mukosel.
5. Gerak mata sering terbatas oleh sebab mekanis, namun bila nyata, mungkin
akibat oftalmoplegia endokrin atau dari lesi saraf III, V, dan VI pada fisura
orbital (misalnya sindroma Tolosa Hunt) atau sinus kavernosus
6. Ketajaman penglihatan: mungkin terganggu langsung akibat terkenanya saraf
optik atau retina, atau tak langsung akibat kerusakan vaskuler
Pemeriksaan Penunjang11 :
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tumor berdasarkan ganas atau tidaknya tumor yaitu10 :
1. Tumor jinak : memerlukan eksisi, namun bila kehilangan penglihatan
merupakan hasil yang tak dapat dihindarkan, dipikirkan pendekatan
konservatif.
2. Tumor ganas : memerlukan biopsi dan radioterapi. Limfoma juga bereaksi
baik dengan kemoterapi. Terkadang lesi terbatas (misal karsinoma kelenjar
lakrimal) memerlukan reseksi radikal.
Biopsi diperlukan untuk mengkonfirmasi kecurigaan secara klinis dari
karsinoma sel basal. Diagnosis yang sangat akurat bisa dijamin jika pada setiap
biopsi insisional jaringan yang akan diperiksa10,12:
a) Mewakili keadaan lesi secara klinis
b) Ukuran yang tepat untuk pemeriksaan secara histopatologi
c) Tidak menambah trauma atau kerusakan
d) Mengikutsertakan jaringan normal di bagian pinggir sekitar daerah
yang dicurigai.
Gambar 2.5 Teknik teknik biopsi pada kelopak mata10
Biopsi insisi merupakan salah satu prosedur yang bisa digunakan untuk
menkonfirmasi kecurigaan terhadap tumor ganas. Area dari biopsi insisi seharusnya
di potret atau di gambar dengan pengukuran sehingga daerah asal tumor menjadi
tidak sulit untuk ditemukan pada saat proses pengangkatan tumor berikutnya.
Biopsi eksisi bisa menjadi pertimbangan ketika lesi di kelopak mata kecil dan tidak
terlibatnya daerah di pinggir kelopak mata atau saat lesi di pinggir kelopak mata
Yangberlokasi di sentral jauh dari kantus lateral atau pungtum lakrimal. Biopsi eksisi
harusdiarahkan secara vertikal sehingga tidak terjadi traksi pada kelopak mata. Jika
pinggir dari daerah kelopak mata Yang di eksisi positif terdapat sel tumor, maka area
Yang terlibat harus di reeksisi secara pembedahan dengan teknik Mohs micrographic
untuk mengetahui batas bawah atau teknik frozen section untuk mengetahui batas
samping.
Untuk menatalaksana karsinoma sel basal dapat ada beberapa pilihan terapi,
diantaranya10:
a) Bedah dilakukan dengan mengeksisi tumor sampai dengan benar+benar
meninggalkan sisa. Pilihan terapi bedah:
• Eksisi dengan potong beku (frozen section)
• Bedah mikrografi Mohs
• Bedah dengan laser CO2
• Eksisi tanpa potong beku
Indikasi pembedahan tergantung dari ukuran dan lokasi tempat eksisi. Karena
itu pemeriksaan radiologi dan penunjang lainnya sangat diperlukan untuk
menegakkan diagnosis secara akurat. Eksisi di periorbita dapat dilakukan dengan
mudah pada beberapa lesi yang terlokalisir dengan baik. Pada kasus lain,
pembedahan rekontruksi dapat dilakukan bertahun tahun setelah terpai medis.13
Bedah merupakan pilihan terapi dari karsinoma sel basal di kelopak mata.
Bedah eksisi memberikan keuntungan dari diangkatnya tumor secara keseluruhan
dengan batas areanya dikontrol secara histologi. Tingkat kekambuhan tumor pada
terapi bedah lebih sedikit dan lebih jarang jika dibandingkan jika diterapi dengan
modalitas terapi lain. Ketika karsinoma sel basal bertempat di daerah kantus medial,
sistem aliran air mata juga bisa terangkat jika dilakukan eradikasi tumor secara
komplet. Jika sistem drainase air mata telah terangkat setelah proses eradikasi tumor,
rekonstruksi sistem aliran keluar air mata tidak bisa dilakukan sampai pasien benar-
benar bebas dari tumor. Beberapa tumor bisa menyebar ke daerah subkutan dan tidak
dapat diketahui sebelum operasi. Kambuhnya tumor yang sudah diangkat secara
total, infiltrasi yang lebih dalam, atau tumor tipe morphea dan tumor yang berada di
kantus medial dikelola dengan cara bedah mikrografi mohs. Jaringan diangkat secara
lapis demi lapis dan dibuat tipis yang dilengkapi dengan gambar ' dimensi untuk
mengangkat tumor. Reseksi tumor secara mikrografik Mohs paling sering digunakan
untuk mengeksisi karsinoma sel basal dan karsinoma sel skuamosa. Mikrografi eksisi
bisa menjamin secara maksimal jumlah jaringan yang sehat untuk tidak
terlibat sehingga hanya area tumor yang terangkat secara komplet.11,14
3.2. Anamnesa
Keluhan Utama : Benjolan di kelopak mata kanan
Anamnesa
Pasien datang ke poli mata dengan keluhan benjolan di kelopak mata kanan
bawah. Keluhan ini sudah dialami pasien sejak lebih 1,5 tahun yang lalu. Pada
awalnya pasien mengaku ukuran benjolan kecil, namun makin lama makin
membesar. Benjolan tidak menimbulkan nyeri kecuali ditekan dengan cukup kuat.
Pasien mengaku mata kanan sudah tidak berfungsi sebelum benjolan timbul. Mata
kiri juga hanya mampu melihat cahaya. Riwayat trauma pada benjolan diakui pasien
dan saat ini sudah sembuh.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sudah mengalami keluhan ini selama kurang lebih 1,5 tahun. Pasien
mengalami kehilangan penglihatan pada kedua mata sejak sekitar 7 tahun yang lalu.
Riwayat Penyakit Pengobatan
- Vitrolenta 4 x gtt I
Riwayat Keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang memiliki keluhan yang sama.
Riwayat Sosial
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga.
3.3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik Umum
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 150/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Respirasi : 18 x/menit
Temperatur axial : 36,7o C
Supra cilia
Madarosis Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Palpebra superior
Edema Tidak ada Tidak ada
Spasme Tidak ada Tidak ada
Hiperemi Tidak ada Tidak ada
Entropion Tidak ada Tidak ada
Ektropion Tidak ada Tidak ada
Benjolan Tidak ada Tidak ada
Palpebra inferior
Edema Tidak ada Tidak ada
Hiperemi Tidak ada Tidak ada
Enteropion Tidak ada Tidak ada
Ekteropion Tidak ada Tidak ada
Benjolan ada Tidak ada
Pungtum lakrimalis
Pungsi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Di Inferomedial
cantus, ukuran 1x1
Benjolan cm, batas tegas, Tidak ada
tampak hiperemis,
dan fluktuatif (+)
Konjungtiva palpebra superior
Hiperemis Tidak ada Tidak ada
Folikel Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Benjolan Tidak ada Tidak ada
Sekret Tidak ada Tidak ada
Papil Tidak ada Tidak ada
Konjungtiva palpebra inferior
Hiperemis Tidak ada Tidak ada
Folikel Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Benjolan Tidak ada Tidak ada
Konjungtiva bulbi
Kemosis Tidak ada Tidak ada
Injeksi Konjungtiva Ada, minimal Ada, minimal
Injeksi Silier Tidak ada Tidak ada
Perdarahan di bawah konjungtiva Tidak ada Tidak ada
Pterigium Tidak ada Tidak ada
Pingueculae Tidak ada Tidak ada
Sklera
Warna Normal Normal
Pigmentasi Tidak ada Tidak ada
Limbus
Arkus senilis Tidak ada Tidak ada
Kornea
Odem Tidak ada Tidak ada
Infiltrat Tidak ada Tidak ada
Ulkus Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Bilik Mata Depan
Kejernihan Jernih Jernih
Kedalaman Dalam Dalam
Iris/Pupil
Refleks cahaya langsung (+) (+)
Refleks cahaya tidak langsung (+) (+)
Lensa
Kejernihan keruh keruh
Dislokasi/subluksasi Tidak ada Tidak ada
Pemeriksaan Penunjang
Pergerakan bola mata Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
3.4. Resume
Telah diperiksa seorang perempuan, usia 78 tahun dengan keluhan timbul
benjolan di kelopak mata kanan bawah. Keluhan dirasakan awalnya sebagai benjolan
kecil 1,5 tahun yang lalu dan semakin lama semakin membesar. Pasien mengaku
kehilangan penglihatan pada kedua mata sebelum keluhan benjolan muncul, yaitu
sekitar 7 tahun yang lalu. Mata kanan pasien tidak dapat melihat sama sekali dan
mata kiri dapat mengidentifikasi cahaya. Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 10
tahun yang lalu.
PEMERIKSAAN LOKAL
OD Pemeriksaan OS
0 (bedside) Visus 1/∞ (bedside)
Benjolan pada palpebra Palpebra Normal
inferior dextra, ukuran
0,7 x 0,7 cm
Normal Konjungtiva Normal
Normal Kornea Normal
Dalam Bilik Mata Depan Dalam
Bulat, reguler Iris Bulat, reguler
Refleks cahaya (+) Pupil Refleks cahaya (+)
Keruh Lensa Keruh
Jernih Vitreous Jernih
3.5. Diagnosis
Tumor palpebra inferior dextra
Katarak senilis ODS
3.6. Tatalaksana
Farmakologis
1. Vitrolenta 4 x gtt I
Non farmakologis
1. Eksisi biopsi
2. SICS
3.7. Prognosis
Ad vitam : Dubia ad malam
Ad fungsionam : Dubia ad malam
Ad sanactionam : Dubia ad malam
3.8 Foto Klinis
BAB IV
PEMBAHASAN
10. AAO. 2017. Orbit, Eyelid, and Lacrimal System. San Francisco:American
Academy of Ophtalmology.
11. Skuta, GL., Weiss JS. 2012. Dermal Neoplasm. Singapore : AAO
12. Hamzah M. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Balai Penerbit FK
UI
13. Mulliken, Aston Beasley. 2016. Grabb and Smith’s Plastic Surgery.
Philadelphia : WB Saunders
14. Jerry A. Shields and Carol L. Shields. 2015. Eyelid, Conjungtival, and
Orbital Tumors : An Atlas and Text. New York :Walters Kluwer Health
15. Valenzula AA, Archibald CW, Fleming B. 2009. Orbital metastasis :
Clinical features, management, and outcome. Orbit. 2009.
16. Tailor TD, Gupta D, Dalley RW. 2013. Orbital neoplasms in adults :
Clinical, radiologic, and pathologic review. 33(6): 1739-58
17. Mansur AP. 2017. Karakteristik penderita tumor mata di RSUP dr.
Wahidin Sudirohusodo periode 2014-2016. Makassar : FK Universitas
Hasanuddin