A. Latar Belakang
Untuk menghitung debit saluran air dapat digunakan ambang lebar, sedangkan
aplikasinya dilapangan ambang lebar banyak digunakan pada saluran irigasi yang
fungsinya menentukan debit dari air yang mengalir pada saluran tersebut.
Ambang lebar yang sering digunakan di Indonesia adalah ambang lebar datar
hidung bundar (round-nose horizontal broad-crested weir). Bentuk ambang bagian
depan ujung atasnya dibundarkan dengan radius tertentu. Bentuk bagian hilirnya
dapat berbentuk vertikal dan membentuk slope. Bangunan ukur ini dapat dipakai
pada saluran dimana headloss kecil walaupun memerlukan kondisi aliran bebas
(free-flow).
D. Prosedur Percobaan
1. Memasang model ambang lebar dan pintu sorong pada unit saluran
terbuka(Open Channel Apparatus).
2. Mengalirkan air ke dalam unit saluran terbuka sehingga akan terbentuk profil
aliran. ΔH diatur pada manometer. Berdasarkan pengamatan profil aliran yang
dilakukan, akan diperoleh harga-harga Y1, Y3, dan hw dengan pengukuran
menggunakan alat Point gauge.
3. Kemudian pintu sorong diturunkan secara perlahan-lahan sehingga tinggi
Y3didapatkan semaksimal mungkin tanpa mempengaruhi ketinggian pada Y 1 dan
hw. Ukur kembali harga-harga Y1, Y3, dan hw.
4. Ulangi prosedur nomor 2 dan 3 sebanyak dua kali namun dengan harga selisih
tinggi air raksa pada manometer (ΔH) yang berbeda.
5. Profil aliran air yang terbentuk pada setiap keadaan disketsakan, lengkap dengan
data-data yang diperoleh berdasarkan pengamatan secara langsung.
E. Dasar Teori
1. Menentukan debit aliran aktual (Qact)
Cairan dalam pipa yang diukur kelajuannya mengalir pada titik-titik yang tidak
memiliki perbedaan ketinggian (h1 = h2), sehingga persamaan Bernoulli pada titik 1
dan 2 adalah:
1 1
P1 + ρV1² + ρgh1 = P2 + ρV2² + ρgh2
2 2
(Karena h1 = h2), maka
1
P1 - P2 = ρ (V2² - V1²)……(3)
2
Dari persamaan (2) dan (3) kita peroleh perbedaan tekanan pada kedua titik dalam
pipa adalah:
2
A 1 .V 1
P1 - P2 =
1
2
ρ
[( ) ] A2
- V1²
2
A1
P1 - P2 =
1
2
ρ V1²
[( ) ]
A2
-1
……(4)
Gambar 1.2 Venturimeter dengan manometer
Pada gambar diatas kita peroleh:
Karena titik A dan B sejajar maka tekanan di titik A sama dengan tekanan di titik
B (prinsip hidrostatis), maka:
Maka diperoleh:
A1 2
1
2
ρ V1²
[( ) ]
A2
-1
= (ρ’ – ρ)gh
A 1 .V 1
Karena V2 = A2 , maka:
Q=
( 0,25 .( 3,14 ). d 2 ( 2gh .( ρ ' - ρ ) )
1
2
)
1
d
( )
ρ 1−
d
24 2
14
......(6)
Dengan diketahui: d1 = 3,15 cm ; d2 = 2,00 cm ; ρ’= 13,6 gr/cm 3; ρ = 1 gr/cm3 dan
g = 981 cm/det³, maka persamaan (6) menjadi:
Jika aliran kritik lewat puncak ambang seperti tergambar maka debit aliran
persatuan lebar adalah:
2 2
q= , Hw ' .
3 3 √
. g Hw ' ............................................................(1)
2
(hw= Hw ' )
3
(hw = yc = tinggi kritik.)
Hw’ adalah tinggi peluapan disebelah hulu dengan mengabaikan tinggi kecepatan,
atau tinggi kecepatan dianggap sangat kecil.
Dalam praktek terjadi hanya energy sepanjang puncak bendung/ambang, maka
rumus diatas akan menjadi :
2 2
q= . Cd . H w' .
3 3 √
. g . Hw ' .................................................................(2)
2. Contoh Perhitungan
Contoh perhitungan diambil dari percobaan untuk data pertama ambang lebar
(pintu sorong terbuka), dimana :
Y1 = H = 153.5 mm = 15.35 cm
B = 75 mm = 7.5 cm (lebar ambang)
P = 100 mm = 10 cm (tinggi ambang)
L = 347 mm = 34.7 cm (panjang ambang)
∆H = 250 mmHg = 25 cmHg
g = 9.81 m/s2 = 981 cm/det2
Y3 = 62.5 mm = 6.25 cm
Hw’ = Y1 – P = 15.35 - 10 = 5.35 cm
Hw = 36.6 mm = 3.66 cm
L = 34.7
Gambar 2.3 Profil aliran
Qact = 253.773√ ∆ H
= 253.773√ 25
2 2
=
3
∙ 5.35∙
√3
∙ 981∙ 5.35
q = 210.974 cm3/det
Qt = qxb
= 210.974 x 7.5
Qt = 1582.303 cm3/det
-0.400
-0.500
-0.600
-0.700 f(x) = 0 x − 2.37
R² = 0.42
-0.800
-0.900
1210.000 1220.000 1230.000 1240.000 1250.000 1260.000 1270.000 1280.000
Qact
Cd' Vs Hw/L
0.160 Linear (Cd' Vs Hw/L)
f(x) = − 0.1 x + 0.23
0.140 R² = 0.49 Cd' VS Hw'/L
Linear (Cd' VS Hw'/L)
0.120
0.100 f(x) = − 0.01 x + 0.11
0.740 0.750 0.760 0.770 0.780 0.790 0.800 0.810
R² = 0.01
Cd'
Grafik2.2Grafik Hubungan Cd'vs hw/L dan Cd' vs Hw
3. Pembahasan
a. Grafik Qact vs (Y3-P)/Hw’ merupakan grafik linier naik, artinya semakin
besar harga Qact, semakin besar harga (Y3-P)/Hw’.
b. Grafik Cd'vs hw/L merupakan grafik linier turun yang berarti bahwa semakin
besar harga Cd’ semakin kecil harga hw/Lbegitu pula pada grafik Cd' vs Hw'/L
merupakan grafik linier turun yang berarti semakin besar harga C d’, maka
semakin kecil harga Hw’/L.
G. Kesimpulan
1. Dari hasil percobaan, nilai koefisien debit(C d) yang dihasilkan adalah antara
0.746– 0.842.
2. Dari hasil percobaan, batas moduler ambang ((Y3-P)/Hw’) yang dihasilkan
adalah antara -0.766 sampai dengan -0.631. Hubungan yang terlihat adalah
berbanding lurus dimana semakin besar nilai debit aktual (Qact) maka semakin
besar nilai batas moduler ambang ((Y3-P)/Hw’). Hubungan Qactvs ((Y3 – P)/Hw’)
dapat dilihat pada grafik hubungan Qact vs ((Y3 – P)/Hw’).
3. Aliran fluida dari percobaan ini dapat dilihat pada lampiran (bagian sketsa aliran
fluida).
4. Berdasarkan grafik hubungan antara Cd’ vs hw/L terlihat bahwa semakin besar
harga Cd’, semakin kecil harga hw/L.
5. Berdasarkan grafik hubungan antara Cd’ vs Hw’/L terlihat bahwa semakin besar
harga Cd’, semakin kecil harga Hw’/L.