ILABORATORIUM FISIKADASAR
FAKULTAS TEKNOLOGIINDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIMINDONESIA
BAB I
PENDAHULAN
Gaya adalah suatu tarikan atau dorongan. Gaya juga dapat diartikan
kekuatan yang menyebabkan terjadinya perubahan pada benda baik itu perubahan
bentuk atau perubahan keadaan. Salah satu dari sekian banyak materi tentang
gayayang dipelajari dalam mata kuliah fisika dasar adalah gaya gesekan. Gaya
gesekan terjadi akibat dua permukaan yang saling bersentuhan dan berlawanan
arah. Gaya gesekan terbagi atas dua jenis, yaitu gaya gesek antara dua permukaan
yang saling diam satu sama lain yang disebut dengan gaya gesek statis , koefisien
gesekannya disebut koefisien gesekan statis dan gaya gesekan antara dua
permukaan yang saling bergerak relatif disebut dengan gaya gesekkinetik,
koefisien gesekannya disebut koefisien gesekan kinetis. Untuk mengembangkan
sekumpulan pengetahuan tentang gesekan, tidak cukup bagi mahasiswa hanya
mempelajari konsep ataupun teorinya saja tetapi perlu disertai dengan proses
penyelidikan ilmiah. Hal ini didasarkan pada pembelajaran fisika merupakan
bagian dari ilmu sains. Menurut Sukardiyono dan Wardani (2013) sains terdiri
dari dua aspek yaitu sains dikenal dengan penyelidikan ilmiah (proses) dan sains
yang dikenal dengan produk. Hal ini didasarkan pada pembelajaran fisika
merupakan bagian dari ilmu sains. Proses penyelidikan ilmiah tersebut salah
satunya dapat dilakukandengan kegiatan praktikum. Misbah, dkk (2018)
mengatakan bahwa salah satu cara agar seseorang memperoleh untuk
mengembangkan sedikit pengetahuan yang dimilikinya ialah melalui kegiatan
praktikum. Didasarkan padamahasiswa mampu merasakan dengan langsung
melakukan suatu percobaan rancangan yang memperoleh suatu proses
pengembangan-pengembangan hipotesis atau pertanyaan dari suatu rancangan
suatu percobaandan melakukan pengamatan untuk menjawab pertanyaan dan
menarik kesimpulan lab fisika jika disertai dengan untuk beberapa ini kegiatan
praktikum. Gaya gesek antara dua benda padat misalnya adalah gaya gesek statis
dan gaya gesek kinetis yang arahnya berlawanan dengan benda (sears,etall,2004).
GayaGesek
1.2 Tujuan Percobaan
adalah µs<µk. Apabila ditinjau dari sebuah benda pada bidang miring. Pada saat
……
∑Fx = 0 dan ∑Fy=0 …………………………………………….(2.3.1)
N=W ……..………………………………………………….(2.3.2)
Gaya gesek bekerja pada garis singgung kedua benda. Misalkan, sebuah
benda yang terletak pada sautu bidang datar horizontal dikenai gaya sebesar F.
Gaya gesek juga dapat terjadi pada suatu benda yang bergerak di udara. Untuk
benda yang melayang di udara, besar kecilnya gaya gesek bergantung pada luas
permukaan benda yang bersentuhan dengan udara. Semakin besar luas bidang
sentuh, makin besar gaya gesek udara pada benda tersebut. Begitupun sebaliknya,
semakin kecil luas bidang sentuh semakin kecil gaya geseknya. Konsep ini
digunakan pada penggunaan parasut untuk para penerjun bebas. Diagram gaya
yang bekerja pada benda tersebut dapat kalian lihat pada gambar di bawah ini.
Gaya gesek atau friction force memiliki beberapa sifat atau karakteristik
yang membedakannya dengan jenis gaya-gaya lain. Berikut ini adalah sifat-sifat
gaya gesek secara umum:
Arah gaya gesek selalu berlawanan dengan arah gaya luar yang bekerja
pada benda sehingga gaya gesek bersifat menghambat gerak benda. Misalnya,
apabila gaya luar ke kiri, arah gaya gesek ke kanan. Sebaliknya, jika gaya luar ke
kanan, arah gaya gesek ke kiri.
Arah gaya gesek selalu berlawanan arah dengan arah gerak benda. Jika
benda bergerak ke kanan, maka arah gaya gesek ke kiri. Jika benda bergerak ke
bawah, arah gaya gesek ke atas begitupun seterusnya.
Untuk benda padat yang bergerak di atas benda padat, besarnya gaya
gesek dipengaruhi oleh tingkat kekasaran permukaan benda yang bersinggungan.
Semakin kasar permukaan benda, semakin besar gaya gesek dan sebaliknya.
Untuk benda yang bergerak di udara seperti gerak jatuh bebas, besarnya
gaya gesek yang dialami benda dipengaruhi oleh luas bidang sentuh benda.
Semakin luas permukaan sentuh, semakin besar gaya geseknya begitupun
sebaliknya.
Dimana: fs maks = Gaya gesek statis maksimum (N), μs = koefisen gaya gesek
statis, N= gaya normal (N).
Dengan meninjau gaya-gaya yang bekerja pada benda maka dapat
dibuktikan bahwa µs= tan , dimana adalah sudut kemiringan bidang terhadap
bidang horizontal (Tim Fisika Dasar,2015:27)
Permukaan sebuah benda meluncur diatas permukaan benda lain masing-
masing benda akan saling melakukan gaya gesekan, sejajar dengan permukaan.
Gaya gesekan terhadap tiap benda berlawanan arahnya dengan arah gerakannya
relative terhadap benda “lawan ”nya. Jadi jika sebuah balok meluncur dari kiri ke
anan diatas permukaan sebuah meja. Suatu gaya gesek kekiri akan bekerja
terhadap meja. Gaya gesekan juga ada yang bekerja dalam keadaan tidak terjadi
gerakan relatif. Suatu gaya horizontal terhadap sebuah peti berat yang terletak
dilantai mungkin saja tidak cukup besar untuk menggerakkan peti itu. Karena
gaya tersebut terimbangi oleh suatu gaya gesekan yang besarnya sama dengan
berlawanan arah, yang dikerjakan oleh lantai terhadap peti (Francis,1998).
Pada gaya gesek terdapat gaya normal yaitu gaya yag dilakukan benda
terhadap benda lain dengan arah tegak lurus bidang antara permukaan benda.
Secara matematika hubungan antara gaya gesek dengan gaya normal adalah
Tanda sama dengan itu menunjukkan bila gaya gesek mencapai maksimum. Besar
µk dan µs tergantung pada sifat permukaan yang saling bergesekan harganya bisa
lebih besar dari suatu yang biasanya lebih kecil (Faradah,1987).
Hukum-hukum tentang gesekan adalah hukum yang berdasarkan
pengalaman. Gesekan suatu benda yang menggelinding diatas permukaan dilawan
oleh gaya yang timbul akibat perubahan bentuk permukaan yang bersinggungan.
Contoh sebuah kubus diam pada suatu bidang miring memiliki sudut, kemudian
diperbesar sudutnya maka kubus akan mulai tergelincir. (Astuti,1997).
Dalam percobaan kali ini akan berlaku hukum newton I dan II. Hukum
newton I menyatakan “setiap benda akan berada dalam keadaan diam atau
bergerak lurus beraturan kecuali jika dipaksa untuk mengubah keadaan ini oleh
gaya-gaya yang berpengaruh padanya”. Sesungguhnya hukum newton ini
memberikan pernyataan tentang kerangka acuan. Pada umumnya percepatan suatu
benda bergantung kerangka acuan mana ia diukur. Hukum ini menyatakan bahwa
jika tidak ada benda lain didekatnya (artinya tidak ada gaya yang bekerja, karena
setiap gaya harus dikaitkan dengan benda dan dengan lingkungannya) maka dapat
dicari suatu keluarga kerangka acuan sehingga suatu partikel tidak mengalami
percepatan.(Silaban,sucipto: 1985)
Hukum newton II menyatakan “percepatan yang dialami oleh suatu benda
sebanding dengan besarnya gaya yang bekerja dan berbanding terbalik dengan
massa benda dan a adalah vector percepatannya(Wijaya:2007).
Sebagai contoh adalah saat kita mendorong buku yang berada diatas meja
kemudian dilepaskan. Buku itu akan bergeser dan kemudian bergerak. Menurut
hukum newton II , perubahan gerak ini disebabkan oleh adanya gaya yang
arahnya berlawanan dengan arah gerak buku itu. Kalau gaya itu tidak ada tentulah
buku tidak bergerak beraturan. Menurut hukum newton I gaya gesekan.
Jika gaya yang kita berikan kecil , gaya gesek statis pun kecil. Makin besar
gaya gesekan statis itu maka makin besar gaya gesekan yang kita berikan. Benda
bergerak kearah gaya yang kita berkan. Benda bergerak kearah gaya yang kita
berikan. Ini berarti gaya gesek tidak dapat bertambah besar lagi. Gaya gesekan
statis mencapai maksimum. Nilai maksimum ini dsebut juga gaya gesekan (statis
maksimum) untuk dua permukaan yang bergesekan. Pada saat gaya gesekan
maksmum benda kan tetap bergerak. (Anonim:2008)
Gaya gesek selalu bekerja pada permukaan benda padat yang saling
bersentuhan , sekalipun benda tersebut sangat licin dan permukaan benda juga
sangat licin tetap sangat kasar pada skala mikroskopis. Ketika benda bergerak ,
tonjolan-tonjolan mikroskopis ini mengganggu gerak tersebut. Pada tingkat ataom
tonjolan pada permukaan lainnya, sehingga gaya- gaya listrik diantara atom dapat
membentuk ikatan kimia, sebagai penyatu benda bergerak misalnya ketika
mendorong sebuah buku pada permukaan meja, gerakan buku tersebut mengalami
hambatan dan akhirnya akan berhenti. Hal ini disebabkan oleh pembentukan dan
pelepasan ikatan tersebut (Giancolli,2001:102).
2.9 Percepatan
Percepatan adalah perubahan kecepatan dalam satuan waktu tertentu.
Akselerasi sebuah objek disebabkan karena gaya yang bekerja pada objek tersebut
yaitu percepatan yang merupakan besaran vector yakni besaran yang mempunyai
nilai dan arah. Percepatan dapat berupa nilai negative dan juga percepatan dapat
bernilai positif. Percepatan positif apabila kecepatan benda bertambah setiap
selang waktu sedangkan percepatan negative yaitu benda mengalami perlambatan.
Percepatan dapat dinyatakan dengan percepatan positif dan negative.
Selain percepatan benda tersebut terdapat juga percepatan gravitasi bumi
yaitu daya Tarik bumi terhadapa segala benda yang telah memiliki ketetapan g =
9,8 m/s.
GayaGesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
ILABORATORIUM FISIKADASAR
FAKULTAS TEKNOLOGIINDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIMINDONESIA
akan bergerak di atas meja, jika dorongan di hentikan gerak benda akan lambat
dan akhirnya berhenti, karena geraknya ada yang menghambat atau melawan yaitu
gaya gesekan luncur sebagai akibat kehilangan momentum.
Gaya gesekan adalah gaya yang di sebabkan karna adanya interaksi antara
molekul-molekul benda-benda yang saling bergerak (relative) berupa gaya-gaya
adesi kohesi. Gejala ini sukar bergantung pada banyak factor misalnya : keadaan
permukaan, kecepatan relative, dan lain-lain.
Besar gaya gesekan f berbanding lurus dengan gaya normal N dengan
suatu konstanta pembanding µ yang di namakan koefisien gesekan. Gaya gesekan
pada gerak relatif antara dua benda yang bersinggungan adalah gaya gesekan
luncur (kinetis).
fk = µk N …….............................................................................(2.3.5)
GayaGesek
statis dan kinetis masing-masing di tuliskan (young, Freedem, & ford, 2012).
fs = µs N
..............................
fk = µk N .........................................................................(2.3.6)
Dimana : (Fs) Gaya gesek statis (N), (µs) Koefisien gesekan statis,(N) Gaya
normal (N), (Fk) Gaya gesek kinetis, (µk) Koefisien gesekan kinetis.
Dengan gaya gesekan fs dan fk masinhg-masing adalah gaya gesek statis
dan kinetis, µs dan µk masing-masing adalah koefisian gesek statis dan kinetis
dan N adalah gaya normal yang berkerja pada benda.
Topik gaya gesek dalam pembelajaran fisika merupakan salah satu topik
yang menarik untuk di kaji di tingkat miskonsepsi-nya (Sharma & Sharma, 2007;
Chia, 1996). Hal ini di karenakan terdapat beberapa perbedaan kesimpulan terkait
tingginya miskonsepsi dalam gaya gesek.
Di dalam penelitian yang telah di lakukan oleh Hasan (1999) di peroleh
hasil bahwa materi gaya gesek merupakan materi yang kemungkinan
miskonsepsinya tidak cukup besar, Tetapi di dalam penelitian yang di lakukan
oleh Lin dan sing (2011) di simpulkan bahwa terdapat beberapa kemungkinan
miskonsepsinya yang akan muncul dalam materi gaya gesek.
Tingginya potensi miskonsepsinya gaya gesek terletak pada definisi gaya
gesek statis potensi miskonsepsi tersebut tersebut telah di kaji dalam penelitian
yang di lakukan oleh Hasan (1999).
Ketika dua benda saling bersinggungan satu dengan yang lainnya, Apabila
diamati pergerakannya seperti dilawan oleh suatu gaya. Fenomena ini adalah
gesekan, Sedangkan gaya yang bekerja di dalamnya disebut gaya gesek. Gesekan
adalah bentuk dari hilangnya energy yang terjadi diantara dua permukaan yang
saling kontak dan bergerak relatif, Dan sering dinyatakan sebagai gaya yang
melawan. Gesekan diuraikan dengan koefisien gesek (µ). Koefisien gesek adalah
suatu fungsi area kontak antara dua permukaan, Sifat dan kekuatan yang saling
mempengaruhi. Gesekan juga dipengaruhi oleh beban dan kondisi
permukaan.
Topografi permukaan suatu material sebenarnya jika dilihat secara mikro adalah
tidak rata. Koefisisen gesek antara permukaan secara normal meningkat dengan
meningkatnya temperature dan menurunnya beban. Hilangnya energy pada
gesekan dapat mendorong kearah meningkatnya temperature atau deformasi
kontak area.
Gesekan dipengaruhi oleh:
1. Adanya partikel keausan dan partikel dari luar pada arena luncur.
2. Kekerasan relatif material pada aderah kontak.
3. Gaya luar dan perpindahan system
4. Kondisi lingkungan dan suhu pelumasan
5. Topografi permukaan
6. Sruktur mikro dan morfologi material
Gaya yang berarah melawan gerak benda atau arah kecendrungan benda
yang bergerak. Gaya gesek muncul apabila dua benda yang saling bersentuhan.
Benda yang dimaksud di sini tidak harus berbentuk padat, melainkan dapat pula
berbentuk cair, ataupun gas. Gaya gesek anatara dua benda padat misalnya adalah
gaya gesek benda statis dan kinetis, sedangkan antara gaya benda padat dan cair
serta gas adalah gaya stokes.
Selain, besar gaya gesek itu juga tergantung pada berat ringannya benda
yang bergesekan. Menarik atau mendorong kursi lebih mudah dari pada menarik
atau mendorong meja. Hal ini menunjukkan bahwa besar gaya gesek pada benda
yang ringan lebih kecil dari pada besar gaya gesekan pada benda yang lebih besar.
Selain antara terjadi dua permukaan benda padat yang saling bersentuhan. Gaya
gesek juga dapat terjadi juga antara benda dengan zat alir (benda cair atau gas),
atau antara lapisan-lapisan zat alir itu sendiri. Besar gaya gesek pada benda padat
yang bergerak di dalam zat alir (cair atau gas) tergantung pada laju benda dan luas
penampang (penampang lintang) yang berpapasan dengan zat alir.
Semakin laju benda zat alir, maka semakin besar gaya gesekannya.
Demikian juga pada luas permukaan, semakin luas benda yang berpapasan dengan
zat alir semakin besar gaya geseknya. Dalam kehidupan sehari-hari gaya gesek
dapat merugikan tetapi dapat juga menguntungkan. Untuk memudahkan diatas
lantai kita menginginkan gaya gesek yang kecil. Akan tetapi jika yang berjalan
kita diatas lantai akan membutuhkan gaya gesekan yang sangat besar jika tidak
maka kita akan terpeleset.
1. Gaya gesek statis
Gaya gesek statis adalah gesekan anatara dua benda padat yang tidak
bergerak relatif satu sama lainnya. Seperti contoh, gaya gesekan statis dapat
mencegah benda meluncur ke bawah pada bidang miring. Koefisien gesek statis
umumnya di notasikan dengan µs, dan pada umumnya lebih besar dari koefisien
gesek kinetis.
2. Gaya gesek kinetis.
Gaya gesek kinetis atau dinamis terjadi dua benda yang bergera yang
relatif satu dengan lainnya yang saling bergesakan. Koefisien gesek kinetis pada
umumnya di notasikan µkdan pada umumnya selalu lebih kecil dari gaya gesek
statis untuk material yang sama.
Contoh gaya gesek yang merugikan:
1. Gesekan pada kontak dua kontak gigi
2. Gesekan antara poros yang bergerak dengan bantalannya
3. Gesekan antara torak atau piston dengan slinder
4. Gesekan yang terjadi pada bagian-bagian mesin ini dapat di dengan cara
memberikan minyak pelumas.
Pada dasarnya miskonsepsi dapat terjadi pada berbagai hal (Grayson,
2004). Dalam bidang sains, diketahui bahwa seiring dengan peningkatan
penelitian terkait topik kependidikan semakin tinggi pula jumlah miskonsepsi
siswa dalam berbagai usia yang terdeteksi dalam spektrum konsep yang semakin
luas (Yuruk, 2007). Sejauh ini berbagai penelitian juga menunjukkan bahwa
miskonsepsi dialami oleh siswa dari berbagai negara dan budaya bahkan pada
berbagai rentang usia dan tingkat pendidikan (dasar, menengah, dan sarjana) pada
semua bidang sains (Pinarbasi, et al., 2006; Syuhendri, et al., 2014).
Beberapa metode pembelajaran yang dikembangkan untuk mengatasi
permasalahan miskonsepsi diantaranya adalah metode analogi (Lin & Singh,
2011; Apriliani, et al., 2015) dan metode 5 E: engagement, exploration,
explanation, elaboration, dan evaluation (Cepni, et al., 2010; Balci & Cakiroglu,
2006) Fisika merupakan salah satu bidang sains yang seringkali dianggap sulit
dan membutuhkan perhatian lebih dalam proses pembelajaran (Handhika, et al.,
2015).
Hanya ada sedikit prinsip-prinsip dasar fisika yang terangkum menjadi
bentuk matematika yang sederhana. Selain pemahaman konsep melalui proses
eksperimen dan penganalogian, pembelajaran fisika juga membutuhkan
pembongkaran prinsip-prinsip dasar melalui analisis matematis serta prediksi
implikasi yang mungkin saja muncul (Lin & Singh, 2011; Redish, et al., 2006).
Meskipun matematika bukanlah segalanya dalam pembelajaran fisika tetapi
penggunaan simbol matematis serta pengaruh bahasa intuisi matematis merupakan
hal yang tidak dapat dihindari dalam proses pembelajaran fisika. Pemahaman
bahasa matematika dan intuisi yang salah akan menjadi salah satu penyebab
munculnya miskonspesi (Handhika, et al., 2015). Gaya gesek merupakan salah
satu topik penting dalam mempelajari materi mekanika. Meskipun gaya gesek
bukanlah salah satu dari gaya fundamental (Tiandho, 2016) tetapi dengan adanya
pemahaman konsep gaya gesek maka teori-teori fisika yang dipelajari akan terasa
lebih realistis.
Hubungan antara gaya non konservatif makroskopis dan gaya konservatif
mikroskopis dideskripsikan oleh perlakuan detail dengan mekanika statistik.
Dalam sistem tertutup makroskopis, gaya non konservatif beraksi untuk
mengubah energi internal sistem dan seringkali dikaitkan dengan transfer
panas.menurut Hukum Kedua Termodinamika, gaya non konservatif hasil yang
diperlukan dalam transformasi energi dalam sistem tertutup dari kondisi terurut
menuju kondisi lebih acak sebagaimana entropi meningkat.meskipun terdapat
dengan jelas banyak tipe gaya di alam semesta, mereka seluruhnya berbasis
pada empat gaya fundamental. Gaya nuklir kuat dan gaya nuklir lemah hanya
beraksi pada jarak yang sangat pendek dan bertanggung jawab untuk "mengikat"
nukleon tertentu dan menyusun nuklir. Gaya elektromagnetik beraksi antara
muatan listrik dan gaya gravitasi beraksi antara massa.
Prinsip perkecualian Pauli bertanggung jawab untuk kecenderungan atom
untuk tak "bertumpang tindih" satu sama lain, dan adalah jadinya bertanggung
jawab untuk "kekakuan" materi, namun hal ini juga bergantung pada gaya
elektromagnetik yang mengikat isi-isi setiap atom.Seluruh gaya yang lain
berbasiskan pada keempat gaya ini. Sebagai contoh, gesekan adalah perwujudan
gaya elektromagnetik yang beraksi antara atom-atom dua permukaan, dan prinsip
perkecualian.
Gaya-gaya dalam pegas dimodelkan oleh hukum Hooke adalah juga hasil
gaya elektromagnetik dan prinsip perkecualian Pauli yang beraksi Hubungan
antara gaya non konservatif makroskopis dan gaya konservatif mikroskopis
dideskripsikan oleh perlakuan detail dengan mekanika statistik. Dalam sistem
tertutup makroskopis, gaya non konservatifGaya non konservatif selain friksi
meliputi gaya kontak yang lain, tegangan, tekanan, dan seretan (drag).
Akan tetapi, untuk sembarang deskripsi detail yang cukup, seluruh gaya ini
adalah hasil gaya konservatif karena tiap-tiap gaya makroskopis ini adalah hasil
netto gradien potensial mikroskopis. Hukum-hukum tentang gesekan adalah
hukum yang berdasarkan pengalaman. Gesekan suatu benda yang menggelinding
diatas permukaan dilawan oleh gaya yang timbul akibat perubahan bentuk. Gaya
gesek merupakan akumulasi interaksi miror antar kedua permukaan yang saling
bersentuhan, gaya-gaya yang berkerja antara lain adalah gaya elektrostatik pada
masing-msing permukaan, dulu di yakini bahwa permukaan halus yang akan
menyebabkan gaya gesek (atau tepatnya koefisien gaya gesek) menjadi lebih kecil
nilainya di bandingkan dengan permukaan.
Gaya adalah besaran vector yang memiliki besar dan arah dalam pelukisan
gaya harus diperhatikan arahnya. Sebuah bidang miring menurunkan gaya yang
dibutuhkan untuk menaikkan benda ketempat tinggi dan menambah jarak
pemberian gaya yang harus diberikan keposisi tujuan bidang miring besarnya
digunakan pada alat pemotong dan sering menggunakan bidang miring dalam
bentuk baji, baji gerak maju diukur menjadi gerakan pemisahan yang tegak lurus
terhadap wajah.
Sekrup pada dasarnya adalah bidang miring yang dibungkus di sekitar
tabung dalam sebuah bidang miring. Gaya lurus dibidang horizontal di ubah
menjadi gaya vertical ketika sekrup kayu diputar ulir sekrup mendorong kayu
sebuah gaya reaksi dan kayu mendorong kembali ulir itu dengan cara ulir sekrup
bergerak turun meskipun kekuatan pemutar sekrup pada bidang horizontal.
Berdasarkan hasil praktikum hubungan antara sudut dengan kecepatan laju gerak
benda terletak pada sudut yang ditentukan. Semakin besar sudut maka semakin
kecepatan bidang miring akan semakin tinggi. Adapun faktor – faktornya adalah
kecepatan relati, gaya gesek maksimum tergantung pada luas permukaan dan gaya
normal karena gaya gesek normal. Bidang miring adalah permukaan rata
menghubungkan dua tempat berbeda ketinggiannya. Contohnya dengan di buat
berbelok belok pengendara kendaraan bermotor lebih mudah melewati jalan yang
menanjak. Orang yang memindahkan drum kedalam bak truk dngan
menggunakan papan.Bidang miring memiliki keuntungan yaitu kita dapat
memindahkan benda ketempat yang lebih tinggi dengan gaya yang lebih kecil.
Keuntungan bidang miring bergantung pada Panjang landasan bidang miring dan
tingginya semakin kecil sudut kemiringan bidang, semakin besar atau semakin
kecil gaya kuasa harus dilakukan namun demikian bidang miring juga memiliki
suatu kelemahan yaitu dengan jarak yang ditempuh untuk memindahkan benda
kembali menjadi lebih jauh. Beberapa perkakas contohnya kampak, pisau, obeng
dan lain - lainnya. Prinsip bidang miring banyak dimanfaatkan dalam kehidupan
sehari-hari jalan disekitar gunung atau pegunungan dibuat melingkar-lingkar agar
kemiringannya tidak terlalu terjadi dalam dongkrak terdapat uliran yang terbentuk
bidang miring uliran ini meringankan kerja ketika dongkrak sedang digunakan
kebanyakan tangga yang terdapat pada rumah atau bangunan yang lebih tinggi
dari permukaan tanah dibuat miring agar memudahkan orang untuk mendakinya
alur-alur pada sekrup sebenarnya memanfaatkan bidang miring. Bidang miring
sangat memudahkan kita untuk dalam memindahkan sebuah benda ke tempat
yang lebih tinggi. Pemanfaatan bidang miring pun pasti sudah sering kita jumpai
dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi kelemahannya adalah penggunaannya bidang
miring harus melalui perjalanan yang sangat jauh. Dalam relativitas umum,
gravitasi tidaklah dipandang sebagai gaya. Melainkan, objek yang bergerak secara
bebas dalam medan gravitasi secara sederhana mengalami gerak inersia sepanjang
garis lurus dalam ruang-waktu melengkung-didefinisikan sebagai lintasan ruang-
waktu terpendek antara dua titik ruang-waktu Garis lurus ini dalam ruang-waktu
dipandang sebagai garis lengkung dalam ruang, dan disebut lintasan balistik objek
yang bergerak secara bebas dalam ruang waktu yang melengkung pada objek di
lintasan ruang waktu terpendek antar dua titik ruang waktu garis lurus.rumus
bidang miring:
𝑤 ×ℎ
..........................
F= .......................................................................(2.3.7)
𝑠
Dimana : F = gaya yang diberikan (N) w = berat benda (N) h = tinggi bidang
miring (m) s = panjang bidang miring (m).
a b c d
g h
e f
N Mtimbangan =25,0 kg
Jenis Benda
No Peluncur Ꝋ Ꝋgr Keterangan
Jenis Jarak
T (sekon)
No Benda Ꝋ (m) Keterangan
Peluncur
1 Kayu 38° 127 1,16 1,13 1,15 Mkayu =165,2 kg
2 Karpet 38° 127 1,26 1,26 1,25 Mkarpet =186,6 kg
3 Karet 38° 127 1,43 1,45 1,45 Mkaret =204,0 kg
(DANI ALAMSYAH)
BAB V
PENGOLAHAN DATA
1. Apakah besarannya gaya gesek antara dua permukaan yang kering tampah
pelumas dipengaruhi oleh kontak yang bergesekan.
Jawab:
Ya, luas kotak yang bergesekan sangat memiliki pengaruh bagi gaya
gesekannya, karna semakin besar luas kontak permukaan benda yang
bergesekan maka semakin sulit benda untuk bergesekan begitupun
sebaliknya.
2. Menghitung nilai Ms untuk keadaan statis pada bidang datar dang miring.
A. Keadaan statis bidang datar pada benda peluncur
𝑚𝑝+
Ms= 𝑚𝑡
𝑚
𝑏
M𝑠1
𝑚𝑝+𝑚𝑡1
= 𝑚𝑏
0,025+0,014
=
0,1652
0,039
=
0,1652
M 𝑠2
𝑚𝑝+𝑚𝑡2
= 𝑚𝑏
0,025+0,011
=
0,1652
0,036
=
0,1652
= 0,217
M 𝑠3
𝑚𝑝+𝑚𝑡3
= 𝑚𝑏
0,025+0,14
=
0,1652
0,036
=
0,1652
= 0,236
0,689
=
3
= 0,229
M𝑠1 = 𝑚𝑝+𝑚𝑡1
𝑚𝑏
0,025+0,036
=
0,1866
0,061
=
0,1866
= 0,326
M𝑠2
𝑚𝑝+𝑚𝑡2
=
𝑚𝑏
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
ILABORATORIUM FISIKADASAR
FAKULTAS TEKNOLOGIINDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIMINDONESIA
0,025+0,036
=
0,1866
0,062
=
0,1866
= 0,332
M𝑠3
𝑚𝑝+𝑚𝑡3
= 𝑚𝑏
0,025+0,038
=
0,1866
0,063
=
0,1866
= 0,337
0,995
=
3
= 0,331
M𝑠1 = 𝑚𝑝+𝑚𝑡1
𝑚𝑏
0,025+0,105
=
0,204
0,13
=
0,204
= 0,637
GayaGesek
M𝑠2 = 𝑚𝑝+𝑚𝑡2
𝑚𝑏
0,025+0,105
=
0,204
0,13
=
0,204
= 0,637
M𝑠3
𝑚𝑝+𝑚𝑡3
= 𝑚𝑏
0,025+0,106
=
0,204
0,131
=
0,204
= 0,642
0,916
=
3
= 0,638
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
ILABORATORIUM FISIKADASAR
FAKULTAS TEKNOLOGIINDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIMINDONESIA
Tabel 5.3.1 Hasil perhitungan pada keadaan statis bidang datar
Jenis
No Mt Mp Ma/ Mb µs µs Peluncur
0.014 0.236
1 0.011 0.229 0.1652 0.217 0.229 Kayu
0.014 0.236
0.036 0.326
2 0.037 0.331 0.1866 0.332 0.331 Karpet
0.038 0.337
0.105 0.637
3 0.105 0.638 0,204 0.637 0.638 Karet
0.106 0.642
0,025 +0,05
= - tan 20°
0,1652 (cos
20°)
0,075
=
0,1652 (0,9396) – 0,3639
0,075
=
0,1552 – 0,3639
= 0,4832 – 0,3639
GayaGesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
ILABORATORIUM FISIKADASAR
FAKULTAS TEKNOLOGIINDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIMINDONESIA
= 0,1193
𝑚𝑝+𝑚𝑡2
µ𝑠2 = – tan 𝜃
𝑛
0,025 +0,051
=
3 – tan 20ᵒ
0,076
= –0,3639
0,1552
= 0,4896 – 0,3639
= 0,1257
µ𝑠3
=
𝑚𝑝+
– tan 𝜃
𝑚𝑡3
𝑚𝑏
.cos 𝜃
0,025
+0,052
= – tan 20ᵒ
0,1652
(cos 20°)
0,077
= –
0,3639
0,1552
= 0,4961 – 0,3639
= 0,1322
0,3772
=
3
= 0,1257
GayaGesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
ILABORATORIUM FISIKADASAR
FAKULTAS TEKNOLOGIINDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIMINDONESIA
- tan 20°
2) U – 0,3639
n
t = 0,5761 – 0,3639
u = 0,2122
k
p
e
µ𝑠2
r
=
𝑚𝑝+𝑚
– tan 𝜃
m 𝑡2
u 𝑚𝑎
k .cos 𝜃
a 0,025
a +0,077
n = – tan 20ᵒ
k 0,1866
(cos 20°)
a
r 0,102 – 0,3639
p =
0,1866
e (0,9396)
t
� 0,
� 10 – 0,3639
𝑝 2
+ =
� 0,1
� 75
𝑡 3
µ𝑠1
= = 0,5818 –0,3639
𝑚
= 0,2179
𝑏.
𝑐𝑜𝑠
-
𝜃 µ𝑠3
tan
𝜃 =
𝑚𝑝+
– tan 𝜃
= 𝑚𝑡3
– 𝑚𝑏
0,36
= 39 .cos 𝜃
0,175 0,025 0,1866 (0,9396)
3 +0,078 0,103
=
= 0,1866 = – 0,3639
(cos 20°) 0,1753
0,103
0,101 =
GayaGesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
ILABORATORIUM FISIKADASAR
FAKULTAS TEKNOLOGIINDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIMINDONESIA
–
tan
20ᵒ
–0,3639
=
0
,
5
8
7
5
–
0
,
3
6
3
9
=
0,
2
2
3
6
GayaGesek
µ𝑠1+ µ𝑠2+ µ𝑠3
µs = 𝑛
0,2122+0,2179+0,2236
=
3
0,6537
=
3
= 0,2179
µ𝑠2
=
𝑚𝑝+𝑚𝑡2
– tan 𝜃
𝑚𝑎 .cos
𝜃
0,025 +0,124
=
0,204 (cos – tan 20ᵒ
20°)
0,149
= – 0,3639
0,204 (0,9396)
0,149 0,1916
=
– 0,3639
= 0,7776 – 0,3639
= 0,4137
µ𝑠3
=
𝑚𝑝+𝑚𝑡
– tan 𝜃
3
𝑚𝑏 .cos
𝜃
0,025 +0,125
=
0,204 (cos – tan 20ᵒ
20°)
0,150
= –0,3639
0,204 (0,9396)
0,150
=
0,1916 – 0,3639
= 0,7828 – 0,3639
= 0,4189
1,2411
=
3
= 0,4137
3. Bandingkan masing-masing nilai v dari sebuah keadaan statis bidang datar dari
keadaan statis bidang miring setiap bidang miring setiap jenis benda peluncur
dari sebuah benda atau seluruh data. Apakah perbedaan dan persamaanya?
Jawab:
Persamaan, benda peluncur jenis kayu dalam keadaan statis bidang miring
memiliki gaya gesek yang sama besar. Begitupun sebaliknya pada benda
peluncur jenis karpet dan kayu. Perbedaannya, dalam keadaan statis bidang
datar benda peluncur jenis kayu yang memiliki massa anak timbangan kecil
𝜇𝑠 = 0,229 sedangkan benda peluncur jenis karpet memiliki massa anak
timbangan yang besar dengan 𝜇𝑠 = 0,331 dan benda peluncur jenis karet
memiliki massa anak timbangan yang lebih besar dari massa anak timbangan
jenis kayu dan karpet dengan nilai 𝜇𝑠 = 0,638.
4. Menghitung nilai Nk untuk keadaan dinamis ini pada bidang miring
a.Untuk jenis benda peluncur kayu pada jarak
X = 1.27 m
𝑇1+ 𝑇2 + 𝑇3
T = 𝑛
0,83+0,85+0,87
=
3
2,55
=
3
= 0,85
𝑇1 = (0,85)2 = 0,7225
𝜃𝑘 = 38° cos 𝜃𝑘 = 0,7880
Tan 𝜃𝑘 = 0,7812
GayaGesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
ILABORATORIUM FISIKADASAR
FAKULTAS TEKNOLOGIINDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIMINDONESIA
2×
µk = Tan 𝜃 -
𝑔.𝑡2.cos 𝜃𝑘
2 (1,27)
= 0,7812
– (9,81)(0,7225)(0,7880)
2 .54
= 0,7812 5,5851
–
= 0,7812 – 0,4547
= 0,3265
𝑇1+ 𝑇2+ 𝑇3
T = 𝑛
1,22+1,23+1.23
=
3
3,68
=
3
= 1,22
𝑇2 = (1,22)2 = 1,4884
𝜃𝐾 = 38° C0S θ𝐾 = 0,7880
2×
NK = tan 𝜃- = 0,7880
𝑔 .𝑡2.cos 𝜃𝑘
2(1,27)
= 0,7812 –
(9,81)(1,4884)(0,7880)
2,54
= 0,7812 –
11,5057
2,54
= 0,7812
11,5057
–
= 0,7812 – 0,2207
= 0,5605
GayaGesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
ILABORATORIUM FISIKADASAR
FAKULTAS TEKNOLOGIINDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIMINDONESIA
c. Untuk jenis benda peluncur karet pada jarak
GayaGesek
X = 1.27 m
T1+ T2+ T3
T = 3
1,40+1,48+1.48
=
3
4,36
=
3
= 1,45
𝑇2 = (1,45)2 = 2,1025
𝜃𝐾 = 38° C0S θ𝐾 = 0,7880
2×
NK = tan 𝜃- = 0,7880
𝑔 .𝑡2.cos 𝜃𝑘
2(1,27)
= 0,7812
(9,81)( 2,1025)(0,7880)
–
2,54
= 0,7812 16,2529
–
= 0,7812 – 0,1562
= 0,625
F2X+FX
FX =
µS
∆𝜇𝑠 = √( 𝛿𝜇𝑠
𝛿𝜇𝑠 )2 (∆𝑚𝑡)𝟐 + 𝛿𝜇𝑠 (∆𝑚𝐴)𝟐
𝟐 𝟐
) (∆𝑚𝑝)𝟐 + )
( (
𝛿𝑚 𝜇𝑚𝑡 𝛿𝑚𝐴
𝑝
1. Kayu
𝛿𝜇𝑠 𝑚𝑝+𝑚𝑡
(𝛿𝑚𝑝) = 𝑚𝐴
Dimana :𝑢 = mp + mt 𝑢, = 1
V = mA v=0
𝛿𝜇𝑠 𝑢, v− 𝑣, u
𝛿𝑚𝑝 = 𝑣2
1.𝑚𝐴−0 .
𝑀𝑝+𝑀𝑡
=
(𝑚𝐴)2
1 ×0,165
=
(0,165)2
0.165
=
0.0272
= 6,0735
1
∆𝑚𝑝 = × skala terkecil
2
1
= × 10−3
2
= 5 × 10−4
𝛿𝜇𝑠 𝑚𝑝+
(= ) 𝑚𝑡
𝛿𝑚𝑡 𝑚𝐴
Dimana :𝑢 = mp + mt 𝑢, = 1
V = mA v=0
𝛿𝜇𝑠 𝑢, v− 𝑣 , u
( 𝛿𝑚𝑡 ) = 𝑣2
1.
𝑚𝐴−0
(𝑚𝑝+
𝑚𝑡)
=
(𝑚𝐴)
2
1 .(0,1652
=
(0,1652)2
0.1652
=
0,272
= 6.0735
𝑚𝑡1 + 𝑚𝑡2 + 𝑚𝑡3
̅𝑚̅𝑡 = 𝑛
0.014 +0.011 + 0.014
=
3
0.039
=
3
= 0,013
(𝑚𝑡1 −𝑚𝑡)2 +(𝑚𝑡2 −𝑚𝑡)2 + (𝑚𝑡3 −𝑚𝑡)2
∆𝑚𝑡√
= 𝑛(𝑛−1)
0,0019+(0,000004)+0,0019
=√
6
0.003796
=√
6
= √0.000632 = 0.0251
δ𝜇𝑠
( ) 𝑚𝑝
+𝑚𝑡
=
δ𝑚𝐴
𝑚𝐴
Dimana :𝑢 = mp + mt 𝑢, = 0
V = mA 𝑣, = 1
δ𝜇𝑠
( ) ,
𝑢 v−𝑣 v
,
= 𝑣2
δ𝑚𝐴
0 . 𝑚𝐴−1(𝑚𝑝+𝑚𝑡)
= (𝑚𝑎)2
0−1 . (0.025+ 0,013)
=
(0,01652)2
−0,038
=
0,0272
= -1,3970
1
∆𝑚𝐴 = × skala terkecil
2
1
= × 10−3
2
= 5 × 10−4
∆𝜇𝑠 = √( 𝛿𝜇𝑠
𝛿𝜇𝑠 ) 𝟐 (∆𝑚𝑡)𝟐 + 𝛿𝜇𝑠
𝟐 2
) (∆𝑚𝑝)𝟐 + ) (∆𝑚𝐴)𝟐
( (
𝛿𝑚𝑝 𝜇𝑚𝑡 𝛿𝑚
𝐴
∆𝜇𝑠
KR =
2(∆𝜇𝑠+ 𝜇𝑠) .100%
0,1555
= .100%
2(0,1555 +
0,229)
0,1555
= × 100%
2(0,3845)
= 0,030 × 100%
= 3,0 %
KB = 100% - KR
= 100% - 3,0 %
= 97,0 %
2. Kayu
𝛿𝜇𝑠 𝑚𝑝+𝑚𝑡
(𝛿𝑚𝑝) = 𝑚𝐴
Dimana :𝑢 = mp + mt 𝑢, = 1
V = mA v=0
𝛿𝜇𝑠 𝑢, v− 𝑣, u
𝛿𝑚𝑝 = 𝑣2
1.𝑚𝐴−0 .
𝑀𝑝+𝑀𝑡
=
(𝑚𝐴)2
1 ×(0,1866)
=
(0,1866)2
0,1866
=
0.0348
= 5,3620
1
∆𝑚𝑝 = × skala terkecil
2
1
= × 10−3
2
= 5 × 10−4
𝛿𝜇𝑠 𝑚𝑝+
(= ) 𝑚𝑡
𝛿𝑚𝑡 𝑚𝐴
Dimana :𝑢 = mp + mt 𝑢, = 1
V = mA v=0
𝛿𝜇𝑠 𝑢, v− 𝑣 , u
( 𝛿𝑚𝑡 ) = 𝑣2
1 . 𝑚𝐴−0 (𝑚𝑝+𝑚𝑡)
=
(𝑚𝐴)2
1 .(0,1866)
=
(0,1866)2
0,1866
=
0,0348
= 5,3620
𝑚𝑡1 + 𝑚𝑡2 + 𝑚𝑡3
̅𝑚̅𝑡 = 𝑛
0.036 +0.037 + 0.038
=
3
0.111
=
3
= 0,037
(𝑚𝑡1 −𝑚𝑡)2 +(𝑚𝑡2 −𝑚𝑡)2 + (𝑚𝑡3 −𝑚𝑡)2
∆𝑚𝑡√
= 𝑛(𝑛−1)
0,000001+ 0,000001
=√
6
0.000002
=√
6
= √0.00000033 = 0.000574
δ𝜇𝑠
( ) 𝑚𝑝
+𝑚𝑡
=
δ𝑚𝐴
𝑚𝐴
Dimana :𝑢 = mp + mt 𝑢, = 0
V = mA 𝑣, = 1
δ𝜇𝑠
( ) ,
𝑢 v−𝑣 v
,
= 𝑣2
δ𝑚𝐴
0 . 𝑚𝐴−1(𝑚𝑝+𝑚𝑡)
= (𝑚𝑎)2
0−1 . (0.025+ 0,037)
=
(0,1866)2
−0,062
=
0,0348
= -1,7816
1
∆𝑚𝐴 = × skala terkecil
2
1
= × 10−3
2
= 5 × 10−4
∆𝜇𝑠 = √( 𝛿𝜇𝑠 𝟐
𝛿𝜇𝑠 ) 𝟐 (∆𝑚𝑡)𝟐 + 𝛿𝜇𝑠
2
) (∆𝑚𝑝)𝟐 + ) (∆𝑚𝐴)𝟐
( (
𝛿𝑚𝑝 𝜇𝑚𝑡 𝛿𝑚𝐴
= √0,0954
= 0,3088
∆𝜇𝑠
KR =
2(∆𝜇𝑠+ 𝜇𝑠) .100%
0,3088
= .100%
2(0,3088 +
0,331)
0,3088
= × 100%
2(0,6398)
= 0,09
KB = 100% - KR
= 100% - 0,9 %
= 99,91 %
3. karet
𝛿𝜇𝑠 𝑚𝑝+𝑚𝑡
(𝛿𝑚𝑝) = 𝑚𝐴
Dimana :𝑢 = mp + mt 𝑢, = 1
V = mA v=0
𝛿𝜇𝑠
𝑢, v− 𝑣, u
𝛿𝑚𝑝 = 𝑣2
1.𝑚𝐴−0 .
𝑀𝑝+𝑀𝑡
=
(𝑚𝐴)2
1 ×(0,204)
=
(0,204)2
0,204
=
0.0416
= 4,9038
1
∆𝑚𝑝 = × skala terkecil
2
1
= × 10−3
2
= 5 × 10−4
𝛿𝜇𝑠 𝑚𝑝+
(= ) 𝑚𝑡
𝛿𝑚𝑡 𝑚𝐴
Dimana :𝑢 = mp + mt 𝑢, = 1
V = mA v=0
𝛿𝜇𝑠 𝑢, v− 𝑣 , u
( 𝛿𝑚𝑡 ) = 𝑣2
1 . 𝑚𝐴−0 (𝑚𝑝+𝑚𝑡)
=
(𝑚𝐴)2
1 .(0,204)
=
(0,204)2
0,204
=
0,0416
= 4,9038
𝑚𝑡1 + 𝑚𝑡2 + 𝑚𝑡3
̅𝑚̅𝑡 =
𝑛
0.105 +0.105 + 0.106
=
3
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
ILABORATORIUM FISIKADASAR
FAKULTAS TEKNOLOGIINDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIMINDONESIA
0.316
=
3
= 0,105
(𝑚𝑡1 −𝑚𝑡)2 +(𝑚𝑡2 −𝑚𝑡)2 + (𝑚𝑡3 −𝑚𝑡)2
∆𝑚𝑡√
= 𝑛(𝑛−1)
(0.001)2
= √
6
0,000001
=√
6
= √0.0000001 = 0.00031
δ𝜇𝑠
( ) 𝑚𝑝
+𝑚𝑡
=
δ𝑚𝐴
𝑚𝐴
Dimana :𝑢 = mp + mt 𝑢, = 0
V = mA 𝑣, = 1
δ𝜇𝑠
( ) ,
𝑢 v−𝑣 v
,
= 𝑣2
δ𝑚𝐴
0 . 𝑚𝐴−1(𝑚𝑝+𝑚𝑡)
= (𝑚𝑎)2
0−1 . (0.025+ 0,105)
=
(0,204)2
−0,13
=
0,0416
= -3,125
1
∆𝑚𝐴 = × skala terkecil
2
GayaGesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
ILABORATORIUM FISIKADASAR
FAKULTAS TEKNOLOGIINDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIMINDONESIA
1
= × 10−3
2
= 5 × 10−4
GayaGesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
ILABORATORIUM FISIKADASAR
FAKULTAS TEKNOLOGIINDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIMINDONESIA
∆𝜇𝑠 = √( 𝛿𝜇𝑠 𝟐
𝛿𝜇𝑠 ) 𝟐 (∆𝑚𝑡)𝟐 + 𝛿𝜇𝑠
2
) (∆𝑚𝑝)𝟐 + ) (∆𝑚𝐴)𝟐
( (
𝛿𝑚𝑝 𝜇𝑚𝑡 𝛿𝑚𝐴
∆𝜇𝑠
KR =
2(∆𝜇𝑠+ 𝜇𝑠) .100%
0,047
= .100%
2(0,047 + 0,638)
0,047
= × 100%
2(0,685)
= 0,01
KB = 100% - KR
= 100% - 0,1 %
= 99,99 %
𝑁𝑠 =
𝑚𝑝+𝑚𝑡 = − tan
𝑚𝑏.𝑐𝑜𝑠𝜃
𝜃
𝛿𝑛𝑠 𝛿𝑛𝑠 𝛿𝑛𝑠 𝟐
𝟐
∆𝜇𝑠 = √( ) (∆𝑚𝑝)𝟐 + )2 (∆𝑚𝑡)𝟐 + ( ) (∆𝑚𝑏)𝟐
𝛿𝑚𝑝 ( 𝛿 𝛿𝑚𝑏
𝑚𝑡
𝛿𝑛𝑠 𝟐
1. Kayu
+( )
𝛿𝜃
GayaGesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
ILABORATORIUM FISIKADASAR
FAKULTAS TEKNOLOGIINDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIMINDONESIA
(∆𝜃)𝟐
𝛿𝑛𝑠
(
𝑚𝑝+𝑚𝑡)= = − tan 𝜃
𝛿𝑚𝑝 𝑚𝑏.𝑐𝑜𝑠𝜃
1
Dimana :𝑢 = 𝑢, =
𝑚𝑝+𝑚𝑡
𝑚𝑏.𝑐𝑜𝑠
𝑚𝑏.𝑐𝑜𝑠𝜃 𝜃
V = tan 𝜃 v=0
𝛿𝜇𝑠
=u-v
𝛿𝑚𝑝
1
= −0
𝑚𝑏.𝑐𝑜𝑠
𝜃
1
=
(0,1652) cos 20°
1
=
(0,1652)(0,9396)
1
=
0,1552
= 6,4432
1
∆𝑚𝑝 = × skala terkecil
2
1
= × 10−3
2
= 5 × 10−4
𝛿𝑛𝑠
( )=
𝑚𝑝+𝑚𝑡 = − tan 𝜃
𝛿𝑚𝑡 𝑚𝑏.𝑐𝑜𝑠𝜃
Dimana :𝑢 = 1
𝑚𝑝+𝑚𝑡 𝑢, =
𝑚𝑏.𝑐𝑜𝑠
𝑚𝑏.𝑐𝑜𝑠𝜃 𝜃
V = tan 𝜃 v=0
𝛿𝜇𝑠
=u-v
𝛿𝑚𝑝
GayaGesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
ILABORATORIUM FISIKADASAR
FAKULTAS TEKNOLOGIINDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIMINDONESIA
1 �𝑏.𝑐𝑜𝑠
= −0 𝜃
�
1
=
(0,1652) cos 20°
1
=
(0,1652)(0,9396)
GayaGesek
1
=
0,1552
= 6,4432
0,000001+0,000001
=√
6
0.000002
=√
6
= √0.00000033 = 0.000574
δ𝑛 𝑠
( ) 𝑚𝑝+
= -tan 𝜃
𝑚𝑡
= 𝑚𝑏.𝑐𝑜𝑠
δ𝑚𝑏 𝜃
Dimana :𝑢 = −(𝑚𝑝+𝑚𝑡)
𝑚𝑝+𝑚𝑡 𝑢, =
𝑚𝑏.𝑐𝑜𝑠𝜃
𝑚𝑏.𝑐𝑜𝑠𝜃
V = tan 𝜃 𝑣, = 0
δ𝑛𝑠
( ) = 𝑢, - 𝑣 ,
δ𝑚𝑏
−
= (𝑚𝑝+𝑚𝑡)
(𝑚𝑏)2 .𝑐𝑜𝑠
𝜃
−(0.025+ 0,051)
= °
(0,01652)2 cos 20
−0,076
=
(0,01652)2(0.9396)
−0,076
= (0,0272)2(0.9396)
−0,076
= 0,0255
= -2,9803
1
∆𝑚𝐴 = × skala terkecil
2
1
= × 10−3
2
= 5 × 10−4
Dimana :𝑢 = (𝑚𝑝+𝑚𝑡).𝑚𝑏.sin 𝜃
𝑚𝑝+𝑚𝑡
𝑢, = 𝑚𝑏.𝑐𝑜𝑠𝜃
𝑚𝑏.𝑐𝑜𝑠𝜃
V = tan 𝜃 𝑣 , = sec
δ𝑛𝑠
( ) = 𝑢, - 𝑣 ,
δ𝑚𝜃
(𝑚𝑝+𝑚𝑡).𝑚𝑏.sin 𝜃
= 𝑚𝑏.𝑐𝑜𝑠𝜃 − 𝑠𝑒𝑐 2 𝜃
°
−(0.025+ 0,051) (0,1652)(sin 20 ) 1
= ° °
− (cos 20 )2
(0,1652) cos 20
(0.076) (0,1652)(0,3420) 1
= (0,1652)(0,9396) − 2
(0,9396)
0,0042 −
= 0,1552
1 2
(0,9396)
=0,0270 − 1
0,8828
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
ILABORATORIUM FISIKADASAR
FAKULTAS TEKNOLOGIINDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIMINDONESIA
= 0,0270 – 1,1327
= - 1,1057
1
∆𝑚𝐴 = × skala terkecil
2
1
= × 10−3
2
= 5 × 10−4
∆𝜇𝑠 = √( 𝛿𝜇𝑠 𝟐
𝛿𝜇𝑠 2
𝛿𝜇𝑠
) (∆𝑚𝑝) + ) (∆𝑚𝑡) +
𝟐𝟐 𝟐
) (∆𝑚𝐴)𝟐
( (
𝛿𝑚𝑝 𝜇𝑚𝑡 𝛿𝑚𝐴
= √0,132865
= 0,3645
∆𝑛𝑠
KR = .100%
2(∆𝑛𝑠+ 𝑛𝑠𝑠)
0,3645
=
2(0,3645 + .100%
0,1257)
0,3645
= ×
100%
2(0,6213)
= 0,29× 100%
= 29 %
GayaGesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
ILABORATORIUM FISIKADASAR
FAKULTAS TEKNOLOGIINDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIMINDONESIA
KB = 100% - KR
= 100% - 29 %
= 71 %
2. Karpet
𝛿𝑛𝑠 = − tan 𝜃
(
𝑚𝑝+𝑚) =
𝛿𝑚𝑝 𝑚𝑏.𝑐𝑜𝑠𝜃
Dimana :𝑢 = 1
𝑚𝑝+𝑚𝑡 𝑢, =
𝑚𝑏.𝑐𝑜𝑠𝜃
𝑚𝑏.𝑐𝑜𝑠𝜃
V = tan 𝜃 v=0
𝛿𝜇𝑠
=u–v
𝛿𝑚
𝑝 1
= −0
𝑚𝑏.𝑐𝑜𝑠
𝜃
1
=
(0,1866) cos 20°
1
=
(0,1866)(0,9396)
1
=
0,1753
= 5,7045
1
∆𝑚𝑝 = × skala terkecil
2
1
= × 10−3
2
= 5 × 10−4
𝛿𝑛𝑠
( )=
𝑚𝑝+𝑚𝑡 = − tan 𝜃
𝛿𝑚𝑡 𝑚𝑏.𝑐𝑜𝑠𝜃
GayaGesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
ILABORATORIUM FISIKADASAR
FAKULTAS TEKNOLOGIINDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIMINDONESIA
Dimana :𝑢 = 1
𝑚𝑝+𝑚𝑡 𝑢, =
𝑚𝑏.𝑐𝑜𝑠𝜃
𝑚𝑏.𝑐𝑜𝑠𝜃
V = tan 𝜃 v=0
GayaGesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
ILABORATORIUM FISIKADASAR
FAKULTAS TEKNOLOGIINDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIMINDONESIA
𝛿𝜇𝑠
=u-v
𝛿𝑚𝑝
1
= −0
𝑚𝑏.𝑐𝑜𝑠
𝜃
1
=
(0,1866) cos 20°
1
=
(0,1866)(0,9396)
1
=
0,1753
= 5,7045
0,000001+0,000001
=√
6
0.000002
=√ 6
GayaGesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
ILABORATORIUM FISIKADASAR
FAKULTAS TEKNOLOGIINDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIMINDONESIA
=
√
00
00
00
33
=
0.0
00
57
4
GayaGesek
δ𝑛 𝑠
( ) 𝑚𝑝+
= − tan 𝜃
𝑚𝑡
= 𝑚𝑏.𝑐𝑜𝑠
δ𝑚𝑏 𝜃
Dimana :𝑢 =
𝑚𝑝+𝑚𝑡 −(𝑚𝑝+𝑚𝑡)
𝑢 , = 𝑚𝑏.𝑐𝑜𝑠𝜃
𝑚𝑏.𝑐𝑜𝑠𝜃
V = tan 𝜃 𝑣, = 0
δ𝑛𝑠
( ) = 𝑢, - 𝑣 ,
δ𝑚𝑏
−
= (𝑚𝑝+𝑚𝑡
)
(𝑚𝑏)2 .𝑐𝑜𝑠
𝜃
−(0.025+ 0,077)
= °
(0,1866)2 cos 20
−0,102
=
(0,0348)2(0.9396)
−0,102
= (0,0272)2(0.9396)
−0,102
= 0,1753
= -0,5818
1
∆𝑚𝐴 = × skala terkecil
2
1
= × 10−3
2
= 5 × 10−4
Dimana :𝑢 = (𝑚𝑝+𝑚𝑡).𝑚𝑏.sin 𝜃
𝑚𝑝+𝑚𝑡
𝑢, = 𝑚𝑏.𝑐𝑜𝑠𝜃
𝑚𝑏.𝑐𝑜𝑠𝜃
V = tan 𝜃 𝑣 , = sec 𝜃
δ𝑛𝑠
( ) = 𝑢, - 𝑣,
δ𝑚𝜃
(𝑚𝑝+𝑚𝑡).𝑚𝑏.sin 𝜃
= 𝑚𝑏.𝑐𝑜𝑠𝜃 − 𝑠𝑒𝑐 2 𝜃
°
(0.025+ 0,077) (0,1866)(sin 20 )
1
= °
− (cos 20 )2
°
(0,1866) cos 20
(0.102) (0,1866)(0,3420) 1
= (0,1866)(0,9396) − 2
(0,9396)
0,0065
= 1
2
− (0,9396)
0,1753
=0,0370 − 1
0,8828
= 0,0370 – 1,1327
= - 1,0957
1
∆𝑚𝐴 = × skala terkecil
2
1
= × 10−3
2
= 5 × 10−4
∆𝜇𝑠 = √( 𝛿𝜇𝑠 𝟐
𝛿𝜇𝑠 2
𝛿𝜇𝑠
) (∆𝑚𝑝) + 𝟐
) (∆𝑚𝑡) +
𝟐 𝟐
) (∆𝑚𝐴)𝟐
( (
𝛿𝑚𝑝 𝜇𝑚𝑡 𝛿𝑚
𝐴
= √0,0402
= 0,20
∆𝑛𝑠
KR = .100%
2(∆𝑛𝑠+ 𝑛𝑠)
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
ILABORATORIUM FISIKADASAR
FAKULTAS TEKNOLOGIINDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIMINDONESIA
0,20
= .100%
2(0,20 + = × 100%
0,2179) 2
0,20 (
0,
4
1
7
9
)
= 0,23× 100%
= 23 %
KB = 100% - KR
= 100% - 23 %
= 77 %
3. Karet
𝛿𝑛𝑠 = − tan 𝜃
() =
𝑚𝑝+
𝑚𝑡
𝛿𝑚𝑝 𝑚𝑏.𝑐𝑜𝑠𝜃
Dimana 1
𝑢, =
:𝑢 = 𝑚𝑏.𝑐𝑜𝑠𝜃
𝑚𝑝+
𝑚𝑡
𝑚𝑏.𝑐𝑜𝑠𝜃
V = tan 𝜃 v=0
𝛿𝜇𝑠 =u-v
𝛿𝑚𝑝
1
= −0
�
�
�
�
.
�
�
�
�
�
�
�
GayaGesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
ILABORATORIUM FISIKADASAR
FAKULTAS TEKNOLOGIINDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIMINDONESIA
� 1 la
=
(0,1866) cos ter
20° kec
1 il
= 2
(0,1866)
(0,9396) 1
= × 10−3
2
1
=
0
,
1
7
5
3
=
5
,
7
0
4
5
∆
�
�
�
�
=
1
s
k
a
GayaGesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
ILABORATORIUM FISIKADASAR
FAKULTAS TEKNOLOGIINDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIMINDONESIA
= 5 × 10−4
𝛿𝑛𝑠 = − tan 𝜃
( )=
𝑚𝑝+𝑚𝑡 𝛿𝑚𝑡 𝑚𝑏.𝑐𝑜𝑠𝜃
Dimana :𝑢 1
𝑢, =
= 𝑚𝑏.𝑐𝑜𝑠𝜃
𝑚𝑝+𝑚𝑡
𝑚𝑏.𝑐𝑜𝑠𝜃
V = tan 𝜃 v=0
𝛿𝜇𝑠
𝛿𝑚𝑝 =u-v
1
= −0
�
�
�
�
.
�
�
�
�
�
�
�
�
1
=
(0,1866) cos 20°
1
=
(0,1866)(0,9396)
1
=
0
,
1
7
5
3
= 5,7045
GayaGesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
ILABORATORIUM FISIKADASAR
FAKULTAS TEKNOLOGIINDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIMINDONESIA
0
,
2
3
1
=
3
=
0,077
∆ (𝑚𝑡21
√
=−𝑚𝑡)2 +(𝑚𝑡2
−𝑚𝑡) + (𝑚𝑡3
−𝑚𝑡)2
𝑛
(
𝑛
−
1
)
(0.07
6−0,
077)
2+
(0.07
7
−0,0
77)2
+
(0.07
8+0,
077)
2
= √
3(3−
1)
GayaGesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
ILABORATORIUM FISIKADASAR
FAKULTAS TEKNOLOGIINDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIMINDONESIA
0,000001+0,000001
=√
6
0.000002
=√
6
= √0.00000033 = 0.000574
δ𝑛 𝑠
( ) 𝑚𝑝+
= − tan 𝜃
𝑚𝑡
= 𝑚𝑏.𝑐𝑜𝑠
δ𝑚𝑏 𝜃
Dimana :𝑢 =
𝑚𝑝+𝑚𝑡 −(𝑚𝑝+𝑚𝑡)
𝑢 , = 𝑚𝑏.𝑐𝑜𝑠𝜃
𝑚𝑏.𝑐𝑜𝑠𝜃
V = tan 𝜃 𝑣, = 0
δ𝑛𝑠
( ) = 𝑢, - 𝑣 ,
δ𝑚𝑏
−
= (𝑚𝑝+𝑚𝑡
)
(𝑚𝑏)2 .𝑐𝑜𝑠
𝜃
−(0.025+ 0,077)
= °
(0,1866)2 cos 20
−0,102
=
(0,0348)2(0.9396)
−0,102
= (0,0272)2(0.9396)
−0,102
= 0,1753
= -0,5818
1
∆𝑚𝐴 = × skala terkecil
GayaGesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
ILABORATORIUM FISIKADASAR
FAKULTAS TEKNOLOGIINDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIMINDONESIA
2
1
= × 10−3
2
= 5 × 10−4
GayaGesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
ILABORATORIUM FISIKADASAR
FAKULTAS TEKNOLOGIINDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIMINDONESIA
Dimana :𝑢 =
𝑚𝑝+𝑚𝑡
(𝑚𝑝+𝑚𝑡).𝑚𝑏.sin 𝜃
𝑚𝑏.𝑐𝑜𝑠𝜃 𝑢, = 𝑚𝑏.𝑐𝑜𝑠𝜃
V = tan 𝜃 𝑣 , = sec 𝜃
δ𝑛𝑠
( ) = 𝑢, - 𝑣,
δ𝑚𝜃
(𝑚𝑝+𝑚𝑡).𝑚𝑏.sin 𝜃
= 𝑚𝑏.𝑐𝑜𝑠𝜃 − 𝑠𝑒𝑐 2 𝜃
°
(0.025+ 0,077) (0,1866)(sin 20 ) 1
= ° °
− (cos 20 )2
(0,1866) cos 20
(0.102) (0,1866)(0,3420) 1
= (0,1866)(0,9396) − 2
(0,9396)
0,0065
= 1
2
− (0,9396)
0,1753
=0,0370 − 1
0,8828
= 0,0370 – 1,1327
= - 1,0957
1
∆𝑚𝐴 = × skala terkecil
2
1
= × 10−3
2
= 5 × 10−4
∆𝜇𝑠 = √(
𝛿𝜇𝑠 ) 𝟐(∆𝑚𝑝)𝟐 + 𝛿𝜇𝑠 ) 𝟐 (∆𝑚𝑡)𝟐 + 𝛿𝜇𝑠
2
) (∆𝑚𝐴)𝟐
( (
𝛿𝑚𝑝 𝜇𝑚𝑡 𝛿𝑚𝐴
GayaGesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
ILABORATORIUM FISIKADASAR
FAKULTAS TEKNOLOGIINDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIMINDONESIA
GayaGesek
= √(41,5148)(25 𝑥10ˉ7) + (41,5148) (0,0032) +
= √0,0402
= 0,20
∆𝑛𝑠
KR = .100%
2(∆𝑛𝑠+ 𝑛𝑠)
= 0,20
.100%
2(0,20 + 0,2179)
0,20
= × 100%
2(0,4179)
= 0,23× 100%
= 23 %
KB = 100% - KR
= 100% - 23 %
= 77 %
𝛿𝑛𝑠 𝟐 𝛿𝑛𝑠 𝟐
∆𝜇𝑘 =√( ) 𝛿𝑛𝑠 2
𝛿𝜃 (∆𝜃) + 𝛿𝑥 ) (∆𝑥) + 𝛿𝑡 ) (∆𝑡)
𝟐 𝟐 𝟐
( (
1. Kayu
𝛿𝑛𝑠 2×
( ) = tan 𝜃
𝛿𝜃 𝑔.𝑡2.cos 𝜃𝑘
δ𝑛𝑘
( ) = 𝑢, - 𝑣,
δ𝜃
2 −2× .𝑔 .𝑡2.𝑠𝑖𝑛𝜃
= se𝑐 𝜃 - (𝑔.𝑡2.cos 𝜃𝑘)2
1
= −2 (1,27).(9,81)(0,7225)(sin 38°)
(9,81)(0,7225)(0,7880)2
−
(cos 38°)
1
= −2 (9,0014) (0,6156)
((7,0877)(0,7880))2
−
0,6209
−11,0825
= 1,6105 - 31,1934
= 1,6105 – 0,3552
= - 1,9657
1
∆𝜃 = × skala terkecil
2
1
= × 10−3
2
= 5 × 10−4
δ𝑛𝑘
( ) = 𝑢, - 𝑣,
δ𝑥
Dimana :𝑢 = 𝑡𝑎𝑛𝜃 𝑢, = 0
2×
V= −2
𝑔.𝑡2.cos 𝜃𝑘 𝑣 , = (𝑔.𝑡2.cos 𝜃𝑘)2
δ𝑛𝑘
( ) = 𝑢, - 𝑣,
δ𝑥
−2
= 0-
(𝑔.𝑡2.cos 𝜃𝑘)2
−2
=0−
(9,81)(0,7225)(cos 38°)
=0− −2
(7,0877)(0,7880)
2
=
5,5851
= 0,3580
δ𝑛𝑘
( )= 𝑢, - 𝑣 ,
δ𝑥
Dimana :𝑢 = 𝑡𝑎𝑛𝜃 𝑢, = 0
2×
V= 4×
𝑔.𝑡2.cos 𝜃𝑘 𝑣 , = (𝑔.𝑡2.cos 𝜃𝑘)
δ𝑛𝑘
( ) = 𝑢, - 𝑣,
δ𝑥
4×
= 0-
(𝑔.𝑡2.cos 𝜃𝑘)
4(1,27)
=0−
(9,81)(0,85)3(cos 38°)
5,08
=0
(9,81)(0,61)(0,7880)
−
5,08
= 0 − 4,7154
= -1,0773
1
∆ × = × skala terkecil
2
1
= × 10−3
2
= 5 × 10−4
0,0008
= √
6
= √0,0001
= 0,01
𝛿𝜇𝑠 𝟐 𝛿𝜇𝑠 2
∆𝜇𝑘 =√( ) 𝛿𝜇𝑠 𝟐
𝛿𝜃 (∆𝜃) + 𝛿𝑥 ) (∆𝑥) + 𝛿𝑡 ) (∆𝑡)
𝟐 𝟐 𝟐
( (
= √0,0001
= 0,01
∆𝑛𝑘
KR = .100%
𝑛𝑘
0,01
=
0,3265 .100%
0,01
= × 100%
2(0,4179)
= 0,03 %
KB = 100% - KR
= 100% - 0,03 %
= 97 %
2. karpet
𝛿𝑛𝑘 2×
( ) = tan 𝜃
𝛿𝜃 𝑔.𝑡 2.cos 𝜃𝑘
δ𝑛𝑘
( ) = 𝑢, - 𝑣,
δ𝜃
2 −2× .𝑔 .𝑡2.𝑠𝑖𝑛𝜃
= se𝑐 𝜃 - (𝑔.𝑡2.cos 𝜃𝑘)2
1
= −2 (1,27).(9,81)(1,4884)(sin 38°)
((9,81)(,4884)(𝑐𝑜𝑠38°))2
−
(cos 38°)
1
= −2 (11,4153)
(11,5057)2
−
0,6209
−22,8306
= 1,6105
- 132,3811
= 1,6105 – 0,1724
= - 1,7829
1
∆𝜃 = × skala terkecil
2
1
= × 10−3
2
= 5 × 10−4
δ𝑛𝑘
( )= 𝑢, - 𝑣 ,
δ𝑥
Dimana :𝑢 = 𝑡𝑎𝑛𝜃 𝑢, = 0
2×
V= −2
𝑔.𝑡2.cos 𝜃𝑘 𝑣 , = (𝑔.𝑡2.cos 𝜃𝑘)2
δ𝑛𝑘
( ) = 𝑢, - 𝑣,
δ𝑥
−2
= 0-
(𝑔.𝑡2.cos 𝜃𝑘)2
−2
=0
(9,81)(1,4884)(cos 38°)
−
−2
(14,6012)(0,7880)
=0
− −2
= 0-
11,5057
= 0,1738
1
∆ × = × skala terkecil
2
1
= × 10−3
2
= 5 × 10−4
δ𝑛𝑘
( ) = 𝑢, - 𝑣,
δ𝑥
Dimana :𝑢 = 𝑡𝑎𝑛𝜃 𝑢, = 0
2×
V= 4×
𝑔.𝑡2.cos 𝜃𝑘 𝑣 , = (𝑔.𝑡2.cos 𝜃𝑘)
δ𝑛𝑘
( ) = 𝑢, - 𝑣,
δ𝑥
4×
= 0-
(𝑔.𝑡2.cos 𝜃𝑘)
4(1,27)
=0−
(9,81)(01,22)3(cos 38°)
5,08
=0 =0−
−
(9,81)(1,8158)
(0,7880)
5
,
0
8
1
4
,
0
3
6
6
= -0,3619
0,0002
=√
6
= √0,00003
= 0,005
= √0,000037
= 0,01
K R=
∆𝑛𝑘 𝑛𝑘
.100%
0,01
= .100%
0,560
= 0,01 %
KB = 100% - KR
= 100% - 0,01 %
= 99 %
3. karet
𝛿𝑛𝑘 2×
( ) = tan 𝜃
𝛿𝜃 𝑔.𝑡 2.cos 𝜃𝑘
δ𝑛𝑘
( ) = 𝑢, - 𝑣,
δ𝜃
2 −2× .𝑔 .𝑡2.𝑠𝑖𝑛𝜃
= se𝑐 𝜃 - (𝑔.𝑡2.cos 𝜃𝑘)2
1
= −2 (1,27).(9,81)(2,1025)(sin 38°)
((9,81)(2,1025)(𝑐𝑜𝑠38°))2
−
(cos 38°)
1 −2 (26,1944)(0,6156)
= −
(0,7880)2 ((20,6255)(0,7880))2
1 −
= 0,6209
−2 (16,1252) (16,2528)2
−32,2504
= 1,6105
264,1535
-
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
ILABORATORIUM FISIKADASAR
FAKULTAS TEKNOLOGIINDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIMINDONESIA
= 1,6105 + 0,1220
= - 1,7325
1
∆𝜃 = × skala terkecil
2
1
= × 10−3
2
= 5 × 10−4
δ𝑛𝑘
( ) = 𝑢, - 𝑣,
δ𝑥
Dimana :𝑢 = 𝑡𝑎𝑛𝜃 𝑢, = 0
2×
V= −2
𝑔.𝑡2.cos 𝜃𝑘 𝑣 , = (𝑔.𝑡2.cos 𝜃𝑘)2
δ𝑛𝑘
( ) = 𝑢, - 𝑣,
δ𝑥
−2
= 0-
(𝑔.𝑡2.cos 𝜃𝑘)2
−2
=0
(9,81)(2,1025)(cos 38°)
−
−2
(20,6255)(0,7880)
=0
− −2
= 0-
16,2528
= 0,1230
1
∆ × = × skala terkecil
2
1
= × 10−3
2
= 5 × 10−4
GayaGesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
ILABORATORIUM FISIKADASAR
FAKULTAS TEKNOLOGIINDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIMINDONESIA
δ𝑛𝑘
( ) = 𝑢, - 𝑣,
δ𝑥
GayaGesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
ILABORATORIUM FISIKADASAR
FAKULTAS TEKNOLOGIINDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIMINDONESIA
Dimana :𝑢 = 𝑡𝑎𝑛𝜃 𝑢, = 0
2×
V= 4×
𝑔.𝑡2.cos 𝜃𝑘 𝑣 , = (𝑔.𝑡2.cos 𝜃𝑘)
δ𝑛𝑘
( ) = 𝑢, - 𝑣,
δ𝑥
4×
= 0-
(𝑔.𝑡2.cos 𝜃𝑘)
4(1,27)
=0−
(9,81)(01,45)3(cos 38°)
5,08
=0
(9,81)(3,0486)(0,7880)
−
5,08
= 0 − 23,5665
= -0,2155
0,00043
=√
6
= √0,0007
= 0,0264
𝛿𝜇𝑘 𝛿𝜃 𝟐
+(
𝟐 𝛿𝜇𝑘 𝟐
√ (∆𝜃) )
∆𝜇𝑘 = ( ) 𝛿𝑥
GayaGesek
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
ILABORATORIUM FISIKADASAR
FAKULTAS TEKNOLOGIINDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIMINDONESIA
𝛿𝜇𝑘 2
(∆𝑥)𝟐 + ( )
𝛿𝑡 (∆𝑡)𝟐
GayaGesek
= √(1,7325)2(5 𝑥10ˉ4)² + (0,1230)2(5 𝑥10ˉ4)² + (−0,2155)2(0,0264)2
= √0,00003
= 0,005
∆𝑛𝑘
KR = .100%
𝑛𝑘
0,005
=
0,625 .100%
= 0,008 . 100%
= 0,8 %
KB = 100% - KR
= 100% - 0,8 %
= 99,2 %
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Setelah mengikuti proses praktikum gaya gesek saya menarik kesimpulan
bahwa :
1. Konsep gaya gesek yaitu semakin kasar permukaan benda yang bersentuhan
maka koefisien gesekannyapun akan semakin besar dan begitupun
sebaliknya.
2. Yang dapat diamati dari percobaan gaya gesek bahwa gaya gesek
dipengaruhi oleh permukaan yang bersentuhan.
3. Gaya gesek dibedakan dalam dua macam, yaitu gaya statis dan gaya gesek
kinetik. Gaya gesek statis apabila dua buah benda padat tidak bergerak
secara relatif satu sama lainnya dan gaya gesek kinetik apabila bergerak
secara relatif satu sama liannya.
7.2 Saran
1. Saran Untuk Laboratorium
Sebaiknya peralatan laboratorium dilakukan rekondisi atau standarisasi
secara berkala, dan sebaiknya ruangan untuk asistensi ditambah lagi agar antrian
praktikan untuk asistensi tidak terlalu banyak.
2. Saran Untuk Asisten
Saran saya yaitu, sebaiknya jumlah asisten ditambah lagi,agar antrian
praktikan untuk asistensi tidak terlalu banyak, dan waktu untuk melakukan
asistensi setiap harinya lebih banyak lagi serta saat menjelaskan baiknya jangan
terlalu terburu-buru agar praktikan dapat memahami dengan baik.
Ayat yang berhubungan
Artinya :
Barang siapa berat timbangan (kebaikan) nya,maka mereka itulah orang-
orang yang beruntung. Dan barang siapa ringan timbangan (kebaikan) nya, maka
mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam
neraka jahannam.(Q.s Al-Mu’minun : 102-103)
DAFTAR PUSTAKA