Intermediasi (intermediary) merupakan salah satu fungsi lembaga keuangan bank melalui cara penarikan atau himpunan dana dari para penabung (ultimate lenders) yang kemudian disalurkan kembali dalam bentuk pinjaman kepada pihak- pihak yang membutuhkan (ultimate borrowers) baik untuk kepentingan konsumtif maupun produktif. Opreasional perbankan dalam menyalurkan pembiayaan tidak boleh terlepas dari perhitungan likuiditas yang harus dijaga. Tidak semua dana boleh disalurkan dalam bentuk pembiayaan maupun didiamkan keseluruhan dalam bentuk likuiditas. Terdapat trade-off antara pembiayaan dan likuiditas, namun keduanya memiliki batasan masing-masing sehingga bank tetap bisa menjaga tingkat kesehatannya. Stabilnya sistem perbankan dapat dilihat dari kondisi perbankan yang sehat juga berjalannya fungsi intermediasi dalam memobilisasi simpanan masyarakat. Sehinggga perlu adanya keseimbangan antara pembiayaan yang disalurkan dan likuiditas yang dijaga dalam bentuk primary dan secondary reserve. Keseimbangan antara fungsi intermediasi perbankan dan likuiditas ini selain keduanya saling mempengaruhi, juga dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya adalah bonus SWBI (SBIS) bagi bank syariah dan bunga SBI bagi bank konvensial. Terkait dengan fungsi intermediasi dan likuiditas perbankan syariah, dalam tinjauan pustaka ini akan dipaparkan konsep intermediasi dan likuiditas berdasarkan shari’ah framework, kebijakan tekait dengan instrumen yang digunakan sebagai secondary reserve, serta penggunaan linear programming dalam simulasi kebijakan terkait dengan point kedua diatas.
B. Perkembangan Intermediasi Bank Indonesia
Indonesia cenderung menganut sistem keuangan bank-based dimana perbankan memainkan peranan yang besar di sektor keuangan dengan aset perbankan mengusai hampir 80% dari total aset disektor keuangan. Perbankan memiliki fungsi utama yaitu sebagai lembaga intermediasi dari pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana. Melalui fungsi tersebut perbankan menerima simpanan deposito maupun tabungan dari masyarakat untuk disalurkan dalam bentuk kredit kepada pihak yang memerlukan. Bentuk simpanan masyarakat terdiri dari giro, deposito, dan tabungan serta kredit usaha yang disalurkan perbankan kepada sektor ekonomi terdiri dari kredit modal kerja, kredit investasi, kredit konsumsi. Kredit tersebut digunakan masyarakat untuk konsumsi, membiayai usaha ekspor maupun impor, investasi, sehingga aktivitas tersebut dapat meningkatkan output perekonomian (PDB). Terhambatnya fungsi intermediasi perbankan berpotensi menghambat stabilitas keuangan di Indonesia dan pertumbuhan perekonomian domestik. Oleh karena itu, penting untuk mendorong peranan intermediasi perbankan. Efisiensi fungsi intermediasi perbankan dapat dilihat dari besarnya net interest margin (NIM) yaitu selisih lending rate dengan deposit rate. Net Interest Margin juga merupakan indikator profitabilitas perbankan.
C. Fungsi Intermediasi Bank
/Intermediasi keuangan merupakan suatau kegiatan yang dilakukan oleh perbankan sebagai mediator yang berkaitan dengan pengumpulan dana dari pihak ketiga yang mengalami surplus uang yang disalurkan kembali kepada pihak defisit atau peminjam, yang terdiri dari rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah. Intermediasi perbankan melalui upaya penyaluran dana dari pihak 3 rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah yang telah menyimpan kelebihan dananya melalui tabungan/ di perbankan /kepada pihak yang kekurangan dana,/ memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian suatu negara. Bank sebagai lembaga intermediasi perlu dijalankan sesuai dengan fungsinya agar dapat dikategorikan sebagai bank yang sehat, karena terjadi keseimbangan antara dana yang dikumpulkan dari masyarakat dalam bentuk giro, tabungan, deposito dan sertifikat deposito atau yang biasa disebut dana pihak ketiga (DPK) dengan dana yang disalurkan dalam bentuk pinjaman kredit. Di mana DPK tersebut merupakan sumber utama bagi perbankan dalam menjalankan bisnisnya. Fungsi dan peran perbankan dalam menjalankan fungsi intermediasi tersebut, terdiri dari: berperan sebagai broker (perusahaan perantara), sebagai aset transformer, sebagai delegasi pengawas, dan sebagai penyedia informasi. Sedangkan Fungsi Intermediasi sendiri yaitu untuk menghindarkan kekawatiran dan mencegah terjadinya Rush Money (penarikan uang secara serentak dalam skala besar-besaran di bank). Rush Money merupakan suatu risiko yang sangat ditakuti oleh para banker akibat hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap bank./ Sehingga dengan pendekatan intermediasi, bank umum (bank milik pemerintah) akan jauh lebih efisien dan menjadikan sebagai bank yang sehat, dimana terhindar dari risiko-risiko yang dapat menurunkan tinggat dana pada masyarakat./ Bank umum jauh lebih efisien dari pada bank swasta pada periode pasca-peraturan. Sebaliknya, di bawah pendekatan operasinya, bank swasta sepenuhnya efisien secara teknis pada era pra dan pasca reformasi. Temuan tersebut mencerminkan misi bank umum yang lebih memaksimalkan pinjaman, sementara bank swasta lebih termotivasi oleh keuntungan keuangan.
D. Karakteristik Spesifik Bank
/Karakteristik spesifik bank merupakan faktor-faktor yang berasal dari kondisi internal perusahaan (the firm internal condition) atau bank yang mempengaruhi terhadap kebijakan struktur modal, yang dapat dilihat dari neraca dan laporan laba rug/i bank (Athanasoglou et.al, 2005). /Dalam penelitian/ ini akan /digunakan 4 faktor utama dari karakteristik spesifik bank untuk menentukan kebijakan struktur modal/ yaitu: (1) profitabilitas, (2) ukuran bank (size), (3) resiko kredit dan (4) beban manajemen. Profitabilitas /merupakan tingkat kemampuan bank untuk menghasilkan laba selama periode tertentu yang dinyatakan dalam persentase.Tingkat profitabilitas perbankan biasanya dihitung dengan menggunakan rasio ROA (return on asset) yaitu perbandingan antara net income dengan total asset. ROA mencerminkan kemampuan manajemen bank untuk menghasilkan keuntungan dari asset bank./ Size atau ukuran bank /menunjukkan skala usaha yang dilakukan oleh perusahaan. Size atau ukuran perusahaan terlihat dari dari jumlah aset atau aktiva perusahaan, dimana bertambahnya aktiva perusahaan menunjukkan bertambah besar investasi yang dilakukan./ Risiko Kredit atau disebut dengan default risk /yang merupakan suatu risiko akibat kegagalan atau ketidak mampuan nasabah mengembalikan jumlah pinjaman yang diterima dari bank beserta bunganya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan/. Beban manajemen (expense management) /mencerminkan total beban biaya yang dikeluarkan oleh manajemen dengan menjalankan usahanya yaitu operating cost dan biaya beban lainnya (other expense). Peningkatan beban manajemen, yang diproduksi dengan proporsi yang relatif antara total biaya terhadap total aktiva perusahaan, akan memiliki hubungan searah dengan leverage bank. Peningkatan beban manajemen bank berpengaruh positif terhadap struktur modal bank, yakni dalam bentuk peningkatan total hutang relatif terhadap modal sendiri (ekuitas)./
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fungsi Intermediasi Bank
Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi intermediasi bank terdiri dari 6 faktor yaitu: 1. Posisi Modal Modal bank bertindak sebagai penyangga untuk melindungi tabungan penabung. Besarnya modal dalam kaitannya dengan deposit mempengaruhi resiko yang dapat dipikul oleh sebuah bank. Bank yang memiliki struktur modal yang lebih besar dapat memberikan pinjaman dengan jatuh tempo yang lebih lama dan resiko kredit yang lebih besar. 2. Risiko dan Laba Bank yang memiliki kebutuhan laba yang lebih besar, dalam melaksanakan kebijakan pembiayaan lebih agresif dibandingkan dengan bank yang tidak menganggap laba sangat penting. Kebijakan yang agresif mungkin mengharuskan bank memberikan pembiayaan yang lebih besar pada produk murabahah, yang biasanya bank memberikan margin keuntungan yang lebih tinggi dengan risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan pembiayaan modal kerja berupa produk musyarakah ataupun mudharabah. 3. Stabilitas Deposit Naik turun dan jenis deposit harus dipertimbangkan oleh sebuah bank dalam meneruskan kebijakan pinjamannya. Setelah menetapkan cadangan yang cukup untuk cadangan primer dan sekunder bank, selanjutnya dapat memberikan pembiayaan. Walaupun kedua cadangan dimaksudkan untuk menjaga fluktuasi deposit yang dapat diperkirakan serta naik turunnya rekening karena kebutuhan yang tak terduga mengharuskan bank untuk mempertimbangkan stabilitas deposit dalam merumuskan kebijakan pembiayaan. 4. Kondisi Ekonomi Kondisi ekonomi daerah yang dilayani oleh bank sangat berpengaruh dalam menentukan kebijakan pembiayaan suatu perekonomian yang stabil dan lebih mendukung kebijakan pinjaman yang lebih longgar dibandingkan dengan kondisi ekonomi yang mengalami perubahan musim dan siklus. Kondisi ekonomi yang penuh ketidakpastian mengandung risiko pembiayaan bermasalah yang lebih besar dibandingkan dengan kondisi ekonomi yang stabil. Perhatian harus diberikan pada perekonomian nasional. Kondisi para modal yang stabil dan dinamis juga merupakan alternatif bagi investasi maupun penerima pembiayaan. 5. Kebijakan Moneter dan Fiskal Kemampuan bank memerikan pembiayaan dipengaruhi oleh kebijakan moneter dan fiskal. Jika kebijakan moneter dan fiskal bersifat ekspansi dan cadangan tambahan diberikan pada sistem perbankan komersial, kemampuan bank untuk memberikan pinjaman akan meningkat. Dalam keadaan seperti ini bank dapat membuat kebijakan pinjaman yang lebih longgar dari pada kalau keadaan sebaliknya. Penurunan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sudah semestinya menurunkan suku bunga pinjaman bank konvensional, dan terhadap bank syariah penurunan suku bunga ini akan berdampak pada debiturnya yang mungkin akan lari untuk mendapatkan dana dari bank konvensional. Demikian pula dengan penerapan pajak pada simpanan bank dan transaksi di pasar modal. 6. Profesionalitas Sumber Daya Manusia Bank Profesionalitas sumber daya manusia berperan penting dalam pembuatan kebijakan pembiayaan. Pejabat bank yang memiliki kemampuan dan berpengalaman yang banyak di bidang pembiayaan akan memberikan keputusan yang cepat dan tepat dalam pemberian pembiayaan. SDM bank yang professional juga akan menjamin layanan pemberian pembiayaan yang cepat dan tidak berteletele. 7. Kebutuhan Pembiayaan di Daerah Setempat Alasan utama pembentukan bank atau pembukaan jaringan suatu adalah untuk melayani masyarakat setempat dan sekitarnya. Jika ini tidak dilakukan, maka tidak ada atau sedikit sekali alasan untuk membenarkan kehadirannya. Bank secara moral terlibat untuk memberikan pembiayaan kepada masyarakat yang mengajukan permohonan pinjaman yang sehat dan logis secara ekonomis.