A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara keempat dengan jumlah penduduk terbesar di
dunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Laju pertumbuhan penduduk di Indonesia
yang tinggi akan berpengaruh pada tingkat kehidupan dan kesejahteraan penduduk. Untuk
menanggulangi masalah tersebut pemerintah Indonesia telah merencanakan berbagai progam
untuk menangani masalah kependudukan. Salah satu usaha pemerintah untuk menurunkan
jumlah penduduk dengan program Keluarga Berencana Nasional sebagai integrasi dari
pembangunan nasional yang mempunyai tujuan untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia
sejahtera.
Keluarga Berencana atau yang lebih akrab disebut KB adalah program skala nasional
untuk menekan angka kelahiran dan mengendalikan pertambahan penduduk di suatu negara.
Program KB juga secara khusus dirancang demi menciptakan kemajuan, kestabilan, dan
kesejahteraan ekonomi, sosial, serta spiritual setiap penduduknya. Program KB di Indonesia
diatur dalam UU N0 10 tahun 1992, yang dijalankan dan diawasi oleh Badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Wujud dari program Keluarga Berencana
adalah pemakaian alat kontrasepsi untuk menunda/mencegah kehamilan kehamilan.
Data-data dalam SDKI Tahun 2017 memperlihatkan kemajuan-kemajuan yang dicapai
program keluarga berencana (KB) dalam 5 tahun terakhir dan kontribusinya terhadap situasi
transisi demografi di Indonesia. TFR Indonesia mengalami penurunan sebanyak 0,2 poin,
dari 2,6 per wanita usia subur pada SDKI Tahun 2012 menjadi 2,4 per wanita usia subur
pada SDKI Tahun 2017. Akan tetapi, masih terdapat (dua) sasaran yang perlu menjadi
perhatian kita bersama, karena belum sesuai dengan target yang ditetapkan. Kedua indikator
tersebut yaitu pertama, adalah peningkatan penggunaan kontrasepsi modern yang hanya
mencapai 57% dari target tahun 2018 sebesar 61,1% dan terakhir adalah menurunkan tingkat
unmet need dari 12.4% sesuai dengan tahun 2018 sebesar 10,14%.
Berdasarkan data basis dan kesertaan KB di Kecamatan Tungkal Ulu, terlihat bahwa
kesertaan KB nya masih rendah, terutama metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Hal
Dapat diketahui bahwa masih banyak pasangan usia subur (PUS) yang belum menggunakan
alat dan obat kontrasepsi dalam membatasi serta menjarangkan kehamilan. Permasalahan
seperti ini apabila tidak ditangani akan menyebabkan banyak terjadinya kehamilan yang
tidak diinginkan (KTD) sehingga menurunkan kualitas hidup keluarga yang bersangkutan.
Oleh karena itu, perlu dilakukan advokasi kepada PPKBD dan Sub PPKBD untuk
membahas isu permasalahan tersebut.
H. Tujuan Advokasi:
Tujuan dilakukannya advokasi dengan PPKBD dan Sub PPKBD ialah untuk agara
sasaran mengetahui pelaksanaan kegiatan staff meeting guna melakukan pembahasan
terkait data basis dan kepesertaan KB di Kecamatan Tungkal Ulu serta melakukan
intervensi terkait pemasalahan rendahnya kepesertaan KB di Kecamatan Tungkal Ulu.
K. Hasil Advokasi :
Hasil advokasi bersama PPKBD dan Sub PPKBD yaitu sasaran mengetahui
pelaksanaan kegiatan staff meeting di Balai Penyuluhan KB Kecamatan Tungkal Ulu yang
akan diselenggarakan pada tanggal 04 November 2020. Pelaksanaan kegiatan ini betujuan
untuk membahas data basis dan data kepesertaan KB di Kecamatan Tungkal Ulu
berdasarkan data yang telah dikumpulkan oleh PPKBD dan Sub PPKBD. Selanjutnya akan
dilakukan cross check ulang data yang tertera dengan keadaan di lapangan. Selanjutnya
PPKBD dan Sub PPKBD dari tiap-tiap desa akan memberikan penjelasan terhadap data
tersebut. Apabila data sudah valid maka akan dilakukan pengambilan kebijakan guna
mengatasi permasalahan berdasarkan data yang ada.
Mengetahui, Tungkal Ulu, 05 November 2020
Penyuluh KB