PENDAHULUAN
secara objektif sehubungan dengan asersi atas tindakan dan peristiwa ekenomi untuk
2002).
Sebagaimana yang dicantumkan dalam standar audit pekerjaan lapangan yang ketiga
yaitu bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit. Makna cukup menunjukkan
tidak semua bukti audit harus dikumpulkan, melainkan dapat menggunakan sebagian
Sampling merupakan prosedur yang umum digunakan oleh auditor. IAI melalui
penerapan prosedur audit terhadap unsur-unsur suatu saldo akun atau kelompok
transaksi yang kurang dari seratus persen dengan tujuan untuk menilai beberapa
Untuk memperoleh bukti yang memadai, auditor tidak harus memeriksa seluruh
sesuai dengan Federal Judicia Center 1994 memutuskan menerima bukti sampel
tergantung dari fakta atau data sampel tersebut merupakan “tipe sampel data yang
digunakan oleh ahli dalam bidang tertentu untuk membentuk opini atau menarik
kesimpulan atas subyek tertentu.” Dengan demikian bukti sampel yang dihimpun oleh
auditor layak dijadikan bukti di pengadilan. Dan ini merupakan tantangan bagi profesi
tidak akan mengetahui apakah sampel yang diambilnya merupakan sampel yang
Dalam hal ini auditor tidak menggunakan teknik statistik untuk menentukan ukuran
sampel, pemilihan sampel dan atau pengukuran risiko sampling pada saat
mengevaluasi hasil sampel. Selain sampel non statistical auditor dapat juga
sampel yang paling efisien dan mengkuantifikasi hasilnya, sehingga dapat mengambil
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam
penulisan ini adalah “ Bagaimanakah metode pengambilan sampel audit dan faktor-
tentang bagaimana metode pengambilan sampel audit dan faktor-faktor apa saja yang
1. Makalah ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan mengenai audit
sampling serta merupakan sarana latihan untuk diterapkan dalam pembelajaran dari
2. Makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan referensi yang berguna bagi
pembaca.
3. Makalah ini diharapkan dapat menambah pembendaharaan perpustakaan dan juga
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Audit
Setiap badan usaha baik yang bertujuan untuk memaksimalkan laba maupun
nirlaba membutuhkan audit. audit dapat dilakukan oleh auditor eksterna juga oleh
auditor internal. Biasanya auditor eksternal melakukan audit atas laporan keuangan
perusahaan tersebut. Sedangkan audit yang dilakukan oleh pihak internal selain
telah melaksanakan peraturan dan perundangan. Audit internal dapat juga dilakukan
untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi perusahaan. Mengingat penting audit atas
asersi suatu entitas, maka audit harus dilaksanakan dengan menggunakan tahap-tahap
yang terstruktur. Proses audit atas laporan keuangan dibagi dalam tahap-tahap berikut :
ikatan perjanjian. Dalam ikatan perjanjian, klien menyerahkan pekerjaan audit atas
laporan keuangan kepada auditor dan auditor sanggup untuk melaksanakan pekerjaan
Setelah auditor memutuskan untuk menerima perikatan audit dari kliennya, langkah
berikutnya yang perlu ditempuh adalah merencanakan audit. Tahap-tahap yang harus
dilakukan dalam merencanakan audit adalah memahami bisnis dan industri klien,
berpengaruh terhadap saldo awal, jika perikatan dengan klien berupa audit tahun
Tahap pelaksanaan pengujian disebut juga dengan pekerjaan lapangan. Tujuan utama
pelaksanaan pekerjaan lapangan ini adalah untuk memperoleh bukti audit tentang
Tahap akhir pekerjaan audit atas laporan keuangan adalah pelaporan audit.
Pelaksanaan tahap ini harus mengacu ke standar pelaporan. Ada dua langkah penting
yang dilaksanakan oleh auditor dalam pelaporan audit ini (1) menyelesaikan audit
dengan meringkas semua hasil pengujian dan menarik simpulan, (2) menerbitkan
laporan audit.
Untuk menyajikan laporan audit atau memberikan opini atas laporan keuangan
suatu perusahaan, auditor membutuhkan bukti-bukti audit. Menurut Mulyadi (2002 : 74)
Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau informasi lain
yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai
dasar yang layak untuk menyatakan pendapatnya. Bukti audit yang mendukung laporan
keuangan terdiri dari data akuntansi dan semua informasi penguat (corroborating
information) yang tersedia bagi auditor. Tipe bukti audit dapat dikelompokkan dalam
dua golongan yaitu data akuntansi dan informasi penguat. Data akuntansi terdiri dari
pengendalian intern dan catatan akuntansi. Pengendalian intern yang dibentuk dalam
setiap kegiatan perusahaan dapat digunakan untuk mengecek ketelitian dan keandalan
data akuntansi. Kesalahan yang timbul akan segera dan secara otomatis dapat
diketahui dengan adanya pengecekan silang (cross check) dan cara-cara pembuktian
Jika auditor yakin bahwa perusahaan telah merancang pengendalian intern dan
telah melaksanakannya dalam kegiatan usahanya setiap hari, hal ini merupakan bukti
audit yang kuat bagi auditor mengenai keandalan informasi yang dicantumkan dalam
laporan keuangan. Sedangkan catatan akuntansi terdiri dari jurnal, buku besar dan
buku pembantu serta buku pedoman akuntansi, memorandum, dan catatan tidak resmi,
seperti daftar lembaran kerja (worksheet) yang mendukung alokasi biaya, perhitungan
keuangan. Data akuntansi saja tidak dapat dianggap sebagai pendukung yang cukup
suatu laporan keuangan tanpa dilandasi oleh kewajaran dan kecermatan data akuntansi
yang mendukung laporan keuangan, pendapat auditor atas laporan keuangan tidak
akan terjamin. Auditor menguji data akuntansi yang mendasari laporan keuangan
dengan jalan (1) menganalisis dan mereview, (2) menelusuri kembali langkah-langkah
prosedur yang diikuti dalam proses akuntansi dan dalam proses pembuatan lembaran
kerja dan alokasi yang bersangkutan, (3) menghitung kembali dan melakukan
perhitungan, bukti lisan, perbandingan dan rasio dan bukti dari spesialis. Informasi
pemeriksaan fisik, serta informasi lain yang dikembangkan oleh atau tersedia bagi
kuat.
substantive, auditor harus mengumpulkan bukti. Bukti yang dapat digunakan sebagai
pendukung laporan audit adalah seluruh data akuntansi dan informasi penguat yang
digunakan oleh perusahaan dalam menyusun laporan keuangan. Seluruh bukti ini
merupakan populasi bukti audit. Menurut Copper dan Schindler (2006 : 112) Populaso
merupakan kumpulan seluruh obyek yang ingin kita ketahui besaran karakteristiknya.
yang akurat, karena dikumpulkan dari semua bukti. Tetapi penggunaan populasi
memakan waktu yang lama dan membutuhkan biaya yang tinggi. Untuk menghemat
Copper dan Schindler (2006 : 112) sampel adalah sebagian obyek populasi yang
mewakili karakteristik populasinya, dan kemudian diteliti. Hasil penelitian atas sampel
kemudian digeneralisasi bagi keseluruhan populasi. Dengan demikian sampel yang
Ada beberapa alasan yang mendorong pengambilan sampel. Alasan pertama
menggunakan sampel adalah biaya yang lebih rendah dari pada menggunakan
populasi, alasan lain adalah akurasi hasil yang lebih besar. Karena jumlah bukti yang
lebih sedikit, maka kecepatan pengumpulan data lebih tinggi, dan tersedianya elemen
populasi. Menurut Gaffor dan Charmichael (1984) baik non statistical sampling maupun
2. Dapat dijadikan dasar untuk mengambil keputusan audit, apakah suatu akun secara
material disajikan terlalu tinggi atau tidak ada kesalahan yang terdeteksi.
3. Dapat menghindarkan masalah yang kompleks dan inefisiensi seperti dalam
sampel yang harus dipertimbangkan auditor. Jika sampling digunakan, terdapat suatu
unsur ketidakpastian dalam kesimpulan audit. Unsur ketidakpastian ini disebut risiko
sampling (sampling risk). Menurut Messier, Glover dan Prawitt (2006 : 369) risiko
sampling adalah kemungkinan bahwa sample yang telah diambil tidak mewakili
populasi, sehingga sebagai akibatnya atas dasar sampel tersebut auditor menarik
Menurut PSA No. 26 Sampling audit adalah penerapan prosedur audit terhadap
kurang dari seratus persen unsur dalam suatu saldo akun atau kelompok transaksi
dengan tujuan untuk menilai beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi
tersebut. Terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan dalam audit sampling yaitu
non statistical dan statistik. Pada non statistik untuk menentukan ukuran sampel,
pemilihan sampel dan atau pengukuran risiko sampling pada saat mengevaluasi hasil
probabilitas untuk menghitung ukuran sampel dan mengevaluasi hasil sampel, dengan
efisien dan mengkuantifikasi risiko sampling untuk tujuan mencapai kesimpulan statistik
bukti sampel. Menurut Messier, Glover dan Prawitt (2006 : 374) keuntungan utama dari
sampling statistik adalah membantu auditor dalam (1) merancang ukuran sampel yang
efisien, (2) mengukur kecukupan dari bukti yang diperoleh, dan (3) mengkuantifikasi
risiko sampling. Kerugian dari sampling statistik di antaranya adalah adanya tambahan
biaya untuk (1) pelatihan auditor dalam menggunakan tehnik sampling yang memadai,
(2) perancangan dan pelaksanaan penerapan sampling, dan (3) kurangnya konsistensi
penerapan antara tim audit karena kompleksitas dari konsep yang mendasarinya.
Secara lebih rinci auditor memeriksa sebagian bukti dengan berbagai cara
Statistical sampling dibagi menjadi dua : attribute sampling dan variabel
sedangkan variabel sampling digunakan terutama untuk menguji nilai rupiah yang
Model pengambilan sampel ini adalah model yang paling banyak digunakan dalam
auditor dapat memperkirakan berapa persen bukti kas keluar (voucher) yang terdapat
dalam populasi tidak dilampiri bukti pendukung yang lengkap. Model ini terutama
a. Penentuan attribute yang akan diperiksa untuk menguji efektivitas pengendalian intern.
Attribute adalah karakteristik yang bersifat kualitatif suatu unsur yang membedakan
unsur tersebut dengan unsur yang lain. Dalam hubungannya dengan pengujian
pengendalian, attribute adalah penyimpangan dari atau tidak adanya unsur tertentu
b. Penentuan populasi yang akan diambil sampelnya. Apabila attribute telah ditentukan,
auditor harus menentukan populasi yang akan diambil, misalnya kelompok dokumen
c. Penentuan besarnya sampel. Untuk menentukan besarnya sampel yang akan diambil
dari populasi tersebut secara statistik, maka auditor harus mempertimbangkan faktor-
faktor berikut :
1) Penentuan tingkat keandalan (realibility level) atau confidence level atau disingkat R%.
pengendalian intern. Sebagai contoh, jika auditor memilih R= 95% berarti bahwa ia
tidak efektif.
2) Penaksiran presentase, terjadinya attribute dalam populasi. Penaksiran didasarkan
pada pengalaman auditor dimasa yang lalu atau dengan melakukan percobaan.
3) Penentuan batas ketepatan atas yang diinginkan (desired upper precision limit atau
DUPL)
4) Penggunaan tabel penentuan besarnya sampel untuk menentukan besarnya sampel.
d. Pemilihan anggota sampel dari seluruh anggota populasi. Setelah ditentukan besarnya
sampel, langkah selanjutnya adalah menentukan anggota populasi yang akan menjadi
sampel. Agar setiap anggota populasi dapat menjadi sampel, maka auditor dapat
sebelumnya pada sampel yang akan diambil. Auditor harus mencatat beberapa kali
menemukan attribute yang tidak sesuai dengan pengendalian intern yang telah
dilakukan.
f. Evaluasi hasil pemeriksaan terhadap attribute anggota sampel. Apabila auditor telah
tingkat kesalahan dalam sampel tersebut dengan menggunakan tabel Achieved Upper
Percision Limit (AUPL). AUPL akan dibandingkan dengan DUPL. Jika AUPL lebih
rendah dari AUPL, kesimpulan yang dapat diambil adalah unsur pengendalian intern
terlalu banyak mengambil sampel. Hal ini dapat diatasi dengan menggunakan model
attribute sampling yang lain, yaitu stop or go sampling. Dalam stop or go sampling ini,
sampelnya. Prosedur yang harus ditempuh oleh auditor dalam menggunakan stop or
a. Tentukan desired upper precision limit dan tingkat keandalan. Pada tahap ini auditor
menentukan tingkat keandalan yang akan dipilih dan tingkat kesalahan maksimum yang
dapat diterima. Tabel yang tersedia dalam stop or go sampling ini menyarankan auditor
b. Gunakan tabel besarnya sampel minimum untuk pengujian pengendalian guna
menentukan sampel pertama yang harus diambil. Setelah tingkat keandalan dan
desired upper precision limit (DUPL) ditentukan, langkah berikutnya adalah menentukan
besarnya sampel minimum yang harus diambil oleh auditor dengan bantuan tabel
baik, auditor disarankan untuk tidak menggunakan tingkat keandalan kurang dari 95%
dan menggunakan desired upper precision limit lebih dari 5%. Dengan demikian pada
c. Buat tabel stop or go decision. Setelah besarnya sampel minimum ditentukan langkah
selanjutnya adalah membuat tabel keputusan. Dalam tabel stop or go decision tersebut
adalah :
a. Jika auditor memperkirakan tingkat kesalahan dalam populas sebesar nol atau
b. Jika auditor mencari karakteristik yang sangat kritis, yang jika hal ini ditemukan,
merupakan petunjuk adanya ketidakberesan yang lebih luas atau kesalahan yang
Discovery sampling digunakan pula oleh auditor dalam pengujian substantif. Jika tujuan
audit untuk menemukan paling tidak satu kesalahan yang mempunyai dampak
potensial terhadap suatu akun, discovery sampling umumnya dipakai untuk tujuan
berikut :
2) Tentukan populasi dan besar populasi yang akan diambil sampelnya
Variabel sampling adalah teknik statistik yang digunakan oleh auditor untuk menguji
kewajaran suatu jumlah atau saldo dan untuk mengestimasi jumlah rupiah suatu saldo
akun atau kuantitas yang lain. Dalam pengujian substantif, auditor dapat menghadapi
dua keputusan yaitu melakukan estimasi suatu jumlah (misalnya saldo suatu akun) atau
memperkirakan saldo suatu akun, hasil perhitungannya akan berupa nilai rupiah (rata-
rata sampel dikalikan dengan besarnya populasi ditambah atau dikurangi dengan suatu
interval jumlah rupiah pada tingkat kepercayaan yang diinginkan. Variabel sampling
untuk memperkirakan saldo suatu akun digunakan oleh auditor dalam kondisi :
1. Jika klien tidak menyajikan suatu jumlah yang dapat dianggap benar.
pengambilan sampel dalam pengujian substantif dilakukan oleh auditor melalui 7 tahap
berikut ini :
Metode sampling dalam melaksanakan audit sudah digunakan secara luas, baik
oleh auditor internal maupun auditor eksternal (akuntan publik). Menurut Gaffor dan
Charmichael (1984) pada dasarnya ada dua jenis audit sampel yaitu statistical sampling
dan non statistical sampling. Meskipun sebagian auditor lebih memilih non statistical
dibutuhkan baik menggunakan metode sampel statistik dan metode non statistik.
Perbedaan utama antara statistical dan non statistical sampling adalah terletak pada
3. Menentukan tingkat kesalahan yang dapat diterima sebagai risiko sampel.
intern (Maingot dan Quon 2009) menggunakan non statistical sampling. Hal ini
frekuensi penggunaan sampling statistik oleh auditor informasi lain dikumpulkan oleh
(Maingot dan Quon 2009) baru hampir separuh responden mengikuti pelatihan audit
2. Persepsi auditor terhadap metode sampling statistik dan persepsi auditor terhadap
menyadariimplikasi hukum (legal) dari penggunaan metode ini. Dan menurut kedua
statistic.
dasar memadai untuk suatu pendapat” yang di acu dalam standar pekerjaan lapangan
ketiga. Dasar untuk menerima beberapa ketidakpastian timbul dari hubungan antara
faktor-faktor seperti biaya dan waktu yang diperlukan untuk memeriksa semua data dan
konsekuensi negatif dari kemungkinan keputusan yang salah yang didasarkan atas
kesimpulan yang dihasilkan dari audit terhadap data sampel saja. Jika faktor-faktor ini
memeriksa semua data. Karena hal ini jarang terjadi, maka konsep dasar sampling
risiko audit. risiko audit terdiri dari (a) risiko (meliputi risiko bawaan dan risiko
pengendalian) bahwa saldo atau kelompok dan asersi yang berkaitan, mengandung
salah saji yang mungkin material bagi laporan keuangan, jika dikombinasikan dengan
salah saji pada saldo-saldo atau kelompok yang lain, dan (b) risiko (risiko deteksi)
bahwa auditor tidak menemukan salah saji tersebut. Risiko terjadinya peristiwa-
peristiwa negatif ini (adverse events) secara bersamaan dapat dipandang sebagai
auditor menilai berbagai faktor untuk menentukan risiko bawaan dan risiko
pengendalian (penentuan risiko pengendalian pada tingkat yang lebih rendah dari pada
melakukan pengujian substantif (prosedur analitik dan pengujian atas rincian saldo-
mungkin menjadi lain dari kesimpulan yang akan dicapainya jika cara pengujian yang
sama diterapkan terhadap semua unsur saldo akun atau kelompok transaksi. Dengan
pengertian, suatu sampel tertentu mungkin mengandung salah saji moneter atau
besar atau kurang daripada yang sesungguhnya terkandung dalam saldoakun atau
kelompok transaksi secara keseluruhan. Untuk suatu desain sampel tertentu, risiko
Risiko nonsampling meliputi semua aspek risiko audit yang tidak berkaitan
semua transaksi atau saldo dantetap gagal mendeteksi salah saji yang material. Risiko
piutang yang tercatat tidak dapat diandalkan untukmenemukan piutang yang tidak
saji yang ada pada dokumen yang diperiksanya, hal yang akan membuatprosedur audit
nonsamplingdapat dikurangi sampai pada tingkat yang dapat diabaikan melalui cara-
cara seperti perencanaandan supervisi memadai (lihat SA Seksi 311 [PSA No. 05]
Perencanaan dan Supervisi danpenyelenggaraan praktik audit yang balk oleh kantor
akuntan publik (lihat SASeksi 161 [PSA No.01] Hubungan Standar Audit ing dengan
1. Risiko keliru menerima (risk of incorrect acceptance), yaitu risiko mengambil kesimpulan
berdasarkan hasil sampel, bahwa saldo akun tidak berisi salah saji secara material,
2. Risiko keliru menolak (risk of incorrect rejection), yaitu risiko mengambil kesimpulan,
berdasarkan hasil sampel, bahwa saldo akun berisi salah saji secara material, padahal
1. Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah (risk of assessing
control risk too low), yaitu risiko menentukan tingkat risiko pengendalian, berdasarkan
yang sesungguhnya.
2. Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi (risk of assessing
control risk too high), yaitu risiko penentuan tingkat risiko pengendalian, berdasarkan
hasil sampel, yang terlalu tinggi dibandingkan dengan efektivitas operasi pengendalian
yang sesungguhnya.
Risiko keliru menolak dan risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu
tinggi, berkaitan dengan efisiensi audit. sebagai contoh, jika penilaian auditor atas
sampel audit menuntunnya pada kesimpulan awal yang keliru bahwa suatu saldo telah
salah saji secara material, padahal kenyataannya tidak demikian, penerapan prosedur
tambahan dan pertimbangan atas bukti-bukti audit yang lain biasanya akan menuntun
auditor ke kesimpulan yang benar. Sama halnya, jika penilaian auditor atas sampel
menuntunnya pada penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi, maka
Risiko keliru menerima dan risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang
terlalu rendah, berkaitan dengan efektivitas audit dalam pendeteksian terhadap ada
laporan keuangan. Untuk panduan umum perencanaan, lihat SA Seksi 311 (PSA No.
mempertimbangkan :
1. Hubungan antara sampel dan tujuan audit yang relevan. Lihat SA Seksi 326 (PSA No.
3. Tingkat risiko keliru menerima yang dapat diterima (allowable risk of incorrect
acceptance).
4. Karakteristik populasi, yaitu unsur yang membentuk saldo akun atau kelompok transaksi
audittertentu yang hares dicapai dan wajib menentukan apakah prosedur atau
kombinasi proseduraudit yang akan diterapkan akan mencapai tujuan tersebut. Auditor
wajib menentukanapakah populasi yang menjadi asal suatu sampel adalah memadai
untuk suatu tujuan audit.Sebagacontoh, auditor tidak akan dapat mendeteksi penyajian
akun yang terlalu rendah karena adanyaunsur yang dihilangkan, dengan melakukan
diambil sampelnya untuk menguji apakah utang dagang telah disajikan terlalu
rendahkarena tidak dicatatnya transaksi pembelian. Atau dokumen pengiriman mungkin
Penilaian dalam satuan moneter atas hasil sampel untuk pengujian substantif
seperti itu dapatdihubungkan dengan pertimbangan auditor atas jumlah salah saji
moneter yang mungkinmaterial. Dalam perencanaan sampel untuk penguj ian substantif
mengakibatkan laporan keuangan menjadi salah sajisecara material. Salah saji moneter
maksimum pada saldo atau kelompok ini disebut salah saji yangdapat diterima
(tolerable misstatement) pada sampel. Salah saji yang dapat diterima adalah
atas tingkatmaterialitas, yang ditentukan sedemikian rupa sehingga salah saji yang
dapat diterima. Pada saat tingkatrisiko bawaan, risikopengendalian, dan risiko deteksi
yang telah ditentukan untuk prosedur audit lain yang diarahkan ketujuan audit yang
sama menurun, risiko keliru menerima yang dapat diterima oleh auditor untukpengujian
pengujiansubstantif atas rincian tersebut semakin kecil. Sebagai contoh, jika risiko
bawaan dan risikopengendalian ditentukan pada tingkat maksimum, dan tidak ada
pengujiansubstantif lain yang diarahkan ke tujuan audit yang sama, auditor harus
menerima risiko kelirumenerima dengan tingkat yang rendah untuk pengujian substantif
rinci. Dalam hal ini, auditormemilih ukuran sampel yang lebih besar untuk pengujian
atas rincian daripada jika ia menerima risikokeliru menerima dengan tingkat yang lebih
tinggi.
Sebagaimana dibahas dalam SA Seksi 326 [PSA No. 07] Bukti Audit,cukup atau
tidaknyapengujian atas rincian saldo akun atau, kelompok transaksi tertentu, berkaitan
dengan penting atautidaknya unsur yang diuji dan kemungkinan salah saji yang
tersendiri, dan unsur yang harus disampling. Auditorwajib memeriksa unsur yang,
contoh, hal tersebut meliputi unsur yang potensi salah sajinya secara individualdapat
sama atau melebihi salah saji yang dapat diterima. Semua unsur yang telah diputuskan
olehauditor untuk diperiksa 100% bukan merupakan bagian dari populasi yang
disampling. Unsur lainyang, menurut pertimbangan auditor, perlu diuji untuk memenuhi
atau catatan unsur, sifat pengendalian yang terkaitdengan pemrosesan unsur, dan pert
Untuk menentukan jumlah unsur yang harus dipilih dalam suatu sampel pada
diharapkan mewakili populasi. Oleh karena itu, semua unsur dalam populasi harus
memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih. Sebagai contoh, pemilihan secara acak
terhadap setiap unsur sampel. Dalam beberapa situasi, auditor mungkin tidak dapat
menerapkan prosedur audit yang direncanakan terhadap unsur sampel yang terpilih
yang tidak diperiksa ini akan tergantung pada dampak unsur tersebut terhadap
dengan dipertimbangkannya unsur yang tidak diperiksa sebagai salah saji,maka tidak
bahwa saldoatau kelompok transaksi berisi salah saji yang material, ia wajib
implikasi terhadap penentuan tingkat risiko pengendalian yang telah direncanakan, atau
Auditor wajib memproyeksikan salah saji hasil sampel terhadap unsur dalam
populasi yang menjadi asal sampel yang dipilih. Ada beberapa cara yang dapat diterima
telah memilih sebuah sampel dari setiapunsur yang keduapuluh (50 unsur) dari suatu
populasi yang terdiri dari 1000 unsur. Jika auditormenemukan lebih saji (overstatement)
saji sebesar Rp 12.000.000 dengan membagi jumlah lebih saji dalamsampel tersebut
salah saji projeksian tersebut harus dibandingkan dengan salah saji saldo akun atau
terhadap risiko sampling. Jika total salah saji projeksian lebih kecil daripadasalah saji
yang dapat diterima untuk saldo akun atau kelompok transaksi, auditor
salah saji yang dapat diterima. Sebaliknya, jika total salah saji projeksian mendekati
menyimpulkan adanya risiko yang sangat tinggi bahwa salah saji moneter yang
Sebagai tambahan terhadap penilaian atas frekuensi dan jumlah moneter suatu
salah saji,auditor harus mempertimbangkan aspek kualitatif suatu salah saji. Hal ini
meliputi (a) sifat danpenyebab salah saji, sepertiapakah salah saji disebabkan oleh
atau kecerobohan, dan (b) kemungkinanhubungan antara salah saji dengan tahapan
adanya kekeliruan.
Jika hasil sampel menunjukkan bahwa asumsi perencanaan auditor tidak benar,
maka iaharus mengambil tindakan yang dipandang perlu.Sebagai contoh, jika salah saji
moneterditemukan dalam pengujian substantif atas rincian jumlah atau frekuensi, yang
lebih besar dari tingkatrisiko bawaan dan risiko pengendalian yang telah ditentukan,
telah dirancang atas dasar tingkat risiko bawaan dan risikopengendalian sebelumnya.
Auditor harus mengaitkan penilaian atas sampel dengan bukti audit lain yang
yang berkaitan.Hasil proyeksi salah saji untuk penerapan sampling audit dan
bukti audit lain yang relevan, dalam rangkapenilaian auditor terhadap apakah laporan
harus mempertimbangkan :
2. Tingkat penyimpangan maksimum dari pengendalian yang ditetapkan yang akan
terlalu rendah.
4. Karakteristik populasi, yaitu unsur yang membentuk saldo akun atau kelompok transaksi
yang sangat tergantung atas pemisahan tugas memadai atau yangsebaliknya tidak
akan memberikan bukti dokumenter atas kinerja. Di samping itu, sampling mungkin
atau sistem akuntansi. Sebagai contoh, sampling tidak dapatditerapkan dalam prosedur
penyimpangan dari pengendalian internyang telah ditetapkan, baik dalam bentuk tingkat
prosedur atau kebijakan yang telah ditetapkan,dan tingkat keyakinan yang diberikan
direncanakan, dan (b) tingkat keyakinan yang diinginkan oleh bukti auditdalam sampel.
tingkat yang rendah, dan ia menginginkan tingkat keyakinan yang tinggi dari bukti audit
penyimpangan yang dapat diterimasebesar 5% atau lebih kecil makin baik. Jika auditor
disediakan oleh sampel (seperti misalnya permintaan keterangan atas cukup atau
akuntansi jika penyimpangan dansalahsaji tersebut terjadi dalam transaksi yang sama.
diharapkan akan menghasilkan salah saji pada tingkat yang lebih rendah.
Dalam beberapa situasi, risiko salah saji material atas suatu asersi mungkin
penyimpangan dari kombinasi prosedur atau kebijakan harus dinilai dengan dasar
tersebut.
telah ditetapkan. Jika tingkat keyakinan tinggi diharapkan dari bukti audit yang
dihasilkan dari sampel, auditor harus menerima tingkat risiko sampling yang rendah
dapat diterima dari pengendalian yang diuji, kemungkinan tingkat penyimpangan, dan
risiko yang dapat diterima dalam penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu
Unsur sampel harus dipilih sedemikian rupa sehingga sampel yang terpilih
diharapkan dapat mewakili populasi. Oleh karena itu, semua unsur dalam populasi
salah satu cara pemilihan sampeltersebut. Ada tiga metode pemilihan sampel yang
populasi atau dalam setiap strata memiliki kesempatan yangsama untuk dipilih,
seluruh periode yang diaudit. SA Seksi 319 [PSA No. 23] Pertimbangan
PengendalianIntern dalamAudit Laporan Keuangan paragraf 73 memberikan panduan
harusdilaksanakan terhadap setiap unsur sampel. Jika auditor tidak dapat menerapkan
penyimpangan dari prosedur ataukebijakan yang telah ditetapkan untuk tujuan penilaian
sampel.
terhadap tingkatpenyimpangan dalam populasi yang menjadi asal sampel. Jika estimasi
tingkat penyimpanganlebih kecil dari tingkat penyimpangan yang dapat diterima untuk
tingkat penyimpangan populasi yang dapat diterimasebesar 5%, dan auditor tidak
menyimpulkan bahwa terdapat suatu risiko sam-pling rendah yang dapat diterima
dapat diterima. Sebaliknya, jika dalam sampel tersebut terdapat satuatau lebih
penyimpangan, auditor dapat menyimpulkan bahwa terdapat risiko sampling tinggi
penyimpangan. Hal ini meliputi (a)sifat dan penyebab penyimpangan, seperti misalnya,
risikopengendalian yang direncanakan atas suatu asersi, maka ia harus menilai kembali
sifat, waktu, danlingkup prosedur substantif berdasarkan atas pertimbangan yang telah
direvisi atas tingkat risikopengendalian yang ditetapkan untuk asersi laporan keuangan
yang relevan.
Dalam beberapa situasi, auditor dapat mendesain sampel yang akan digunakan
pengendalian atas pencatatan dalam register bukti kas keluar (voucher register)dapat
Ukuran sampel yang dirancang untuk tujuanganda harus merupakan yang terbesar di
terpisah. Dalam menilai pengujian tersebut, penyimpangan dari prosedur dansalah saji
BAB III
3.1 Kesimpulan
Dalam melaksanakan pemeriksaan, auditor harus merencanakan pelaksanaan
auditnya secara efektif dan efisien. Auditor harus dapat mengumpulkan bukti yang
menggunakan Audit sampling. Ada dua metode dalam audit sampling, yaitu nonstatistik
sampling dan statistik sampling. Dari beberapa hasil penelitian di beberapa negara
menunjukkan bahwa sebagian besar auditor internal, auditor eksternal maupun auditor
pemerintah lebih banyak menggunakan nonstatistical sampling. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu faktor kemampuan auditor menggunakan audit sampling, persepsi
auditor terhadap metode audit sampling dan persepsi terhadap risiko. Dari beberapa
sampling juga terbukti lebih banyak menimbulkan masalah dibanding penarikan sampel
dipertanggungjawabkan.
3.2 Saran
pengetahuan berkaitan dengan Audit sampling. Tak lupa, kami meminta saran dan kritik
atas tulisan kami demi melengkapi dan menjadi bahan pertimbangan pada penulisan-
penulisan berikutnya.
Sumber:
PSA No. 26 Sampling Audit SA Seksi 350