18420-Article Text-35890-1-10-20171016
18420-Article Text-35890-1-10-20171016
Alamat korespondensi: p-ISSN 2252-6455
Kampus Unnes Kelud Utara III, Semarang, 50237, Indonesia.
E-mail: agungprayogi@ymail.com
e-ISSN 2502-4507
89
Prayogi & A.T. Widodo / Unnes Journal of Mathematics Education Research 6 (1) (2017) 89 - 95
selama kegiatan pembelajaran matematika, dan siswa, mendorong siswa untuk belajar, dan
bahkan ada yang melalaikan tugas yang memberikan kesempatan siswa untuk terlibat
diberikan guru. Dalam hal ini, maka karakter aktif mengkonstruksi pengetahuan serta
tanggung jawab perlu dimasukkan ke dalam membentuk karakter tanggung jawab dalam diri
rencana pelaksanaan pembelajaran agar ada siswa. Pembelajaran yang nyaman akan
perhatian yang lebih terhadap pendidikan membantu memperlancar kerja otak dalam
karakter siswa. mengkoneksikan pengetahuan yang dimiliki
Rusmining, Waluya, dan Sugianto (2014) dengan materi yang sedang dipelajari secara
menyatakan bahwa guru harus maksimal (Jensen, 2008:50).
mengintegrasikan pendidikan karakter dalam Salah satu model pembelajaran dan
pembelajaran, yaitu dalam tahap perencanaan, pendekatan yang sesuai dengan cara berpikir
pelaksanaan, dan evalusi pembelajaran. Pada otak siswa serta mampu menjadikan siswa aktif
tahap perencanaan, guru memasukkan mengkonstruk pengetahuan adalah model Brain
pendidikan karakter dalam pembelajaran yang Based Learning (BBL) menggunakan pendekatan
akan dilakukan melalui rencana pelaksanaan saintifik. Menurut Leff dan Nevin sebagaimana
pembelajaran. Pada tahap pelaksanaan, guru dikutip Jensen (2008) menyatakan bahwa model
membiasakan siswa untuk melakukan kegiatan BBL merupakan model pembelajaran yang
yang dapat menumbuhkembangkan karakter mampu mendorong siswa untuk menggunakan
siswa. Pada tahap evaluasi, guru keterampilan berpikir. Sintak model BBL yang
mempersiapkan alat yang tepat untuk menguji diungkapkan oleh Jensen (2008), yaitu: (1) pra-
karakter siswa, misalnya melalui tugas-tugas pemaparan, (2) persiapan, (3) inisiasi dan
individu maupun kelompok. akuisisi, (4) elaborasi, (5) inkubasi dan
Pembentukan karakter tanggung jawab memasukkan memori, (6) verifikasi dan
dalam kegiatan pembelajaran menjadi salah satu pengecekan keyakinan, dan (7) selebrasi dan
hal yang penting karena karakter tanggung integrasi.
jawab ini tidak bisa dibentuk secara instan Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk
namun memerlukan sebuah proses berulang- memberikan pemahaman siswa dalam
ulang hingga menjadi sebuah kebiasaan. mengenal, memahami berbagai materi
Karakter tanggung jawab juga diperlukan agar menggunakan pendekatan ilmiah sehingga siswa
siswa tidak mudah menyerah dalam diarahkan untuk mencari tahu informasi dari
menyelesaikan permasalahan yang menuntut berbagai sumber melalui observasi (Hosnan,
siswa untuk berpikir kritis. Hasil penelitian yang 2014:34). Pendekatan saintifik merupakan
dilakukan oleh Aini, Sukestiyarno, dan Waluya proses pembelajaran yang dirancang agar siswa
(2015) menunjukkan bahwa karakter tanggung secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau
jawab siswa berpengaruh positif terhadap prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati
kemampuan matematis siswa. Hal ini berarti (untuk mengidentifikasi atau menemukan
bahwa ketika seseorang memiliki karakter masalah), merumuskan masalah, mengajukan
tanggung jawab yang tinggi, maka kemampuan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan
matematisnya juga akan meningkat. data dengan berbagai teknik, menganalisis data,
Salah satu usaha yang dilakukan untuk menarik kesimpulan, dan mengomunikasikan
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.
karakter tanggung jawab siswa adalah dengan Model BBL menggunakan pendekatan
cara memperbaiki proses belajar mengajar, yaitu saintifik adalah perpaduan model BBL dan
proses belajar mengajar yang biasanya berpusat pendekatan saintifik. Langkah-langkah dalam
pada guru (teacher centered) menjadi berpusat model BBL digabungkan dengan fase-fase yang
pada siswa (student centered). Untuk mencapai ada dalam pendekatan saintifik. Keefektifan
tujuan tersebut, perlu diciptakan kondisi model BBL ini didukung oleh penelitian yang
lingkungan belajar yang dapat membelajarkan dilakukan Duman (2010) yang menyatakan
91
Prayogi & A.T. Widodo / Unnes Journal of Mathematics Education Research 6 (1) (2017) 89 - 95
bahwa model BBL dapat meningkatkan prestasi untuk mengetahui bahwa kedua kelas sampel
belajar siswa. Lebih lanjut, penelitian yang berawal dari kondisi awal yang sama, sedangkan
dilakukan oleh Ozden dan Gultekin (2008) analisis data akhir diambil dari hasil tes akhir
menunjukkan bahwa pembelajaran dengan kemampuan berpikir kritis yang datanya
menggunakan pendekatan brain based learning digunakan untuk uji ketuntasan dan uji beda.
lebih efektif daripada pembelajaran dengan Untuk analisis data kualitatif menggunakan tiga
model konvensional dalam meningkatkan langkah utama yaitu reduksi data, penyajian
prestasi siswa. Berdasarkan uraian sebelumnya, data, dan membuat simpulan.
tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis
kualitas pembelajaran model BBL menggunakan HASIL DAN PEMBAHASAN
pendekatan saintifik dalam meningkatkan
kemampuan berpikir kritis matematika siswa Kualitas pembelajaran terdiri atas tiga
dan mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis tahapan, yaitu tahap perencanaan, tahap
siswa ditinjau dari karakter tanggung jawab pelaksanaan, dan tahap evaluasi. Pembelajaran
dalam pembelajaran matematika dengan model matematika yang telah dilaksanakan dalam
BBL menggunakan pendekatan saintifik. penelitian ini telah memenuhi 3 tahapan kualitas
pembelajaran yang dimaksud, yaitu: (1) pada
METODE tahap perencanaan, perangkat pembelajaran
yang telah disusun valid, (2) pada tahap
Penelitian ini merupakan jenis penelitian pelaksanaan, keterlaksanaan pembelajaran
kombinasi (mixed method) tipe strategi embedded sudah berkategori baik dan mendapatkan respon
konkuren. Strategi ini dapat dicirikan sebagai positif dari siswa, serta (3) pada tahap evaluasi,
strategi metode campuran yang menerapkan telah memenuhi uji keefektifan.
satu tahap pengumpulan data kuantitatif dan Tahap perencanaan dalam penelitian ini
kualitatif dalam satu waktu (Creswell, dilakukan dengan mempersiapkan perangkat
2013:321). Pemilihan strategi ini dikarenakan pembelajaran, yaitu silabus, rencana
pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja
dalam penelitian dilakukan secara bersamaan. siswa (LKS), dan tes kemampuan berpikir kritis
Penelitian dilaksanakan di SMA Islam (TKBK). Perangkat pembelajaran tersebut
Ahmad Yani Batang dengan materi yang selanjutnya divalidasi oleh validator. Hasil
disampaikan adalah aturan sinus, aturan validasi menunjukkan bahwa perangkat
kosinus, dan luas segitiga. Pada data kuantitatif, pembelajaran memenuhi kriteria valid, dan
sampel yang digunakan ada 2 kelas dengan satu dapat digunakan. Adapun hasil validasi
kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas perangkat pembelajaran dapat dilihat pada
sebagai kelas kontrol. Untuk data kualitatif, Tabel 1.
dipilih 6 siswa dari kelas eksperimen dengan
masing-masing 2 siswa dengan tingkat karakter Tabel 1. Hasil Validasi Instrumen Penelitian
tanggung jawab rendah, sedang, dan tinggi. Validator Rata-
No Instrumen Validitas
Desain penelitian yang digunakan adalah I II III rata
1 Silabus 4,20 4,30 4,60 4,37 Valid
bentuk true experimental desain tipe post-test-only
2 RPP 4,00 4,27 4,45 4,24 Valid
control-grup design. Dalam hal ini, untuk kelas 3 Bahan 4,09 4,45 4,64 4,39 Valid
eksperimen diterapkan model BBL Ajar
menggunakan pendekatan saintifik dan kelas 4 LKS 3,91 4,18 4,45 4,18 Valid
5 TKBK 4,17 4,50 4,67 4,44 Valid
kontrol dengan model pembelajaran langsung.
Analisis data kuantitatif terbagi menjadi
Untuk tahap pelaksanaan didapatkan
dua yaitu analisis data awal dan analisis data
dengan lembar keterlaksanaan pembelajaran dan
akhir. Analisis data awal diambil dari hasil tes
angket respon siswa. Data hasil pengamatan
awal kemampuan berpikir kritis dengan tujuan
92
Prayogi & A.T. Widodo / Unnes Journal of Mathematics Education Research 6 (1) (2017) 89 - 95
pembelajaran menunjukkan bahwa rata-rata berpikir kritis matematika siswa yang diajar
persentase pelaksanaan pembelajaran yaitu dengan model BBL menggunakan pendekatan
sebesar 76,39% yang berarti bahwa saintifik lebih baik daripada rata-rata
pembelajaran matematika dengan model BBL kemampuan berpikir kritis matematika siswa
berpendekatan saintifik yang telah dilaksanakan yang diajar dengan model pembelajaran
sudah berkategori baik. Untuk data angket langsung. Untuk uji beda proporsi, diperoleh
respon siswa dengan banyaknya soal 14 item bahwa nilai zhitung = 1,759 > 1,645 = ztabel yang
diperoleh skor maksimum 63, skor tererndah 31, berarti bahwa H0 ditolak, sehingga dapat
dan rata-rata 49,61. Adapun frekuensi angket disimpulkan bahwa proporsi kemampuan
respon siswa dapat dilihat pada Tabel 2. berpikir kritis matematika siswa yang diajar
dengan model BBL menggunakan pendekatan
Tabel 2. Hasil Angket Respon Siswa saintifik lebih dari proporsi kemampuan berpikir
Skor Kriteria Frekuensi kritis matematika siswa yang diajar dengan
56 < R ≤ 70 Sangat baik 7 model pembelajaran langsung.
47 < R ≤ 56 Baik 14 Berdasarkan pada data uji keefektifan
37 < R ≤ 47 Cukup baik 4 yang telah dilakukan, maka kriteria keefektifan
28 < R ≤ 37 Kurang baik 3 pada tahap evaluasi telah terpenuhi. Hasil
14 ≤ R ≤ 28 Tidak baik 0 penelitian ini senada dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Ozden dan Gultekin (2008)
Nilai rata-rata data respon siswa sebesar bahwa pembelajaran dengan pendekatan brain
49,61 terdapat pada interval kelas 47 – 56, based learning (BBL) lebih efektif daripada
sehingga dapat dikatakan bahwa respon siswa pembelajaran konvensional dalam
berkategori baik. Jadi, dapat disimpulkan bahwa meningkatkan prestasi siswa. Keefektifan model
respon siswa terhadap pembelajaran matematika BBL ini juga didukung oleh penelitian yang
dengan model BBL menggunakan pendekatan dilakukan oleh Duman (2010) yang menyatakan
saintifik positif. bahwa model BBL dapat meningkatkan prestasi
Pada tahap evaluasi, dilakukan uji belajar siswa.
keefektifan, yaitu uji ketuntasan dan uji beda. Model BBL menggunakan pendekatan
Berdasarkan uji ketuntasan secara individual saintifik ini mampu meningkatkan kemampuan
dengan bantuan software R menggunakan One berpikir kritis matematika siswa, lima
Sample T-Test dan taraf signifikan 5% diperoleh komponen berpikir kritis matematika, yaitu
bahwa nilai p-value = 1 lebih dari 0,05 yang penarikan kesimpulan, asumsi, deduksi,
berarti bahwa H0 ditolak, sehingga dapat menafsirkan informasi, dan menganalisis
disimpulkan bahwa rata-rata kemampuan argumen. Hal ini sesuai dengan pendapatnya
berpikir kritis matematika siswa di kelas Dinuță (2014) bahwa perkembangan berpikir
eksperimen telah mencapai KKM. Untuk uji kritis dicapai melalui pembelajaran, sehingga
ketuntasan secara klasikal, diperoleh bahwa nilai model atau strategi pembelajaran yang
zhitung = 2,182 > 1,645 = ztabel, maka dapat digunakan menjadi faktor utama dalam
disimpulkan bahwa proporsi siswa yang diajar meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
dengan model BBL menggunakan pendekatan Dengan menerapkan model BBL berpendekatan
saintifik yang memenuhi KKM yaitu 70 telah saintifik ini, siswa lebih terampil dalam berpikir
mencapai 75%. dan terbiasa menyelesaikan masalah yang
Selanjutnya, untuk uji beda dilakukan membutuhkan pemikiran yang kritis.
dengan bantuan software R menggunakan Keterampilan berpikir kritis perlu dilatih
Student’s t Test dan taraf signifikan 5% diperoleh secara konsisten sehingga keterampilan berpikir
bahwa nilai p-value = 0,025 kurang dari 0,05 kritis siswa akan meningkat. Hal ini sesuai
yang berarti bahwa H0 ditolak, sehingga dapat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
disimpulkan bahwa rata-rata kemampuan Aizikovitsh dan Cheng (2015) bahwa jika guru
93
Prayogi & A.T. Widodo / Unnes Journal of Mathematics Education Research 6 (1) (2017) 89 - 95
secara konsisten dan sistematis dalam matematika yang mampu dicapai siswa dengan
mendorong berpikir kritis di kelas dengan karakter tanggung jawab sedang.
menerapkan matematika ke dalam Siswa dengan karakter tanggung jawab
permasalahan kehidupan nyata, mendorong rendah adalah siswa S-01 dan S-09. Kedua siswa
untuk berdiskusi dan merencanakan investigasi ini masih belum sepenuhnya menyelesaikan
pelajaran, maka siswa akan cenderung melatih persoalan yang diberikan. Untuk siswa S-01
keterampilan berpikir kritis dan masih belum mampu menyelesaikan persoalan
mengembangkan bahasa berpikir kritisnya. yang berkaitan dengan aspek asumsi, deduksi,
Untuk masalah selanjutnya kemampuan dan menganalisis argumen, sedangkan siswa S-
berpikir kritis siswa ditinjau dari karakter 09 masih belum mampu menyelesaikan
tanggung jawab dalam pembelajaran persoalan yang berkaitan dengan aspek asumsi,
matematika dengan model BBL menggunakan deduksi, dan menafsirkan informasi. Dengan
pendekatan saintifik. Karakter tanggung jawab demikian, siswa dengan karakter tanggung
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jawab rendah hanya mampu mencapai dua
karakter tangguung jawab sebagai seorang siswa aspek kemampuan berpikir kritis matematika.
di sekolah. Adapun indikator karakter tanggung Berdasarkan uraian sebelumnya, siswa
jawab dalam penelitian ini mengacu pada dengan karakter tanggung jawab rendah,
pendapat Bacon. Karakter tanggung jawab siswa kemampuan berpikir kritisnya lebih rendah
dibedakan menjadi tiga tingkatan yaitu karakter dibandingkan dengan kemampuan berpikir kritis
tanggung jawab tinggi, sedang, dan rendah. siswa dengan karakter tanggung jawab tinggi.
Siswa dengan karakter tanggung jawab Hasil penelitian ini senada dengan penelitian
tinggi adalah siswa S-26 dan S-27. Kedua siswa yang dilakukan Aini, Sukestiyarno, dan Waluya
ini sudah mampu menyelesaikan persoalan yang (2015) yang menyatakan bahwa karakter
diberikan hampir mendekati sempurna. tanggung jawab siswa berpengaruh positif
Dikatakan hampir mendekati sempurna karena terhadap kemampuan matematis siswa.
semua persoalan yang diberikan masih ada yang
belum terselesaikan. Namun, untuk kelima SIMPULAN
aspek kemampuan berpikir kritis matematika
yang termuat dalam soal tersebut sudah tercapai Berdasarkan analisis dan pembahasan
dengan baik. Dengan demikian, kelima aspek diperoleh simpulan bahwa kualitas
kemampuan berpikir kritis matematika mampu pembelajaran dengan model BBL menggunakan
dicapai siswa dengan karakter tanggung jawab pendekatan saintifik terhadap kemampuan
tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang berpikir kritis siswa kelas X termasuk dalam
dilakukan oleh Rasyidah, Pratiwi, dan Sulur kategori baik yang ditunjukkan dengan: (1) pada
(2011) yang menyatakan bahwa tanggung jawab tahap perencanaan, perangkat pembelajaran
menunjang pengembangan kemampuan yang telah disusun valid, (2) pada tahap
matematis siswa. pelaksanaan, keterlaksanaan pembelajaran
Siswa dengan karakter tanggung jawab sudah berkategori baik dan mendapatkan respon
sedang adalah siswa S-22 dan S-23. Kedua siswa positif dari siswa, dan (3) pada tahap evaluasi,
ini belum mampu menyelesaikan persoalan yang telah memenuhi uji keefektifan. Selain itu, siswa
diberikan dengan sepenuhnya. Kedua siswa ini dengan karakter tanggung jawab tinggi sudah
masih belum bisa menyelesaikan soal-soal yang mampu mencapai kelima aspek kemampuan
memuat aspek asumsi dan aspek menganalisis berpikir kritis matematika (aspek penarikan
argumen. Hal ini berarti bahwa kedua siswa kesimpulan, asumsi, deduksi, menafsirkan
dengan karakter tanggung jawab sedang, sama- informasi, dan menganalisis argumen),
sama masih lemah dalam aspek asumsi dan sedangkan untuk siswa dengan karakter
aspek menganalisis argumen. Dengan demikian, tanggung jawab sedang dan rendah belum
hanya ada tiga aspek kemampuan berpikir kritis
94
Prayogi & A.T. Widodo / Unnes Journal of Mathematics Education Research 6 (1) (2017) 89 - 95
95