Desain komunikasi visual atau lebih dikenal di kalangan civitas akademik di Indonesia
dengan singkatan DKV pada dasarnya merupakan istilah penggambaran untuk proses
pengolahan media dalam berkomunikasi mengenai pengungkapan ide atau penyampaian
informasi yang bisa terbaca atau terlihat. Desain Komunikasi Visual erat kaitannya dengan
penggunaan tanda-tanda (signs), gambar (drawing), lambang dan simbol, ilmu dalam
penulisan huruf (tipografi), ilustrasi dan warna yang kesemuanya berkaitan dengan indra
penglihatan.
Proses komunikasi disini melalui eksplorasi ide-ide dengan penambahan gambar baik itu
berupa foto, diagram dan lain-lain serta warna selain penggunaan teks sehingga akan
menghasilkan efek terhadap pihak yang melihat. Efek yang dihasilkan tergantung dari tujuan
yang ingin disampaikan oleh penyampai pesan dan juga kemampuan dari penerima pesan
untuk menguraikannya.
Berikut ini merupakan sejarah perkembangan desain komunikasi visual:
Victorian
Latar Belakang
Dengan meledaknya revolusi industri, maka kebutuhan manusia pada zaman itu semakin
berkembang. Muncul kebutuhan untuk mempromosikan dan menginformasikan sesuatu dari
seseorang ke public umum. Teknologi cetak pun semakin berkembang, hingga muncul
kebutuhan-kebutuhan baru dalam bidang marketing, diantaranya kebutuhan untuk
mengedukasi pasar dengan iklan, bagaimana mempercantik sebuah kemasan produk,
bagaimana menginformasikan secara massal sebagai sebuah industrialisasi yang semakin
maju dan kompleks. Gaya Victorian ini terkesan natural. Terlihat dari berbagai poster dan
iklan pada zaman itu yang kebanyakan menggambarkan seseorang dengan pose-pose yang
terkesan datar, alami dan biasa terjadi di lingkungan sekitar, pose-pose ekstrem misalnya
menggunakan sudut pandang mata kodok sangat sulit diterima pada zaman ini.
Psychedelia
Latar belakang
Psychedelia muncul beriringan dengan budaya hippies yang berkembang pada tahun 60-an di
daerah Haight Ashbury, San Fransisco. Nama psychedelic berkaitan erat dengan psychedelic
drugs yang popular di kalangan kaum muda pada saat itu, terutama sering kali ditemui
penggunaannya pada konser-konser music rock. Poster artis berusaha untuk menangkap
kesan visual penglihatan para pengguna drugs pada saat sedang ‘fly’. Gaya-gaya tipografi
pada Psychedelic terpengaruh oleh Art Nouveau, tetapi terdapat pemadatan, bentuknya
curvilinear dan berupa handwriting. Pada pewarnaan terpengaruh gaya Pop Art denganwarna-
warnanya yang mencolok dan ramai.