Anda di halaman 1dari 8

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Isolasi Senyawa Antijamur Dari Rimpang Lengkuas Putih


(Alpinia galanga (L.) Willd) Dan Penentuan Konsentrasi
Hambat Minimum Terhadap Candida albicans
Salni, Nita Aminasih, Reny Sriviona
Jurusan Biologi FMIPA Unsri
Salnibasir@yahoo.com

Abstrak. Isolasi Senyawa Antijamur dari Rimpang Lengkuas Putih (Alpinia galanga (L.)
Willd) dan Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) Terhadap Candida albicans
telah dilakukan pada bulan Febuari-Maret 2011 di Laboratorium Genetika & Bioteknologi,
Jurusan Biologi, Fakutas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bahan bioaktif dan senyawa antijamur,
menentukan KHM dari bahan bioaktif dan senyawa aktif, dan menentukan golongan
senyawa antijamur dari rimpang lengkuas putih. Isolasi senyawa aktif dilakukan secara
bertahap dimulai dari proses ekstraksi (maserasi), fraksinasi, dan pemurnian dengan
kromatografi kolom gravitasi. Uji aktivitas antijamur dilakukan dengan metode difusi agar
terhadap Candida albicans. Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji aktivitas antijamur dari
3 fraksi, diperoleh fraksi aktif adalah fraksi n-heksan. Nilai KHM dari fraksi n-heksan
terhadap Candida albicans adalah 0,156% dan nilai KHM senyawa aktif terhadap Candida
albicans adalah 0,015%. Pemurnian dilakukan dengan Kromatografi Kolom Gravitasi
dengan perbandingan eluen n-heksan : etil asetat (8:2). Senyawa antijamur yang terdapat
dalam rimpang lengkuas putih (Alpinia galanga (L.) Willd) termasuk golongan senyawa
fenol dengan nilai Rf 0,9. Senyawa antijamur berbentuk kristal berwarna putih kekuning-
kuningan.

Kata kunci: Isolasi, Senyawa Antijamur, Lengkuas Putih (Alpinia galanga (L.) Willd),
Konsentrasi Hambat Minimum (KHM), Candida albicans

PENDAHULUAN dengan mengembangkan bahan bioaktif


antijamur Candida albicans dari tumbuhan.
Penyakit yang disebabkan jamur pada Pengobatan secara tradisional dengan
manusia disebut mikosis. Salah satu menggunakan ekstrak alami tumbuhan
penyebab mikosis adalah jamur golongan umumnya masih menggunakan dosis yang
Candida. Mikosis yang banyak ditemukan sangat bervariasi, oleh karena itu perlu
pada manusia adalah kandidiasis. Pada saat diketahui dosis atau konsentrasi minimal
ini di Indonesia ada kecendrungan yang mampu menghambat pertumbuhan
peningkatan insidensi kandidiasis vagina. mikroba penyebab penyakit terutama
Pemakaian antijamur secara tidak benar Candida albicans sebagai dasar penentuan
dapat menyebabkan toksisitas dan resisten. dosis atau konsentrasi yang tepat dan relatif
Oleh karena itu, pencarian senyawa aman untuk digunakan. Untuk itu perlu
antijamur harus terus dilakukan supaya ditentukan KHM dari ekstrak alami
didapatkan senyawa antijamur yang tumbuhan. Tujuan Penentuan KHM yaitu
aktivitas antijamurnya lebih efektif agar diperoleh konsentrasi minimal suatu
sehingga dapat digunakan sebagai bahan bahan bioaktif yang dapat menghambat
aktif obat dan dapat menyembuhkan pertumbuhan Candida albicans.
penyakit yang disebabkan oleh Candida Salah satu tumbuhan yang berpotensi
albicans. Salah satu obat alternatif adalah sebagai antijamur adalah lengkuas putih.
Beberapa riset ilmiah menunjukkan bahwa

Semirata 2013 FMIPA Unila |301


Salni, Nita Aminasih, Reny Sriviona: Isolasi Senyawa Antijamur Dari Rimpang Lengkuas
Putih (Alpinia galanga (L.) Willd) Dan Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum
Terhadap Candida albicans

lengkuas putih berpotensi sebagai obat (Sabouraud Dextrose Cair), kemudian


antijamur. Minyak atsiri dan ekstrak air diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37°C.
rimpang lengkuas berkhasiat sebagai Suspensi Candida hasil inkubasi
antijamur. Untuk itu perlu dilakukan dihomogenkan dengan menggunakan
penelitian lebih lanjut untuk memperoleh vortek. Suspensi Candida ke dalam cawan
bahan bioaktif dan senyawa antijamur, petri sebanyak 0,1 ml, kemudian
menentukan KHM dari bahan bioaktif dan ditambahkan medium padat (Sabouraud
senyawa aktif, dan menentukan golongan Dextrose Agar) 10 ml yang belum
senyawa antijamur dari rimpang lengkuas membeku. Selanjutnya dihomogenkan
putih. sampai medium menjadi padat. Kertas
cakram dengan diameter 6 mm diletakkan
METODE PENELITIAN di atas permukaan medium biakan jamur
yang telah membeku, kemudian secara
Ekstraksi aseptis ditetesi dengan larutan ekstrak
Ekstraksi dilakukan secara maserasi dengan konsentrasi 10% yang telah
dengan cara rimpang lengkuas putih seberat dilarutkan dalam larutan DMSO terlebih
6 kg dikeringkan, kemudian diblender dahulu. Kemudian medium biakan tersebut
sampai halus. Simplisia diekstraksi dengan diinkubasi selama 48 jam pada suhu 37ºC
cara merendamnya dengan metanol selama dan diukur diameter yang terbentuk.
2 x 24 jam, kemudian disaring dan
diuapkan menggunakan rotavapor. Uji Bioautografi dan Penentuan
Golongan Senyawa Aktif
Fraksinasi
Fraksinasi dilakukan secara FCC, Fraksi aktif dengan konsentrasi 1%
Ekstrak yang diperoleh dalam tahap ditotolkan pada plat silika gel F254
ekstraksi sebelumnya ditambahkan dengan kemudian sama dengan uji KLT; fraksi
metanol:air dengan perbandingan 3:7. aktif dengan konsentrasi 1%. Untuk
Selanjutnya ditambahkan pelarut n heksan fraksinasi aktif dengan konsentrasi 1%
sebanyak 1 liter secara bertahap. Setiap kali ditotolkan pada plat silika gel F254
dimasukkan sebanyak 250 ml n heksan (4 x kemudian dikembangkan dengan fase gerak
250 ml). Fraksi metanol air dan n-heksan yang sesuai, biarkan hingga plat silica F254
dipisahkan dengan corong pemisah. Fraksi tersebut mengering kemudian kromatogram
metanol air dilanjutkan dengan penambahan tersebut diletakkan di atas permukaan
pelarut etil asetat sebanyak 1 liter secara cawan petri yang telah berisi biakan
bertahap. Setiap kali dimasukkan sebanyak Candida albicans, kromatogram dibiarkan
250 ml etil asetat (4x250 ml). Kemudian menempel pada medium agar selama 1 jam
dipisahkan, sehingga dari proses fraksinasi agar bahan bioaktif berdifusi ke dalam
diperoleh 3 fraksi yakni fraksi n-heksan, etil medium agar kemudian diangkat dengan
asetat, dan metanol air. Ketiga fraksi hati-hati. Cawan petri yang berisi biakan
kemudian diuapkan di rotary evaporator Candida diinkubasi selama 48 jam. Setelah
dilanjutkan di penangas air sehingga 48 jam diinkubasi diamati zona bening
diperoleh ekstrak berbentuk pasta untuk yang terbentuk pada masing-masing bercak
pengujian. Masing-masing fraksi akan diuji warna. Letak zona bening yang terbentuk
aktivitas jamurnya. disamakan dengan letak bercak warna yang
muncul dari hasil uji KLT dengan cara
Uji Aktivitas Antijamur Fraksi menjiplak bercak-bercak warna yang
Sebanyak 3 ose Candida uji muncul pada plat silica F254 ke cawan petri.
diinokulasikan ke dalam medium cair Bercak warna yang membentuk zona
302| Semirata 2013 FMIPA Unila
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

bening ditentukan sebagai senyawa bioaktif Tabel 1. Rata-rata diameter zona hambat dari 3
yang memiliki aktivitas antijamur. Setelah fraksi terhadap Candida albicans
itu, ditentukan harga Rf dari bercak warna.
Fraksi Konsentrasi Diameter zona
Penentuan Nilai KHM Lengkuas Putih (%) Hambat (mm)
N-heksan 10 31,67 ± 6,24
Fraksi lengkuas putih yang memiliki Etilasetat 10 4,33 ± 6,13
zona hambat terbesar dilakukan uji KHM. Metanol 10 0±0
Penentuan KHM dilakukan dengan metode
difusi agar dengan menggunakan kertas Berdasarkan Tabel 1. uji aktivitas
cakram berdiameter 6 mm. Fraksinasi antijamur dari 3 fraksi pada konsentrasi
dibuat dengan konsentrasi 10%, 5%, 2,5%, 10%, fraksi n-heksan memiliki diameter
1,25%, 0,625%, 0,312%, 0,156%, dan zona hambat terbesar yaitu rata-rata
0,078%. Pelarut yang digunakan adalah diameter zona hambat yang terbentuk 31,67
metanol. Suspensi jamur dimasukkan ke mm, fraksi etil asetat 4,33 mm, sedangkan
dalam cawan petri sebanyak 0,1 ml, fraksi metanol tidak memiliki memiliki
kemudian ditambahkan medium diameter zona hambat terhadap Candida
(Sabouraud Dextrose Agar) 10 ml yang albicans. Ini menunjukkan bahwa fraksi n-
belum membeku, cawan petri digoyang- heksan adalah fraksi yang paling aktif dan
goyang agar teraduk sempurna lalu lebih kuat aktivitas antijamurnya jika
didiamkan sampai beku. Kertas cakram dibandingkan dengan fraksi etil asetat dan
berdiameter 6 mm yang telah ditetesi fraksi metanol.
dengan larutan fraksinasi sebanyak 10
µL/cakram. Dimasukkan ke dalam medium Besar atau kecilnya zona hambat yang
biakan kemudian diinkubasi selama 48 jam terbentuk dari pengujian aktivitas antijamur
pada inkubator dengan suhu 37°C lalu tergantung pada tinggi atau rendahnya zat
diukur diameter zona hambat yang aktif yang terkandung di dalam fraksi.
terbentuk. Sedangkan terbentuk atau tidaknya zona
hambat di sekitar kertas cakram tergantung
HASIL DAN PEMBAHASAN ada tidak senyawa aktif dalam fraksi. Zona
hambat yang besar mungkin disebabkan
Hasil Fraksinasi dan Uji Aktivitas oleh tingginya zat aktif yang ada dalam
Antijamur fraksi. Tidak terbentuknya zona hambat
pada konsentrasi tertentu disebabkan oleh
Berdasarkan hasil fraksinasi kecilnya konsentrasi zat aktif sehingga
menggunakan pelarut n-heksan, etil asetat, belum mampu menghambat mikroba.
dan metanol diketahui dari 500 gram Terbentuknya zona hambat disekitar kertas
simplisia rimpang lengkuas putih diperoleh cakram menunjukkan bahwa di dalam
fraksi n-heksan seberat 28,5 gram (5,70%), ekstrak/fraksi dari tumbuhan terdapat
fraksi etil asetat sebanyak 26,4 gram senyawa yang bersifat antimikroba.
(5,28%), dan fraksi metanol sebanyak 47,7
gram (9,54%). Ketiga fraksi yang diperoleh Penentuan Nilai KHM Fraksi N-heksan
diuji aktivitas antijamurnya untuk
menentukan jenis fraksi yang aktif terhadap Penentuan nilai KHM bertujuan untuk
Candida albicans. Hasil pengujian aktivitas mengetahui kekuatan aktivitas antijamur.
antijamur fraksi n-heksan, etil asetat, dan Penentuan nilai KHM dari fraksi n-heksan
metanol dapat dilihat pada Tabel 1. dapat dilihat pada Tabel 2.

Semirata 2013 FMIPA Unila |303


Salni, Nita Aminasih, Reny Sriviona: Isolasi Senyawa Antijamur Dari Rimpang Lengkuas
Putih (Alpinia galanga (L.) Willd) Dan Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum
Terhadap Candida albicans

Tabel 2. Rata-rata diameter zona hambat yang kecilnya konsentrasi atau sedikitnya
terbentuk dari fraksi n-heksan kandungan zat aktif antimikroba yang
terhadap Candida albicans terkandung di dalam fraksi, kecepatan
difusi bahan antimikroba ke dalam medium,
Konsentrasi Diameter zona hambat kepekaan pertumbuhan bakteri/jamur,
% (mm) reaksi antara bahan aktif dengan medium
10 21,67 ± 2,36 dan temperatur inkubasi, pH lingkungan,
5 18,67 ± 0,94 komponen media, waktu inkubasi, dan
2,5 16,00 ± 1,41 aktivitas metabolik mikroorganisme.
1,25 14,00 ± 2,16
0,625 10,67 ± 0,47 Pemurnian dan Uji Aktivitas Antijamur
0,312 8,67 ± 0,94 Senyawa Aktif
0,156 7,67 ± 0,94
0,078 0 Pemurnian senyawa aktif dari fraksi n-
heksan dilakukan secara kromatografi
Tabel 2 menunjukkan diameter zona kolom gravitasi dengan adsorben silika gel
hambat yang terbentuk di sekitar kertas G-60. Elusi yang dilakukan dengan fase
cakram yang merupakan petunjuk kekuatan gerak n-heksan : etil asetat (8:2) dengan
aktivitas senyawa terhadap Candida laju elusi 30 tetes per menit, volume fraksi
albicans. Berdasarkan nilai tersebut yang ditampung adalah 10 ml.
diketahui bahwa semakin besar persentase Senyawa aktif yang diperoleh dari
konsentrasi maka semakin besar pula pemurnian pada nomor botol 3-9 dan 15-19
diameter zona hambat yang terbentuk. diduga terdapat senyawa antijamur yang
Diameter zona hambat terbesar pada sesuai dengan perbandingan pelarut,
konsentrasi 10% yaitu 21,67 mm, sehingga akan menghambat perrtumbuhan
sedangkan diameter zona hambat terkecil Candida albicans dengan terbentuknya
pada konsentrasi 0,156% yaitu 7,67 mm. zona hambat. Senyawa antimikroba
Aktivitas fraksi menurun seiring dengan mempengaruhi sel mikroba melalui
penurunan konsentrasi, sehingga diameter beberapa cara yaitu penghambatan sintesis
zona hambat yang terbentuk juga semakin dinding sel, menghambat fungsi membran
kecil. sel, menghambat sintesis protein, dan
menghambat sintesis asam nukleat.
Pada Tabel 2 diketahui konsentrasi
terkecil yang masih menghambat Uji Bioautografi dan Penentuan
pertumbuhan Candida albicans yaitu Golongan Senyawa Aktif
0,156% dengan rata-rata diameter zona
hambat yang terbentuk 7,67 mm, maka Fraksi n-heksan dilakukan uji
konsentrasi ini merupakan nilai KHM dari bioautografi dan penentuan golongan
fraksi n-heksan. Antimikroba dikatakan senyawa aktif menggunakan plat silika gel
mempunyai aktivitas yang tinggi terhadap GF254 dengan menggunakan perbandingan
mikroba, apabila nilai konsentrasi eluen yang sesuai sebagai fase gerak.
minimumnya rendah tetapi mempunyai
daya hambat yang besar. Hasil uji bioautografi dan penentuan
golongan senyawa aktif pada fraksi n-
Perbedaan besarnya daerah hambatan heksan pada plat silika gel GF254 setelah
untuk masing-masing konsentrasi dapat disemprot dengan H2SO4 timbul bercak
diakibatkan antara lain perbedaan besar- berwarna kuning dengan nilai Rf 0,9, ini
menunjukkan bahwa di dalam fraksi n-
304| Semirata 2013 FMIPA Unila
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

heksan terdapat senyawa fenol. Pada Penentuan Nilai KHM Senyawa Aktif
kromatogram bercak warna kuning
menunjukkan senyawa aktif terhadap Berdasarkan uji aktivitas antijamur
Candida albicans. Zona bening yang pemurnian dari fraksi n-heksan, diperoleh
terbentuk di kromatogram memiliki senyawa aktif yaitu pada botol 3-9.
diameter 15 mm. Ini berarti senyawa fenol Senyawa yang diperoleh ditentukan nilai
yang terdapat di dalam rimpang lengkuas konsentrasi hambat minimum untuk
putih merupakan senyawa antijamur mengetahui kekuatan aktivitas antijamur
Candida albicans. senyawa aktif. Penentuan nilai konsentrasi
Hasil uji bioautografi dan penentuan hambat minimum senyawa aktif dapat
golongan senyawa aktif pada fraksi n- dilihat pada Tabel 3.
heksan pada plat silika gel GF254 setelah Berdasarkan Tabel 3 diketahui
disemprot dengan H2SO4 timbul bercak konsentrasi terkecil yang masih
berwarna kuning dengan nilai Rf 0,9, ini menghambat pertumbuhan Candida
menunjukkan bahwa di dalam fraksi n- albicans adalah 0,015% dengan rata-rata
heksan terdapat senyawa fenol. Pada diameter zona hambat yang terbentuk 7,00
kromatogram bercak warna kuning mm, maka konsentrasi ini merupakan nilai
menunjukkan senyawa aktif terhadap KHM dari senyawa aktif. Senyawa yang
Candida albicans. Zona bening yang diperoleh tergolong ke dalam antijamur
terbentuk di kromatogram memiliki yang mempunyai aktivitas sangat kuat
diameter 15 mm. Ini berarti senyawa fenol karena mempunyai KHM kurang dari 100
yang terdapat di dalam rimpang lengkuas µg/ml. Senyawa aktif yang memiliki KHM
putih merupakan senyawa antijamur kurang dari 100 µg/ml digolongkan sebagai
Candida albicans. senyawa yang memiliki tingkat aktivitas
Senyawa fenol bekerja dengan cara yang sangat kuat. Senyawa ini sangat baik
mendenaturasi protein sel dan membran sel, untuk dijadikan sebagai senyawa obat.
serta bersifat fungistatik atau fungisidal Senyawa aktif yang memiliki nilai KHM
tergantung konsentrasinya. Pada antara 100-500 µg/ml digolongkan sebagai
konsentrasi 0,1-2% fenol merusak membran senyawa yang memiliki aktivitas yang
sitoplasma yang menyebabkan kebocoran cukup kuat. Senyawa yang memiliki nilai
metabolit dan selain itu menginaktifkan KHM antara 500-1.000 µg/ml digolongkan
sejumlah enzim. Pada kadar tinggi fenol sebagai senyawa yang memiliki aktivitas
menyebabkan koagulasi protein dan sel yang lemah, dan senyawa-senyawa aktif
membran akan mengalami lisis. yang memiliki KHM lebih dari 1.000 µg/ml
digolongkan senyawa yang tidak memiliki
aktivitas antijamur.

Tabel 3. Rata-rata diameter zona hambat yang


terbentuk dari senyawa aktif
Konsentrasi Diameter zona hambat
% (mm)
1 10,00 ± 0,00
0,5 8,67 ± 0,47
0,25 8,33 ± 1,41
Gambar 5. Hasil Uji Bioautografi Fraksi N- 0,125 8,33 ± 2,16
heksan 0,0625 7,67 ± 0,47
0,0312 7,33 ± 0,94
Keterangan: tanda → menunjukkan bahwa 0,0156 7,00 ± 0,94
terdapat senyawa aktif pada kromatogram 0,0078 0

Semirata 2013 FMIPA Unila |305


Salni, Nita Aminasih, Reny Sriviona: Isolasi Senyawa Antijamur Dari Rimpang Lengkuas
Putih (Alpinia galanga (L.) Willd) Dan Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum
Terhadap Candida albicans

Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) Haraguchi, H., Kuwata, Y. K, Inada,. 1996.


senyawa murni lebih aktif terhadap Antifungal Activity from Alpinia
Candida albicans dibandingkan dengan galanga and the Competition for
bahan bioaktif. Konsentrasi Hambat Incorporation of Unsaturated Fatty Acid
Minimum (KHM) senyawa murni adalah in Cell Growth. Planta Medica, 62, 4,
0,015% sedangkan bahan bioaktif 0,156%. 308-313.
Ini dikarenakan kandungan zat aktif Salni. 2003. Karakterisasi dan Uji Aktivitas
antimikroba yang terdapat dalam bahan Topikal Senyawa Antibakteri dari Daun
bioaktif dan senyawa murni berbeda.
Karamunting {Rhodormyrtus tomentosa
Ekstrak yang telah dimurnikan kandungan (Ait.) Hassk}. Disertasi. ITB. Bandung.
senyawa aktifnya akan jauh lebih tinggi 153 hlm.
dibandingkan bila ekstrak tersebut tidak
dimurnikan. Dey, P.M. & J.B. Harbone. 1991. Metods in
Plant Biochamistry. Jurnal. 7 (2): 37-44.
KESIMPULAN Darmayasa, I.B.C. 2002. Daya Hambat
Fraksinasi Ekstrak Senbung Delan
Berdasarkan penelitian yang telah terhadap Bakteri Escherichia coli dan
dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan Staphylococcus aureus. Jurnal. 11 (2):
sebagai berikut: 74-77.
Bahan bioaktif dari rimpang lengkuas
putih terdapat dalam fraksi n-heksan dan Syarifah. 2006. Isolasi Senyawa Antibakteri
etil asetat. Fraksi N-heksan dan etil asetat Daun Jambu Bioa dan Penentuan
merupakan bahan bioaktif yang dapat Konsentrasi Hambat Minimumnya
dijadikan bahan obat. (KHM) terhadap Staphylococcus aureus
Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Escherichia coli. Tesis. Universitas
dari fraksi n-heksan terhadap Candida Sriwijaya. Palembang. 75 hlm.
albicans pada konsentrasi 0,156% Setyaningsih, I.D. & T. Sriwardani. 2005.
sedangkan Konsentrasi Hambat Minimum Konsentrasi Hambatan Minimum
(KHM) senyawa aktif pada konsentrasi Ekstrak Chlorella sp. Terhadap Bakteri
0,015%. dan Kapang. Jurnal Teknologi Hasil
Senyawa antijamur yang terdapat dalam Perikanan. 8 (1): 25-34.
rimpang lengkuas putih termasuk golongan
fenol dengan nilai Rf 0,9. Senyawa Bennet, J.E. 2002. Antifungal Agent, in:
antijamur berbentuk kristal berwarna putih Hardman, J.G. & Limbird. Goodman &
kekuning-kuningan. Gilman’s the Pharmacological basis of
Therapeutics. 10th Edition. Mc Graw-
DAFTAR PUSTAKA Hill. New York. 1295-1301.
Jawetz, Melnick & Adelberg. 2005.
Brown, R.G., & T. Burns. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Jilid I.
Dermatologi. Edisi Kedelapan. Zakaria Mudihardi (Penerjemah). Salemba
(Penerjemah). Erlangga. Jakarta. v+223 Medica. Jakarta. xi+528 hlm.
hlm.
Yuharmen. 2002. Uji Aktivitas
Herliyanti, E. 2003. Hubungan Antara Antimikroba Minyak Atsiri dan Ekstrak
Pemakaian AKDR dengan Kandidiasis Metanol Lengkuas (Alpinia galanga).
Vagina di RSUP Dr. Pirngadi Medan. Jurnal. 1-8.
Jurnal Kedokteran. 50 (14): 1-29.

306| Semirata 2013 FMIPA Unila


Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Holetz, F.B. et al. 2002. Screening of Some Hernani. 2007. Pemilihan Pelarut Pada
Plants Used in The Brazilian Folk Pemurnian Ekstrak Lengkuas (Alpinia
Medicine for The Treatment of galanga) Secara Ekstraksi. Jurnal
Infectious Disease. Journal of Bioline Pascapanen. 4 (1): 1-8.
International. 97 (7): 1027-1031.

Semirata 2013 FMIPA Unila |307

Anda mungkin juga menyukai