Disusun oleh:
Randi (1802110579)
JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS RIAU
TA 2020/2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil alamin, yang pertama-tama kami haturkan segala puji syukur atas
kehadirat Allah SWT, yang mana karena atas limpahan berkat rahmat dan hidayah – Nya, kami
bisa menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Siklus Penatausahaan dan
Pertanggungjawaban APBD” pada mata kuliah Penganggran Sektor Publik Sektor Publik.
Maka terima kasih kami sampaikan kepada ibu Nur Azlina, SE., M.Si., Ak., CA selaku
dosen pengampu yang telah memberikan bimbingannya kepada kami, sehingga makalah kami
telah terselesaikan.
Kami selaku penyusun dalam pembuatan makalah ini, masih menyadari begitu banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca makalah ini, yang tentunya akan sangat berharga bagi kami untuk
penyempurnaan isi dari makalah kedepannya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................
BAB 2 PEMBAHASAN...................................................................................................
BAB 3 PENUTUP............................................................................................................
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini pemerintah Indonesia dan seluruh lapisan masyarakat mengusahakan untuk
dapat terus memperjuangkan suatu reformasi agar reformasi tersebut tentunya akan membawa
perubahan dalam kehidupan politik nasional maupun di daerah. Salah saru bentuk reformasi
yang telah dilakukan yaitu mengesahkan sejumlah kebijakan dan peraturan yang berkaitan
pengelolaan keuangan pemerintah daerah dengan tujuan untuk memperbaiki system yang sudah
ada dan akuntabilitas yang lebih besar atas sumber daya masyarakat yang dikelola oleh
pemerintah daerah. Pengeloalaan keuangan daerah terkait dengan pelaksanaan APBD, dalam
pelaksanaan APBD Pemerintah daerah diharapkan bisa meningkatkan kemandirian dalam
pengelolaan pembangunan daerah. Hal ini merupakan suatu proses terhadap keterlibatan dari
segenap unsur dan lapisan masyarakat, untuk dapat memberikan wewenang pemerintah daerah
untuk mengatur dan mengurus sendiri pemerintahannya berdasarkan aspirasi masyarakat.
Sehingga aspirasi dari masyarakat dapat tercapai setempat bagi pemerintah daerah dalam
melakukan pengelolaan keuangan.
Pemerintah pusat sebagai fasilitator merupakan pihak yang lebih mengetahui sasaran dan
tujuan pembangunan yang akan dicapai. Sebagai fasilitator pemerintah juga tentunya
membutuhkan berbagai sarana dan fasilitas pendukung dalam rangka terlaksananya
pembangunan secara efektif. Dalam melakukan pengelolaan keuangan daerah , setiap pemerintah
daerah tentunya harus melakukan pelaksaksanaan ,penatausahaan APBD, pelaporan,
pertanggungjawaban, dan pengawasan terkait keuangan daerah.
Melihat realitanya dalam hal pelaksanaan APBD masih terdapat banyak kendala-kendala
yang harus dihadapi. Selain itu kegiatan penatausahaan keuangan yang mempunyai kepentingan
pengendalian terhadap pelaksanaan Anggaran dan Belanja Daerah juga seringkali belum berjalan
dengan semestinya. Hal itu terlihat di dalam pelaksanaan APBD.
Pelaksanaan APBD dalam rangka mempertanggungjawabkan pelaksanaan dari
pengurusan keuangan yang dilaksanakan oleh bendaharawan, belum seperti yang diharapkan.
Hal ini terlihat dengan masih adanya indicator-indikator seperti masih terdapat kesalahan-
kesalahan pencatatan pada buku kas umum, terlambatnya pengiriman SPJ yang menyebabkan
kelancaran penyediaan dana pada unit kerja sering terhambat, terlihat bahwa penatausahaan pada
bagian keuangan tidak dapat tepat waktu serta pengendalian keuangan tidak dapat dilaksanakan
dengan baik, karena data keuangan belum siap setiap saat dibutuhkan.
Kondisi seperti ini dapat mengakibatkan kurangnya efektivitas pelaksanaan APBD
khususnya dalam pelaksanaan Anggaran Belanja Daerah yang dikelola oleh bendaharawan.
Untuk mengatasi masalah tersebut maka perlu suatu penatausahaan keuangan daerah yang
efektif. Namun yang menjadi kendala adalah mewujudkan suatu penatausahaan keuangan daerah
yang efektif itu sendiri yang merupakan salah satu fungsi yang menunjang dalam hal
pelaksanaan APBD.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 ASAS UMUM PENATAUSAHAAN APBD
Menurut PP No.58 Tahun 2005 dan Permandagri No 2006, Asas umum Penataudahaan
Keuangan daerah yaitu PA/KPA L, Bendahara penerimaan/pengeluaran dan Orang/badan yang
menerima atau menguasai uang/barang/kekayaan daerah, wajiv menyelenggarakan
Penatausahaan sesuai dengan peraturan perundang - perundangan. Pejabat yang menandatangani
dan / atau mengesahkan dokumen yang berkaitan dengan surat bukti yang menjadi dasar
pengeluaran atas beban APBD bertanggungjawab atas kebenaran material dan akibat yang
timbul dari penggunaan surat bukti tersebut.
Semua penerimaan dan pengeluaran dana pemerintah daerah harus dianggarkan dalam
APBD dan dilakukan melalui rekening kas daerah yang dikelola oleh BUD. Untuk setiap
pengeluaran dana atas beban APBD, harus diterbitkan SKO oleh kepala daerah/surat keputusan
lain yang berlaku sebagai surat keputusan otorisasi. Kepala daerah, Wakil Kepala daerah, dan
pejabat lainnya dilarang melakukan pengeluaran dana atas beban anggaran daerah untuk tujuan
lain dari yang telah ditetapkan.
Untuk kepentingan pelaksanaan penatausahaan APBD, maka sebelum dimulainya suatu tahun
anggaan kepala daerah sudah harus menetapkan pejabat-pejabat berikut ini :
1. Pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani Surat Penyediaan Dana (SPD)
2. Pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani Surat Permintaan Pembayaran
(SPP)
3. Pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani Surat Perintah Membayar (SPM)
4. Pejabat yang diberi wewenang untuk mengesahkan Surat Pertanggungjawaban (SPJ)
5. Pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani Surat Perintah Pencairan Dana
(SP2D)
6. Pejabat fungsional untuk tugas bendahara penerimaan/pegeluaran
7. Bendahara pegeluaran mengelola belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja
Bansos, belanja bagi hasil, belanja bantuan keuangan, belanja tak terduga, dan
pengeluaran pada SKPD
8. Bendahara penerimaan pembantu dan bendahara pengeluaran pembantu
9. Pejabat-Pejabat lainnya yang perlu ditetapkan dalam rangka pelaksanaan APBD
1. PPK SKPD yang diberi wewenang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada SKPD
2. PPTK SKPD yang diberi wewenang melaksanakan 1 atau lebih kegiatan dari suatu
program yang sesuai dengan bidang tugasnya
3. Pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani surat bukti pemungutan
pendapatan daerah
4. Pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani bukti penerimaan kas dan bukti
penerimaan lainnya yang sah
5. Pembantu Bendahara Penerimaan dan atau Pembantu Bendahara Pengeluaran
Penerimaan Daerah adalah Uang yang masuk ke kas daerah. Semua penerimaan daerah
disetor ke rekening kas umum daerah pada Bank Pemerintah yang ditunjuk dan datang setelah
Kuasa BUD menerima nota kredit. Penerimaan daerah yang disetor ke rekening kas umum
daerah dilaksanakan melalui cara-cara sebagai berikut:
Konteks pengawasan yang telah dilakukan oleh DPRD adalah untuk memastikan baliwa
keputusan - keputusan yang diambil oleh kepala daerah untuk melaksanakan APBD sudah sesuai
dengan RKPD, Dokumen-dokumen pemerintah dan Norma-norna hukum pemerintahan.
2. Laporan Keuangan yang dimaksud point 1, sekurang-kurangnya meliputi: LRA, Neraca, LAK,
dan CaLK yang dilampin dengan Laporan Keuangan BUMD
3. Kepala Daerah dan DPRD kemudian akan membahas rancangan Perda APBD hingga disetujui
Bersama antara Kepala Daeralı dan DPRD.
1. Rancangan Perda Provinsi tentang PPAPBD yang telah disetujui bersama DPRD dan
Rancangan Pergub tentang Penjabaran PPAPBD sebelum ditetapkan oleh Gubernur
paling lambat 3 hari kerja disanıpaikan terlebih dahulu kepada Mendagri untuk di
evaluasi.
2. Penyampaian rancangan Perda Provinsi dan Rancangan Pergub Point 1 tersebut 2
dilengkapi dengan dokumen pendukung yang diperlukan untuk di evaluasi.
3. Hasil evaluasi pada point I disampaikan oleh Mendagri kepada Gubernur paling lambat
15 hari kerja terhitung sejak diterimanya rancangan dimaksud.
4. Apabila Menteri Dalam Negeri menyatakan hasil evaluasi rancangan peraturan daerah
tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dan rancangan peraturan gubernur
tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sudah sesuai dengan
kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, gubernur
menetapkan rancangan peraturan daerah dan rancangan peraturan gubernur menjadi
peraturan daerah dan peraturan gubernur.
5. Dalam hal Mendagri menyatakan hasil evaluasi tersebut bertentangan dengan
kepentingan umum dan Peraturan Perundang-Undangan yang lebih tinggi. Gubernur
bersama DPRD wajib melakukan penyempurnaan paling lama 7 hari kerja terhitung sejak
diterimanya hasil evaluasi.
6. Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh Gubernur dan DPRD, dan Gubernur
tetap menetapkan Rancangan Perda dan Rancangan Pergub tentang PPAPBD menjadi
PERDA dan PERGUB maka Mendagri berbak membatalkan Perda dan Pergub tersebut
sesuai dengan Peraturan Perundang undangan.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penatausahaan keuangan daerah sebagai bagian tak terpisahkan dari proses pengelolaan
keuangan daerah. Keuangan daerah merupakan semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang masuk didalamnya segala
bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah.
Menurut PP No.58 Tahun 2005 dan Permandagri No 2006, Asas umum Penataudahaan
Keuangan daerah yaitu PA/KPA L, Bendahara penerimaan/pengeluaran dan Orang/badan yang
menerima atau menguasai uang/barang/kekayaan daerah, wajib menyelenggarakan
Penatausahaan sesuai dengan peraturan perundang - perundangan.
Semua penerimaan dan pengeluaran dana pemerintah daerah harus dianggarkan dalam APBD
dan dilakukan melalui rekening kas daerah yang dikelola oleh BUD. Penerimaan Daerah adalah
Uang yang masuk ke kas daerah. Penerimaan daerah yang disetor ke rekening kas umum daerah
dilaksanakan melalui cara-cara sebagai berikut:. Disetor melalui Bank lain, badan, Lembaga
keuangan dan atau kantor pos oleh pihak ketiga. Untuk benda berharga seperti retribusi karcis
yang dipakai sebagai tanda pembayaran oleh pihak ketiga maka penyetorannya dilakukan dengan
bukti bukti pembayaran retribusi tersebut yang disahkan oleh PPKD.
Azlina, Nur. Penganggaran Sektor Publik. 1. Vol. 1. Pekanbaru , Riau : Fakultas Ekonomi Dan
Bisnis Universitas Riau , 2020.