Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENGANGGRAN SEKTOR PUBLIK

Siklus Penatausahaan dan Pertanggungjawaban APBD

Disusun oleh:

Dimas Adytia Pratama (1802112432)

Ottry Maulana (1802111938)

Randi (1802110579)

Setyo Ardian Topan (1802110035)

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS RIAU

TA 2020/2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil alamin, yang pertama-tama kami haturkan segala puji syukur atas
kehadirat Allah SWT, yang mana karena atas limpahan berkat rahmat dan hidayah – Nya, kami
bisa menyelesaikan  makalah kami yang berjudul “Siklus Penatausahaan dan
Pertanggungjawaban APBD” pada mata kuliah Penganggran Sektor Publik Sektor Publik.

Maka terima kasih kami sampaikan kepada ibu Nur Azlina, SE., M.Si., Ak., CA selaku
dosen pengampu yang telah memberikan bimbingannya kepada kami, sehingga makalah kami
telah terselesaikan.

Kami selaku penyusun dalam pembuatan makalah ini, masih menyadari begitu banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca makalah ini, yang tentunya akan sangat berharga bagi kami untuk
penyempurnaan isi dari makalah kedepannya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................

1.1 Latar Belakang................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................
1.3 Tujuan.............................................................................................................

BAB 2 PEMBAHASAN...................................................................................................

2.1 Asas Umum Penatausahaan APBD ...............................................................


2.2 Pelaksanaan Penatausahaan APBD...............................................................
2.3 Penatausahaan Penerimaan...............................................................
2.4 Penatausahaan Pengeluaran ...............................................................
2.5 Mekanisme Pelaksanaan Pertanggung-jawaban Pelaksanaan APBD oleh DPRD
...............................................................
2.6 Mekanisme Pelaksanaan Pertanggung-jawaban Pelaksanaan APBD oleh
Kemendagri...............................................................

BAB 3 PENUTUP............................................................................................................

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini pemerintah Indonesia dan seluruh lapisan masyarakat  mengusahakan untuk
dapat terus  memperjuangkan  suatu reformasi agar reformasi tersebut tentunya akan membawa
perubahan dalam kehidupan politik nasional maupun di daerah. Salah saru bentuk reformasi
yang telah dilakukan yaitu mengesahkan sejumlah kebijakan dan peraturan yang berkaitan
pengelolaan keuangan pemerintah daerah dengan tujuan untuk memperbaiki system yang sudah
ada dan akuntabilitas yang lebih besar atas sumber daya masyarakat yang dikelola oleh
pemerintah daerah. Pengeloalaan keuangan daerah terkait dengan pelaksanaan APBD, dalam
pelaksanaan APBD Pemerintah daerah diharapkan bisa meningkatkan kemandirian dalam
pengelolaan pembangunan daerah. Hal ini merupakan suatu proses terhadap keterlibatan dari
segenap unsur dan lapisan masyarakat, untuk dapat memberikan wewenang pemerintah daerah
untuk mengatur dan mengurus sendiri pemerintahannya berdasarkan aspirasi masyarakat.
Sehingga aspirasi dari masyarakat dapat tercapai setempat bagi pemerintah daerah dalam
melakukan pengelolaan keuangan.
Pemerintah pusat sebagai fasilitator merupakan pihak yang lebih mengetahui sasaran dan
tujuan pembangunan yang akan dicapai. Sebagai fasilitator pemerintah juga tentunya
membutuhkan berbagai sarana dan fasilitas pendukung dalam rangka terlaksananya
pembangunan secara efektif. Dalam melakukan pengelolaan keuangan daerah , setiap pemerintah
daerah tentunya   harus melakukan pelaksaksanaan ,penatausahaan APBD, pelaporan,
pertanggungjawaban, dan pengawasan terkait keuangan daerah.
Melihat realitanya dalam hal pelaksanaan APBD masih terdapat banyak kendala-kendala
yang harus dihadapi. Selain itu kegiatan penatausahaan  keuangan yang mempunyai kepentingan
pengendalian terhadap pelaksanaan Anggaran dan Belanja Daerah juga seringkali belum berjalan
dengan semestinya. Hal itu terlihat di dalam     pelaksanaan APBD.
Pelaksanaan APBD dalam rangka mempertanggungjawabkan pelaksanaan dari
pengurusan keuangan yang dilaksanakan oleh bendaharawan, belum seperti yang diharapkan.
Hal ini terlihat dengan masih adanya indicator-indikator seperti  masih terdapat kesalahan-
kesalahan pencatatan pada buku kas umum, terlambatnya pengiriman SPJ yang menyebabkan
kelancaran penyediaan dana pada unit kerja sering terhambat, terlihat bahwa penatausahaan pada
bagian keuangan tidak dapat tepat waktu serta pengendalian keuangan tidak dapat dilaksanakan
dengan baik, karena data keuangan belum siap setiap saat  dibutuhkan.
Kondisi seperti ini dapat mengakibatkan kurangnya efektivitas pelaksanaan APBD
khususnya dalam pelaksanaan Anggaran Belanja Daerah yang dikelola oleh bendaharawan.
Untuk mengatasi masalah tersebut maka perlu suatu penatausahaan keuangan daerah yang
efektif. Namun yang menjadi kendala adalah mewujudkan suatu penatausahaan keuangan daerah
yang efektif itu sendiri yang merupakan salah satu fungsi yang menunjang dalam hal
pelaksanaan APBD.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang
dapat dirumuskan dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana asas umum penatausahaan keuangan daerah?
2. Bagaimana pelaksanaan penatausahaan keuangan daerah?
3. Bagaimana penatausahaan penerimaan?
4. Bagaimana penatausahaan pengeluaran?
5. Bagaimana Mekanisme Pelaksanaan Pertanggung-jawaban Pelaksanaan APBD oleh
DPRD
6. Bagaimana Mekanisme Pelaksanaan Pertanggung-jawaban Pelaksanaan APBD oleh
Kemendagri
Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu:
1. Mengetahui asas umum penatausahaan keuangan daerah
2. Mengetahui pelaksanaan penatausahaan keuangan daerah
3. Mengetahui penatausahaan penerimaan
4. Mengetahui penatausahaan pengeluaran
5. Mengetahui Bagaimana Mekanisme Pelaksanaan Pertanggung-jawaban Pelaksanaan
APBD oleh DPRD
6. Mengetahui Bagaimana Mekanisme Pelaksanaan Pertanggung-jawaban Pelaksanaan
APBD oleh DPRD

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 ASAS UMUM PENATAUSAHAAN APBD

Tahapan ketiga dalam siklus APBD adalah Penatausahaan. Penatausahaan keuangan


daerah sebagai bagian tak terpisahkan dari proses pengelolaan keuangan daerah. Keuangan
daerah merupakan semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang masuk didalamnya segala bentuk kekayaan
yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah.

Menurut PP No.58 Tahun 2005 dan Permandagri No 2006, Asas umum Penataudahaan
Keuangan daerah yaitu PA/KPA L, Bendahara penerimaan/pengeluaran dan Orang/badan yang
menerima atau menguasai uang/barang/kekayaan daerah, wajiv menyelenggarakan
Penatausahaan sesuai dengan peraturan perundang - perundangan. Pejabat yang menandatangani
dan / atau mengesahkan dokumen yang berkaitan dengan surat bukti yang menjadi dasar
pengeluaran atas beban APBD bertanggungjawab atas kebenaran material dan akibat yang
timbul dari penggunaan surat bukti tersebut.

Semua penerimaan dan pengeluaran dana pemerintah daerah harus dianggarkan dalam
APBD dan dilakukan melalui rekening kas daerah yang dikelola oleh BUD. Untuk setiap
pengeluaran dana atas beban APBD, harus diterbitkan SKO oleh kepala daerah/surat keputusan
lain yang berlaku sebagai surat keputusan otorisasi. Kepala daerah, Wakil Kepala daerah, dan
pejabat lainnya dilarang melakukan pengeluaran dana atas beban anggaran daerah untuk tujuan
lain dari yang telah ditetapkan.

2.2 PELAKSANAAN PENATAUSAHAAN APBD

Untuk kepentingan pelaksanaan penatausahaan APBD, maka sebelum dimulainya suatu tahun
anggaan kepala daerah sudah harus menetapkan pejabat-pejabat berikut ini :

1. Pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani Surat Penyediaan Dana (SPD)
2. Pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani Surat Permintaan Pembayaran
(SPP)
3. Pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani Surat Perintah Membayar (SPM)
4. Pejabat yang diberi wewenang untuk mengesahkan Surat Pertanggungjawaban (SPJ)
5. Pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani Surat Perintah Pencairan Dana
(SP2D)
6. Pejabat fungsional untuk tugas bendahara penerimaan/pegeluaran
7. Bendahara pegeluaran mengelola belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja
Bansos, belanja bagi hasil, belanja bantuan keuangan, belanja tak terduga, dan
pengeluaran pada SKPD
8. Bendahara penerimaan pembantu dan bendahara pengeluaran pembantu
9. Pejabat-Pejabat lainnya yang perlu ditetapkan dalam rangka pelaksanaan APBD

Sedangkan untuk pejabat pelaksanaan APBD lainnya mencakup:

1. PPK SKPD yang diberi wewenang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada SKPD
2. PPTK SKPD yang diberi wewenang melaksanakan 1 atau lebih kegiatan dari suatu
program yang sesuai dengan bidang tugasnya
3. Pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani surat bukti pemungutan
pendapatan daerah
4. Pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani bukti penerimaan kas dan bukti
penerimaan lainnya yang sah
5. Pembantu Bendahara Penerimaan dan atau Pembantu Bendahara Pengeluaran

2.3 PENATAUSAHAAN PENERIMAAN

Penerimaan Daerah adalah Uang yang masuk ke kas daerah. Semua penerimaan daerah
disetor ke rekening kas umum daerah pada Bank Pemerintah yang ditunjuk dan datang setelah
Kuasa BUD menerima nota kredit. Penerimaan daerah yang disetor ke rekening kas umum
daerah dilaksanakan melalui cara-cara sebagai berikut:

1. Disetor langsung ke Bank oleh Pihak ketiga,


2. Disetor melalui Bank lain, badan, Lembaga keuangan dan atau kantor pos oleh pihak
ketiga.
3. Untuk benda berharga seperti retribusi karcis yang dipakai sebagai tanda pembayaran
oleh pihak ketiga maka penyetorannya dilakukan dengan bukti bukti pembayaran
retribusi tersebut yang disahkan oleh PPKD.
Bendahara penerimaan wajib penatausahaan terhadap penerimaan dan penyetoran atas
penerimaan yang menjadi tanggungjawabnya dan harus melaporkannya kepada PA / KPA
melalui PPKD paling lambat tanggal 10 setiap bulan berikutnya.

Penatausahaan atas penerimaan dilaksanakan dengan menggunakan Buku Kas, Buku


Pembantu Per Rincian Objek Penerimaan, dan Buku Rekapitulasi Penerimaan harian. Sedangkan
bukti penerimaan dan/atau bukti pembayaran Yang diperlukan untuk penatausahaan anggaran
yaitu berdasarkan SKP Daerah (Sura Ketetapan Pajak Daerah), SKR Daerah (Surat Ketetapan
Retribusi Daerah), STS (Surat Tanda Setoran), Surat Tanda Bukti Setoran/Slip Setoran, dan
Bukti Penerimaan Lainnya yang Sah.

2.4 PENATAUSAHAAN PENGELUARAN

Hal - hal yang berhubungan dengan penatausahaan pengeluaran sebapa berikut:

1. Pembuatan Surat Penyediaan Dana (SPD)


2. SPD dibuat oleh BUD dalam rangka Manajemen Kas Daerah. Manajemen kas adalah
kemampuan daerah dalam mengatur jumlah penyediaan dana Kas bagi setiap SKPD. Hal
ini Penting karena akan mengurangi jumlah dana yang dapat disediakan dalam satu kali
pengajuan SPD, serta periode pengajuan SPD.
3. Pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP)
4. Berdasarkan SPD, Bendahara Pengeluaran SPP kepada PAKPA melalui PPK-SKPD.
5. Penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM)
a. Tahap lanjutan dari SPP adalah SPM, dan dibedakan menjadi emp jenis yaitu
SPM-GU, SPM-LS, SPM-TU, dan SPM-UP. Proses dmulai dengan pengujian
atas SPM yang diajukan baik dokumen kelengkapan dan dokumen kebenaran
pengisiannya.
6. Penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)
7. SP2D adalalah surat yang dipergunakan untuk mencairkan dana melalui Bank yang
ditunjuk setelah SPM diterima oleh BUD. SP2D bersifat spesifik, yaitu satu SP2D hanya
dibuat dan berlaku untuk satu SPM saja
8. Pelaksanaan Belanja Penggunaan Uang Persediaan
9. Dalam mempertanggungjawabkan pelaksanaan belanja tersebut, PPTK harus melaporkan
keseluruhan dokumen pendukung pengganaan anggaran dalam pelaksanaan kegiatan
yang terkait. Dokumen Penggunaan Anggaran diberikan kepada Beadahara Pengeluaran
sebagai dasar dalam membuat SPJ.
10. Pembuatan Surat Pertanggungjawaban (SPJ) Pengeluaran
11. Bendahara Pengeluaran secara administratif mempertanggungjawabkan penggunaan UP /
GU / TU kepada Kepala SKPD melalui PPK SKPD paling lambat tanggal 10 bulan
berikutnya.
12. Pembuatan Surat Pertanggungjawaban (SPJ) Pengeiuaran Pembantu
13. Bendahara Pengeluaran Pembantu wajib mengatur penata usahaan Terhadap pengeluaran
yang menjadi tanggungjawabnya. Laporan Pertanggungjawabannya wajib disampaikan
ke Bendahara Pengeluaran paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya.

2.5 MEKANISME PELAKSANAAN PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN


APBD OLEH DPRD

Mekanisme Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD (PPAPBD) merupakan bagian


akhir dari proses Pengelolaan Keuangan Daerah Secara Normatif, mekanisme PPAPBD
merupakan suatu rangkaian dari prosedur pengawasan yang dilakukan oleh instansi-instansi yang
memiliki fungsi pengawasan anggaran seperti BPK, Kemendagri, dan DPRD.

Dalam konteks hukum administrasi negara, mekanisme pertanggungjawaban merupakan


bentuk pengawasan demi terwujudnya pemerintahan yang baik sesuai dengan Asas-Asas Umum
Pemerintahan yang Baik (AUPB). Bentuk utama PPK adalah adanya kewajiban Pemda sebagai
PA untuk membuat Laporan Keuangan dan Laporan Kinerja, yang kemudian dievaluasi dan
diklarifikasi oleh DPRD dan Kemendagri dengan mekanisme Pertanggungjawaban Pelaksanaan
APBD Oleh DPRD, dan Pertanggungjawab Pelaksanaan APBD Oleh Menteri Dalam Negeri.

Konteks pengawasan yang telah dilakukan oleh DPRD adalah untuk memastikan baliwa
keputusan - keputusan yang diambil oleh kepala daerah untuk melaksanakan APBD sudah sesuai
dengan RKPD, Dokumen-dokumen pemerintah dan Norma-norna hukum pemerintahan.

Adapun mekanisme pengawasan pertanggungjawaban APBD yang dilakukan oleh DPRD


adalah sebagai berikut:
1. Kepala Daerah menyampaikan rancangan Perda teotang pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD kepada DPRD berupa laporan Keuangan yang telah diperiksa oleh BPK paling lambat 6
bulan setelah taan anggaran berakhir.

2. Laporan Keuangan yang dimaksud point 1, sekurang-kurangnya meliputi: LRA, Neraca, LAK,
dan CaLK yang dilampin dengan Laporan Keuangan BUMD

3. Kepala Daerah dan DPRD kemudian akan membahas rancangan Perda APBD hingga disetujui
Bersama antara Kepala Daeralı dan DPRD.

2.6 MEKANISME PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD OLEH


MENTERI DALAM NEGERI

Mekanisme pengawasan PPAPBD oleh Kemendagri diatur dalam Permendagri No.65


Tahun 2007, yaitu sebagai berikut:

1. Rancangan Perda Provinsi tentang PPAPBD yang telah disetujui bersama DPRD dan
Rancangan Pergub tentang Penjabaran PPAPBD sebelum ditetapkan oleh Gubernur
paling lambat 3 hari kerja disanıpaikan terlebih dahulu kepada Mendagri untuk di
evaluasi.
2. Penyampaian rancangan Perda Provinsi dan Rancangan Pergub Point 1 tersebut 2
dilengkapi dengan dokumen pendukung yang diperlukan untuk di evaluasi.
3. Hasil evaluasi pada point I disampaikan oleh Mendagri kepada Gubernur paling lambat
15 hari kerja terhitung sejak diterimanya rancangan dimaksud.
4. Apabila Menteri Dalam Negeri menyatakan hasil evaluasi rancangan peraturan daerah
tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dan rancangan peraturan gubernur
tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sudah sesuai dengan
kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, gubernur
menetapkan rancangan peraturan daerah dan rancangan peraturan gubernur menjadi
peraturan daerah dan peraturan gubernur.
5. Dalam hal Mendagri menyatakan hasil evaluasi tersebut bertentangan dengan
kepentingan umum dan Peraturan Perundang-Undangan yang lebih tinggi. Gubernur
bersama DPRD wajib melakukan penyempurnaan paling lama 7 hari kerja terhitung sejak
diterimanya hasil evaluasi.
6. Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh Gubernur dan DPRD, dan Gubernur
tetap menetapkan Rancangan Perda dan Rancangan Pergub tentang PPAPBD menjadi
PERDA dan PERGUB maka Mendagri berbak membatalkan Perda dan Pergub tersebut
sesuai dengan Peraturan Perundang undangan.

Mekanisme pertanggungjawaban dilaksanakan secara vertikal, yaitu dari Kepala SKPD,


PPKD, Kepala Daerah dan BPK selaku lembaga negara yang menjalankan fungsi pengawasan di
bidang keuangan negara. Sesuai dengan UU Pemda 2004 pasal 185-186 jo. PP No.79 Tahun
2005 Pasal 37 dan 39 tentang Pedoman dan Pembinaan Pengawasan Penyelenggaraan Pemda,
terdapat dua jenis pengawasan terhadap Perda dan Peraturan Kepala Daerah sebagai pengawasan
preventif & represif, yaitu Evaluasi dan Klarifikasi. Evaluasi dilakukan terhadap RAPERDA
Provisi/Kab/ Kota tentang APBD/P, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah serta Rencana Tata
Ruang Daerah yang diatur dalam Permendagri PPKD dan Permendagri No.65 Tahun 2007.
Sedangkan Klarifikasi berlaku untuk semua PERDA, diatur dalam Pennendagri Pengawasan
Perda.

Berdasarkan periodesasi waktu yg ditetapkan, Evaluasi dilakukan setelah pemeriksaan


keuangan selesai dilaksanakan oleh BPK dan DPRD. Sementara untuk Klarifikasi, Gubernur
menyampaikan Perda tentang PPAPBD paling lama 7 hari setelah ditetapkan. Perda yang
bertentangan dapat dibatalkan oleh Pemerintah dalam jangka waktu 60 hari sejak diterima.
Setelah dibatalkan, Perda wajib dihentikan pelaksanaannya paling lama 7 hari sejak keputusan
pembatalan diterima.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penatausahaan keuangan daerah sebagai bagian tak terpisahkan dari proses pengelolaan
keuangan daerah. Keuangan daerah merupakan semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang masuk didalamnya segala
bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah.

Menurut PP No.58 Tahun 2005 dan Permandagri No 2006, Asas umum Penataudahaan
Keuangan daerah yaitu PA/KPA L, Bendahara penerimaan/pengeluaran dan Orang/badan yang
menerima atau menguasai uang/barang/kekayaan daerah, wajib menyelenggarakan
Penatausahaan sesuai dengan peraturan perundang - perundangan.

Semua penerimaan dan pengeluaran dana pemerintah daerah harus dianggarkan dalam APBD
dan dilakukan melalui rekening kas daerah yang dikelola oleh BUD. Penerimaan Daerah adalah
Uang yang masuk ke kas daerah. Penerimaan daerah yang disetor ke rekening kas umum daerah
dilaksanakan melalui cara-cara sebagai berikut:. Disetor melalui Bank lain, badan, Lembaga
keuangan dan atau kantor pos oleh pihak ketiga. Untuk benda berharga seperti retribusi karcis
yang dipakai sebagai tanda pembayaran oleh pihak ketiga maka penyetorannya dilakukan dengan
bukti bukti pembayaran retribusi tersebut yang disahkan oleh PPKD.

Penatausahaan atas penerimaan dilaksanakan dengan menggunakan Buku Kas, Buku


Pembantu Per Rincian Objek Penerimaan, dan Buku Rekapitulasi Penerimaan harian. Sedangkan
bukti penerimaan dan/atau bukti pembayaran Yang diperlukan untuk penatausahaan anggaran
yaitu berdasarkan SKP Daerah (Sura Ketetapan Pajak Daerah), SKR Daerah (Surat Ketetapan
Retribusi Daerah), STS (Surat Tanda Setoran), Surat Tanda Bukti Setoran/Slip Setoran, dan
Bukti Penerimaan Lainnya yang Sah. Manajemen kas adalah kemampuan daerah dalam
mengatur jumlah penyediaan dana Kas bagi setiap SKPD. Hal ini Penting karena akan
mengurangi jumlah dana yang dapat disediakan dalam satu kali pengajuan SPD, serta periode
pengajuan SPD.
Berdasarkan SPD, Bendahara Pengeluaran SPP kepada PAKPA melalui PPK-SKPD. a.
Tahap lanjutan dari SPP adalah SPM, dan dibedakan menjadi emp jenis yaitu SPM-GU, SPM-
LS, SPM-TU, dan SPM-UP. Proses dmulai dengan pengujian atas SPM yang diajukan baik dan
se dokumen kelengkapan dokumen kebenaran pengisiannya. SP2D adalalah surat yang
dipergunakan untuk mencairkan dana melalui Bank yang ditunjuk setelah SPM diterima oleh
BUD.

Dalam mempertanggungjawabkan pelaksanaan belanja tersebut, PPTK harus melaporkan


keseluruhan dokumen pendukung pengganaan anggaran dalam pelaksanaan kegiatan yang
terkait. Bendahara Pengeluaran secara administratif mempertanggungjawabkan penggunaan UP /
GU / TU kepada Kepala SKPD melalui PPK SKPD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
Bendahara Pengeluaran Pembantu wajib mengatur penata usahaan Terhadap pengeluaran yang
menjadi tanggungjawabnya.

Dalam konteks hukum administrasi negara, mekanisme pertanggungjawaban merupakan


bentuk pengawasan demi terwujudnya pemerintahan yang baik sesuai dengan Asas-Asas Umum
Pemerintahan yang Baik (AUPB). Kepala Daerah menyampaikan rancangan Perda teotang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan Keuangan yang telah
diperiksa oleh BPK paling lambat 6 bulan setelah taan anggaran berakhir.

Laporan Keuangan yang dimaksud point 1, sekurang-kurangnya meliputi: LRA, Neraca,


LAK, dan CaLK yang dilampin dengan Laporan Keuangan BUMD. Kepala Daerah dan DPRD
kemudian akan membahas rancangan Perda APBD hingga disetujui Bersama antara Kepala
Daeralı dan DPRD. 5. Dalam bal Mendagri menyatakan hasil evaluasi tersebut bertentangan
dengan kepentingan usum dan Pernturan Perundang-Undangan yang lebih tinggi.

Mekanisme pertanggungjawaban dilaksanakan secara vertikal, yaitu dari Kepala SKPD,


PPKD, Kepala Daerah dan BPK selaku lembaga negara yang menjalankan fungsi pengawasan di
bidang keuangan negara. Sementara untuk Klarifikasi, Gubernur menyampaikan Perda tentang
PPAPBD paling lama 7 hari setelah ditetapkan. Perda yang bertentangan dapat dibatalkan oleh
Pemerintah dalam jangka waktu 60 hari sejak diterima.
Daftar Pustaka

Peraturan menteri dalam negeri Nomor 65 tahun 2007

Azlina, Nur. Penganggaran Sektor Publik. 1. Vol. 1. Pekanbaru , Riau : Fakultas Ekonomi Dan
Bisnis Universitas Riau , 2020.

Anda mungkin juga menyukai