Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

I. MASALAH UTAMA:
Harga Diri Rendah

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


A. Pengertian
Menurut Yosep (2007), konsep diri adalah penilaian subyektif
individu terhadap dirinya, perasaan sadar atau perasaan tidak sabar dan
persepsi terhadap fungsi, peran dan tubuh.
Menurut Keliat (2011), harga diri adalah penilaian individu tentang
pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai ideal
diri. Harga diri rendah dapat digambarkan sebagai perasaan negatif
terhadap diri sendiri termasuk hilangnya rasa percaya diri dan harga diri.
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri
sendiri dan kemampuan diri (Yosep, 2010).
Berbagai ancaman terhadap masalah identitas seksual, kurangnya
kepedulian dan stabilitasasi hubungan dengan pasangan, dan
berakhirnya kapasitas reproduksi diimplikasikan sebagai efek negatif
yang langsung berpengaruh terhadap harga diri penderita setelah
mengalami kanker dan terapinya. Selain itu, secara tidak langsung,
pengalaman depresi, cemas, marah, dan kelelahan selama terdiagnosis
kanker dan ketika menjalani terapi kanker juga dapat mempengaruhi
kondisi harga diri penderita kanker (Direja, 2011).
Rentang respon menurut Struat & Sundeen (1998, dalam Ernawati,
2009 ).
Bagan 1.1 Rentang Respon Konsep Diri

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kerancauan


depersonalisasi
diri positif rendah identitas

Penjelasan dari rentang respon konsep diri adalah sebagai berikut :


1. Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh
norma – norma sosial secara umum yang berlaku di masyarakat.
a. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang
positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan
dapat diterima.
b. Konsep diri adalah apabila individu mempunyai pengalaman
yang positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal – hal
positif maupun negatif dari dirinya.
2. Respon maladaptif adalah respon individu dalam menghadapi
masalah dimana individu tidak mampu memecahkan masalah
tersebut.
a. Kerancauan identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelas
sehingga tidak memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan.
b. Depersonalisasi (tidak mengenal diri) yaitu mempunyai
kepribadian yang kurang sehat, tidak ada rasa percaya diri
dengan orang lain.
B. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2007), faktor predisposisi dibagi menjadi sebagai
berikut :
1. Faktor yang mempengaruhi harga diri
Meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua tidak realistis,
kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab
personal, ketergantungan pada orang lain, dan idealdiri yang tidak
realistis.
2. Faktor yang mempengaruhi peran
Dimasyarakat umumnya peran seseorang disesuai dengan jenis
kelaminnya. Misalnya seseorang wanita dianggap kurang mampu,
kurang mandiri, kurang obyektif dan rasional sedangkan pria
dianggap kurang sensitif, kurang hangat, kurang ekspresif
dibandimg wanita. Sesuai dengan standar tersebut, jika wanita atau
pria berperan tidak sesuai lazimnya maka dapat menimbulkan
konflik diri maupun hubungan sosial. Misal: seorang istri yang
berperan sebagai kepala rumah tangga atau seorang suami yang
mengerjakan pekerjaan rumah, akan menimbulkan masalah.
Konflik peran dan peran tidak sesuai muncul dari faktor biologis
dan harapan masyarakat terhadap wanita atau pria. Peran yang
berlebihan muncul pada wanita yang mempunyai sejumlah peran.
3. Faktor yang mempengaruhi identitas diri
Meliputi ketidakpercayaan, tekanan dari teman sebaya dan
perubahan struktur sosial. Orang tua yang selalu curiga pada anak
akan menyebabkan anak menjadi kurang percaya diri, ragu dalam
mengambil keputusan dan dihantui rasa bersalah ketika akan
melakukan sesuatu. Kontrol orang tua yang berat pada anak remaja
akan menimbilkan perasaan benci pada orang tua. Teman sebaya
merupakan faktor lain yang berpengaruh pada identitas. Remaja
ingin diterima, dibutuhkan, dan diakui oleh kelompoknya.
4. Faktor biologis
Adanya kondisi sakit fisik secara yang dapat mempengaruhi
kerja hormon secara umum, yang dapat pula berdampak pada
keseimbangan neurotransmitter di otak, contoh kadar serotonin
yang menurun dapat mengakibatkan klien mengalami depresi dan
pada pasien depresi kecenderungan harga diri rendah kronis
semakin besar karena klien lebih dikuasai oleh pikiran-pikiran
negatif dan tidak berdaya.
C. Faktor Presipitasi
Menurut Yosep (2010), faktor presipitasi terjadinya harga diri
rendah kronis adalah hilangnya sebagian anggota tubuh, berubahnya
penampilan atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan, serta menurunnya
produktivitas.
D. Tanda dan Gejala
Menurut Alimul (2009), tanda dan gejala harga diri rendah kronik
adalah :
1. Bergantung pada pendapat orang lain
2. Evaluasi diri bahwa individu tidak mampu menghadapi peristiwa
3. Melebih-lebihkan umpan balik negatif tentang diri sendiri
4. Secara berlebihan mencari penguatan
5. Ekspresi rasa bersalah
6. Ekspresi rasa malu
7. Sering kali kurang berhasil dalam peristiwa hidup
8. Enggan mencoba situasi baru
9. Enggan mencoba hal baru
10. Perilaku bimbang
11. Kontak mata kurang
12. Perilaku tidak asertif
13. Sering kali mencari penegasan
14. Pasif
E. Akibat
1. Personal ability
a. Ketidakmampuan pemecahan masalah
b. Gangguan dari kesehatannya
c. Kemampuan berhubungan dengan oran lain tidak adekuat
d. Pengetahuan dan itelegensi rendah
e. Indentitas ego tidak adekuat
2. Sosial support
a. Hubungan antar: individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
tidak adekuat, komitmen dengan jaringan sosial tidak adekuat
3. Material asset
a. Ketidakmampuan megelola kekayaan, misal boros atau sangat
pelit
b. Tidak punya uang untuk berobat, tidak ada taungan untk berobat.
c. Tidak memiliki kekayaan dalam bentuk barang
4. Positif belief
a. Distres spiritual
b. Tidak memiliki motivasi
c. Penilaian negatif terhadap pelayanan kesehatan
d. Tidak menganggap itu sebagai gangguan

III. POHON MASALAH , DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN


RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
A. Pohon Masalah
B. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji
1. Masalah Keperawatan
a. Harga diri rendah
DS: mengkritik diri sendiri dan orang lain, perasaan tidak
mampu, rasa bersalah, perasaan negative tentang diri sendiri,
klien mengatakan bersedih dan kecewa.
DO: gangguan dalam hubunugan, pandangan yang dimiliki
bertentangan terhadap kemampuan personal, merusak diri sendiri
b. Isolasi sosial
DS: klien mengatakan malas berkumpul dengan teman, hanya
ingin sendiri di kamar, klien mengatakan sebelumnya sering
dicuekin
DO: pasien tampak menyendiri, jarang bergaul atau berbicara
dengan teman lainnya.

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Harga Diri Rendah
2. Koping Individu Tidak Efektif
3. Isolasi Sosial : Menarik Diri

V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN ( SESUAI SOP)


1. Diagnosa: harga diri rendah.
2. Tujuan umum: Kien dapat berhubungan dengan orang lain secara
optimal.
3. Tujuan khusus:
a. TUK 1: Klien dapat membina hubungan saling percaya.
1) Sapa klien dengan ramah secara verbal dan nonverbal
2) Perkenalkan diri dengan sopan
3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang
disukai klien
4) Jelaskan tujuan pertemuan
5) Jujur dan menepati janji
6) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
7) Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar
klien
b. TUK 2: Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki
1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
klien
2) Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien.
3) Utamakan memberi pujian yang realistik.
c. TUK 3: Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
1) Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan
2) Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan
penggunaannya.
d. TUK 4: Klien dapat merencanakn kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
1) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan
setiap hari
2) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
3) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien
lakukan.
e. TUK 5: Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuannya.
1) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang
telah direncanakan.
2) Diskusikan pelaksanaan kegiatan dirumah
f. TUK 6: Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang
ada.
1) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara
mearwat klien dengan harag diri rendah.
2) Bantu keluarga memberiakn dukungan selama klien dirawat.
3) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
KOMUNIKASI KEPERAWATAN

SP 1: Membina hubungan saling percaya, membantu klien mengidentifikasi


nilai-nilai positif yang dimiliki, menilai kemampuan yang dimiliki yang dapat
dilakukan di RSJ, membimbing klien menyusun kegiatan harian, melatih
klien melaksanakan satu kegiatan

Tanggal: Jam: Interaksi ke:

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien: klien merasa sering gelisah, susah tidur, mulut terasa
kering, malu, merasa tidak sesempurna yang sebelumnya, ada luka wajah
klien, kontak mata kurang, suara pelan. Kemampuan yg masih dimiliki
adalah berhias, memakai baju, mandi sendiri, memasak.
2. Diagnosa Keperawatan: Harga diri rendah
3. Tujuan Khusus:
a. Membina hubungan saling percaya
b. Membantu pasien mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
c. Membantu pasien menilai kemampuan yang dimiiki untuk digunakan
d. Membantu pasien (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
e. Menganjurkan pasien agar dapat melakukan kegiatan sesuai dengan
rencana yang telah dibuat
f. Membantu pasien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada
4. Tindakan Keperawatan:
a. Fase orientasi
b. Fase kerja
c. Fase terminasi
d. Sikap terapeutik
e. Teknik komunikasi
B. Strategi Komunikasi Pelakasanaan Tindakan Keperawatan
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik:
Selamat pagi Bapak atau Ibu, perkenalkan nama saya Suster... saya
biasanya dipanggil ... Nama Bapak atau Ibu siapa? Biasanya dipanggil
siapa?Saya mahasiswa Stikes Al Irsyad Cilacap yang akan merawat
bapak hari ini dari jam 7 sampai jam 2 siang.
b. Evaluasi/Validasi:
Bagaimana keadaan Bapak atau Ibu hari ini?
Apa yang sudah mbak lakukan selama mbak dirawat untuk mengatasi
perasaan malu yang mbak rasakan?
c. Kontrak (topik, waktu, tempat):
Topik: Bapak atau Ibu bagaimana kalau sekarang kita bercakap-cakap
tentang perasaan malu yang sedang anda alami?
Waktu: Bapak atau Ibu kita akan berbincang – bincang jam berapa?
Berapa lama? Bagaimana jika jam 09.30- 09.45?
Tempat: Bapak atau Ibu dimana kita akan berbincang – bincang?
2. Fase Kerja:
(Operasional apa yang akan diucapkan oleh perawat sesuai dengam tujuan
khusus dan tindakan keperawatan)
Adakah hal yang mbak pikirkan terkait perasaan malu yang mbak rasakan
saat ini? Apakah ada perasaan khawatir? Oh, jadi mbak merasa sering
gelisah, susah tidur, mulut terasa kering, malu dengan kondisi mbak
sekarang, dan mbak merasa tidak sesempurna mbak yang sebelumnya. Apa
yang menyebabkan mbak merasa seperti itu? Apa mbak pernah mengalami
perasaan seperti ini sebelumnya? Apa yang biasanya mbak lakukan kalau
perasaan minder itu mulai muncul? Jadi saat ini mbak merasa malu akibat
luka diwajah mbak, mbak menjadi susah tidur, mbak merasa tidak
sesempurna sebelumnya. OK ... bagaimana kalau sekarang kita latihan
tentang aspek positif dan kemampuan yang mbak miliki selama ini?mari
kita buat daftarnya ya mbak, Menurut mbak aspek positif dalam diri mbak
apa saja? Kemampuan apa saja yang mbak miliki selama ini baik dirumah
maupun dirumah sakit ini? Wah bagus sekali mbak, ternyata ada 10 aspek
dan kemampuan yang mbak miliki selama ini, Coba sekarang mbak nilai
dari 10 kemampuan ini mana yang masih bisa dilakukan dirumah sakit ini?
Bagus mbak berarti masih ada 5 kemampuan ya yang bisa mbak kerjakan
dirumah sakit, Nah sekarang coba dipilih kemampuan yang akan
dikerjakan lebih dahulu. Baik mbak memilih berarti yang akan mbak
kerjakan berhias, mengganti baju dan mandi sendiri. coba sekarang kita
latihan kemampuan pertama yang mbak pilih yaitu berhias.
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Respon:
Subyektif: “Apa yang rasakan setelah kita bercakap-cakap?”
Obyektif: “Coba Bapak atau Ibu jelaskan kembali apa yang sudah kita
bicarakan dan lakukan tadi? Ya,, bagus sekali..
b. Rencana Tindak Lanjut: “Nanti jangan lupa untuk
melakukan sesuai jadwal yang sudah kita susun, yng sudah kita tulis
dilembar kegiatan untuk dilaksankan yaa Bapak atau Ibu..
c. Kontrak yang akan datang (topik, waktu, tempat):
Bagaimana besok kita ketemu lagi untuk berlatih lagi kemampuan
kedua yang sudah dipilih tadi yaitu mengganti baju.. Jam berapa kita
bisa bertemu lagi? Dimana tempatnya Pak atau Bu? Baiklah saya akan
pamit dulu. Sampai ketemu besok ya Bapak atau Ibu,..
C. Komunikasi Terapeutik
1. Teknik komunikasi terapeutik yang digunakan:
a. Berhadapan dan mempertahankan kontak mata
b. Membungkuk ke arah pasien dengan sikap terbuka dan rileks
c. Mempertahnkan jarak terapeutik
2. Sikap komunikasi terapeutik yang digunakan:
a. Menggunakan kata-kata yang mudah dimegerti
b. Menggunakan teknik komunikasi yang tepat
DAFTAR PUSTAKA

Alimul H, A. Aziz. 2009. Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses
Perawatan. Jakarta: Salemba Medika
Ade, DH. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika
Ernawati. 2009. Buku Saku Komunikasi Keperawatan Aplikasi dalam Pelayanan.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Keliat, Farida Kusumawat. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika
Stuart GW, Sundeen SJ. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta:
EGC
Yosep, Iyus. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama
__________. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai