Anda di halaman 1dari 25

Pertemuan 2.

Perencanaan

UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH
GRESIK
apt. DIAH RATNASARI, S.Farm., M.T.
Pengelolaan Perbekalan Farmasi

• Pengelolaan perbekalan farmasi atau sistem manajemen perbekalan farmasi merupakan


suatu siklus kegiatan yang dimulai dari perencanaan sampai evaluasi yang saling terkait
antara satu dengan yang lain.
• Kegiatannya mencakup :
1) perencanaan,
2) pengadaan,
3) penerimaan,
4) penyimpanan,
5) pendistribusian,
6) pengendalian,
7) pencatatan, dan pelaporan,
8) penghapusan,
9) monitoring dan evaluasi.
Perencanaan

• Perencanaan perbekalan farmasi adalah salah satu fungsi yang menentukan dalam proses
pengadaan perbekalan farmasi
• Perencanaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP merupakan tahap awal untuk
menetapkan jenis serta jumlah sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP yang sesuai
dengan kebutuhan.
Tujuan Perencanaan

mendapatkan perkiraan jenis dan jumlah sediaan farmasi, alat kesehatandan BMHP yang mendekati kebutuhan

meningkatkan penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP secara rasional

menjamin ketersediaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP.

menjamin stok sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP tidak berlebih.

efisiensi biaya.

memberikan dukungan data bagi estimasi pengadaan, penyimpanan dan biaya distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP.
Tahapan

Perencanaan di Rumah Sakit


1. Pemilihan
• Fungsi pemilihan adalah untuk menentukan apakah perbekalan farmasi benar-benar diperlukan sesuai
dengan jumlah pasien/kunjungan dan pola penyakit di rumah sakit. Kriteria pemilihan kebutuhan obat yang
baik yaitu meliputi:
– a. Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin dengan cara menghindari kesamaan jenis.
– b. Hindari penggunaan obat kombinasi, kecuali jika obat kombinasi mempunyai efek yang lebih baik
dibanding obat tunggal.
– c. Apabila jenis obat banyak, maka kita memilih berdasarkan obat pilihan (drug of choice) dari penyakit
yang prevalensinya tinggi.
• Pemilihan obat di rumah sakit merujuk kepada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) sesuai dengan kelas
rumah sakit masing-masing, Formularium RS, Formularium Jaminan Kesehatan bagi masyarakat miskin,
Daftar Plafon Harga obat (DPHO) Askes dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) Sedangkan pemilihan
alat kesehatan di rumah sakit dapat berdasarkan dari data pemakaian oleh pemakai, standar ISO, daftar
harga alat, daftar harga alat kesehatan yang dikeluarkan oleh Ditjen Binfar dan Alkes, serta spesifikasi yang
ditetapkan oleh rumah sakit.
Tahapan

2. Kompilasi Penggunaan
• Kompilasi penggunaan perbekalan farmasi berfungsi untuk mengetahui penggunaan
bulanan masing-masing jenis perbekalan farmasi di unit pelayanan selama setahun dan
sebagai data pembanding bagi stok optimum. Informasi yang didapat dari kompilasi
penggunaan perbekalan farmasi adalah:
– a. Jumlah penggunaan tiap jenis perbekalan farmasi pada masing-masing unit pelayanan.
– b. Persentase penggunaan tiap jenis perbekalan farmasi terhadap total penggunaan
setahun seluruh unit pelayanan.
– c. Penggunaan rata-rata untuk setiap jenis perbekalan farmasi.
Tahapan

3. Perhitungan Kebutuhan
• Menentukan kebutuhan perbekalan farmasi merupakan tantangan yang berat yang harus
dihadapi oleh tenaga farmasi yang bekerja di rumah sakit. Masalah kekosongan atau
kelebihan perbekalan farmasi dapat terjadi, apabila informasi yang digunakan semata-mata
hanya berdasarkan kebutuhan teoritis saja. Dengan koordinasi dan proses perencanaan
untuk pengadaan perbekalan farmasi secara terpadu serta melalui tahapan seperti di atas,
maka diharapkan perbekalan farmasi yang direncanakan dapat tepat jenis, tepat jumlah,
tepat waktu, dan tersedia pada saat dibutuhkan. Adapun pendekatan perencanaan
kebutuhan dapat dilakukan melalui beberapa metode:
Tahapan

a. Metode Konsumsi
• Perhitungan kebutuhan dengan metode konsumsi didasarkan pada data riel konsumsi perbekalan
farmasi periode yang lalu, dengan berbagai penyesuaian dan koreksi.
• Perhitungan dengan metode konsumsi didasarkan atas analisa data konsumsi sediaan farmasi periode
sebelumnya ditambah stok penyangga (buffer stock), stok waktu tunggu (lead time) dan
memperhatikan sisa stok.
• Buffer stock dapat mempertimbangkan kemungkinan perubahan pola penyakit dan kenaikan jumlah
kunjungan (misal: adanya Kejadian Luar Biasa). Jumlah buffer stock bervariasi antara 10% sampai 20%
dari kebutuhan atau tergantung kebijakan Klinik.
• Sedangkan stok lead time adalah stok Obat yang dibutuhkan selama waktu tunggu sejak Obat dipesan
sampai Obat diterima.
• Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam rangka menghitung jumlah perbekalan farmasi yang
dibutuhkan adalah:
– 1) Pengumpulan dan pengolahan data
– 2) Analisa data untuk informasi dan evaluasi
– 3) Perhitungan perkiraan kebutuhan perbekalan farmasi
– 4) Penyesuaian jumlah kebutuhan perbekalan farmasi dengan alokasi dana.
Tahapan

Data yang perlu dipersiapkan untuk perhitungan


metode konsumsi adalah:
1) Daftar nama sediaan farmasi.
2) Stok awal.
3) Penerimaan.
4) Pengeluaran.
5) Sisa stok.
6) Daftar sediaan farmasi hilang, rusak, kadaluarsa.
7) Kekosongan sediaan farmasi.
8) Pemakaian rata-rata sediaan farmasi per tahun.
9) Waktu tunggu (lead time).
10) Stok pengaman (buffer stock).
11) Pola kunjungan.
Tahapan

Contoh perhitungan:
• Total pengadaan Amoxycillin kaplet Januari – Desember 2005 sebanyak 2.500.000 kaplet (ternyata habis
dipakai selama 10 bulan, jadi ada kekosongan 2 bulan)
• Sisa stok per 31 Desember 2005 sebanyak = 0tablet
• a. Pemakaian rata-rata per bulan 2.500.000 tab/10 = 250.000 kaplet
• b. Kebutuhan Pemakaian 12 bulan = 250.000 x 12 = 3.000.000 kaplet
• c. Stok pengaman (10-20%) = 20% x 3.000.000 kaplet = 600.000 kaplet
• d. Lead time (waktu tunggu) 3 bulan = 3 x 250.000 = 750.000 kaplet
• e. Kebutuhan amoxycillin kaplet tahun 2006 adalah b + c + d yaitu (3.000.000 + 600.000 + 750.000)
kaplet = 4.350.000 kaplet
• f. Jadi pengadaan tahun 3006 adalah hasil perhitungan e sisa stok yaitu (4.350.000) kaplet =4.350.000
kaplet atau sama dengan 4350 kaleng @1000 kaplet
Tahapan

b. Metode Morbiditas/Epidemiologi
• Dinamakan metode morbiditas karena dasar perhitungan adalah jumlah kebutuhan perbekalan farmasi
yang digunakan untuk beban kesakitan (morbidity load) yang harus dilayani.
• Metode morbiditas adalah perhitungan kebutuhan perbekalan farmasi berdasarkan pola penyakit,
perkiraan kenaikan kunjungan, dan waktu tunggu (lead time).
• Langkah-langkah dalam metode ini adalah:
– 1) Menentukan jumlah pasien yang dilayani
– 2) Menentukan jumlah kunjungan kasus berdasarkan prevalensi penyakit
– 3) Menyediakan formularium/standar/pedoman perbekalan farmasi.
– 4) Menghitung perkiraan kebutuhan perbekalan farmasi.
– 5) Penyesuaian dengan aloksai dana yang tersedia.
Tahapan

Contoh perhitungan:
• a. Menghitung masing-masing obat yang diperlukan perpenyakit:
• Berdasarkan pedoman penyakit diare akut, maka sebagai contoh perhitungan sbb:
• - Contoh untuk anak:
• Satu siklus pengobatan diare diperlukan 15 bungkus oralit @200 ml.
• Jumlah kasus 18.000 kasus.
• Jumlah oralit yang diperlukan adalah:
• = 18.000 kasus x 15 bungkus = 270.000 bungkus @200 ml.
• - Contoh untuk dewasa:
• Satu siklus pengobatan diare diperlukan 6 bungkus oralit @1 liter.
• Jumlah kasus 10.800 kasus.
• Jumlah oralit yang diperlukan adalah:
• = 10.800 kasus x 6 bungkus = 64.800 bungkus @1000ml/1 liter
• b. Selain perhitungan diatas, kebutuhan obat yang akan datang harus memperhitungkan: perkiraan
peningkatan kunjungan, lead time dan stok pengaman
Tahapan

• Kombinasi metode konsumsi dan metode morbiditas disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
• Acuan yang digunakan yaitu:
– 1) DOEN, Formularium Rumah Sakit, Standar Terapi Rumah Sakit (Standard Treatment
Guidelines/STG), dan kebijakan setempat yang berlaku.
– 2) Data catatan medik/rekam medik
– 3) Anggaran yang tersedia
– 4) Penetapan prioritas
– 5) Pola penyakit
– 6) Sisa persediaan
– 7) Data penggunaan periode yang lalu
– 8) Rencana pengembangan
Tahapan

Perbandingan metode konsumsi dan metode morbiditas


Tahapan

4. Evaluasi Perencanaan 1. Analisis


ABC

4. Revisi
Evaluasi
daftar 2. Analisis
Perencan
sediaan VEN
aan
farmasi

3. Analisis
Kombinas
i
Tahapan

4. Evaluasi Perencanaan
A. Analisis ABC
▪ ABC bukan singkatan melainkan suatu penamaan yang menunjukkan peringkat/rangking dimana
urutan dimulai dengan yang terbaik/terbanyak.
▪ Analisis ABC mengelompokkan item sediaan farmasi berdasarkan kebutuhan dananya, yaitu:
1) Kelompok A:
▪ Adalah kelompok jenis sediaan farmasi yang jumlah nilai rencana pengadaannya menunjukkan
penyerapan dana sekitar 70% dari jumlah dana obat keseluruhan.
2) Kelompok B:
▪ Adalah kelompok jenis sediaan farmasi yang jumlah nilai rencana pengadaannya menunjukkan
penyerapan dana sekitar 20%.
3) Kelompok C:
▪ Adalah kelompok jenis sediaan farmasi yang jumlah nilai rencana pengadaannya menunjukkan
penyerapan dana sekitar 10% dari jumlah dana obat keseluruhan.
Tahapan

Langkah-langkah menentukan Kelompok A, B dan C:


1) Hitung jumlah nilai barang yang dibutuhkan untuk masing-masing sediaan farmasi dengan cara
mengalikan jumlah sediaan farmasi dengan harga sediaan farmasi.
2) Tentukan peringkat mulai dari yang terbesar dananya sampai yang terkecil.
3) Hitung persentasenya terhadap total dana yang dibutuhkan.
4) Urutkan kembali jenis-jenis sediaan farmasi di atas mulai dengan jenis yang memerlukan persentase
biaya terbanyak.
5) Hitung akumulasi persennya.
6) Identifikasi jenis sediaan farmasi yang menyerap kurang lebih 70% anggaran total (biasanya didominasi
beberapa sediaan farmasi saja).
7) Sediaan farmasi kelompok A termasuk dalam akumulasi 70% (menyerap anggaran 70%).
8) Sediaan farmasi kelompok B termasuk dalam akumulasi 71-90% (menyerap anggaran 20%).
9) Sediaan farmasi kelompok C termasuk dalam akumulasi 90-100% (menyerap anggaran 10%).
Tahapan

B. Analisis VEN
Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi penggunaan dana sediaan farmasi yang terbatas dengan
mengelompokkan sediaan farmasi berdasarkan manfaat tiap jenis sediaan farmasi terhadap kesehatan.
Semua jenis sediaan farmasi yang tercantum dalam daftar sediaan farmasi dikelompokkan kedalam tiga
kelompok berikut:
1) Kelompok V (Vital)
Adalah kelompok sediaan farmasi yang mampu menyelamatkan jiwa (life saving). Contoh: obat shock
anafilaksis.
2) Kelompok E (Esensial)
Adalah kelompok sediaan farmasi yang bekerja pada sumber penyebab penyakit dan paling dibutuhkan
untuk pelayanan kesehatan.
Contoh:
a) Sediaan farmasi untuk pelayanan kesehatan pokok (contoh: anti diabetes, analgesik, antikonvulsi)
b) Sediaan farmasi untuk mengatasi penyakit penyebab kematian terbesar.
Tahapan

3) Kelompok N (Non Esensial)


Merupakan sediaan farmasi penunjang yaitu sediaan farmasi yang kerjanya ringan dan biasa dipergunakan
untuk menimbulkan kenyamanan atau untuk mengatasi keluhan ringan. Contoh: suplemen.

Penggolongan obat sistem VEN dapat digunakan untuk:


1) Penyesuaian rencana kebutuhan sediaan farmasi dengan alokasi dana yang tersedia. Sediaan farmasi
yang perlu ditambah atau dikurangi dapat didasarkan atas pengelompokan sediaan farmasi menurut VEN.
2) Penyusunan rencana kebutuhan sediaan farmasi yang masuk kelompok V agar selalu tersedia.
3) Untuk menyusun daftar VEN perlu ditentukan lebih dahulu kriteria penentuan VEN yang sebaiknya
disusun oleh suatu tim. Dalam menentukan kriteria perlu dipertimbangkan kondisi dan kebutuhan
masing-masing wilayah. Kriteria yang disusun dapat mencakup berbagai aspek antara lain aspek klinis,
konsumsi, target kondisi dan biaya.
Tahapan

c. Analisis Kombinasi
Jenis sediaan farmasi yang termasuk kategori A dari analisis ABC adalah benar-benar jenis sediaan farmasi
yang diperlukan untuk penanggulangan penyakit terbanyak. Dengan kata lain, statusnya harus E dan
sebagian V dari VEN. Sebaliknya, jenis sediaan farmasi dengan status N harusnya masuk kategori C.
Digunakan untuk menetapkan prioritas untuk pengadaan sediaan farmasi dimana anggaran yang ada tidak
sesuai dengan kebutuhan.
Tahapan

Metoda gabungan ini digunakan untuk melakukan pengurangan sediaan farmasi. Mekanismenya adalah:
1) Sediaan farmasi yang masuk kategori NA menjadi prioritas pertama untuk dikurangi atau dihilangkan
dari rencana kebutuhan, bila dana masih kurang, maka sediaan farmasi kategori NB menjadi prioritas
selanjutnya dan sediaan farmasi yang masuk kategori NC menjadi prioritas berikutnya. Jika setelah
dilakukan dengan pendekatan ini dana yang tersedia masih juga kurang lakukan langkah selanjutnya.
2) Pendekatannya sama dengan pada saat pengurangan sediaan farmasi pada kriteria NA, NB, NC dimulai
dengan pengurangan sediaan farmasi kategori EA, EB dan EC.
Tahapan

D. Revisi daftar sediaan farmasi


Bila langkah-langkah dalam analisis ABC maupun VEN terlalu sulit dilakukan atau diperlukan tindakan
cepat untuk mengevaluasi daftar perencanaan, sebagai langkah awal dapat dilakukan suatu evaluasi cepat
(rapid evaluation), misalnya dengan melakukan revisi daftar perencanaan sediaan farmasi. Namun
sebelumnya, perlu dikembangkan dahulu kriterianya, obat atau nama dagang apa yang dapat dikeluarkan
dari daftar. Manfaatnya tidak hanya dari aspek ekonomi dan medik, tetapi juga dapat berdampak positif
pada beban penanganan stok.
TUGAS

• Buatlah kelompok
• 1 kelompok maksimal 3 orang
• Kelompokan obat yang termasuk V, E, dan N
• Dikerjakan dalam waktu 1 minggu melalui laman spada
maksimal 9 Oktober 2020 jam 23.59

Anda mungkin juga menyukai