Anda di halaman 1dari 58

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP

PENGETAHUAN TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA


ANAK USIA SEKOLAH DENGAN THALASEMIA
DI POLIKLINIK THALASEMIA
RSUD KABUPATEN SUBANG
TAHUN 2020

PROPOSAL

Diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana


Pada Program Studi S-1 Keperawatan
STIKes YPIB Majalengka

NENG AISAH
NIM : 19142012022

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YPIB MAJALENGKA


PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
MAJALENGKA
2020
1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang,
segala puji bagi Allah SWT. Berkat karunia dan rahmat-Nya semata penelitian
yang berjudul “Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan tentang
personal hygine pada anak usia sekolah dengan Thalasemia di Poliklinik
Thalasemia RSUD Kabupaten Subang tahun 2020”. Tujuan penulisan proposal
penelitian ini adalah untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana dalam
bidang Keperawatan pada Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan YPIB Majalengka
Pada kesempatan ini pula, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan, dorongan dan bimbingan yang tak ternilai harganya dalam
persiapan, pelaksanaan hingga terselesaikannya penyusunan proposal penelitian
ini yaitu kepada :
1. H. Satmaja.,M.BA selaku Ketua Yayasan Pendidikan Imam Bonjol
Majalengka
2. DR. Wawan Kurniawan., SKM.,S.Kep.,M.Kes selaku ketua STIKes YPIB
Majalengka
3. dr Ahmad nasuhi selaku Plt. Direktur RSUD Kabupaten Subang
4. Hera Hijriani, S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku Kaprodi S1Keperawatan STIKes
YPIB Majalengka.
5. Dosen pembimbing I yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran
untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini ;
6. Dosen pembimbing II yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran
untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini ;
7. Seluruh dosen S1 keperawatan STIKes YPIB Majalengka yang telah banyak
membekali ilmu pengetahuan yang bermanfaat kepada penulis
8. Orang tua, Suami serta anak-anaku tercinta yang telah memberikan
semangat, dorongan, do’a dan motivasi
9. Seluruh rekan – rekan mahasiswa Prodi S1 Keperawatan STIKes YPIB
Majalengka
10. Semua pihak yang telah ikut serta membantu hingga terselesaikannya
proposal penelitian ini
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan Proposal penelitian ini masih
banyak kekurangan. Kritik dan saran serta masukan dari berbagai pihak sangat
diharapkan. Peneliti berharap semoga hasil penelitian ini dapat diterima dan
bermanfaat bagi kita semua.
.

Majalengka, Desember 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................. vi
DAFTAR ISI................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR................................................................................... x
DAFTAR TABEL........................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan.................................................................... 5
D. Manfaat Penulisan.................................................................. 6
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Thalasemia ................................................................. 7
1. Pengertian .......................................................................... 7
2. Manifestasi klinis .............................................................. 7
3. Terapi untuk thalassemia .................................................. 8
4. Dampak psikososial thalassemia ....................................... 9
B. Konsep Pendidikan Kesehatan ................................................. 10
1. Pengertian Pendidikan Kesehatan ..................................... 10
2. Tujuan Pendidikan Kesehatan ........................................... 10
3. Proses Pendidikan Kesehatan ............................................ 11
4. Metode Pendidikan Kesehatan .......................................... 11
5. Sasaran Pendidikan Kesehatan .......................................... 12
6. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan
Perilaku.............................................................................. 12
7. Langkah-langkah Memberikan Pendidikan Kesehatan .... 12
C. Konsep Pengetahuan
1. Pengertian .......................................................................... 15
2. Tingkatan Pengetahuan ..................................................... 15
3. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ........... 16
4. Pengukuran Tingkat Pengetahuan...................................... 17
D. Konsep Personal Hygiene
1. Pengertian .......................................................................... 17
2. Tujuan perawatan personal hygiene .................................. 18
3. Dampak yang sering timbul pada masalah personal
hygiene .............................................................................. 19
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygien.......... 19
5. Jenis personal hygiene....................................................... 20
E. Konsep Anak Usia Sekolah
1. Pengertian ............................................................................ 22
2. Tumbuh Kembang Anak Dengan Thalasemia..................... 23
3. Tugas Perkembangan Anak Usia Sekolah .......................... 23
F. Penelitian Terkait ..................................................................... 24
G. Kerangka Teori ......................................................................... 26
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Kerangka Konsep ................................................................... 27
B. Definisi Operasional............................................................... 27
C. Hipotesis Penelitian................................................................ 28
D. Metodologi Penelitian............................................................. 29
1. Jenis dan Desain Penelitian............................................. 29
2. Populasi dan Sampel ....................................................... 29
3. Waktu dan Tempat Penelitian.......................................... 30
4. Instrumen Penelitian........................................................ 31
5. Pengumpulan Data........................................................... 31
6. Pengolaha Data................................................................ 32
7. Analisa Data..................................................................... 34
E. Etika Penelitian ...................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Thalasemia merupakan penyakit kelainan darah yang disebabkan oleh

gangguan produksi hemoglobin, sehingga jumlah hemoglobin berkurang.

Kelainan hemoglobin pada anak thalasemia menyebabkan eritrosit mudah

mengalami destruksi, sehingga usia sel-sel darah merah menjadi lebih pendek

dari usia sel darah merah pada anak normal yaitu berusia 120 hari. Hal ini

menyebabkan menurunnya kemampuan hemoglobin mengikat oksigen. Gejala

awal yang muncul antara lain pucat, lemas, tidak nafsu makan dan anemia,

(Rudolph, Hoffman, & Rudolph, 2017)

Thalasemia sering mengalami komplikasi berupa penyakit diantaranya

jantung dan hati serta mengalami infeksi sekunder dan osteoporosis. Hal ini

akan mempengaruhi kondisi fisik, psikologis dan kognitif anak, sehingga

terjadi keterbatasan aktifitas sehari- hari yang berdampak pada pemenuhan

personal hygiene, (Hockenberry & Wilson, 2014).

Personal hygiene merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia.

Personal hygiene adalah kebersihan dan kesehatan perorangan yang bertujuan

untuk mencegah timbulnya penyakit pada diri sendiri maupun orang lain.

Personal hygiene menjadi penting karena personal hygiene yang baik akan

meminimalkan pintu masuk (portal of entry) mikroorganisme yang ada

dimana-

1
mana dan pada akhirnya mencegah seseorang terkena penyakit,

(Saryono, 2015).

Penyakit yang ditimbulkan akibat Personal hygiene yang tidak baik

seperti penyakit kulit skabies, penyakit infeksi, penyakit mulut dan gigi, dan

penyakit saluran cerna atau bahkan dapat menghilangkan fungsi bagian tubuh

tertentu, seperti halnya kulit (Sudarto, 2013). Personal hygiene yang dimaksud

mencakup perawatan kebersihan kulit kepala dan rambut, mata, hidung,

telinga, kuku kaki dan tangan, kulit, dan perawatan tubuh secara keseluruhan.

Pengetahuan tersebut sudah mulai diberikan saat anak memasuki usia sekolah,

(Tarwoto dan Wartonah, 2016: 58).

Usia sekolah merupakan usia dimana anak berada pada periode

pendidikan sekolah dasar, (Santrock, 2011). Usia sekolah merupakan periode

penting dalam tahap tumbuh kembang, dan pada tahap ini anak mulai

menunjukkan karakteristik dan kemampuan tersendiri dalam pemenuhan

personal hygine. Pengetahuan anak usia sekolah dasar khusus kelas 4,5,dan 6

tentang pemenuhan kebutuhan personal hygiene sangat tergantung dari proses

belajar disekolah, karena kegiatan anak usia sekolah lebih banyak dihabiskan

di sekolah. Salah satu cara untuk meningkatkan pemenuhan personal hygiene

pada anak usia sekolah yaitu dengan menambah pengetahuan anak tentang

manfaat dari pemenuhan personal hygiene melalui pendidikan kesehatan.


3

Pendidikan kesehatan merupakan serangkaian upaya yang ditujukan

untuk mempengaruhi orang lain mulai dari individu, kelompok, keluarga dan

masyarakat agar terlaksananya perilaku hidup sehat. Pemberian pendidikan

kesehatan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan,

kepercayaan diri dan ketidak mampuan anak, (Notoatmodjo, 2015).

Perawat sebagai praktisi kesehatan yang dianggap memiliki

pengetahuan tentang pemenuhan kebutuhan personal hygiene khususnya pada

anak usia sekolah dengan thalasemia diharapkan mampu memberikan

pendidikan kesehatan secara efektif. Selain itu juga perawat harus berperan

aktif didalam memberikan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan

personal hygiene pada anak usia sekolah yang menderita thalasemia, sehingga

tidak terjadi komplikasi penyakit lain.

Fenomena yang sering kita temukan dirumah sakit, anak usia sekolah

dengan thalasemia jarang mendapatkan pendidikan kesehatan tentang

personal hygine, hal ini dikarenakan perawat lebih berfokus terhadap asuhan

keperawatan pada anak dengan thalasemia saja tanpa memperhatikan tentang

pemenuhan kebutuhan personal hygiene. Santi, (2013) melakukan penelitian

tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pemenuhan kebutuhan

personal hygine pada anak usia sekolah menunjukkan bahwa ada pengaruh

pendidikan kesehatan terhadap pemenuhan kebutuhan personal hygine pada

anak usia sekolah.


4

Data statistik yang diperoleh dari Perhimpunan Yayasan Thalasemia

Indonesia tercatat hingga Juni 2008, di RSUD Kabupaten Subang telah

merawat 933 pasien. Sejak 2014 sampai 2020 rata-rata pasien baru thalasemia

meningkat sekitar 8%, dan diperkirakan banyak kasus yang tidak terdeteksi,

(Medical Record Poliklinik Thalasemia RSUD Kabupaten Subang, 2020).

Jumlah kunjungan poliklinik thalasemia di RSUD Kabupaten Subang

tahun 2019 adalah 507 pasien dan ditahun 2020 berjumlah 602 pasien.

Belum ada pengelompokan data kunjungan anak usia sekolah dengan

thalasemia dan satu orang anak bisa beberapa kali melakukan kunjungan

dalam sebulan. Sedangkan data yang tercatat adalah jumlah total kunjungan

keseluruhan anak dan dewasa. (Medical Record Poliklinik Thalasemia RSUD

Kabupaten Subang, 2020).

Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang peneliti lakukan di

Poliklinik Thalasemia RSUD Kabupaten Subang terhadap 10 orang responden

didapatkan 70% anak usia sekolah yang mengalami thalasemia pengetahuan

tentang pemenuhan kebutuhan personal hygiene kurang baik, hal ini

dikarenakan masih kurangnya pendidikan kesehatan yang diberikan pada anak

usia sekolah dengan thalasemia tentang pemenuhan kebutuhan personal

hygiene pada saat berkunjung di Poliklinik Thalasemia RSUD Kabupaten

Subang.

Berdasarkan latar belakang diatas, oleh karena itu peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan


5

tentang personal hygiene pada anak usia sekolah dengan thalasemia di

Poliklinik Thalsemia RSUD Kabupaten Subang.

B. Masalah Penelitian

Personal hygiene yang tidak baik akan mempermudah tubuh terserang

berbagai penyakit, seperti penyakit kulit yaitu skabies, penyakit infeksi,

penyakit mulut dan gigi, dan penyakit saluran cerna atau bahkan dapat

menghilangkan fungsi bagian tubuh tertentu, seperti halnya kulit. Kurangnya

pendidikan kesehatan pada anak usia sekolah dengan thalasemia tentang

personal hygine akan berdampak pada kurangnya pengetahuan anak usia

sekolah tentang pemenuhan personal hygine. Oleh karena itu peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap

pengetahuan tentang personal hygine pada anak usia sekolah dengan

thalasemia di Poliklinik RSUD Kabupaten Subang.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan tentang

personal hygine pada anak usia sekolah dengan thalasemia di Poliklinik

Thalasemia RSUD Kabupaten Subang.

2. Tujuan khusus

a. Teridentifikasinya karakteristk responden (usia dan jenis kelamin)

pada anak usia sekolah dengan thalasemia di Poliklinik Thalasemia

RSUD Kabupaten Subang.


6

b. Diketahuinya pengetahuan tentang personal hygine pada anak usia

sekolah dengan thalasemia sebelum dan sesudah diberikan pendidikan

kesehatan di Poliklinik Thalasemia RSUD Kabupaten Subang.

c. Diketahuinya pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan

tentang personal hygine pada anak usia sekolah dengan thalasemia di

Poliklinik Thalasemia RSUD Kabupaten Subang.

D. Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini di harapkan bermanfaat untuk :

1. Profesi keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan keterampilan khusus pada

perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan

penyakit kronik khususnya thalasemia dengan gangguan pemenuhan

kebutuhan personal hygiene.

2. Anak

Terpenuhinya personal hygiene pada anak thalasemia sehingga dapat

meningkatkan kepercayaan diri, harga diri, dan aktualisasi diri.

3. Orangtua dan Masyarakat

Memberikan informasi dan panduan dasar untuk perawatan anak

thalasemia tentang pemenuhan personal hygine.

4. Peneliti

Sebagai informasi dasar untuk penelitian berikutnya agar dapat

dikembangkan lebih luas jumlah sampel dan instrumen penelitian serta

dapat digunakan sebagai sumber informasi ilmu pengetahuan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Thalasemia

1. Pengertian

Thalasemia disebut juga anemia sel sabit merupakan penyakit kongenital

herediter yang diturunkan secara autosomal berdasarkan kelainan

hemoglobin. Satu atau dua rantai hemoglobin kurang atau tidak terbentuk

secara sempurna sehingga terjadi kelainan hemolitik. Kelainan hemolitik

ini mengakibatkan kerusakan pada sel darah merah di dalam pembuluh

darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek, kurang dari 120 hari.

Gejala klinis dari yang paling ringan (bentuk heterozigot) yang disebut

thalasemia minor atau trait (carrier=pengemban sifat) hingga yang paling

berat (bentuk homozigot) yang disebut thalasemia mayor. Bentuk

heterozigot diturunkan oleh salah satu orangtua yang menghidap

thalasemia. Bentuk homozigot diturunkan oleh kedua orangtuanya yang

mengidap penyakit thalasemia. (Mazzone, 2009). Thalasemia mayor

dikenal dengan cooley anemia merupakan bentuk homozigot dari

thalasemia beta yang disertai dengan anemia berat dan sangat tergantung

pada transfusi. (Bakta, 2013).

2. Manifestasi klinis

Manifestasi klinis yang dapat dijumpai sebagai dampak patologis

penyakit pada thalasemia yaitu anemia. Anemia yang menahun pada

7
8

thalasemia disebabkan eritropoises yang tidak efektif, proses hemolisis

dan reduksi sintesa hemoglobin.

Adanya anemia mengakibatkan pasien memerlukan transfusi darah

seumur hidupnya. Pemberian transfusi darah secara terus menerus akan

menyebabkan terjadinya penumpukan besi pada jaringan parenkim

disertai dengan kadar serum yang tinggi. Hal ini dapat menimbulkan

hemosiderosis dan hemokromatosis pada berbagai organ tubuh seperti

jantug, hati, limpa dan kelenjar endokrin. (Hockenberry & wilson, 2013).

Kondisi anemia kronis menyebabkan terjadinya hypoxia jaringan dan

merangsang peningkatan produksi eritropoitin yang berdampak pada

ekspansi susunan tulang sehingga pasien thalasemia mengalami

deformitas tulang, resiko menderita gout dan defisiensi asam folat.

Hypoxia yang kronis sebagai dampak dari anemia mengakibatkan anak

sering mengalami sakit kepala, irritable, anorexia, nyeri dada dan tulang

serta intoleransi aktifitas yang berdampak pada perawatan diri. Pada tahap

lanjut mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Anak

thalasemia juga mengalami perubahan struktur tulang yang ditandai

dengan penampilan wajah khas berupa tulang maxilaris yang menonjol,

dahi lebar dan tulang hidung datar. (Hockenberry&Wilson, 2016).

3. Terapi untuk thalasemia

Terapi thalasemia bertujuan meningkatkan kemampuan mendekati

perkembangan normal serta meminimalkan infeksi dan komplikasi sebagai


9

dampak sistemik penyakit. Terapi thalasemia mayor terdiri atas pemberian

transfusi yang teratur untuk mempertahankan hemoglobin normal atau

mendekati normal. Mencegah penumpukan zat besi (hemocromatosis)

akibat transfusi, pemberian asam folat, usaha mengurangi hemolisis

dengan splenektomi dan transplantasi sumsum tulang. (Hoffbrand, petit &

Moss,2015).

4. Dampak psikososial thalasemia

Secara umum anak thalasemia berasal dari keluarga dengan tingkat sosial

ekonomi dan pendidikan yang rendah. Anak thalasemia harus menjalani

perawatan dengan biaya cukup besar serta berlangsung seumur hidup.

Selain beban financial perubahan secara fisik dan risiko timbulnya

komplikasi menjadi beban psikologis tersendiri bagi anak maupun

orangtuanya. Sedangkan pada anak thalasemia sendiri, perubahan secara

fisik yang terjadi membuat anak merasa berbeda dengan kelompoknya,

cenderung iritable, merasa rendah diri, mengalami kecemasan, isolasi

sosial dan terbatas aktifitasnya yang berdampak pada perawatan diri.

(Gato, 2016).

5. Tumbuh Kembang Anak Dengan Thalasemia

Menurut Maurer dan Smith (2010) pasien thalasemia mengalami

gangguan pertumbuhan dan perkembangan sebagai akibat penyakitnya

yang berat dan lama karena anemia diderita sepanjang umurnya. Anak

sangat lemah, tak bergairah, bahkan berbicara saja jarang. Pasien tidak
10

pernah meminta sesuatu, gerakannya sangat lamban. Dalam keadaan

demikian semua kebutuhan pasien harus ditolong (mandi, BAB / BAK,

makan dan sebagainya). Jika transfusi telah diberikan kadar Hb naik

walaupun belum mencapai normal terlihat pasien ada gairah (biasanya

makannya mau lebih banyak dan mau bermain). Berikan dorongan agar

timbul semangat hidupnya dan ajaklah bermain dan berikan buku–buku

yang umumnya disenangi anak–anak atau mainan sesuai kedaan pasien.

B. Konsep Pendidikan Kesehatan

1. Pengertian Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah suatu proses yang menjembatani kesenjangan

antara informasi dan tingkah laku kesehatan. Pendidikan kesehatan

memotifasi seseorang untuk menerima informasi kesehatan dan berbuat

sesuai dengan informasi tersebut agar mereka menjadi lebih tahu dan lebih

sehat

(Budioro,2010).

2. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Menurut WHO (2017) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2015), tujuan

pendidikan kesehatan adalah untuk meningkatkan status kesehatan dan

mencegah timbulnya penyakit, mempertahankan derajat kesehatan yang

sudah ada, memaksimalkan fungsi dan peran pasien selama sakit, serta

membantu pasien dan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan.

Masalah kesehatan merupakan masalah yang penting dan harus segera


11

diatasi, dengan cara meningkatkan pengetahuan anak tentang manfaat

menjaga kebersihan personal hygine dengan melakukan pendidikan

kesehatan berarti petugas kesehatan membantu anak usia sekolah untuk

meningkatkan kebersihan personal hygine.

3. Proses Pendidikan Kesehatan

Proses didalam pendidikan kesehatan terdapat tiga persoalan pokok yaitu

masukan (input), proses dan keluaran (output). Masukan (input) dalam

pendidikan kesehatan menyangkut sasaran belajar yaitu individu,

kelompok dan masyarakat dengan berbagai latar belakangnya. Proses

adalah mekanisme dan interaksi terjadinya perubahan kemampuan dan

perilaku pada diri subjek belajar. Dalam proses pendidikan kesehatan

terjadi timbal balik berbagai faktor antara lain adalah pengajar, tehnik

belajar dan materi atau bahan pelajaran. Sedangkan keluaran merupakan

kemampuan sebagai hasil perubahan yaitu pengetahuan sebelum dan

sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang personal hygiene.

(Notoatmodjo, 2015).

4. Metode Pendidikan Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2005), metode pendidikan kesehatan dapat bersifat

pendidikan individual, pendidikan kelompok dan pendidikan massa.

Metode yang sering digunakan dalam pendidikan kesehatan yaitu

bimbingan dan penyuluhan, wawancara, ceramah, seminar. Pada anak usia

sekolah metode yang sering digunakan adalah menggunakan alat


12

demonstrasi dan gambar-gambar tentang cara pemenuhan kebutuhan

personal hygiene, sehingga mudah

dimengerti oleh anak usia sekolah.

5. Sasaran Pendidikan Kesehatan

Sasaran pendidikan kesehatan adalah masyarakat atau individu baik yang

sehat maupun sakit. Sasaran pendidikan kesehatan tergantung pada

tingkat, dan tujuan penyuluhan yang diberikan (Notoatmodjo, 2005).

6. Langkah-langkah Memberikan Pendidikan Kesehatan

Langkah-langkah dalam memberikan pendidikan kesehatan

menurut (Notoatmodjo, 2015) sebagai berikut:

a. Menetukan prioritas masalah

Kebutuhan belajar harus diurut berdasarkan prioritas, cara

menentukan prioritas diantaranya adalah memotivasi klien

berkonsentrasi pada kebutuhan belajar yang telah diidentifikasi sesuai

dengan herarki kebutuhan dasar maslow.

b. Menetapkan tujuan pendidikan kesehatan

Tujuan Pendidikan kesehatan yang baik jika berdasarkan tiga ranah

belajar yaitu: kognitif, afektif dan psikomotor. Tujuan belajar yang

dirancang dengan baik akan menuntun perencanaan tentang isi atau

substansi, metode, sterategi, aktifitas dan perencanaan metode evaluasi

Penkes.
13

c. Perumusan Tujuan Instruksional

Tujuan instruksional adalah tujuan yang berbentuk tingkah laku atau

kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki pasien setelah proses

belajar mengajar, tujuan instruksional terdiri dari:

1) Tujuan Instruksional Umum

Tujuan umum adalah suatu pernyataan umum tentang tujuan

akibatnya kurang jelas arahnya.

2) Tujuan Instruksional Khusus

Tujuan khusus jauh lebih bersifat sfesifik dan jelas, tujuan khusus

dapat membantu secara nyata serta memberikan arah yang jelas

d. Menentukan Materi Pendidikan Kesehatan

Materi Pendidikan Kesehatan yang akan dipelajari pasien untuk

mencapai tujuan instruksional khusus yang perlu dirumuskan meliputi

pokok bahasa dan garis besar uraiannya. Materi ini biasanya diambil

dari buku sumber dari teks book atau sumber perpustakaan yang jelas.

e. Menentukan Media Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan dengan menggunakan media sangat baik, karena

dapat memperjelas materi yang disampaikan dan untuk memilih media

mengajar disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai. Media yang

biasa digunakan dirumah sakit didalam memberikan Pendidikan

kesehatan ke pasien adalah booklet, leaflet, dan alat peraga.


14

f. Menentukan Evaluasi

Suatu tindakan untuk menentukan nilai evaluasi dapat dilakukan

dengan menggunakan alat penilaian sebagai berikut:

1) Tes: adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk

suatu tugas yang harus dikerjakan oleh anak sehingga

menghasilkan suatu nilai tentang pengetahuan anak tentang

personal hygiene

2) Non tes, untuk menilai aspek-aspek tingkah laku, jenis non tes

lebih sesuai dipergunakan sebagai alat penilaian. Alat penilaian

jenis non tes ini antara lain:

a) Observasi: yaitu pengamatan tingkah laku pada situasi tertntu.

b) Wawancara: yaitu berkomunikasi langsung antara yang

menginterview dengan yang diinterview

c) Studi kasus: yauitu mempelajari individu dalam priode tertentu

sacara terus menerus untuk melihat perkembangannya

3) Bentuk tes

a) Bentuk tes tertulis

b) Bentuk tes lisan

c) Bentuk tes perbuatan

Membuat rencana evaluasi: rencana evaluasi harus dibuat dalam

perencanaan kegiatan pendidikan kesehatan. Misalnya waktu dan

sasaran yang akan dievaluasi, indikator/kteria apa yang akan dipakai

dalam evaluasi. Evaluasi dapat


15

dibedakan:

1) Evaluasi pendidikan kesehatan: yaitu menilai langkah-langkah

yang telah dijadwalkan dalam perencanaan, apakah sesuai atau

terjadi perubahan dalam pelaksanaannya, misalnyan jadwal waktu,

empat dan alat peraga

2) Evaluasi hasil kegiatan yaitu sesuai tujuan yang ingin dicapai

dengan pendidikan kesehatan yang dimaksud, misalnya terjadinya

perubahan pengetahuan , sikap dan tindakan.

C. Konsep Pengetahuan Pada Anak Usia

1. Pengertian

Kam (2005), pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan

proses pembelajaran. Berdasarkan definisi tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa pengetahuan adalah hasil dari tahu setelah melakukan

proses pembelajaran dengan menggunakan panca indera. Pengetahuan

anak usia sekolah tentang personal hygiene didapat dari proses belajar

disekolah karena pada anak usia sekolah anak sudah mulai belajar untuk

bersosialisasi dengan lingkungan di luar rumah.

2. Tingkatan Pengetahuan

Tingkatan pengetahuan dalam domain kognitif meliputi tahu (know),

memahami (comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis),

sintesis (syntesis), dan evaluasi (evaluation). Tahu (know) diartikan

sebagai mengingat suatu materi yang telah diajarkan melalui pendidikan


16

kesehatan, mengingat kembali (recall) sesuatu spesifik dari seluruh bahan

yang dipelajari dalam pendidikan kesehatan.. Tingkatan pengetahuan

selanjutnya adalah memahami (comprehension), artinya kemampuan

untuk menjelaskan dan menginterpretasikan dengan benar tentang obyek

yang diketahui. Seseorang yang telah paham tentang sesuatu harus dapat

menjelaskan, memberi contoh, dan menyimpulkan. Misalnya pasien

paham apa itu manfaat personal hygiene, (Notoatmodjo, 2008).

3. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Nasution (2012)

dalam Notoatmodjo (2015) adalah tingkat pendidikan, informasi, budaya,

pengalaman, dan sosial ekonomi. Semakin tinggi tingkat pendidikan

(pengetahuan) seseorang maka ia akan mudah menerima informasi tentang

manfaat pemenuhan kebutuhan personal hygiene.

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan selanjutnya adalah informasi.

Keluarga yang mempunyai sumber informasi melalui pendidikan

kesehatan tentang garam beryodium lebih banyak akan memberikan

pengetahuan yang lebih jelas mengenai konsumsi garam beryodium.

Faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah budaya

karena budaya yang diperoleh belum sesuai dengan budaya yang ada

sekarang sehingga mempengaruhi informasi yang ada (Notoatmodjo,

2015). Pada anak usia sekolah pengetahuan lebih banyak didapatkan

dibangku sekolah dasar, selain itu juga pengaruh dari teman sebaya.
17

4. Pengukuran Tingkat Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara langsung

atau dengan angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur

dari responden. Responden yang ingin diketahui atau diukur

pengetahuannya dapat disesuikan dengan tingkat pengetahuan.

Pengetahuan dapat diukur dengan menggunakan angket atau koesioner

pada umumnya berupa prosentase yang menggambarkan tingkat

pengetahuan baik, cukup atau pengetahuan kurang.

Menurut Waridjan (2016), pengetahuan anak usia sekolah tentang tentang

personal hygiene dikatakan baik bila nilai jawaban benar berkisar pada

rentang 80 – 100 %, dikatakan cukup bila menjawab benar sebesar 65 – 79

%, dan pengetahuan dikatakan kurang bila prosentase nilai benar kurang

dari 65 %.

D. Konsep Personal Hygiene

1. Pengertian

Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yang berarti Personal yang

artinya perorangan dan hygiene yang artinya sehat. Kebersihan perorangan

adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan untuk

kesejahteraan fisik dan psikis (Wartonah, 2016). Menurut Hidayat (2018),

personal hygiene merupakan kebersihan diri sendiri yaang dilakukan

untuk mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis.


18

2. Tujuan personal hygiene

Menurut Wartonah (2016), tujuan dari personal hygiene:

a. meningkatkan derajat kesehatan seseorang

b. memelihara kebersihan diri seseorang

c. memperbaiki personal hygiene yang kurang

d. meningkatkan percaya diri seseoreang

3. Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene

Menurut Wartonah (2006) dampak yang bisa timbul adalah:

a. Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak

terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik

yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit. Gangguan mukosa

mulut, gangguan pada mata dan telinga, gangguan pada kuku.

b. Dampak psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah

gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan harga diri, aktualisasi

diri dan gangguan interaksi sosial.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene

Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan personal hygiene

(Perry dan Potter, 2005), yaitu :


19

a. Citra tubuh

Penampilan umum pasien dapat menggambarkan pentingnya higiene

pada orang tersebut. Citra tubuh merupakan konsep subjektif

seseorang tentang penampilan fisiknya. Citra tubuh ini dapat sering

berubah. Citra tubuh mempengaruhi cara mempertahankan hygiene.

Citra tubuh dapat berubah akibat adanya pembedahan atau penyakit

fisik maka harus membuat suatu usaha ekstra untuk meningkatkan

hygiene.

b. Praktik sosial

Kelompok-kelompok sosial wadah seseorang pasien berhubungan

dapat mempengaruhi praktik hygiene pribadi. Selama masa kanak-

kanak, kanakkanak mendapatkan praktik hygiene dari orang tua

mereka. Kebiasaan keluarga, jumlah orang dirumah, dan ketersediaan

air panas dan atau air mengalir hanya merupakan beberapa faktor yang

mempengaruhi kebersihan

diri.

c. Pengetahuan

Pengetahuan tentang pentingnya higiene dan implikasinya bagi

kesehatan mempengaruhi praktik higiene. Kendati demikian,

pengetahuan itu sendiri tidak cukup, harus termotivasi untuk

memelihara kebersihan diri.

d. Kebudayaan
20

Kepercayaan kebudayaan pasien dan nilai pribadi mempengaruhi

kebersihan hygiene. Orang dari latar kebudayaan yang berbeda

mengikuti praktek kebersihan diri yang berbeda.

e. Kondisi fisik

Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri berkurang

sehingga perlu bantuan untuk melakukan kebersihan diri.

5. Jenis personal hygiene

Jenis personal hygiene, menurut Hidayat (2008) :

a. Kebersihan diri pada kulit

Kulit merupakan salah satu bagian penting dari tubuh yang dapat

melindungi tubuh dari berbagai kuman atau trauma, sehingga

diperlukan kebersihan diri yang adekuat (cukup) dalam

mempertahankan fungsinya. Fungsi menjaga kebersihan kulit yaitu

untuk mencegah terjadinya penyakit kulit. Penyakit kulit dapat dicegah

dengan mandi. Mandi bermanfaat untuk menghilangkan atau

membersihkan bau badan, keringat dan sel yang mati, serta

merangsang sirkulasi darah, dan membuat rasa nyaman. Mandi

menggunakan sabun mandi secara rutin minimal dua kali dalam sehari.

Hindari penggunaan pakaian, handuk, selimut, sabun mandi, dan

sarung secara bergantian dengan orang lain.

b. Kebersihan diri pada kuku, kaki dan tangan.

Menjaga kebersihan kuku merupakan salah satu aspek penting dalam

mempertahankan kebersihan diri karena kuman dapat masuk ke dalam


21

tubuh melalui kuku (Hidayat, 2018). Potong kuku satu kali dalam

seminggu atau saat terlihat panjang.Bersihkan tangan dan kaki sehari

minimal dua kali dalam sehari atau setiap kotor. Mencuci tangan

menggunakan sabun dan air bersih mengalir.

c. Kebersihan diri pada rambut

Rambut merupakan bagian dari tubuh yang memiliki fungsi sebagai

proteksi serta pengatur suhu, melalui rambut perubahan status

kesehatan diri dapat diidentifikasi ( Hidayat, 2018). Rambut yang

bersih tak hanya menghindarkan aroma tak sedap, tetapi juga

menghindari gangguan pada kulit kepala seperti ketombe, mudah

rontok atau bahkan kutu rambut. Rambut barmanfaat mencegah infeksi

daerah kepala. Kebersihan rambut bisa membantu melancarkan

sirkulasi darah pada kulit kepala.

Kulit kepala yang bersih membantu jaringan metabolisme agar tetap

tumbuh dan berkembang secara normal. Kutu rambut pun tidak diberi

kesempatan untuk hidup. Karena itu, ajarkan anak untuk keramas

secara teratur minimal membersihkan rambut dua kali dalam

seminggu, atau setelah berolah raga atau banyak mengeluarkan

keringat, keramas dengan menggunakan shampo, agar kebersihan

rambut dan kulit kepala terjaga.

d. Kebersihan mulut dan gigi.

Hygiene mulut membantu mempertahankan status kesehatan mulut,

gigi, gusi dan bibir. Hygiene mulut yang lengkap memberikan rasa

sehat dan selanjutnya menstimulasi nafsu makan. Gigi dan mulut


22

adalah bagian penting yang harus dipertahankan kebersihannya, sebab

melalui organ ini berbagai kuman dapat masuk. Tujuan dari menjaga

kebersihan mulut dan gigi adalah supaya gigi bersih dan tidak

berlubang, mulut tidak berbau, lidah bersih, gusi tidak bengkak, bibir

tidak pecah-pecah. Sehingga menyikat gigi bertujuan untuk

menghilangkan plak yang dapat menyebabkan gigi berlubang (Caries )

dan menyebabkan sakit gigi (Potter, 2016).

Pentingnya menyikat gigi, agar gigi tetap dalam kondisi baik hingga

usia dewasa. Menggosok gigi secara benar dan teratur, sedikitnya

empat kali dalam sehari, dan dianjurkan untuk menggosok gigi setelah

makan dan sebelum tidur. Menggosok gigi menggunakan sikat gigi

sendiri. Sikat gigi harus diganti setiap tiga bulan sekali (Potter,2016).

e. Kebersihan diri pada mata

Secara normal tidak ada kebersihan diri khusus yang diperlukan untuk

mata karena secara terus menerus dibersihkan oleh air mata, dan

kelopak mata dan bulu mata mencegah masuknya partikel asing.

Seseorang hanya memerlukan untuk memindahkan sekresi kering yang

berkumpul pada kantus sebelah dalam atau bulu mata. (Potter, 2016).

f. Kebersihan telinga dan hidung.

Hygiene telinga mempunyai implikasi untuk ketajaman pendengaran

bila subtansi lilin atau benda asing berkumpul pada kanal telinga luar,

yang mengganggu konduksi suara. Hidung memberikan indera

penciuman tetapi juga memantau temperatur dan kelembapan udara

yang dihirup serta mencegah masuknya partikel asing kedalam sistem


23

pernafasan (Potter, 2016). Bersihkan telinga secara rutin satu kali

dalam sehari, lakukan dengan hatihati menggunakan alat yang bersih

dan aman. Daun telinga dibersihkan waktu mandi kemudian

dikeringkan dengan handuk atau kapas bersih (Hidayat, 2018). Tidak

di perbolehkan menggunakan alat yang tajam seperti peniti untuk

membersihkan serumen yang ada pada telinga (Potter, 2016).

Bersihkan hidung juga menggunakan kapas, sapu tangan atau tisue

yang bersih. Biasanya mengangkat sekresi hidung secara lembut

dengan membersihkan kedalam dengan tisu lembut. Hal ini menjadi

hygiene harian yang diperlukan (Potter, 2016).

E. Konsep Anak Usia Sekolah

1. Pengertian

Menurut Wong (2015), usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun,

yang artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-

anak dianggap mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam

hubungan dengan orang tua mereka, teman sebaya, dan orang lainnya.

Usia sekolah merupakan masa anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan

untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan

memperoleh keterampilan tertentu.

2. Tugas Perkembangan Anak Usia Sekolah

Tugas-tugas perkembangan anak usia sekolah menurut Havighurst dalam

Hurlock (2002) adalah sebagai berikut:


24

a. Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan

permainan yang umum

b. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai mahluk

yang sedang tumbuh

c. Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya

d. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat

e. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca,

menulis dan berhitung

f. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk

kehidupan

sehari-hari

g. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, tata dan tingkatan nilai

h. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok social dan

lembagalembaga

i. Mencapai kebebasan pribadi.

F. Penelitian Terkait

1. Rendi (2012) melakukan penelitian tentang pengaruh edukasi terhadap

pengetahuan tentang personal hygiene pada anak usia sekolah dengan

thalasemia di Ruang Anak Rumah Sakit Santo Antonius Pontianak

menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian edukasi terhadap

pengetahuan tentang personal hygiene pada anak usia sekolah dengan

thalasemia.
25

2. Yeli (2011) melakukan penelitian tentang pengaruh pendidikan kesehatan

terhadap pengetahuan tentang kebersihan diri pada anak usia sekolah

dengan thalasemia menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh pendidikan

kesehatan terhadap pengetahuan tentang kebersihan diri pada anak usia

sekolah dengan thalasemia.

G. Kerangka Teori

Thalasemia

Pendidikan kesehatan
Personal hygiene

Pengetahuan:
 Tingkat pendidikan
 Informasi
Anak Usia Sekolah
 Budaya
 Pengalaman
 Keluarga

Sumber: Notoatmodjo (2015), Kam (2015), Wartonah (2016), Wong (2017)


26
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan tahap yang penting dalam suatu penelitian

karena merupakan abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan

dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel baik

variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti (Nursalam, 2017).

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Pengaruh Pendidikan Kesehatan


Terhadap Pengetahuan Tentang Personal Hygiene Pada Anak
Usia Sekolah Dengan Thalasemia Di Poliklinik Thalasemia
RSUD Kabupaten Subang

Variable Independen variable Dependen

Pendidikan kesehatan
Personal hygiene

pre test post test


Pengetahuan personal Pengetahuan
hygiene personal hygiene

Keterangan :

= Variabel yang diteliti

B. Variable Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang

26
27

hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014). Berdasarkan

uraian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya maka telah

diidentifikasi variabel yang terkait dalam kerangka konsep baik independen

maupun dependen.

a. Variabel Independen

Variabel Independen (variabel Bebas) yaitu Pengetahuan personal

hygiene.

b. Variabel Dependen

Variabel Dependen (variabel Terikat) yaitu Pendidikan kesehatan

Personal hygiene

a. Defenisi Operasional Dan Kriteria Objektif

Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang diteliti,

atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo,

2012). Definisi operasional variabel penelitian merupakan penjelasan dari

masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian. Definisi

operasional variabel penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Table 3.1
Definisi Operasional

Variable Definisi Alat Ukur Cara Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur Ukur
Usia Satuan waktu Kuesioner Mengisi 0:10 tahun Nominal
dilihat dari Kuesioner 1:11 tahun
lama hidup 2:12 tahun
hingga saat ini
Jenis Gender yang Mengisi 1:Laki-laki Ordinal
Kelamin dibagi Kuesioner 2:Perempuan
menjadi laki
28

laki dan
perempun.
Pendidikan Pendidikan Kuesioner Mengisi 1:kelas 4 Ordinal
formal yang 2:kelas 5
diselesaikan 3:kelas 6
oleh anak
sekolah dasar
kelas 4,5,dan
6

Pengetahuan Segala sesuatu Kuesioner Mengisi 0: Ordinal


tentang yang diketahui kuesioner pengetahuan
personal melalui proses rendah, jika <
hygiene pembelajaran nilai median
mengenai
1:
personal
pengetahuan
hygiene yang
tinggi, jika >
dapat
nilai median
dilakukan
dengan
wawancara
atau angket
dengan
menanyakan
tentang isi
materi yang
ingin diukur
dari subyek
penelitian atau
responden.
Pendidikan Proses belajar Kuesioner
Kesehatan yan diberikan
Personal kepada anak
hygiene usia sekolah
29

dengan
thalassemia
tentang
pendidikan
kesehatan
Personal
hygiene
meliputi
pengertian,
tujuan,
manfaat
dilakukan
selama 1x30
menit

b. Hipotesis Penelitian

Ha :

Ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan tentang personal

hygiene pada anak usia sekolah dengan Thalasemia di Poliklinik Thalasemia

RSUD Kabupaten Subang.

c. Metodologi Penelitian

1. Jenis Dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah adalah quasi eksperimental dimana bentuk desain

penelitian yang dipakai adalah desain one group pretest-postest untuk

mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan tentang

personal hygiene pada anak usia sekolah dengan thalasemia. Dalam desain

penelitian ini tidak ada kelompok pembanding (kontrol) tetapi dilakukan


30

observasi pertama (pre-test) yang memungkinkan peneliti dapat menguji

perubahan yang terjadi setelah adanya perlakuan (post-test).

01 X 02

Keterangan:

01= pre-test

X= edukasi

02= post-test

Perbedaan antara 01 dengan 02 dapat diasumsikan sebagai efek atau

pengaruh dari pendidikan kesehatan.

2. Populasi Dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah setiap subjek yang memenuhi kriteria yang telah

ditetapkan (Nursalam, 2003). Jumlah kunjungan di Poliklinik

Thalasemia RSUD Subang ditahun 2020 berjumlah 702 pasien.

Belum ada pengelompokan data kunjungan anak usia sekolah dengan

thalasemia dan satu orang anak bisa beberapa kali melakukan

kunjungan dalam sebulan. Sedangkan data yang tercatat adalah jumlah

total kunjungan keseluruhan anak dan dewasa. (Medical Record

Poliklinik Thalasemia RSUD Subang, 2020).

Berdasarkan data tersebut peneliti mengalami keterbatasan data,

kemudian peneliti melakukan obsevasi dibulan desember tahun 2020


31

sebanyak 3x didapatkan data Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh siswa-siswi kelas 4,5 dan 6 sekolah dasar dengan thalasemia

mayor dengan jumlah rata-rata per bulannya 77 orang di Poliklinik

Thalasemia RSUD Subang.

b. Sampel

Sampel yang direncanakan sesuai dengan populasi yang ada dan

bersedia menjadi responden.

1) Besar sample

Untuk menentukan sampel menurut Arjatmo Tjokronegoro (2004)

digunakan rumus :

n=
Keterangan :
n = besar sampel
d = selisih rata-rata kedua kelompok bermakna
α = nilai standar normal yang besarnya tergantung α nilai
Zβ = tergantung β yang ditentukan β
Zβ = 1.28
d = 2
bila nilai α = 0,05 Z = 1,96
bila nilai α = 0,01 Z = 2,58

Menurut Eko Budianto (2015) untuk mencari SD dapat


menggunakan rumus:

SD = √n (pxq)

Keterangan :

SD : Standar Deviasi
32

N : Jumlah populasi anak usia sekolah dengan thalassemia mayor

P : Probabilitas yang diinginkan (0,1)

q : p-1 (0,9)

Jadi SD nya adalah

SD

= 2,6

Maka jumlah sampel (n) yang diperlukan dalam penelitian ini :

n=

n=

n = 17,74 n = 18

Dengan demikian penelitian ini jumlah sampel yang akan di

berikan pendidikan kesehatan adalah sebanyak 18 responden

2) Kriteria Sampel

Adapun kriteria sampel dalam penelitian adalah:

a) Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria umum subjek penelitian dari

suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti

(Nursalam, 2013).

 Anak usia sekolah dasar (kelas 4,5 dan 6) dengan thalasmia

mayor

 Terdaftar di poliklinik thalasemia RSUD Subang.

 Tidak mengalami gangguan tumbuh kembang


33

 Orang tua bersedia menjadi responden

 Bisa membaca dan menulis

 Bersedia menjadi responden

b) Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah karakteristik sampel yang tidak dapat

dimasukkan atau tidak layak diteliti (Nursalam, 2003). Pada

penelitian kriteria eksklusi adalah

 Anak usia sekolah dasar (kelas 1, 2 dan 3)

 Tidak bisa membaca dan menulis

 Tidak bersedia menjadi responden

3. Waktu Dan Tempat Penelitian

a. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Poliklinik Thalasemia RSUD

Kabupaten Subang

b. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di RSUD Kelas B Kabupaten Subang selama

bulan mei-juni 2021.

4. Instrumen Penelitian

Peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa kuesioner yang

disusun berdasarkan studi literatur dan kerangka konsep penelitian dengan

terlebih dahulu diberikan pre-test pendidikan kesehatan dan post-test

pendidikan kesehatan. Kuesioner dalam penelitan ini terdiri dari jumlah


34

petanyaan yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden.

Alat kuesioner ini terbagi menjadi 2 bagian yaitu: Kuesioner A terkait

dengan identitas responden yang meliputi usia dan jenis kelamin.

Kuesioner B berisi pertanyaan tentang pengetahuan personal hygiene

yang terdiri dari 10 item pertanyaan dengan skor 1 :Benar , 0 : Salah

5. Uji Coba Kuesioner

Sebelum dilakukan pengumpulan data kepada responden yang sebenarnya

peneliti melakukan uji coba kuesioner terlebih dahulu di Poliklinik

Thalasemia RSUD Kabupaten Subang terhadap 15 responden yang

mempunyai karakteristik yang sama, dimana responden tersebut tidak ada

yang digunakan dalam penelitian sebenarnya. Pada uji validitas dan

reabelitas penelitian ini menggunakan cara one shot (sekali ukur) atau

sering juga disebut dengan pengujian internal constituency.

Pengambilan keputusan adalah:

a. Jika r hitung positip dan r hitung > r tabel, maka butir penyataan valid.

b. Jika r hitung negative dan r hitung < r tabel, maka butir pernyataan

tidak valid.

c. Untuk melihat r hitung dapat dilihat pada Corrected Item-Total

Correlation.

Dari hasil uji validitas dengan sampel uji coba pada responden di

Poliklinik Thalasemia RSUD Kabupaten Subang sebanyak 15 responden

didapatkan nilai Cronbach’s Alpha=0,985. Pada tingkat kemakmuran 5%

didapat nilai tabel 0,514. Kesimpulan dari 10 pernyatan dari hasil uji coba
35

diketahui bahwa seluruh butir soal yang diuji cobakan terbukti valid dan

reliabel, sehingga seluruh butir soal dapat digunakan dalam penelitian.

6. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer yaitu

data yang bersumber dari lapangan yang diperoleh dari peneliti langsung

dari responden atau informan yang membagikan kuisioner penilitian

kepada responden yang berisi variabel-variabel yang diteliti.

7. Pengolahan Data

Data yang sudah terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data

yang bertujuan untuk menghasilkan informasi yang benar sesuai dengan

tujuan penelitian. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :

a. Editing

Dalam melakukan editing data langkah yang dilakukan adalah menata

dan menyusun semua lembar jawaban skala yang terkumpul

berdasarkan nomor skala yang telah ditentukan.Kemudian memeriksa

kembali jawaban responden satu persatu dengan maksud untuk

memastikan bahwa jawaban atau pertimbangan yang diberikan sesuai

dengan perintah dan petunjuk pelaksanaan. Jawaban skala yang

memenuhi persyaratan dipersiapkan untuk dilakukan pemrosesan data

pada langkah berikutnya, sementara data yang tidak memenuhi

persyaratan dimusnahkan untuk kerahasiaan.

b. Coding
36

Pengkodingan data dilakukan dengan maksud untuk memudahkan

proses pengolahan data. Pengkodingan ini adalah mengklasifikasikan

jawaban responden menurut macamnya dengan cara menandai

masing-masing jawaban dengan tanda kode tertentu.

c. Processing

Pemrosesan data atau pengolahan data pada penelitian ini dimulai

dengan tabulating skor atau melakukan entry data kasar dalam bentuk

tabulasi pada lembar kertas data. Tujuannya adalah memastikan

kesiapan data dengan tepat sebelum di entry data kedalam program

SPSS.

d. Cleaning data

Dalam cleaning dilakukan pengecekan kembali data yang sudah di

entry pada program SPSS dengan maksud untuk mengevaluasi apakah

masih ada kesalahan atau tidak. Hal ini biasanya terlihat pada : 1).

Missing data atau data yang terlewati, 2). Variasi data (kesalahan

pengetikan), 3). Konsistensi data yaitu kesesuaian data dengan

tabulating skor.

8. Analisis Data

a. Analisis univariat.
37

Analisis univariat merupakan analisis tiap variabel yang

dinyatakan dengan menggambarkan dan meringkas data dengan cara

ilmiah dalam bentuk tabel atau grafik (Setiadi, 2017). Variabel pada

penelitian ini meliputi variabel independen yaitu pengetahuan dan

motivasi. Sedangkan variabel dependennya adalah pelaksanaan

program pasien Safet

Untuk variable pengetahuan dengan hasil ukur sebagai berikut :

1) Baik, bila responden memperoleh skor 10-14

2) Cukup, bila responden memperoleh skor 7-9

3) Kurang, bila responden memperoleh skor 0-6

Untuk variable motivasi dari setiap responden dinilai dengan

rumus:

n
P= x 100%
N

Keterangan :

P = Presentase

N = Jumlah seluruh nilai

n = Nilai yang diperoleh Nilai dari kesepuluh pernyataan tadi

dijumlahkan, kemudian didapat hasil ukur sebagai berikut:

1) Tinggi, bila responden memperoleh skor 36-48

2) Sedang, bila respoden memperoleh skor 26-35

3) Rendah, bila responden memperoleh skor 1-25

Sedangkan untuk variable penerapan program Patient Safety

dinilai dengan rumus:


38

n
P= x 100%
N

Keterangan :

P = Presentase

N = Jumlah seluruh nilai

n = Nilai yang diperoleh Nilai dari kesepuluh pernyataan tadi

dijumlahkan, kemudian didapat hasil ukur sebagai berikut:

1) Baik, bila responden memperoleh skor 30-40

2) Cukup, bila responden memperoleh skor 22-29

3) Kurang, bila responden memperoleh skor 1-28

Hasil presentase setiap kategori tersebut dideskripsikan dengan

menggunakan kategori sebagai berikut (Arikunto, 2016):

0% : Tidak seorang pun

1-25% : Sebagian kecil

26-49% : Hampir setengahnya

50% : Setengahnya

51-74% : Sebagian besar

75-99% : Hampir seluruhnya

100% : Seluruhnya

b. Analisis bivariat.
39

Analisis bivariat ini menggunakan analisis tabulasi silang (crosstab)

yaitu menyajikan data dalam bentuk tabulasi yang meliputi baris dan

kolom yang datanya berskala nominal atau kategori. Dengan uji chi-

square menguji adakah asosiasi antar masing-masing variabel

independen tentang pengetahuan dan motivasi perawat, terhadap

variabel dependen yaitu penerapan program patient safety.

9. Etika Penelitian

Sebelum dilakukan penelitian terlebih dahulu peneliti melakukan

pengurusan proses penelitian ke pendidikan, mulai dari perizinan dari

Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan YPIB

Majalengka, selanjutnya mengurus perizinan penelitian ke Dinas

Kesbangpol Kabupaten Subang, kemudian peneliti menghubungi Bagian

Umum, setelah itu ke bagian Diklit di RSUD Kelas B Kabupaten Subang

untuk mendapatkan izin penelitian.

Setelah mendapatkan izin, peneliti melanjutkan menghubungi kepala

ruangan untuk meminta izin pengambilan data dan penelitian, dan

selanjutnya peneliti melakukan :

a. Informed Concent(pernyataan persetujuan)

Sebelum melakukan pengambilan data responden, peneliti

mengajukan lembar permohonan kepada calon responden yang

memenuhi kriteria inklusi untuk menjadi responden dengan

memberikan penjelasan tentang tujuan dan manfaat penelitian

ini.Tujuan dari informed concent adalah supaya subjek penelitian


40

mengerti maksud, tujuan dan dampak dari penelitian, setelah

dilakukan penelitian semua ibu responden mengisi pernyataan

persetujuan.

b. Anonimity ( tanpa nama), untuk menjaga identitas responden, peneliti

tidak mencantumkan nama responden pada lembar kuesinoner.

c. Confidentiality ( kerahasiaan) kerahasiaan yang diberikan kepada

responden dijamin oleh peneliti. Informasi yang telah dikumpulkan

oleh peneliti dijamin kerahasiaannya. Hanya pada kelompok tertentu

saja yang peneliti sajikan atau laporkan sebagai hasil penelitian.

.
41

DAFTAR PUSTAKA

Bakta.(2013). The psychological burden of patients with beta Thalassemia major


in Syria. Pediatrics International. Hal:6

Budioro.(2013). Konsep dasar pendidikan kesehatan. Jakarta: CV. Sagung


Seto.Hal:9

Gato, D., Amalia, P., Sari, T.T., & Chozie, N.A. (2016). Pendekatan mutakhir
kelasi besi pada thalasemia. Sari Pediatri. Hal:9

Hurlock.(2012). Konsep tumbuh kembang anak, Jakarta: EGC. Hal:24

Hidayat.(2017). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : EGC. Hal:38

Hidayat.(2018). Pengantar kebutuhan dasar manusia aplikasi konsep dan proses


Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika. Hal:19,20,22

Hockenberry, M.J., & Wilson, D. (2013). Wong’s essentials of pediatric nursing.


(8th ed.). St. Louis: Mosby Elseiver. Hal:1,7,8

Hoffbrand, petit & Moss.(2015).Comparative efficacy of desferrioxamine,


deferiprone and in combination on iron chelation in thalassemic
children. Indian Pediatrics. Hal 8

Kam. (2015). Konsep dasar pengetahuan. Jakarta: EGC. Hal: 15

Maurer dan Smith.(2010). Tumbuh kembang anak, Jakarta: EGC. Hal:23

Nursalam. (2015). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu


keperawatan : pedoman skripsi, tesis, dan instrumen keperawatan. Edisi
Pertama. Jakarta : Salemba Medika. Hal:32,34,35

Notoatmodjo.(2015). Analisis faktor yang mempengaruhi pendidikan kesehatan


pada anak. Jakarta. Hal:3,9,10,11,16

Notoatmodjo. (2018). Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perubahan


perilaku. Jakarta.Hal: 11,15

Notoatmodjo, Soekidjo. (2015). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka


Cipta . Hal 39,40
42

Potter & Perry.(2015). Ilmu keperawatan dasar.EGC: Jakarta. Hal:18,21,22,23

Rendi.(2012). Skripsi Pengaruh edukasi terhadap pengetahuan tentang personal


hygiene pada anak usia sekolah dengan thalasemia di Ruang Anak
Rumah Sakit Santo Antonius Pontianak

Rudolph, A.M., Hoffman, J.I.E., & Rudolph, C.D. (2017). Buku ajar pediatri.
(Samik

Wahab & Sugiarto, penerjemah). Jakarta: EGC. Hal:1

Santrock.(2011). Konsep anak usia sekolah. Jakarta: CV. Sagung Seto. Hal: 2

Santi. (2013). Skripsi pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pemenuhan


kebutuhan personal hygiene pada anak usia sekolah

Saryono, (2017). Self-care Agency and Self-care Practice of Adolescent, Pediatris


Nursing. Hal:2

Sudarto. (2010) Cognitive abilities, mood changes and adaptive functioning in


children with β thalassaemia. Current Psychiatry. Hal:2

Wartonah, tarwoto.(2016). Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan.


Jakarta:Salemba Medika.Hal:2,16,17,18

Waridjan. (2017). Konsep dasar pengetahuan. Jakarta: EGC.Hal:16

Wong, D.L., Hockenberry, M., Wilson, D., Winkelstein, M.L., & Schwartz, P.
(2014).

Keperawatan pediatrik (edisi 6) (Andry Hartono, Sari Kurnianingsih, & Setiawan,


penerjemah). Jakarta: EGC. Hal:29

World Health Organization. (2017). Noncomunicable deseases in the South-East


Asia

Yeli.(2011). Skripsi Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan


tentang kebersihan diri pada anak usia sekolah

Zahara Idris (2016). Dasar-Dasar Kependidikan. Bandung : Angkasa


43

LAMPIRAN 1

PENJELASAN PENELITIAN

Judul penelitian: pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan tentang


personal hygine pada anak usia sekolah dengan thalasemia di Poliklinik
Thalasemia RSUD Kabupaten Subang Tahun 2020.

Saya Neng Aisah mahasiswa Program Studi Profesi Ners STIKes YPIB
Maalengka dengan NIM : 19142012022, bermaksud melakukan penelitian untuk
memperoleh gambaran pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan
tentang personal hygine pada anak usia sekolah dengan thalasemia di Poliklinik
Thalasemia RSUD Kabupaten Subang, Anda nanti akan diminta untuk mengisi
kuesioner yang telah disediakan. Hasil penelitian ini akan dimanfaatkan untuk
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan bagi anak dengan Thalasemia dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan personal hygine.

Peneliti akan menghormati keputusan anda sebagai partisipan serta akan menjaga
kerahasiaan setiap jawaban dan identitas partisipan. Semua data hanya akan
dipergunakan untuk kepentingan penelitian. Melalui penjelasan ini peneliti sangat
mengharapkan partisipasi anda untuk ikut secara aktif sebagai partisipan dalam
penelitian ini. Atas kesediaan dan partisipasi Anda, peneliti ucapkan terima kasih

Majalengka, Desember 2020


Peneliti

Neng Aisah
44

LAMPIRAN 2

SURAT PERNYATAAN BERSEDIA BERPARTISIPASI SEBAGAI


RESPONDEN PENELITIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini saya:


Nama :
Umur :
Alamat :
Saya telah membaca surat permohonan dan mendapat penjelasan tentang
penelitian yang akan dilakukan oleh Neng Aisah mahasiswa Program Studi
Profesi Ners STIKes YPIB Maalengka dengan judul pengaruh pendidikan
kesehatan terhadap pengetahuan tentang personal hygine pada anak usia sekolah
dengan thalasemia di Poliklinik Thalasemia RSUD Kabupaten Subang.

Saya telah mengerti dan memahami manfaat dari penelitian yang akan dilakukan.
Saya mengerti dan yakin bahwa peneliti akan menghormati hak-hak saya dan akan
menjaga kerahasiaan semua data penelitian yang diperoleh dari saya. Saya sebagai
responden memutuskan untuk bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini dengan
penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

Adapun bentuk kesediaan saya adalah:


1. Meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner
2. Memberikan informasi yang sejujurnya terhadap apa yang ditanyakan
peneliti melalui kuesioner yang diberikan
3. Mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan selama 30 menit
Demikian surat pernyataan ini saya buat, untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Mengetahui, Subang, …..…………..2020


Peneliti Yang Membuat Pernyataan

Neng Aisah (….……….….…………….)


45

LAMPIRAN 3

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN


TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA ANAK USIA SEKOLAH
DENGAN THALASEMIA DI POLIKLINIK THALASEMIA RSUD
KABUPATEN SUBANG TAHUN 2020

No.Responden : (diisi oleh peneliti)


Tanggal Pengisian :

Isilah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini pada tempat yang telah disediakan


sesuai dengan kondisi anda!
KUESIONER A: Identitas Responden
Usia : 10 tahun 11 tahun 12 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan
Kelas : 4 5 6
KUESIONER B: Pengetahuan Tentang Personal Hygiene
No Pernyataan Benar Salah
.
1. Personal hygiene adalah kebersihan diri yang berguna untuk
menjaga kesehatan.
2. Sariawan adalah salah satu penyebab kurangnya menjaga
kebersihan mulut
3. Setelah BAB/BAK saya selalu mencuci tangan pakai sabun

4. menyikat gigi sebaiknya sesudah makan dan sebelum tidur

5. Kuman senang menempel pada kuku yang panjang dan kotor

6. saya mandi menggunakan sabun


7. Saya mencuci rambut menggunakan shampoo
8. Jarang membersihkan telinga dapat menyebabkan sakit telinga

9. Membersihkan mata hanya ketika terkena debu


10. Tujuan membersihkan hidung mencegah terjadinya pilek
46

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Personal hygiene


Sasaran : Pasien anak usia sekolah dengan Thalasemia
Tempat : Di Poliklinik Thalasemia RSUD Kabupaten Subang
Hari/Tanggal : …………….. Pk. 09.00-09.30 WIB
Waktu : 1 x 30 menit

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat
penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi
kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh
nilai individu dan kebiasaan. Hal-hal yang sangat berpengaruh itu di antaranya
kebudayaan , sosial, keluarga, pendidikan, persepsi seseorang terhadap
kesehatan, serta tingkat perkembangan.
Menurut Maurer dan Smith (2010) pasien thalasemia mengalami
gangguan pertumbuhan dan perkembangan sebagai akibat penyakitnya yang
berat dan lama karena anemia diderita sepanjang umurnya. Anak sangat
lemah, tak bergairah, bahkan berbicara saja jarang. Pasien tidak pernah
meminta sesuatu, gerakannya sangat lamban. Dalam keadaan demikian semua
kebutuhan pasien harus ditolong ( mandi, BAB / BAK, makan dan
sebagainya).

Jika seseorang sakit, biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan.


Hal ini terjadi karena kita menganggap masalah kebersihan adalah masalah
sepele, padahal jika hal tersebut dibiarkan terus dapat mempengaruhi
kesehatan secara umum.
47

B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum :
Setelah diberikan pendidikan kesehatan, diharapkan pasien anak usia
sekolah dengan thalasemia dapat memahami konsep personal hygiene
dengan benar.
2. Tujuan Instruksional Khusus:
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan 1 x 30 menit, diharapkan pasien
anak usia sekolah dengan thalasemia dapat :
a. Mengetahui pengertian personal hygiene
b. Mengetahui tujuan personal hygiene
c. Mengetahui jenis-jenis personal hygiene
d. Mengetahui tindakan personal hygiene

C. Metode
Ceramah, tanya jawab, mengisi kuesioner

D. Alat dan Media


1. Booklet
2. Leaflet
3. Kuesioner

E. KegiatanPenyuluhan :

No. Waktu Pelaksanaan Kegiatan Respon peserta

1. Pembukaan 3 • Mengucapkan salam. • Menjawabsalam


menit • Memperkenalkan diri • Mendengarkan
• Menjelaskan tujuan dari • Mendengarkan
penyuluhan • Mendengarkan
• Kontrak waktu • Mendengarkan
• Menjelaskan peraturan
penyuluhan
48

2. Melakukan • Membagikan kuesioner • Mengisi


pretest 5 menit tentang pengetahuan Kuesioner
personal hygiene

3. Presentasi 10 • Menjelaskan pengetian • Mendengarkan


menit personal hygiene • Mendengarkan
• Menjelaskan tujuan • Mendengarkan
personal hygiene • Mendengarkan
• Menjelaskan jenis
personal hygiene
• Menjelaskan tindakan-
tindakan personal hygiene
• Memberikan kesempatan • Bertanya
bertanya • Mendengarkan
• Menjawab pertanyaan • Mendengarkan
• Kesimpulan
4. Evaluasi 5 menit • Menanyakan kembali • Menjawab
kepada peserta tentang
materi yang telah
diberikan
5. Post test 5 menit • Membagikan kuesioner • Mengisi
kuesioner

6. Penutup 2 menit • Mengucapkan terima • Mendengarkan


kasih atas perans erta
peserta. • Menjawab
• Mengucapkan salam salam
penutup

F. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
49

- Kontrak waktu 30 menit


2. Evaluasi proses
- Klien Thalasemia antusias terhadap materi penyuluhan
- Klien tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan elesai
- Klien ikut berperan aktif didalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan
- Klien terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan
3. Evaluasi hasil
- Klien dapat menyebutkan pengertian personal hygiene dengan benar.
- Klien dapat menyebutkan tujuan personal hygiene
- Klien dapat menyebutkan jenis-jenis personal hygiene
- Klien dapat menyebutkan tindakan-tindakan personal hygiene

G. Materi (terlampir)

Lampiran
50

MateriPenyuluhan
PERSONAL HYGIENE

A. Pengertian Personal Hygiene


Hygiene adalah ilmu kesehatan. Hygiene perorangan adalah kebersihan diri
manusia untuk memelihara kesehatan mereka (Perry & Potter, 2006). Cara
menjaga kebersihan diri menjadi rumit dikarenakan kondisi fisik atau keadaan
emosional seseorang. Pemeliharaan Hygiene Perorangan diperlukan untuk
kenyamanan individu, Keamanan, Dan kesehatan.

B. Tujuan Personal Hygiene


1. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang
2. Memelihara kebersihan diri seseorang
3. Memperbaiki personal hyiene yang kurang
4. Mencegah penyakit
5. Menciptakan keindahan
6. Meningkatkan rasa percayadiri

C. Dampak yang Sering Timbul pada Masalah Personal Hyiene


1. Dampak Fisik
Banyakgangguankesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik.Gangguan fisik yang
sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membrane
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada
kuku.
2. Dampak Psikososial
Masalah social yang berhubungan dengan Personal Hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
51

D. Jenis-Jenis Personal Hygiene


1. Mencuci tangan
2. Kebersihan rambut
3. Kebersihan kulit
4. Kebersihan gigi
5. Kebersihan kuku
6. Kebersihan mata
7. Kebersihan telinga

E. Tindakan Yang Diperlukan


1. Cuci Tangan
Cuci tangan sangat penting ketika:
 Sebelum dan sesudah BAB/BAK  Sebelum dan sesudah
menyiapakan makanan Cara mencuci tangan yang baik:
 Basahi tangan dibawah kran dan gunakan sabun batang/ sabun cair.
Semua bagian tangan harus terkena air, semua permukaan kulit
termasuk jari tangan, kuku dan bagian belakang telapak tangan
digosok dengan busa sabun minimal 20 detik, bilas tangan dengan air
 Keringkan tangan dengan handuk bersih/ handuk disposable setelah
mencuci. Handuk ditempat cuci tangan harus dicuci dan diganti setiap
hari
2. Rambut
• Cuci rambut minimal dua kali dalam seminggu menggunakan sampo
ringan, bilas dengan air bersih.
• Keringkan rambut setelah dicuci.
• Sisirlah rambut tiga sampai empat kali dalam sehari dengan sikat
rambut berbulu lembut atau sisir bergigi jarang.
• Cuci sikat rambut atau sisir setiap kali anda mencuci rambut.
3. Kulit
• Mandi dua kali dalam sehari.
• Gunakan sabun ringan secukupnya, spon mandi dapat digunakan untuk
menggosok, atau gunakan penggosok punggung.
52

• Bagian alat kelamin dibersihkan Bilas dengan bersih setelah memakai


sabun.
• Keringkan badan dengan handuk bersih.
• Ganti dengan baju dalam yang bersih setelah mandi
4. Gigi
• Sikat gigi minimal dua kali dalam sehari
• Sikat gigi sehabis makan.
• Menyikat gigi sebelum tidur.
• Sikat dengan arah kebawah untuk gigi atas dan sikat kearah atas untuk
gigi bawah.
• Gunakan gerakan melingkar. Bersihkan juga lidah dan bagian dalam
gigi.
5. Kuku
• Potong kuku ketika panjang dan kotor
6. Kebersihan mata, telinga dan hidung
Bersihkan mata, telinga dan hidung jika terlihat kotor.

Anda mungkin juga menyukai