UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERTANIAN
PRODI AGRIBISNIS
ANGKATAN 2019
Kata Pengantar
Segala puji dan syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa atas segala penyertaan dan
lindungan-Nya, karena atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah berjudul “Prospek Karet Alam VS Karet Sintetik”.
Makalah ini disusun dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah Teknologi
Produksi Tanaman Perkebunan program studi Agribisnis Universitas Padjadjaran di semester
4. Terimakasih juga kami berikan kepada dosen pengampu mata kuliah Teknologi Produksi
Tanaman Perkebunan atas bimbingan dan arahan yang diberikan.
Tak ada gading yang tak retak, maka dari itu kami selaku penulis menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Kami selaku penulis sangat
terbuka untuk menerima segala bentuk kritik dan saran dari pembaca.
Karet adalah bahan yang sangat penting peranannya di Indonesia dan juga dunia. Mulai
dari barang-barang sehari-hari, alat transportasi, mesin-mesin dan masih banyak lagi. Karet
sendiri terbagi menjadi 2 yaitu karet alam dan karet sintetis. Singkatnya karet alam adalah
karet hasil produksi alami yaitu dengan mengolah lateks dari pohon karet. Sedangkan karet
sintetis berasal dari hasil samping pengolahan minyak bumi.
Karet alam merupakan polimer hidrokarbon, dapat dikembangkan untuk berbagai jenis
produk antara lain ban, peralatan tambang, peralatan medis, dan peralatan petrokimia.
Struktur molekul karet alam terdiri dari cis-1,4-polyisoprene, dengan sifat tidak tahan ozon,
minyak dan panas tinggi (Nasruddin, 2018).
Karet sintetis adalah karet yang berasal dari hasil samping pengolahan minyak bumi yang
kemudian melalui reaksi polimerisasi menjadi suatu material baru yang sifatnya mendekati
sifat karet alam (Hendrawan dan Purboputo, 2015).
Walaupun karet sintetik memiliki sifat yang menyerupai karet alam tentu sifat antar
keduanya tetap berbeda. Setiap jenis memiliki kelebihan dan kekurangannya masing masing.
Prospek dari kedua jenis karet ini tentu juga berbeda.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu karet alam?
2. Apa itu karet sintetik?
3. Apa saja prospek dari karet alam?
4. Apa saja Prospek dari karet sintetik
Karet alam merupakan bahan baku yang dapat diolah menjadi berbagai macam
produk (Vasquez dan Restrepo, 2017). Dengan komponen utama dari karet alam ialah
polimer polysoprene yang dirumuskan dengan CH2-C=CH(CH3)-CH2 ( Andriyanti
etal., 2010)
Bahan olah karet ialah lateks kebun serta gumpalan lateks kebun yang diperoleh dari
pohon karet
Karet alam konvensional terdiri dari golongan karet sheet dan crepe.
3. Lateks Pekat
Jenis karet yang berbentuk cairan pekat, lateks pekat dibuat melalui proses
pendadihan dan pemusingan.
Jenis karet yang telat dikeringkan dan dikilang menjadi bandela – bandela dengan
ukuran yang telah ditetapkan
6. Tyre Rubber
Dihasilkan sebagai barang setengah jadi sehingga bisa lansung digunakan konsumen
Karet yang diolah Kembali dari barang-barang bekas , terutama ban mobil bekas
Keunggulan Karet Alam
luas areal perkebunan karet di Indonesia dalam beberapa tahun ini tidak
menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Laju pertumbuhan luas areal
perkebunan karet ini terlihat rendah. Pada tahun 2013 luas areal perkebunan karet
tercatat seluas 3.555.946 ha, pada tahun 2014 tercatat 3.606.245 ha atau meningkat
sekitar 1,4%.
Karet Sebagai Penunjang Perekonomian Indonesia
Karet memiliki peran penting bagi perekonomian Indonesia. Luas kebun karet saat ini
adalah 3,6 juta ha yang mampu memberikan lapangan kerja bagi 2,5 juta kepala keluarga
(Direktorat Jenderal Perkebunan, 2018). Ekspor karet Indonesia cukup besar yaitu 2,81 juta
ton dengan nilai sebesar US$ 3,95 Miliar (Ditjenbun, 2019). Perkebunan karet di Indonesia
didominasi oleh Perkebunan Rakyat (PR) yaitu sekitar 84,90% dari total luas perkebunan
karet. Pada tahun 2019 luas areal karet hanya meningkat 0,32% dari tahun 2018, dengan
angka produksi yang menurun 2,40% dari 3,63 juta ton di tahun 2018, menjadi 3,54 juta ton
di tahun 2019 (Ditjenbun, 2018).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan dan Saran
Walaupun volume produksi karet alam jauh lebih rendah dibandingkan dengan karet
sintetis, namun karena karet alam memiliki keunggulan karena sulit untuk dicocokkan dengan
karet sintetis, maka karet sintetis tidak dapat disubstitusi dengan karet alam.
Meningkatkan kedua jenis karet tersebut karena karet alam dan karet sintetis akan
selalu melengkapi. Saat permintaan karet alam tinggi dan produksinya tergolong lama
kemungkinan besar permintaanya akan beralih ke karet sintetis. Produksi yang harus bijak,
terutama dalam produksi karet sintetis karena akan berpengaruh dengan keberadaan sumber
daya alam minyak bumi yang tergolong SDA tak dapat diperbarui.
DAFTAR PUSTAKA
Dhoni, R. (2020). Pengaruh Stearamida Terhadap Sifat-Sifat Karet Alam dan Karet Stirena
Butadiena Terisi Silika.
Sofiani, I. H., Ulfiah, K., & Fitriyanie, L. (2018). Budidaya Tanaman Karet (Hevea
brasiliensis) Di Indonesia Dan Kajian Ekonominya.
Harahap1, N. H. (2018). Analisis Daya Saing Komoditas Karet Alam Indonesia ke. JURNAL
TRANSBORDERS, Vol. 1 No. 2.
Ps, T. P. (2012). Panduan Lengkap Karet. Niaga Swadaya