Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit adalah sebuah tempat pelayanan kesehatan masyarakat sangatlah


berperan penting dalam peningkatan status derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu
rumah sakit dituntut u ntuk
Kesehatan merupakan faktor yang sangat mutlak diperlukan untuk kelangsungan
hidup manusia, sehingga dewasa ini banyak dijumpai layanan jasa kesehatan, contohnya
rumah sakit. Suatu lembaga penyedia layanan jasa harus mampu bersaing dengan lembaga
penyedia jasa yang lain. Persaingan yang semakin ketat menuntut sebuah lembaga
penyedia layanan jasa untuk selalu memanjakan konsumen/pelanggan dengan memberikan
pelayanan terbaik. Pelayanan terbaik terletakpada keunikan dan kualitas yang ditunjukkan
dari jasa yang dapat dirasakan dan dinikmati langsung oleh pelanggan (Kotler, 2005).
RSUD Dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo merupakan lembaga penyedia
layanan jasa kesehatan, yang mengalami persaingan dengan rumah sakit lain. Persaingan
yang terjadi tidak hanya dari sisi teknologi pemeriksaan yang dimiliki tetapi juga
persaingan dalam pelayanan kesehatan yang berkualitas. Rumah sakit ini merupakan
rumah sakit tipe B yang berfungsi sebagai rumah sakit rujukan dari rumah sakit yang ada
disekitar kota Probolinggo. Salah satu unsur penting pelayanan di rumah sakit ini adalah
pelt ayanan resep rawat jalan di instalasi farmasi rumah sakit.

Manusia yang melakukan penyimpangan dari etika berarti belum mampu


memahami norma, etika, disiplin, aturan, adat istiadat, dan sebagainya yang belaku
disekitarnya. Kode etik merupakan rumusan norma-norma dan nilai-n ilai luhur yang
menyangkut kaidah, menyangkut prilaku manusia yang baik di dalam lingkungannya.
Kedudukan kode etik adalah sebagai pedoman untuk berprilaku yang baik dan benar,
namun implementasinya sangat tergantung kepada karakter masing-masing individu.
Sedangkan tujuan kode etik sendiri yaitu untuk memecah sekaligus untuk

Page 1
menyempurnakan prilaku menyimpang dari pada nilai-nilai luhur yang ada pada manusia
dalam kelompoknya. Sehingga adanya disiplin, aturan dan tata tertib yang di buat
bertujuan untuk meyelamatkan manusia dalam kelompoknya supaya tidak melakukan
penyimpangan prilaku.
Bahwa proses administrasi senantiasa menuntut pertanggung jawaban etis, sebagai salah
satu pelaksana administrasi (administrator) sekurang-kurangnya harus memiliki etika
keluarga yang baik kalau tidak ingin kehilangan wibawa di mata masyarakat. Sikap-
sikapnya terhadap sesama terkandung ikut menentukan rasa respek masyarakat karena
bagaimanapun ia menjadi cermin dan teladan bagi khalayak.
Dilemma yang harus dihadapi oleh administrator bukan sekedar bagaimana supaya
organisasi-organisasi dapat berjualan secara efesien. Tetapi juga bagaimana upaya
organisasi-organisasi itu dapat memberikan pelayanan yang memuaskan public.
Sehingga kinerja yang harus dicapai serta menilai hasil-hasil yang sebenarnya dicapai
pada akhir kurun waktu tertentu.dapat di capai pula dengan norma maupun perilaku yang
baik serta dalam melayani masyarakat dapat berterlaksana juga.
Manusia yang berbakat, berkualitas, bermotivasi tinggi dan mau bekerja sama
dalam team akan menjadi kunci keberhasialn organisasi Karena itu pimpinan harus dapat
menetapkan sasaran kerja yang akan menghasilkan karyawan yang berkualitas tinggi,
bermotivasi tinggi dan produktif. Penetapan target-target spesifik dalam kurun waktu
tertentu tidak hanya bersifat kuantitatif tetapi juga bersifat kualitatif misalnya, dengan
pengembangan diri untuk menguasai pengetahuan dan keahlian yang diperlukan untuk
pekerjaan dengan tingkat kompetensi yang makin baik dan juga dengan menjalankan
norma-norma yang berlaku.

Page 2
  BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Pengertian Etika

Kata etika, sering disebut pula dengan istilah etik, atau ethics (bahasa Inggris),
mengandung banyak pengertian. Dari segi etimologi (asal kata), istilah etika berasal dari
kata Latin “ethicus” dan dalam bahasa Yunani disebut “ethicos” yang berarti kebiasaan.
Dengan demikian menurut pengertian yang asli, yang dikatakan baik itu apabila sesuai
dengan kebiasaan masyarakat. Kemudian lambat laun pengertian ini berubah, bahwa
etika adalah suatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku
manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang dapat dinilai tidak baik.

Page 3
Etika juga disebut ilmu normative, maka dengan sendirinya berisi ketentuan-
ketentuan (norma-norma) dan nilai-nilai yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-
hari. Etika merupakan cabang filsafat, yang mempelajari pandangan-pandangan dan
persoalan-persoalan yang berhubungan dengan masalah kesusilaan, dan kadang-kadang
orang memakai istilah filsafat etika, filsafat moral, atau filsafat susila. Dengan demikian
dapat dikatakan, etika ialah penyelidikan filosofis mengenai kewajiban-kewajiban
manusia, dan hal-hal yang baik dan buruk. Etika tidak membahas keadaan manusia,
melainkan  membahas bagaimana manusia itu seharusnya bertingkah laku.

Berkaitan dengan pengertian etika, sering kita mendengar istilah kode etik dan
etika jabatan. Kode etik merupakan aturan-aturan susila, atau sikap akhlak yang
ditetapkan bersama dan ditaati bersama oleh para anggota, yang tergabung dalam suatu
organisasi (organisasi profesi). Oleh karena itu, kode etik merupakan suatu bentuk
persetujuan bersama, yang timbul secara murni dari diri pribadi para anggota. Kode etik
merupakan serangkaian ketentuan dan peraturan yang disepakati bersama guna mengatur
tingkah laku para anggota organisasi (organisasi profesi). Kode etik lebih meningkatkan
pembinaan para anggota sehingga mampu memberikan sumbangan yang berguna dalam
pengabdiannya di masyarakat. 

Etika merupakan tata cara berhubungan dengan manusia lainnya. Khusus untuk
dunia perbankan masalah etika sangat perlu untuk diketahui dan dijalankan. Nasabah
yang datang ke bank sekalipun tanpa diundang merupakan tamu penting, tamu
kehormatan yang harus diberikan pelayanan yang maksimal. Agar nasabah merasa
dihargai, dihormati dan diselesaikan masalahnya, setiap karyawan bank perlu memahami
etika perbankan. Tanpa etika perbankan yang benar maka kemungkinan bank akan
kehilangan nasabahnya.

Menurut filsafat kode etik ialah pada dasarnya semua manusia yang cenderung
berbuat tidak baik. Maka, jika ada manusia yang melakukan penyimpangan dari etika
berarti belum mampu memahami norma, etika, disiplin, aturan, adat istiadat, dan
sebagainya yang berlaku disekitarnya.
Kode etik merupakan rumusan norma-norma dan nilai-nilai luhur yang menyangkut
kaidah, menyangkut prilaku manusia yang baik di dalam lingkungannya.
Kedudukan kode etik adalah sebagai pedoman untuk berprilaku yang baik dan benar,

Page 4
namun implementasinya sangat tergantung kepada karakter masing-masing individu.
Sedangkan tujuan kode etik sendiri yaitu untuk memecah sekaligus untuk
menyempurnakan prilaku menyimpang dari pada nilai-nilai luhur yang ada pada manusia
dalam kelompoknya. Sehingga adanya disiplin, aturan dan tata tertib yang di buat
bertujuan untuk meyelamatkan manusia dalam kelompoknya supaya tidak melakukan
penyimpangan prilaku.
Bahwa proses administrasi senantiasa menuntut pertanggung jawaban etis, sebagai salah
satu pelaksana administrasi (administrator) sekurang-kurangnya harus memiliki etika
keluarga yang baik kalau tidak ingin kehilangan wibawa di mata masyarakat. Sikap-
sikapnya terhadap sesama terkandung ikut menentukan rasa respek masyarakat karena
bagaimanapun ia menjadi cermin dan teladan bagi khalayak. 

  BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Etika Kepegawaian


Etika merupakan tata cara berhubungan dengan manusia lainnya. Khusus untuk
dunia perbankan masalah etika sangat perlu untuk diketahui dan dijalankan. Nasabah
yang datang ke bank sekalipun tanpa diundang merupakan tamu penting, tamu
kehormatan yang harus diberikan pelayanan yang maksimal. Agar nasabah merasa
dihargai, dihormati dan diselesaikan masalahnya, setiap karyawan bank perlu memahami
etika perbankan. Tanpa etika perbankan yang benar maka kemungkinan bank akan
kehilangan nasabahnya. Dalam praktiknya secara garis besar dasar-dasar dalam etika
perbankan yang harus dijalankan oleh setiap karyawan adalah sebagai berikut:
a. Ingin membantu setiap keinginan dan kebutuhan nasabah sampai tuntas.
b. Selalu memberi perhatian terhadap permasalahan yang dihadapi nasabah.

Page 5
c. Sopan dan ramah dalam melayani nasabah tanpa melakukan diskriminasi dalam
bentuk
d. Memiliki rasa toleransi yang tinggi dalam menghadapi setiap tindak tanduk para
nasabah.
e. Menjaga perasaan nasabah agar tetap merasa tenang, nyaman dan menimbulkan
kepercayaan.
f. Dapat menahan emosi dari setiap kasus yang dihadapi terutama dalam melayani
nasabah yang berprilaku kurang baik.
g. Menyenangkan orang lain merupakan sikap yang harus selalu ditunjukkan oleh setiap
karyawan bank

Etika diperlukan pada era sekarang. Pertama, kita hidup dalam masyarakat yang
semakin pluralistik, juga dalam bidang moralitas. Setiap hari kita bertemu orang-orang
dari suku, daerah dan agama yang berbeda-beda. Kita berhadapan dengan sekian banyak
pandangan moral yang sering saling bertentangan. Untuk mencapai suatu pendirian
dalam pergolakan pandangan-pandangan moral ini refleksi kritis etika diperlukan.
Kedua, kita hidup dalam masa transformasi masyarakat yang tanpa tanding. Perubahan
itu terjadi di bawah hantaman kekuatan yang mengenai semua segi kehidupan kita, yaitu
gelombang modernisasi. Modernisasi telah terasa sampai ke seluruh pelosok  termasuk
ke desa-desa terpencil, tak ada dimensi kehidupan yang tidak terkena modernisasi.
Dalam situasi ini, etika mau membantu agar kita jangan kehilangan orientasi, dapat
membedakan  antara apa yang hakiki dan apa yang boleh saja berubah dan dengan
demikian tetap sanggup untuk mengambil sikap-sikap yang dapat kita
pertanggungjawabkan. Ketiga, tidak mengherankan bahwa proses perubahan social
budaya dan moral yang kita alami ini dipergunakan untuk memancing dalam air keruh.
Etika dapat membuat kita sanggup untuk menghadapi ideologi-ideologi itu dengan kritis
dan objektif dan untuk membentuk penilain sendiri, agar kita jangan mudah terpancing.
Keempat, etika juga diperlukan oleh kaum agama yang disatu pihak menemukan dasar
kemantapan mereka dalam iman kepercayaan mereka, di lain fihak sekaligus mau
berpartisipasi tanpa takut-takut dan dengan tidak menutup diri dalam semua dimensi
kehidupan masyarakat yang sedang berubah.

Beranjak dari pemaparan tentang etika di atas, sebagaimana diketahui bahwa pada
tanggal 18 Oktober 2004, Pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 42

Page 6
Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik PNS. Mungkin saja belum
semua PNS pernah membaca, atau mempelajari makna yang terkandung dalam peraturan
pemerintah dimaksud, untuk itu dalam tulisan di bawah ini akan dipaparkan bagaimana
bentuk dan wujud Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik PNS.

3.2 Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik PNS

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa


Korps dan Kode Etik PNS, di atur bagaimana seorang PNS berperilaku/beretika dalam
bernegara (8 butir), etika dalam berorganisasi (9 butir), etika dalam bermasyarakat (5
butir), etika terhadap diri sendiri (8 butir), etika terhadap sesama PNS (7 butir).

Jiwa Korps Pegawai Negeri Sipil adalah rasa Kesatuan dan persatuan,
kebersamaan, kerja sama, tanggung jawab, dedikasi, disiplin, kreativitas, kebanggaan
dan rasa memiliki organisasi Pegawai Negeri Sipil dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Kode Etik Pegawai Negeri Sipil adalah pedoman sikap, tingkah laku, dan
perbuatan Pegawai Negeri Sipil di dalam melaksanakan tugasnya dan pergaulan hidup
sehari hari.

Untuk menjamin agar setiap Pegawai Negeri Sipil selalu berupaya terus
meningkatkan kesetiaan ketaatan, dan pengabdiannya tersebut, ditetapkan ketentuan
perundang-undangan yang mengatur sikap, tingkah laku, dan perbuatan Pegawai Negeri
Sipil, baik di dalam maupun di luar dinas.

Untuk memperoleh Pegawai Negeri Sipil yang kuat, kompak dan bersatu padu,
memiliki kepekaan, tanggap dan memiliki kesetiakawanan yang tinggi, berdisiplin, serta
sadar akan tanggung jawabnya sebagai unsur aparatur negara dan abdi masyarakat
diperlukan pembinaan jiwa korps dan kode etik Pegawai Negeri Sipil.

Pembinaan jiwa korps dimaksudkan untuk meningkatkan semangat juang,


pengabdian, kesetiaan, dan ketaatan Pegawai Negeri Sipil kepada Negara Kesatuan dan
Pemerintah Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945

3.3 Jiwa Korps

Page 7
Pembinaan jiwa Korps Pegawai Negeri Sipil bertujuan untuk:

1. Membina karakter/watak, memelihara rasa persatuan dan kesatuan secara


kekeluargaan guna mewujudkan kerja sama dan semangat pengabdian kepada
masyarakat serta meningkatkan kemampuan, dan keteladanan Pegawai Negeri Sipil
2. Mendorong etos kerja Pegawai Negeri Sipil untuk mewujudkan Pegawai Negeri Sipil
yang bermutu tinggi dan sadar akan tanggung jawabnya sebagai unsur aparatur negara
dan abdi masyarakat,

3. Menumbuhkan dan meningkatkan semangat, kesadaran, dan wawasan kebangsaan


Pegawai Negeri Sipil sehingga dapat menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Ruang lingkup pembinaan jiwa Korps Pegawai Negeri Sipil mencakup :

1. Peningkatan etos kerja dalam rangka mendukung produktivitas kerja dan


profesionalitas Pegawai Negeri Sipil,
2. Partisipasi dalam penyusunan kebijakan Pemerintah terkait dengan Pegawai Negeri
Sipil;

3. Peningkatan kerja sama antar Pegawai Negeri Sipil untuk memelihara dan memupuk
kesetiakawanan dalam rangka meningkatkan jiwa korps Pegawai Negeri Sipil,

4. Perlindungan terhadap hak-hak sipil atau kepentingan Pegawai Negeri Sipil sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku, dengan tetap mengedepankan
kepentingan rakyat, bangsa, dan negara.

Nilai-nilai Dasar Nilai-nilai dasar yang harus dijunjung tinggi oleh Pegawai Negeri
Sipil meliputi:

1. Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa;


2. Kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;

Page 8
3. Semangat nasionalisme;

4. Mengutamakan kepentingan Negara di atas kepentingan pribadi atau golongan;

5. Penghormatan terhadap hak asasi manusia;

6. Tidak diskriminatif;

7. Profesionalisme, netralitas, dan bermoral tinggi;

8. Semangat jiwa korps.

Kode Etik Pegawai Negeri Sipil Dalam pelaksanaan tugas kedinasan dan
kehidupan sehari-hari setiap Pegawai Negeri Sipil wajib bersikap dan berpedoman pada
etika dalam bernegara, dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam berorganisasi, dalam
bermasyarakat, serta terhadap diri sendiri dan sesama Pegawai Negeri Sipil.

Etika bernegara meliputi:

1. Melaksanakan sepenuhnya Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;


2. Mengangkat harkat dan martabat bangsa dan negara;

3. Menjadi perekat dan pemersatu bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia;

4. Menaati semua peraturan perundang-undang yang berlaku dalam melaksanakan tugas;

5. Akuntabel dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan pemerintahan dan


pembangunan;

6. Tanggap, terbuka, jujur, dan akurat, serta tepat waktu dalam melaksanakan setiap
kebijakan program pemerintah;

7. Menggunakan atau memanfaatkan semua sumber daya Negara secara efisien dan
efektif;

8. Tidak memberikan kesaksian palsu atau keterangan yang tidak benar.

Etika dalam berorganisasi adalah :

Page 9
1. Melaksanakan tugas dan wewenang sesuai ketentuan yang berlaku;
2. Menjaga informasi yang bersifat rahasia;

3. Melaksanakan setiap kebijakan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang;

4. Membangun etos kerja dan meningkatkan kinerja organisasi;

5. Menjalin kerjasama secara kooperatif dengan unit kerja lain yang terkait dalam
rangka pencapaian tujuan;

6. Memiliki kompetensi dalam pelaksanaan tugas;

7. Patuh dan taat terhadap standar operasional dan tata kerja;

8. Mengembangkan pemikiran secara kreatif dan inovatif dalam rangka peningkatan


kinerja organisasi;

9. Berorientasi pada upaya peningkatan kualitas kerja.

Etika dalam bermasyarakat meliputi :

1. Mewujudkan pola hidup sederhana;


2. Memberikan pelayanan dengan empati, hormat, dan santun tanpa pamrih dan tanpa
unsur pemaksaan;

3. Memberikan pelayanan secara cepat, tepat, terbuka, dan adil serta tidak diskriminatif;

4. Tanggap terhadap keadaan lingkunga masyarakat;

5. Berorientasi kepada peningkatan kesejahtera masyarakat dalam melaksanakan tugas.

Etika terhadap diri sendiri meliputi:

1. Jujur dan terbuka serta tidak memberikan informasi yang tidak benar;
2. Bertindak dengan penuh kesungguhan dan ketulusan;

3. Menghindari konflik kepentingan pribadi, kelompok, maupun golongan;

Page 10
4. Berinisiatif untuk meningkatkan kualitas pengetahuan, kemampuan, keterampilan,
dan sikap;

5. Memiliki daya juang yang tinggi;

6. Memelihara kesehatan jasmani dan rohani;

7. Menjaga keutuhan dan keharmonisan keluarga;

8. Berpenampilan sederhana, rapih, dan sopan.

Etika terhadap sesama Pegawai Negeri Sipil:

1. Saling menghormati sesama warga negara yang memeluk agama/kepercayaan yang


berlainan;
2. Memelihara rasa persatuan dan kesatuan sesama Pegawai Negeri Sipil;

3. Saling menghormati antara teman sejawat baik secara vertikal maupun horisontal
dalam suatu unit kerja, instansi, maupun di luar instansi;

4. Menghargai perbedaan pendapat;

5. Menjunjung tinggi harkat dan martabat Pegawai Negeri Sipil;

6. Menjaga dan menjalin kerja sama yang kooperatif sesama Pegawai Negeri Sipil;

7. Berhimpun dalam satu wadah Korps Pegawai Republik Indonesia yang menjamin
terwujudnya solidaritas dan soliditas semua Pegawai Negeri Sipil dalam
memperjuangkan hak-haknya.

Penegakan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran Kode
Etik Pegawai Negeri Sipil dikenakan sanksi moral. Sanksi moral dibuat secara tertulis
dan dinyatakan secara tertutup atau secara terbuka oleh Pejabat Pembina Kepegawaian.

Pernyataan secara tertutup disampaikan oleh pejabat yang berwenang atau pejabat
lain yang ditunjuk dalam ruang tertutup. Pengertian dalam ruang tertutup yaitu bahwa
penyampaian pernyataan tersebut hanya diketahui oleh Pegawai Negeri Sipil yang

Page 11
bersangkutan dan pejabat yang menyampaikan pernyataan. Dalam penyampaian
pernyataan secara tertutup dapat dihadiri oleh pejabat lain yang terkait, dengan catatan
bahwa pejabat yang terkait tersebut tidak boleh berpangkat lebih rendah dari Pegawai
Negeri Sipil yang bersangkutan.

Pernyataan sanksi pelanggaran kode etik disampaikan secara terbuka melalui forum-
forum pertemuan resmi Pegawai Negeri Sipl, upacara bendera, media masa, dan forum
lainnya yang dipandang sesuai untuk itu.

Pegawai Negeri Sipil yang melanggar Kode Etik Pegawai Negeri Sipil selain
dikenakan sanksi moral dapat dijatuhi hukuman disiplin Pegawai Negeri Sipil atau
tindakan administratif lainnya berdasarkan rekomendasi dari Majelis Kode Etik.
Penjatuhan hukuman disiplin bagi Pegawai Negeri Sipil harus berdasarkan ketentuan
yang diatur dalam Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Sebagaimana diketahui,
apabila seorang PNS melakukan pelanggaran disiplin, maka dijatuhi hukuman disiplin
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS.

3.4 Majelis Kode Etik

Untuk memperoleh obyektivitas dalam menentukan seorang Pegawai Negeri Sipil


melanggar kode etik, maka pada setiap instansi dibentuk Majelis Kode Etik. Majelis
Kode Etik dibentuk dan ditetapkan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian.

Majelis Kode Etik bersifat temporer, yaitu hanya dibentuk apabila ada Pegawai
Negeri Sipil yang disangka melakukan pelanggaran terhadap kode etik. Dalam hal
instansi Pemerintah mempunyai instansi vertikal di daerah, maka Pejabat Pembina
Kepegawaian dapat mendelegasikan wewenangnya kepada pejabat lain di daerah untuk
menetapkan pembentukan Majelis Kode Etik.

Page 12
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa


Korps dan Kode Etik PNS, apabila diamalkan dan dimplementasikan dalam kehidupan
bernegara, berorganisasi, dalam kehidupan bermasyarakat, maka akan tercipta PNS  yang
memiliki dan menjungjung tinggi etika dan moral untuk melaksanakan tugas, pokok dan
fungsi dalam upaya mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance). Etika
berperan sebagai pedoman untuk berprilaku yang baik dan benar.

Page 13
Daftar Pustaka

Nana Rukmana, Filsafat dan Etika, Bandung, 1977;

Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps Dan Kode Etik
Pegawai Negeri Sipil;

Jill Griffin, CustomerLoyalty, Menumbuhkan dan Mempertahankan Kesetiaan Pelanggan,


(Jakarta: Erlangga, 2005),

Franz Magnis-Susesno, Etka Dasar (Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral), Penerbit


Kanisius,  1995;

Page 14

Anda mungkin juga menyukai