Anda di halaman 1dari 19

PEMIKIRAN EKONOMI IBNU TAIMIYAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam

Dosen Pengampu : Prof.Dr. Euis Amalia,M.Ag./Diana Mutia

Disusun oleh :

Dhea Aprilliani Putri (11190490000024)


Herdiyansyah (11190490000069)
Arum Ayu Lestari (11190490000090)
Muhammad Rizieq Firmansyah (11190490000120)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2021 M/1442 H

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Pemikiran Ekonomi Ibnu Taimiyah” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Prof.Dr. Euis Amalia,M.Ag./Diana Mutia pada mata kuliah Sejarah
Pemikiran Ekonomi Islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.

Penulisan makalah ini telah diupayakan semaksimal mungkin, namun


disadari bahwa masih terdapat berbagai kekurangan yang disebabkan oleh
keterbatasan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Karena itu, diharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun guna kesempurnaannya dan semoga makalah ini
dapat memberi manfaat bagi semua pihak. AamiinYa Rabbal ’Alamin

Ciputat,16 November 2020

Pemakalah

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN....................................................................................................4
1.1 Latar Belakang............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................4
1.3 Tujuan Pembahasan....................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
PEMBAHASAN......................................................................................................5
2.1 Profil Singkat Ibnu Taimiyah......................................................................5
2.2 Karya-Karya Ibnu Taimiyah.......................................................................7
2.3 Konsep Mekanisme Pasar Adil dan Konsep al Hisbah dalam Pengawasan
Pasar..................................................................................................................9
2.4 Faktor-faktor pendorong permintaan dan penawaran,mekanisme Harga
dan persoalan distori pasar..............................................................................14
2.5 Regulasi Negara dan Peran Dewan al-Hisbah.........................................16
BAB III...................................................................................................................18
PENUTUP..............................................................................................................18
3.1 Kesimpulan...............................................................................................18
3.2 Saran..........................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dengan masalah ekonomi yang


mana melibatkan hubungan antara manusia dengan manusia yang
lainnya.Ekonomi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bagaimana
interaksi satu sama lain dalam hal memproduksi dan mengkonsumsi bagi kedua
belah pihak yakni produsen dan konsumen.Sedangkan Ekonomi Syari’ah
merupakan ekonomi yang menekankan pada hukum Islam dalam setiap
transaksi yang telah, sedang, dan akan dilakukan. Dalam Ekonomi Islam semua
kegiatan dilakukan dengan bermuamalah.
Dalam mempelajari Ekonomi Islam kita perlu untuk mempelajari pemikiran
Ekonomi Islam dari tokoh-tokoh yang hidup pada masa lalu yang dimana
pemikirannya dapat dibilang sangat brilian. Salah satu dari pemikir tersebut
adalah Ibnu Taimiyah yang banyak mengeluarkan pendapatnya tentang
Ekonomi Islam.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana biografi Ibnu Taimiyah ?


2. Bagaimana karya-karya Ibnu Taimiyah?
3. Bagaimana konsep mekanisme pasar adil dan konsep al hisbah dalam
pengawasan pasar ?
4. Bagaimana faktor-faktor pendorong permintaan dan penawaran,mekanisme
harga dan persoalan pasar ?
5. Bagaimana regulasi negara dan peranan dewan al hisbah?

1.3 Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui biografi Ibnu Taimiyah


2. Untuk mengetahui karya-karya Ibnu Taimiyah
3. Untuk mengetahui konsep mekanisme pasar adil dan konsep al hisbah dalam
pengawasan pasar
4. Untuk mengetahui faktor-faktor pendorong permintaan dan penawaran,
mekanisme harga dan persoalan pasar
5. Untuk mengetahui regulasi negara dan peranan dewan al hisbah

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Profil Singkat Ibnu Taimiyah

Ibnu Taimiyah kecil tumbuh bersama dengan konfrontasi-konfrontasi


Mongol yang kala itu kian rumit. Bagaimana tidak, Mongol saat itu sudah
meluluh lantakkan kekuasaan umat Islam di belahan dunia timur, saat Ibnu
Taimiyah masih dalam usia yang amat emosional kala itu. Beliau menjalani hidup
bersama dengan kekejaman Mongol yang tentu saja membekas dijiwa, satu hal
yang mendasari beliau besok lusa menjadi tokoh vital pemersatu umat untuk
menggulingkan Mongol pada kalanya.

Meski lahir di Harran, Ibnu Taimiyah tumbuh di Damaskus, sebuah tempat


yang menerima Ibnu Taimiyah dan keluarga, sebuah negeri tempat bernaungnya
ilmu (kala itu), serta tempat dimana ruh-ruh kecerdasan berkumpul. Yang
demikian itu ialah sebuah takdir yang elok untuk Ibnu Taimiyah kecil setelah
sebelumnya beliau dan keluarga terusir oleh imperialisme Mongol.

Ibnu Taimiyah merupakan pribadi yang ajaib, satu dari sedikitnya manusia
yang Allah anugrahi akal yang cemerlang serta mata batin yang terang. Telah
cukup jamak prestasi beliau yang menjadi potret akan kualitas keilmuan beliau
sebagai seorang ulama. Semisal dalam usia yang amat belia (19 tahun) beliau
sudah dipercayakan menjadi guru besar hadits di Damaskus menggantikan
ayahnya yang baru saja meninggal dunia.

Ibnu Taimiyah adalah insan yang terilhami ilmu dari setiap sudut
cabangnya. Oleh karena itu, tidak kita dapati lembar-lembar sejarah mewartakan
beliau ahli dalam bidang ilmu tertentu saja. Kendali demikian, Ibnu Taimiyah
paham betul penyakit umat kala itu, bahwa kemurnian akidah umat kian terancam
ditengah derasnya kerancuan filsafat yang menyamar dan menyambar akidah
Islam lewat teologi mu`tazilah, mistifikasi-mistifikasi yang mengaburkan akal
sehat, serta tokoh-tokoh kebid`ahan dan kesyirikan yang menjamur. Maka dari itu
beliau berikhtiar dengan sungguh, berkonsentrasi secara fokus untuk melestarikan
dan memagari kembali kemurnian aqidah umat.

Ibnu Taimiyah adalah satu diantara tidak banyak tokoh yang diberikan
kebencian berlebih terhadap segala varian modifikasi syariat (bid’ah) terutama
dalam akidah. Dan adalah Ahmadiyyah, kisrawaniyyah, rafidhah, mu`tazilah,
filsafat pantheisme, sampai tokoh-tokoh mistik dan yang semisal dengan mereka,
secara tegas mendapat kritik-kritik dan pembungkaman dari Ibnu Taimiyah serta
interupsi-interupsi yang tajam. Bagi ibnu Taimiyah, keseluruhan varian
modifiaksi syariat adalah asbab yang cukup logis dari degredasi umat islam, suatu
hal yang patut untuk disegerakan pernyelesaiannya.

5
Meski ibnu Taimiyah diilhami kecemerlangan akal dan kemampuan nalar diatas
rata-rata, dalam karya tulis beliau yang jamak tidak kita dapati bahwa beliau
menempakkan akal pada hierarki puncak sebagai intrumen beragama dan
memahami hakikat ilmu dalam islam.

Dalam memahami dalil dan berpendapat, ibnu taimiyah tidak sekalipun


meninterpretasikan sendiri setiap dalil. Beliau senantiasa merujuk pada
pamahaman para salafush saleh (sahabat, tabiin dan atba’ut tabiin) yang itu
merupakan suatu formula konkrit yang digaransi langsung oleh Allah melalui
lisan Rasulnya untuk memahami agama ini dengan shahih. Metode beragama ini
pula yang dianut para imam terdahulu, semisal Imam Hanafi, Imam Malik, Imam
Syafi`i, Imam Ahmad, Imam al-Laits, Imam Ats-Tsaury serta orang-orang yang
bersama mereka.

Prinsip beragama inilah yang kemudian kita kenal dengan istilah “manhaj
salaf”, sebuah manhaj dan metode rabbani yang sepatutnya kita lestarikan kembali
secara kolektif di kekinian. Prinsip yang direkomendasikan langsung oleh
Rasulullah dalam sabdanya yang tidak asing: “Sebaik-baik generasi umatku
adalah pada masaku (sahabat), kemudian orang-orang yang setelah mereka
(Tabi’in), lalu orang-orang yang setelah mereka (atba’ut Tabi’in).” (Shahih Al-
Bukhari, no. 3650).

Jika kita melembari kitab-kitab sejarah, tentu akan kita dapati bahwa tidak
berlebihan menyebut Ibnu Taimiyah sebagai seorang jendral yang agung. Sebab
selain melampaui sekat-sekat intelektual dalam Islam, beliau juga mewarisi
semangat juang (jihad) para pendahulu yang shalih.

Ibnu Taimiyah memiliki peran vital dalam pengusiran bangsa Mongol di


timur tengah yang dikenal dengan perang Shaqhad. Dengan inteligensinya yang
tajam beliau mampu melihat bahwa kemewahan hidup telah merusak bangsa
Mongol dari dalam, bahwa kala itu bangsa Mongol sedang rapuh dan goyah. Oleh
karena itu, tergerak hati Ibnu Taimiyah untuk mendidik jiwa umat untuk berjihad
yang kala itu diliputi ketakutan akan keperkasaan bangsa Mongol.

Ibnu Taimiyah adalah sosok yang paripurna (dimasanya), dimana


keperkasaan dan keberanian bertaut sedemikian rupa dengan ilmu dan pikiran
yang cemerlang dalam dirinya. Beliau adalah salah satu dari sedikitnya manusia
yang mewarisi ruh-ruh keberislaman salaf, dimana beliau sama sekali tidak
membuat jurang pemisah antara ilmu dan amal. Ibnu taimiyah ialah muslim yang
insaf, yang hasrat dunianya teramat rendah, dibanding dengan orientasi
penghambaan diri kepada Allah yang teramat timggi menjulang ke langit.

Pasca generasi terbaik, adalah suatu kelangkaan mendapati manusia-


manusia yang berkumpul pada dirinya kualitas-kualitas kelislaman yang jamak
serta berjiwa jendral. Meski bukan satu-satunya, ibnu taimiyah ialah salah satu
dari sedikitnya yang mampu mepresentasikan secara sungguh semangat

6
keberislaman Salaf. Maka tidak berlebihan, jika dikekinian insan serupa adalah
suatu kelangkaan tingkat puncak.

Setelah berkelindan lama di dunia dakwah, Ibnu Taimiyah akhirnya


beristirahat dari getirnya dunia yang beliau rasakan. Tepat pada malam 20
Dzulqa’dah 728 H menjelang fajar kala itu beliau rahimahullah wafat, suatu
peristiwa yang menggondang dunia dengan sungguh kala itu. Dan adalah rahmat
Allah bagi beliau, wafat dalam keadaan meninggalkan mutiara-mutiara mewah
serta kekayaan ilmiah yang jamak jumlahnya.

Ibnu taimiyah adalah sosok yang berkumpul padanya ilmu, amal, zuhud,
wara’, keberanian dan segala prilaku terpuji lainnya. Tak terhitung banyaknya
pujian ulama bagi beliau rahimahullah yang menyanjung serta mengagungkan,
suatu hal yang jarang kita dapati dikekinian. Diantara ulama yang memuji beliau
adalah al-Hafizh Jalaluddin as-Suyuthi, beliau berkata:“Demi allah aku tidak
pernah melihat orang yang paling luas ilmunya, dan paling kuat kecerdasannya
dari pada orang yang biasa dipanggil Ibnu Taimiyah, disamping kezuhudannya
dalam makanan, pakaian dan wanita, serta membela kebenaran dan jihad dengan
segala kemampuan”.

2.2 Karya-Karya Ibnu Taimiyah

Dalam pembahasan prinsip-prinsip pada masalah ekonomi beliau jelaskan


dalam dua buku yaitu: 1. Al-Hisbah fi al Islam (Lembaga Hisbah dalam Islam),
beliau banyak membahas tentang pasar dan intervensi pemerintah dalam
kehidupan ekonomi, sedangkan buku ke 2. Al-Siyasah al syar‟iyyah fi Ishlah al
Ra‟I wa al Ra‟iyah (Hukum Publik dan Privat dalam Islam), beliau membahas
masalah pendapatan dan pembiayaan publik.

Pandangan Ibnu Taimiyah mengenai pasar bebas, dimana suatu harga


dipertimbangkan oleh kekuatan penawaran dan permintaan, beliau mengatakan:
“Naik turunnya harga tak selalu berkait dengan kezhaliman (zulm) yang dilakukan
oleh seseorang. Sesekali alasannya adalah adanya kekurangan dalam produksi
atau penurunan impor dari barang-barang yang diminta, jadi jika membutuhkan
peningkatan jumlah barang, sementara kemampuannya menurun, maka harga
dengan sendirinya akan naik. Disisi lain, jika kemampuan penyediaan barang
meningkat dan permintaannya menurun, maka harga akan turun. Kelangkaan dan
kelimpahan tak mesti diakibatkan oleh perbuatan seseorang. Bisa saja berkaitan
dengan sebab yang tidak melibatkan ketiddak adilan. Atau sesekali, bisa jugan
disebabkan oleh ketidak adilan. Maha besar Allah, yang menciptakan kemampuan
pada hati manusia”. (Taimiyah, 1993: 5832) Adapun karya-karya Ibu Taimiyah
kurang lebih mencapai 500 jilid. Di antara karyanya tersebut yang terkenal
adalah :1

1. Kitab al-Radd „ala al-Mantiqiyyin


1
Taimiyah, Ibnu, 1993. Majmu‟ Fatawa, Vol. 29. Riyad: Matabi’ Riyad.

7
2. Manhaj al-Sunnah al-Nabawiyyah

3. Majmu' al-Fatawa

4. Bayan Muwafaqat Sahih al-Ma‟qul Sarih al-Manqul (uraian tentang kesesuaian


pemikiran yang benar dan dalil naqli yang jelas)

5. Al-Radd 'ala Hululiyyah wa al-Ittihadiyyah (jawaban terhadap paham hulul dan


ittihad)

6. Muqaddimah fi Usul al-Tafsir (pengantar mengenai dasar-dasar tafsir)

7. Al-Radd 'ala Falsafah ibn Rushd (jawaban terhadap falsafah Ibn Rushd)

8. Al-Iklil fi al-Mushabahah wa al-Ta‟wil (suatu pembicaraan mengenai ayat


mutasyabih dan ta’wil)

9. Al-jawab al-Sahih li Man Baddala Iman al-Masih (jawaban yang benar


terhadap orang-orang yang menggantikan iman terhadap al masih)

10. Al-Radd „ala al-Nusairiah (jawaban terhadap paham nusairiah)

11. Risalah al-Qubrusiyyah (risalah tentang paham qubrusiyah)

12. Ithbat al-Ma‟ad (menentukan tujuan)

13. Thubut al-Nubuwwat (eksistensi kenabian)

14. Ikhlas al-Ra‟i wa Ra‟iyat (keikhlasan pemimpin dan yang dipimpin)

15. Al-Siyasah al-Shar'iyyah fi Islah al-Ra'i wa al-Ra'iyah (politik yang


berdasarkan syari'ah bagi perbaikan penggembala dan gembala). Kitab ini
merupakan kitab yang sangat penting, karena di dalam kitab ini menunjukkan
bahwa tujuan gerakan Ibnu Taimiyyah adalah memperbaiki moral dan sosial dari
segala kerusakan sebagai akibat dari malapetaka yang menimpa umat Islam
karena perang dengan Krusades dan juga serbuan dari bangsa Tatar. (Thaha,
Ahmadie, 2007: 99). Masih banyak lagi buah pena yang dihasilkan. Karangan-
karangannya hampir semua berisikan kritik terhadap segala paham aliran-aliran
agama Islam yang menurutnya tidak sesuai dengan al-Qur’an dan al-Sunnah.2

2
Thaha, Ahmadie. 2007. Ibnu Taimiah Hidup dan Pemikirannya. Surabaya: Bina Ilmu Offset.

8
2.3 Konsep Mekanisme Pasar Adil dan Konsep al Hisbah dalam Pengawasan
Pasar

a. Konsep Mekanisme Pasar Adil

Ibnu Taimiyah sangat menghargai mekanisme harga. Oleh karena itu


beliau sangat setuju apabila pemerintah tidak mengintervensi harga selama
mekanisme pasar itu terjadi. Beliau mengemukakan beberapa faktor yang
mempengaruhi fluktuasi permintaan dan konsekuensinya terhadap harga yaitu:

1. Kebutuhan manusia sangat beragam dan bervariasi satu sama lain. Kebutuhan
tersebut berbeda-beda tergantung pada kelimpahan atau kelangkaan dari
barangbarang yang dibutuhkan. Suatu barang akan lebih dibutuhkan pada saat
terjadinya kelangkaan ketimbangan pada saat melimpahnya persediaan.

2. Harga sebuah barang beragam tergantung pada tingginya jumlah orang-orang


yang melakukan permintaan. Jika jumlah manusia yang membutuhkan sebuah
barang sangat banyak, maka hargapun akan bergerak naik terutama jika jumlah
barang hanya sedikit.

3. Harga barang juga dipengaruhi oleh besar atau kecilnya kebutuhan terhadap
barang dan tingkat ukurannya. Jika kebutuhan sangat besar dan kuat, maka
hargapun akan melambung hingga tingkat yang paling maksimal.

4. Harga barang berfluktuasi juga tergantung pada siapa yang melakukan transaksi
pertukaran barang itu. Jika ia adalah seorang yang kaya dan terpercaya dalam hal
membayar hutang, harga yang murah niscaya akan diterimanya.

5. Harga juga dipengaruhi oleh bentuk alat pembayaran yang digunakan dalam
bentuk jual beli, jika yang digunakan umum dipakai, harga akan lebih rendah
ketimbang jika membayar dengan uang yang jarang ada diperedaran.

6. Disebabkan oleh tujuan dari kontrak adanya timbal balik kepemilikan oleh
kedua pihak yang melakukan transaksi. Jika si pembayar mampu melakukan
pembayaran dan mampu memenuhi janjinya, maka tujuan transaksi tersebut
mampu diwujudkan dengannya.

7. Aplikasi yang sama berlaku bagi seseorang yang meminjam atau menyewa.
Salah satu contoh kenaikan harga yang tidak dipengaruhi oleh genuine supply dan
genuine demand adalah ihtikar, yaitu perbuatan seseorang yang menimbun barang
untuk menjual lebih sedikit barang dengan harga yang lebih tinggi sehingga
mendapatkan keuntungan diatas keuntungan normal.

Harga adalah proses yang berjalan atas dasar gaya tarik menarik antara
konsumen dan produsen baik dari pasar output (barang) ataupun input (faktor-
faktor produksi), adapula yang mengartikan harga adalah sejumlah uang yang

9
menyatakan nilai tukar suatu unit benda tertentu. Sedangkan harga yang adil
merupakan nilai barang yang dibayar untuk objek yang sama diberikan pada
waktu dan tempat diserahkannya barang tersebut. (Taimiyah, 1993: 522)

Konsep harga adil menurut Ibnu Taimiyah, yaitu: “Nilai harga dimana
orangorang menjual barangnya dan diterima secara umum sebagai hal yang
sepadan dengan barang yang dijual ataupun barang-barang yang sejenis lainnya di
tempat dan waktu tertentu ”. (Taimiyah: 1993: 5832)3

Didalam pembahasan harga yang adil, ada dua bagian yaitu:

1). Iwadh al-Mitsl adalah penggantian yang sama merupakan nilai harga sepadan
dari sebuah benda menurut adat kebiasaan. Kompensasi yang setara diukur dan
ditaksir oleh hal-hal yang setara tanpa ada tambahan dan pengurangan.

2). Tsaman al-Mitsal adalah harga jual barang dapat diterima secara umum
sebagai hal yang sepadan dengan barang yang dijual ataupun barang yang sejenis
lainnya di tempat dan waktu tersebut. Konsep harga adil menurut Ibnu Taimiyah
hanya terjadi pada pasar kompetitif, tidak ada pengaturan yang mengganggu
keseimbangan harga kecuali jika terjadi suatu usaha-usaha yang mengganggu
keseimbangan, yaitu kondisi dimana semua faktor produksi dugunakan secara
optimal dan tidak ada idle, dikarenakan harga pasar kompetitif merupakan
kecendrungan yang wajar. Jika masyarakat menjual barang dagangannya dengan
harga normal (kenaikan harga dipengaruhi oleh kurangnya persediaan barang
karena menurunnya supply barang), maka hal seperti ini tidak mengharuskan
adanya regulasi terhadap harga. Karena kenaikan harga tersebut merupakan
kenaikan harga yang adil dan berada dalam persaingan sempurna, tanpa unsur
spekulasi. (Islahi, 1997: 71) 4

Perbuatan monopoli terhadap kebutuhan-kebutuhan manusia menjadi hal


yang ditentang oleh Ibnu Taimiyah. Jika ada sekelompok masyarakat melakukan
monopoli, maka wajib bagi pemerintah untuk melakukan pengaturan (regulasi)
terhadap harga. Hal ini dilakukan untuk menerapkan harga yang adil. Monopoli
merupakan perbuatan yang tidak adil dan sangat merugikan orang lain, perbutan
tersebut adalah zalim dan monopoli sama dengan menzalimi orang yang
membutuhkan barang-barang kebutuhan yang dimonopoli. (Shiddiqi, 1996:
hal.40)5

b. Konsep Al-Hisbah
3
Taimiyah, Ibnu, 1993. Majmu‟ Fatawa, Vol. 29. Riyad: Matabi’ Riyad.

4
Islahi, A.A. , 1997. Konsepsi Pemikiran Ekonomi Ibnu Taimiyah. Surabaya: Bina Ilmu.

5
Shiddiqi, M. Nejatullah, 1996. Kegiatan Ekonomi dalam Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

10
1. Pengertian Al-Hisbah
Secara etimologi kata hisbah adalah masadar dari kata kerja (
‫حسبة‬berasal dari akar kata Bahasa Arab ‫ٌ( حسب – حسب‬yang berarti menghitung
dan membilang. Hisbah juga mempunyai pengertian upah, balasan dan pahala
yang diharapkan dari Allah swt. Di samping itu, hisbah juga berarti
pengaturan yang baik. Secara terminologi, “Ibn Tamiyah mendefinisikan
Hisbah merupakan lembaga yang mempunyai wewenang untuk menegakan
amr ma‟ruf nahy munkar yang bukan termasuk wewenang umara
(pengusaha), qadha, dan wilayah al- mazalim”.
“ Ibn Kaldun menyatakan hisbah merupakan institusi keagamaan yang
termasuk bagian dari amar ma‟ruf nahy mungkar yang melakukan kewajiban
bagi seluruh kaum muslimin”.
Dalam kamus Al- Hadi ila lughan al-arab, hisbah adalah tugas yang
dilakukan oleh negara untuk memastikan bahwah rakyat melakukan perintah
dan menjauhi larangan syara berkaitan dengan takaran dan timbangan yang
benar dan mengawasi jalanya jual beli untuk menghilangkan tiupan dan
sejenisnya. Petugasnya dinamakan dengan muhtasib atau sahib as-suq
(pengawas pasar).6

2. Tugas Dan Wewenang Al-Hisbah


Lembaga al-hisbah memeliki peran yang sangat penting untuk
mengembangkan perdagangan dan indusrti, tugas al-hisbah ada dua macam,
pertama, tugas utamanya adalah melakukan pengawasan umum yang
berkaitan dengan pelaksanaan kebajikan. Al-hisbah ini merupakan lembaga
keagamaan dan hukum. Kedua, khusus berkaitan dengan kegiatan pasar,
lembaga pengawas secara umum. Pengawasan dilakukan atas berbagai hal
pemeliharaan kualitas dan standar produk, ia secara rutin melakukan
pengecekan atas ukuran, takaran, dan timbangan, kualitas barang, menjaga
jual bel yang jujur dan mengaja agar harga selalu stabil.Dalam sistem
pemerintahan menurut Islam, kewenangan peradilan (al-qadha) meliputi tiga
wilayah, yaitu: wilayah mazhalim, wilayah qadha, dan wilayah hisbah.7

Wilayatul hisbah berada di posisi paling bawah dari ketiga wilayat


tersebut.Akan tetapi itu bukan berarti hisbah secara struktural di bawah
kewenangan kedua wilayat di atasnya. Wilayatul hisbah memiliki
kewenangan dalam hal:
1. Pengawas harga, ukuran, takaran, dan timbangan. Tugas ini sangat penting
karena sering kali terjadi kecurangan yang berkaitan dengan masalah-maslah
ini, yaitu maslah harga, kuantitas, dan kualitas barang. Pengawas pasar harus
6
Antin Rakhmawati, Implementasi lembaga hisbah dalam meningkatkan bisnis Islam, Jurnal Malia,
Universitas Brawijaya Malang, vol 7, no 2, (Juni, 2016), h. 317

7
Rozalinda, Ekonomi Islam, : Teori dan Aplikasinya Pada Aktivitas Ekonomi (Jakarta: PT RajaGrafindo
persada, 2014), h .179

11
secara rutin mengawasi harga, ukuran, takaran dan timbangan yang berlaku di
pasar,
2. Mengawasi jual beli terlarang Pengawas pasar mengawasi jual beli barang
dan jasa yang dilaramg syariat, baik terlarang karena zatnya maupun terlarang
karena jual beli tersebut menggunakan akad yang menyimpang dari ajaran
Islam.
3. Mengawasi standar kehalalan, kesehatan, dan kenyaman pasar Pengawas
pasar harus melakukan quality atas barang-barang yang beredar di pasar.
pengawas pasar adalah petugas lapangan yang mengawasi kehalalan dan
kesehatan berbagai komoditas yang diperdagangan di pasar.
4. Pengaturan pasar Pengawas pasar bertugas mengatur keindahan dan
kenyaman pasar, pengawas pasar mengatur pedagang untuk tidak mendirikan
tenda atau bangunan yang tidak mengakibatkan jalan-jalan umum dan pasar
menjadi sempit dan sumpek, pedagang meletakan barang dagangan yang
menghalanggi kelancaran lalu lintas. Pengawas pasar juga mengatur tata letak
pasar sehingga pengawas pasar lebih mudah melakukan pengawasn pasar.
5. Mengatasi persengketaan dan ketidakadilan antara sesama pedagang, antara
pedagan dan pembeli baik menyangkut utang piutang maupun harga
6. Melakukan intervensi pasar dan harga. Pengawas pasar adalah petugas
pemerintah yang mememliki otoritas melakukan intervensi pasar dan harga
dalam keadaan dan alasan-alasan tertentu, misalnya, tingginya hatga-harga
yang diakibatkan kelangkaan barang karena penimbunan barang oleh para
spekulan, ia dapat mengambil kebijakan strategis yang dapat memulikan pasar
kembali. Menurut kesepakatan ahli fiqih, wewenang al-hisbah meliputi
seluruh pelanggaran terhadap prinsip amar ma‟ruf nahi mungkar, diluar
wewenang qadhi (peradilan) baik yang berkaitan dengan esensi dan
pelaksanaan ibadah maupun meyangkut adiqah. Termasuk juga muamalah,
termasuk penipuan dalam jual beli yang meliputi pengurangan timbangan,
penipuan kualitas barang, pelangaran susila, sikap sewenang- wenang dalam
mempergunakan hak tanpa mempertimbangankan kepentingan orang lain.
Lalu menyangkut persoalan ibadah, seperti sikap mengagungkan makhluk
Allah melebihi keagungan Allah SWT, melaukan perbuatan syirik, takhyul,
dan khurapa, serta perbuatan-perbuatan lain yang mengarah kepada sirik.8

Institusi al-hisbah pada dasarnya mempunyai beberapa fungsi yakni:


1. Fungsi Ekonomi
Al-hisbah adalah istitusi ekonomi yang berfungsi melakukan sebagai
pengawasan terhadap kegiatan ekonomi dipasar, seperti mengawasi harga,
takaran dan timbangan, praktik jual beli terlarang, dan lain-lain, institusi ini
juga berfungsi meningkatkan produktivitas dan pendapatan. Berkaitan
dengan pengawasan pedagangan pengawas pasar adalah pemegang otoritas
untuk mengawasi berbagai praktik transaksi dan kegiatan antar penjual dan
pembeli dipasar agar benarbenar mengikuti aturan syariat, muhtasib juga
berwenang mengawasi barang-barang yang masuk ke pasar dan bongkar
8
Departement Agama RI, Al-Qur‟an dan terjemah Cv.Asy Syifa,Semarang,hal.470

12
muat dipasar. Secara khusus, Ibn Taimiyah menjelaskan fungsi ekonomi
pengawas pasar adalah:
a. Memastikan tercukupnya kebutuhan bahan pokok, pengawas pasar harus
selalu mengecek ketersediaan barang-barang kebutuhan pokok. Dalam kasus
ini, terjadi kecurangan dalam penyediaan kebutuhan jasa pengawas pasar
memiliki kekuasaan dalam kapasitasnya sebagai institusi negara untuk
memenuhi kebutuhan itu secara langsung
b. Pengawasan terhadap industri. Dalam isdustri, tugas utama pengawas pasar
adalah mengawasi standardisasi produk. Ia juga mempunyai otoritas
menjatuhkan sanksi terhadap industri yang merugiksn konsumen.
c. Pengawasan terhadap jasa, pengawas pasar mempunyai wewenang untuk
mengecek apakah dokter, ahli bedah, dan sebagainya telah melaksanakan
tugasnya secara baik atau belum
d. Pengawasan atas perdagangan. Muntasib harus mengawasi pasar secara
umum, mengawasi takaran, timbangan dan ukuran, serta kualitas produk.
Menjamin seorang pedagang dan agenya untuk tidak melakukan kecurangan
kepada konsumen atas barang daganganya, menjamin para pedagang tidak
melaukan praktik dagang yang mengandung riba. Pengawas pasar harus
mengecek pencegatan supply barang dagangan, seperti praktik dagang talaqy
ruqban dan hadhir libad yang secara nyata merugikan konsumen. Dalam
masalah penimbunan barang juga menjadi wewenang pengawas pasar, ia
harus menetapkan harga barang-barang yang ditimbun dan dapat memaksa
pedagang untuk menjual barang dagangan sesuai dengan tingkat harga
sebelum terjadi penimbunan9

2. Fungsi Sosial

Fungsi sosial al-hisbah adalah mewujudkan keadilan sosial dan


keadilan distributip dalam masyarkat. Lewat tugasnya memberikan informasi
kepada pedagang dan konsumen, memberikan kesempatan yang sama kepada
setiap orang dan menghilangkan penguasaaan sepihak terhadap jalur produksi
dan distribusi dipasar. Kemudian menghilankan distorsi pasar dan melakukan
intervensi pasar dalam keadaan-keadaan tertentu, sehingga dapat memperkecil
ketimbangan distribusi dipasar dengan menciptakan harga yang adil. 10

3. Fungsi Moral

Istitusi hisbah adalah lembaga pengawas berlangsungnya moral dan


akhalk islami dalam berbagai transaksi dan prilaku konsumen dan produsen
dipasar,. Tugasnya adalah mewujudkan perekonomian yang bermoral yang
berlandasarkan ada Al-Qur’an dan sunnah, pada tataran yang lebih luas tugas
dari al-hisbah adalah amar ma‟ruf nahy mungkar, pasar merupakan sasaran
utama pengawasan al-hisbah, karena disana sering terjadi penipuan,
9
Rozalinda, Ekonomi Islam.., h. 180-183

10
Rozalinda, Ekonomi Islam, Teori dan Aplikasinya Pada Aktivitas Ekonomi (Jakarta: PT RajaGrafindo
persada,2014), h .181

13
kecurangan, ihktiar, riba, pemaksaan, dan sewenang-wenangan menjatuhkan
hukuman. Pengawas pasar boleh menjatuhkan hukuman terhadap berbagai
pelanggaran kejahatan yang terjadi di pasar. Hukuman yang dijatuhkan adalah
hukuman ta‟zir. Dalam pelaksanaan hukuman pengawas pasar harus
memperhatikan sesuainya hukuman tersebut dengan maqashid syariah.
Pengawas pasar harus mempertimbangkan bahwah dengan hukuman tersebut
pelaku pelanggaran bisa jera dan tidak mengukanginya lagi. Oleh sebab itu,
pengawas pasar bebas memilih hukuman yang akan dijatuhkan terhadap
pelaku pelanggaran mulai dari hukuman yang paling ringan sampai hukuman
yang paling berat, mulai dari pemberian perinagtan, ajakan, ancaman, celaan,
pukulan, dan hukuman penjara.11

2.4 Faktor-faktor pendorong permintaan dan penawaran,mekanisme Harga


dan persoalan distori pasar

Pasar dalam pengertian ilmu ekonomi adalah pertemuan antara permintaan


dan penawaran. Dalam pengertian ini, pasar bersifat interaktif, bukan fisik.
Adapun mekanisme pasar adalah proses penentuan tingkat harga berdasarkan
kekuatan permintaan dan penawaran. Pertemuan antara permintaan (demand) dan
penawaran (supply) dinamakan equilibrium price (harga seimbang).12

Ibnu Taimiyah juga memiliki pandangan tentang pasar bebas, dimana


suatu harga dipertimbangkan oleh kekuatan penawaran dan permintaan. Ia
mengatakan; “naik turunnya harga tak selalu berkait dengan penguasaan (zulm)
yang dilakukan oleh seseorang. Sesekali alasannya adalah karena adanya
kekurangan dalam produksi atau penurunan impor dari barang-barang yang
diminta. Jadi, jika kebutuhan terhadap jumlah barang meningkat, sementara
kemampuan menyediakannya menurun, harga dengan sendirinya akan naik.
Disisi lain, jika kemampuan penyediaan barang meningkat dan permintaan
menurun, harga akan turun. Kelangkaan dan kelimpahan tak mesti diakibatkan
oleh perbuatan seseorang. Bisa saja berkaitan dengan sebab yang tidak
melibatkan ketidakadilan. Atau sesekali bisa juga disebabkan oleh ketidakadilan.
Maha besar Allah, yang menciptakan kemauan pada hati manusia”.13

Dari pernyataan tersebut, dapat dipahami bahwa harga naik bisa


disebabkan oleh tindakan zalim atau ketidakadilan yang dilakukan oleh penjual.
Sehingga perbuatan ini mengakibatkan terjadinya ketidaksempurnaan pasar.
Namun, hal ini juga tidak bisa disamakan untuk semua kondisi, karena naik
turunnya harga bisa juga disebabkan karena kekuatan pasar.

11
Rozalinda, Ekonomi Islam, Teori dan Aplikasinya Pada Aktivitas Ekonomi (Jakarta: PT RajaGrafindo
persada,2014), h. 183
12
Nur Chamid, Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010), Cet. 1.,
hlm, 164.

13
Ibnu Taimiyah, Majmu’ Fatawa Syaikh al Islam, (Riyadh: Matabi’ al Riyadh, 1963), Vol. 8 hlm, 583.

14
Ibnu Taimiyah menyebutkan dua sumber persediaan, yakni produksi lokal
dan import barang-barang yang diminta (ma yukhlaq aw yujlab min dzalik al-mal
al-matlub). Untuk menggambarkan permintaan terhadap barang tertentu, ia
mengguanakan istilah raghbah fi al-syai yang berarti hasrat terhadap sesuatu,
yakni barang. Hasrat merupakan salah satu faktor terpenting dalam permintaan,
faktor lainnya adalah pendapatan yang tidak disebutkan oleh Ibnu Taimiyah.
Perubahan dalam supply digambarkannya sebagai kenaikan atau penurunan dalam
persediaan barang-barang, yang disebabkan oleh dua faktor, yakni produksi lokal
dan impor.14

Menurut Ibnu Taimiyah, ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi


permintaan serta berpengaruh terhadap harga:15

a) Adanya keinginan masyarakat (raghbah) terhadap barang dengan jenis yang


berbeda.
b) Jumlah para pembeli atau peminat suatu barang.
c) Besar atau kecilnya tingkat kebutuhan terhadap suatu barang.
d) Kualitas para pembeli, seperti pembeli terpercaya dalam melunasi utang
mendapatkan harga yang lebih rendah daripada pembeli yang suka mengulur-
ulur pembayaran utang.
e) Jenis mata uang yang digunakan dalam transaksi
f) Ada tidaknya persediaan barang di pasar
g) Besar kecilnya biaya atau modal yang dikeluarkan produsen atau penjual
Dengan demikian, Ibnu Taimiyah sangat menghargai adanya mekanisme
harga. Karena itu, ia menyetujui jika pemerintah tidak melakukan intervensi harga
selama mekanisme pasar berjalan secara sempurna. Dengan kata lain, kurva
permintaan dan penawaran bertemu tanpa ada campur tangan yang lain, atau
terjadinya perubahan harga karena perubahan penawaran dan permintaan secara
alamiah atau sering dikenal dengan genuine supply dan genuine demand. Akan
tetapi, apabila perubahan harga bukan dikarenakan perubahan penawaran dan
permintaan secara alamiah, maka dalam hal ini pemerintah boleh melakukan
intervensi harga.
Salah satu contoh kenaikan harga yang tidak dipengaruhi oleh genuine
supply dan genuine demand adalah ihtikar, yaitu perbuatan di mana orang
menimbun barang untuk mendapatkan keuntungan di atas keuntungan normal
dengan cara menjual lebih sedikit barang dan menetapkan harga yang lebih tinggi.
Jika hal tersebut terjadi, maka menurut Ibnu Taimiyah solusinya bukan dengan
mengadakan pasar terbuka, seperti menjual beras baru karena penyuplaian barang
baru tersebut hanya akan diserap lagi oleh penimbun barang. Oleh karena itu,
solusinya adalah pemerintah harus melakukan intervensi harga.

14

Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2006),
Ed. 3., hlm. 364-365.
15
Abdullah, Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hlm. 262-263.

15
Mekanisme harga adalah proses yang berjalan atas dasar gaya tarik
menarik antara konsumen dan produsen baik dari pasar output (barang) ataupun
input (faktor-faktor produksi). Adapun harga diartikan sebagai sejumlah uang
yang menyatakan nilai tukar suatu unit benda tertentu.16

Ada dua tema yang sering kali ditemukan dalam pembahasan Ibnu
Taimiyah tentang masalah harga, yakni kompensasi yang setara atau adil (‘iwad
al-mitsl) dan harga yang setara/adil (tsaman al-mitsl). Dia berkata; “Kompensasi
yang setara akan diukur dan ditaksir oleh hal-hal yang setara, dan itulah esensi
dari keadilan (nafs al-‘adl)”.17

Definisi harga yang adil juga bisa diambil dari konsep Aquinas yang
mendefinisikan nya dengan harga kompetitif normal. Yaitu harga yang berada
dalam persaingan sempurna yang disebabkan oleh supply dan demand, tidak ada
unsur spekulasi.

2.5 Regulasi Negara dan Peran Dewan al-Hisbah

Secara etimologi, al-Hisbah berasal dari kata bahasa arab ‘hasaba-


yahsubu-hisaban’ yang berarti menghitung, mempertimbangkan,
mengkalkulasikan. Secara terminologi, al-Hisbah adalah memerintahkan kepada
yang kebajikan, apabila telah nampak ditinggalkannya kebajikan, dan melarang
dari yang perbuatan mungkar apabila telah nampak dilakukannya kemungkaran
tersebut.18

Pengawasan al-Hisbah terhadap aktifitas Ekonomi mencakup seluruh


kegiatan yang terjadi didalamnya. Al-Hisbah mengawasi untuk memastikan
seluruh aktifitas ekonomi berjalan seperti yang dikehendaki syariah. Peran
pengawasan al-Hisbah merupakan sebuah tindakan preventif demikian juga
berbentuk represif.
Tugas dan wewenang al-Hisbah dalam aktifitas ekonomi adalah
melakukan kontroling terhadap pelaksanaan dan pembangkangan terhadap
Syariah. Juga sebagai wadah bagi masyarakat yang mengadukan permasalahan-
permasalahan ekonomi. Jika diketemukan terjadi pelangaran Syariah dalam
Ekonomi maka al-Hisbah berhak untuk memberikan sanksi berupa; penghancuran
objek pelanggaran, atau merubahnya menjadi sesuatu yang dapat dimanfaatkan,
dan pengalihan kepemilikan atau pengenaan ganti rugi terhadap pelakunya.19

16
Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta : Pustaka Asatruss, 2005), Cet.1, , hlm. 167.

17
Ibnu Taimiyah, Majmu’.., Op.Cit., Vol. 29, hlm. 521.

18
Herianto, Didin Hafidhuddin, Irfan Syauqi Beik, Analisis Pengawasan Ekonomi al-Hisbah dan Komisi
Pengawas dan Perannya dalam Persaingan Usaha, Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 10, No.1, hlm. 68-85.
19
Ibid, Herianto, Didin Hafidhuddin, Irfan Syauqi Beik, hlm. 82-83.

16
Fungsinya al-Hisbah dalam Kegiatan Ekonomi:20

a) Mengawal Syariat Dalam Kegiatan Ekonomi


b) Mewujudkan Keamanan dan Ketentraman
c) Menjaga Kepentingan Umum

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

20
Ibid, Herianto, Didin Hafidhuddin, Irfan Syauqi Beik, hlm. 73-74.

17
Berdasarkan paparan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Pemikiran Ibnu Taimiyah menawarkan solusi kepada Negara, yaitu
hendaknya menjadi supervisor moralitas pembangunan untuk menyadarkan
rakyatnya bahwa betapa pentingnya norma moral dan nilai etika sebagai asas
pembangunan dan dapat mewujudkannya dalam kehidupan perekonomian.
Hasil pemikiran seorang Ibnu Taimiyah sebenarnya tidaklah terbatas
hanya pada persoalan ekonomi saja, lebih dari itu mencakup sebagian aspek
kehidupan dalam Negara dan agama.Tapi dalam pembahasan kali ini, hanya
mengedepankan aspek ekonomi. Seperti konsep harga adil menurut Ibnu
Taimiyah, yaitu: “Nilai harga dimana orangorang menjual barangnya dan diterima
secara umum sebagai hal yang sepadan dengan barang yang dijual ataupun
barang-barang yang sejenis lainnya di tempat dan waktu tertentu ”.
Didalam pembahasan harga yang adil, ada dua bagian yaitu: Iwadh al-
Mitsl dan Tsaman al-Mitsal Konsep harga adil menurut Ibnu Taimiyah hanya
terjadi pada pasar kompetitif,dikarenakan harga pasar kompetitif merupakan
kecendrungan yang wajar.
Ibnu Taimiyah sangat menghargai adanya mekanisme harga. Karena itu,
ia menyetujui jika pemerintah tidak melakukan intervensi harga selama
mekanisme pasar berjalan secara sempurna. Dengan kata lain, kurva permintaan
dan penawaran bertemu tanpa ada campur tangan yang lain, atau terjadinya
perubahan harga karena perubahan penawaran dan permintaan Akan tetapi,
apabila perubahan harga bukan dikarenakan perubahan penawaran dan permintaan
secara alamiah, maka dalam hal ini pemerintah boleh melakukan intervensi
harga.al-Hisbah dalam aktifitas ekonomi ini melakukan kontroling terhadap
pelaksanaan dan pembangkangan terhadap Syariah. Juga sebagai wadah bagi
masyarakat yang mengadukan permasalahan-permasalahan ekonomi.

3.2 Saran

Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini tidak sempurna dan masih
banyak yang harus diperbaiki, oleh karena itu, penulis mohon saran dan kritikan
yang membangun dari pembaca, agar untuk dikemudian hari penulis dapat
menyusun makalah yang lebih baik lagi, semoga makalah ini bermanfaat untuk
semua pihak.

DAFTAR PUSTAKA

Taimiyah, Ibnu. Majmu‟ Fatawa, Vol. 29. Riyad: Matabi’ Riyad.1993.

Thaha, Ahmadie. Ibnu Taimiah Hidup dan Pemikirannya. Surabaya: Bina Ilmu
Offset.2007.

18
Islahi, A.A. ,Konsepsi Pemikiran Ekonomi Ibnu Taimiyah. Surabaya: Bina
Ilmu.1997.

Shiddiqi, M. Nejatullah. Kegiatan Ekonomi dalam Islam. Jakarta: Bumi Aksara


1996.

Amalia, Euis. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dari masa klasik hingga
kontemporer. Jakarta : Pustaka Asatruss. 2005.

Antin Rakhmawati, Implementasi lembaga hisbah dalam meningkatkan bisnis


Islam, Jurnal Malia, Universitas Brawijaya Malang, vol 7, no 2, Juni, 2016.

Rozalinda, Ekonomi Islam, : Teori dan Aplikasinya Pada Aktivitas Ekonomi


.Jakarta: PT RajaGrafindo persada, 2014.

Nur Chamid, Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Yogyakarta :


Pustaka Pelajar, 2010.

Herianto, Didin Hafidhuddin, Irfan Syauqi Beik, Analisis Pengawasan Ekonomi


al-Hisbah dan Komisi Pengawas dan Perannya dalam Persaingan Usaha, Jurnal
Ekonomi Islam,2017.

19

Anda mungkin juga menyukai