Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam
Disusun oleh :
2021 M/1442 H
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Pemikiran Ekonomi Ibnu Taimiyah” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Prof.Dr. Euis Amalia,M.Ag./Diana Mutia pada mata kuliah Sejarah
Pemikiran Ekonomi Islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.
Pemakalah
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN....................................................................................................4
1.1 Latar Belakang............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................4
1.3 Tujuan Pembahasan....................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
PEMBAHASAN......................................................................................................5
2.1 Profil Singkat Ibnu Taimiyah......................................................................5
2.2 Karya-Karya Ibnu Taimiyah.......................................................................7
2.3 Konsep Mekanisme Pasar Adil dan Konsep al Hisbah dalam Pengawasan
Pasar..................................................................................................................9
2.4 Faktor-faktor pendorong permintaan dan penawaran,mekanisme Harga
dan persoalan distori pasar..............................................................................14
2.5 Regulasi Negara dan Peran Dewan al-Hisbah.........................................16
BAB III...................................................................................................................18
PENUTUP..............................................................................................................18
3.1 Kesimpulan...............................................................................................18
3.2 Saran..........................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
Ibnu Taimiyah merupakan pribadi yang ajaib, satu dari sedikitnya manusia
yang Allah anugrahi akal yang cemerlang serta mata batin yang terang. Telah
cukup jamak prestasi beliau yang menjadi potret akan kualitas keilmuan beliau
sebagai seorang ulama. Semisal dalam usia yang amat belia (19 tahun) beliau
sudah dipercayakan menjadi guru besar hadits di Damaskus menggantikan
ayahnya yang baru saja meninggal dunia.
Ibnu Taimiyah adalah insan yang terilhami ilmu dari setiap sudut
cabangnya. Oleh karena itu, tidak kita dapati lembar-lembar sejarah mewartakan
beliau ahli dalam bidang ilmu tertentu saja. Kendali demikian, Ibnu Taimiyah
paham betul penyakit umat kala itu, bahwa kemurnian akidah umat kian terancam
ditengah derasnya kerancuan filsafat yang menyamar dan menyambar akidah
Islam lewat teologi mu`tazilah, mistifikasi-mistifikasi yang mengaburkan akal
sehat, serta tokoh-tokoh kebid`ahan dan kesyirikan yang menjamur. Maka dari itu
beliau berikhtiar dengan sungguh, berkonsentrasi secara fokus untuk melestarikan
dan memagari kembali kemurnian aqidah umat.
Ibnu Taimiyah adalah satu diantara tidak banyak tokoh yang diberikan
kebencian berlebih terhadap segala varian modifikasi syariat (bid’ah) terutama
dalam akidah. Dan adalah Ahmadiyyah, kisrawaniyyah, rafidhah, mu`tazilah,
filsafat pantheisme, sampai tokoh-tokoh mistik dan yang semisal dengan mereka,
secara tegas mendapat kritik-kritik dan pembungkaman dari Ibnu Taimiyah serta
interupsi-interupsi yang tajam. Bagi ibnu Taimiyah, keseluruhan varian
modifiaksi syariat adalah asbab yang cukup logis dari degredasi umat islam, suatu
hal yang patut untuk disegerakan pernyelesaiannya.
5
Meski ibnu Taimiyah diilhami kecemerlangan akal dan kemampuan nalar diatas
rata-rata, dalam karya tulis beliau yang jamak tidak kita dapati bahwa beliau
menempakkan akal pada hierarki puncak sebagai intrumen beragama dan
memahami hakikat ilmu dalam islam.
Prinsip beragama inilah yang kemudian kita kenal dengan istilah “manhaj
salaf”, sebuah manhaj dan metode rabbani yang sepatutnya kita lestarikan kembali
secara kolektif di kekinian. Prinsip yang direkomendasikan langsung oleh
Rasulullah dalam sabdanya yang tidak asing: “Sebaik-baik generasi umatku
adalah pada masaku (sahabat), kemudian orang-orang yang setelah mereka
(Tabi’in), lalu orang-orang yang setelah mereka (atba’ut Tabi’in).” (Shahih Al-
Bukhari, no. 3650).
Jika kita melembari kitab-kitab sejarah, tentu akan kita dapati bahwa tidak
berlebihan menyebut Ibnu Taimiyah sebagai seorang jendral yang agung. Sebab
selain melampaui sekat-sekat intelektual dalam Islam, beliau juga mewarisi
semangat juang (jihad) para pendahulu yang shalih.
6
keberislaman Salaf. Maka tidak berlebihan, jika dikekinian insan serupa adalah
suatu kelangkaan tingkat puncak.
Ibnu taimiyah adalah sosok yang berkumpul padanya ilmu, amal, zuhud,
wara’, keberanian dan segala prilaku terpuji lainnya. Tak terhitung banyaknya
pujian ulama bagi beliau rahimahullah yang menyanjung serta mengagungkan,
suatu hal yang jarang kita dapati dikekinian. Diantara ulama yang memuji beliau
adalah al-Hafizh Jalaluddin as-Suyuthi, beliau berkata:“Demi allah aku tidak
pernah melihat orang yang paling luas ilmunya, dan paling kuat kecerdasannya
dari pada orang yang biasa dipanggil Ibnu Taimiyah, disamping kezuhudannya
dalam makanan, pakaian dan wanita, serta membela kebenaran dan jihad dengan
segala kemampuan”.
7
2. Manhaj al-Sunnah al-Nabawiyyah
3. Majmu' al-Fatawa
7. Al-Radd 'ala Falsafah ibn Rushd (jawaban terhadap falsafah Ibn Rushd)
2
Thaha, Ahmadie. 2007. Ibnu Taimiah Hidup dan Pemikirannya. Surabaya: Bina Ilmu Offset.
8
2.3 Konsep Mekanisme Pasar Adil dan Konsep al Hisbah dalam Pengawasan
Pasar
1. Kebutuhan manusia sangat beragam dan bervariasi satu sama lain. Kebutuhan
tersebut berbeda-beda tergantung pada kelimpahan atau kelangkaan dari
barangbarang yang dibutuhkan. Suatu barang akan lebih dibutuhkan pada saat
terjadinya kelangkaan ketimbangan pada saat melimpahnya persediaan.
3. Harga barang juga dipengaruhi oleh besar atau kecilnya kebutuhan terhadap
barang dan tingkat ukurannya. Jika kebutuhan sangat besar dan kuat, maka
hargapun akan melambung hingga tingkat yang paling maksimal.
4. Harga barang berfluktuasi juga tergantung pada siapa yang melakukan transaksi
pertukaran barang itu. Jika ia adalah seorang yang kaya dan terpercaya dalam hal
membayar hutang, harga yang murah niscaya akan diterimanya.
5. Harga juga dipengaruhi oleh bentuk alat pembayaran yang digunakan dalam
bentuk jual beli, jika yang digunakan umum dipakai, harga akan lebih rendah
ketimbang jika membayar dengan uang yang jarang ada diperedaran.
6. Disebabkan oleh tujuan dari kontrak adanya timbal balik kepemilikan oleh
kedua pihak yang melakukan transaksi. Jika si pembayar mampu melakukan
pembayaran dan mampu memenuhi janjinya, maka tujuan transaksi tersebut
mampu diwujudkan dengannya.
7. Aplikasi yang sama berlaku bagi seseorang yang meminjam atau menyewa.
Salah satu contoh kenaikan harga yang tidak dipengaruhi oleh genuine supply dan
genuine demand adalah ihtikar, yaitu perbuatan seseorang yang menimbun barang
untuk menjual lebih sedikit barang dengan harga yang lebih tinggi sehingga
mendapatkan keuntungan diatas keuntungan normal.
Harga adalah proses yang berjalan atas dasar gaya tarik menarik antara
konsumen dan produsen baik dari pasar output (barang) ataupun input (faktor-
faktor produksi), adapula yang mengartikan harga adalah sejumlah uang yang
9
menyatakan nilai tukar suatu unit benda tertentu. Sedangkan harga yang adil
merupakan nilai barang yang dibayar untuk objek yang sama diberikan pada
waktu dan tempat diserahkannya barang tersebut. (Taimiyah, 1993: 522)
Konsep harga adil menurut Ibnu Taimiyah, yaitu: “Nilai harga dimana
orangorang menjual barangnya dan diterima secara umum sebagai hal yang
sepadan dengan barang yang dijual ataupun barang-barang yang sejenis lainnya di
tempat dan waktu tertentu ”. (Taimiyah: 1993: 5832)3
1). Iwadh al-Mitsl adalah penggantian yang sama merupakan nilai harga sepadan
dari sebuah benda menurut adat kebiasaan. Kompensasi yang setara diukur dan
ditaksir oleh hal-hal yang setara tanpa ada tambahan dan pengurangan.
2). Tsaman al-Mitsal adalah harga jual barang dapat diterima secara umum
sebagai hal yang sepadan dengan barang yang dijual ataupun barang yang sejenis
lainnya di tempat dan waktu tersebut. Konsep harga adil menurut Ibnu Taimiyah
hanya terjadi pada pasar kompetitif, tidak ada pengaturan yang mengganggu
keseimbangan harga kecuali jika terjadi suatu usaha-usaha yang mengganggu
keseimbangan, yaitu kondisi dimana semua faktor produksi dugunakan secara
optimal dan tidak ada idle, dikarenakan harga pasar kompetitif merupakan
kecendrungan yang wajar. Jika masyarakat menjual barang dagangannya dengan
harga normal (kenaikan harga dipengaruhi oleh kurangnya persediaan barang
karena menurunnya supply barang), maka hal seperti ini tidak mengharuskan
adanya regulasi terhadap harga. Karena kenaikan harga tersebut merupakan
kenaikan harga yang adil dan berada dalam persaingan sempurna, tanpa unsur
spekulasi. (Islahi, 1997: 71) 4
b. Konsep Al-Hisbah
3
Taimiyah, Ibnu, 1993. Majmu‟ Fatawa, Vol. 29. Riyad: Matabi’ Riyad.
4
Islahi, A.A. , 1997. Konsepsi Pemikiran Ekonomi Ibnu Taimiyah. Surabaya: Bina Ilmu.
5
Shiddiqi, M. Nejatullah, 1996. Kegiatan Ekonomi dalam Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
10
1. Pengertian Al-Hisbah
Secara etimologi kata hisbah adalah masadar dari kata kerja (
حسبةberasal dari akar kata Bahasa Arab ٌ( حسب – حسبyang berarti menghitung
dan membilang. Hisbah juga mempunyai pengertian upah, balasan dan pahala
yang diharapkan dari Allah swt. Di samping itu, hisbah juga berarti
pengaturan yang baik. Secara terminologi, “Ibn Tamiyah mendefinisikan
Hisbah merupakan lembaga yang mempunyai wewenang untuk menegakan
amr ma‟ruf nahy munkar yang bukan termasuk wewenang umara
(pengusaha), qadha, dan wilayah al- mazalim”.
“ Ibn Kaldun menyatakan hisbah merupakan institusi keagamaan yang
termasuk bagian dari amar ma‟ruf nahy mungkar yang melakukan kewajiban
bagi seluruh kaum muslimin”.
Dalam kamus Al- Hadi ila lughan al-arab, hisbah adalah tugas yang
dilakukan oleh negara untuk memastikan bahwah rakyat melakukan perintah
dan menjauhi larangan syara berkaitan dengan takaran dan timbangan yang
benar dan mengawasi jalanya jual beli untuk menghilangkan tiupan dan
sejenisnya. Petugasnya dinamakan dengan muhtasib atau sahib as-suq
(pengawas pasar).6
7
Rozalinda, Ekonomi Islam, : Teori dan Aplikasinya Pada Aktivitas Ekonomi (Jakarta: PT RajaGrafindo
persada, 2014), h .179
11
secara rutin mengawasi harga, ukuran, takaran dan timbangan yang berlaku di
pasar,
2. Mengawasi jual beli terlarang Pengawas pasar mengawasi jual beli barang
dan jasa yang dilaramg syariat, baik terlarang karena zatnya maupun terlarang
karena jual beli tersebut menggunakan akad yang menyimpang dari ajaran
Islam.
3. Mengawasi standar kehalalan, kesehatan, dan kenyaman pasar Pengawas
pasar harus melakukan quality atas barang-barang yang beredar di pasar.
pengawas pasar adalah petugas lapangan yang mengawasi kehalalan dan
kesehatan berbagai komoditas yang diperdagangan di pasar.
4. Pengaturan pasar Pengawas pasar bertugas mengatur keindahan dan
kenyaman pasar, pengawas pasar mengatur pedagang untuk tidak mendirikan
tenda atau bangunan yang tidak mengakibatkan jalan-jalan umum dan pasar
menjadi sempit dan sumpek, pedagang meletakan barang dagangan yang
menghalanggi kelancaran lalu lintas. Pengawas pasar juga mengatur tata letak
pasar sehingga pengawas pasar lebih mudah melakukan pengawasn pasar.
5. Mengatasi persengketaan dan ketidakadilan antara sesama pedagang, antara
pedagan dan pembeli baik menyangkut utang piutang maupun harga
6. Melakukan intervensi pasar dan harga. Pengawas pasar adalah petugas
pemerintah yang mememliki otoritas melakukan intervensi pasar dan harga
dalam keadaan dan alasan-alasan tertentu, misalnya, tingginya hatga-harga
yang diakibatkan kelangkaan barang karena penimbunan barang oleh para
spekulan, ia dapat mengambil kebijakan strategis yang dapat memulikan pasar
kembali. Menurut kesepakatan ahli fiqih, wewenang al-hisbah meliputi
seluruh pelanggaran terhadap prinsip amar ma‟ruf nahi mungkar, diluar
wewenang qadhi (peradilan) baik yang berkaitan dengan esensi dan
pelaksanaan ibadah maupun meyangkut adiqah. Termasuk juga muamalah,
termasuk penipuan dalam jual beli yang meliputi pengurangan timbangan,
penipuan kualitas barang, pelangaran susila, sikap sewenang- wenang dalam
mempergunakan hak tanpa mempertimbangankan kepentingan orang lain.
Lalu menyangkut persoalan ibadah, seperti sikap mengagungkan makhluk
Allah melebihi keagungan Allah SWT, melaukan perbuatan syirik, takhyul,
dan khurapa, serta perbuatan-perbuatan lain yang mengarah kepada sirik.8
12
muat dipasar. Secara khusus, Ibn Taimiyah menjelaskan fungsi ekonomi
pengawas pasar adalah:
a. Memastikan tercukupnya kebutuhan bahan pokok, pengawas pasar harus
selalu mengecek ketersediaan barang-barang kebutuhan pokok. Dalam kasus
ini, terjadi kecurangan dalam penyediaan kebutuhan jasa pengawas pasar
memiliki kekuasaan dalam kapasitasnya sebagai institusi negara untuk
memenuhi kebutuhan itu secara langsung
b. Pengawasan terhadap industri. Dalam isdustri, tugas utama pengawas pasar
adalah mengawasi standardisasi produk. Ia juga mempunyai otoritas
menjatuhkan sanksi terhadap industri yang merugiksn konsumen.
c. Pengawasan terhadap jasa, pengawas pasar mempunyai wewenang untuk
mengecek apakah dokter, ahli bedah, dan sebagainya telah melaksanakan
tugasnya secara baik atau belum
d. Pengawasan atas perdagangan. Muntasib harus mengawasi pasar secara
umum, mengawasi takaran, timbangan dan ukuran, serta kualitas produk.
Menjamin seorang pedagang dan agenya untuk tidak melakukan kecurangan
kepada konsumen atas barang daganganya, menjamin para pedagang tidak
melaukan praktik dagang yang mengandung riba. Pengawas pasar harus
mengecek pencegatan supply barang dagangan, seperti praktik dagang talaqy
ruqban dan hadhir libad yang secara nyata merugikan konsumen. Dalam
masalah penimbunan barang juga menjadi wewenang pengawas pasar, ia
harus menetapkan harga barang-barang yang ditimbun dan dapat memaksa
pedagang untuk menjual barang dagangan sesuai dengan tingkat harga
sebelum terjadi penimbunan9
2. Fungsi Sosial
3. Fungsi Moral
10
Rozalinda, Ekonomi Islam, Teori dan Aplikasinya Pada Aktivitas Ekonomi (Jakarta: PT RajaGrafindo
persada,2014), h .181
13
kecurangan, ihktiar, riba, pemaksaan, dan sewenang-wenangan menjatuhkan
hukuman. Pengawas pasar boleh menjatuhkan hukuman terhadap berbagai
pelanggaran kejahatan yang terjadi di pasar. Hukuman yang dijatuhkan adalah
hukuman ta‟zir. Dalam pelaksanaan hukuman pengawas pasar harus
memperhatikan sesuainya hukuman tersebut dengan maqashid syariah.
Pengawas pasar harus mempertimbangkan bahwah dengan hukuman tersebut
pelaku pelanggaran bisa jera dan tidak mengukanginya lagi. Oleh sebab itu,
pengawas pasar bebas memilih hukuman yang akan dijatuhkan terhadap
pelaku pelanggaran mulai dari hukuman yang paling ringan sampai hukuman
yang paling berat, mulai dari pemberian perinagtan, ajakan, ancaman, celaan,
pukulan, dan hukuman penjara.11
11
Rozalinda, Ekonomi Islam, Teori dan Aplikasinya Pada Aktivitas Ekonomi (Jakarta: PT RajaGrafindo
persada,2014), h. 183
12
Nur Chamid, Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010), Cet. 1.,
hlm, 164.
13
Ibnu Taimiyah, Majmu’ Fatawa Syaikh al Islam, (Riyadh: Matabi’ al Riyadh, 1963), Vol. 8 hlm, 583.
14
Ibnu Taimiyah menyebutkan dua sumber persediaan, yakni produksi lokal
dan import barang-barang yang diminta (ma yukhlaq aw yujlab min dzalik al-mal
al-matlub). Untuk menggambarkan permintaan terhadap barang tertentu, ia
mengguanakan istilah raghbah fi al-syai yang berarti hasrat terhadap sesuatu,
yakni barang. Hasrat merupakan salah satu faktor terpenting dalam permintaan,
faktor lainnya adalah pendapatan yang tidak disebutkan oleh Ibnu Taimiyah.
Perubahan dalam supply digambarkannya sebagai kenaikan atau penurunan dalam
persediaan barang-barang, yang disebabkan oleh dua faktor, yakni produksi lokal
dan impor.14
14
Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2006),
Ed. 3., hlm. 364-365.
15
Abdullah, Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hlm. 262-263.
15
Mekanisme harga adalah proses yang berjalan atas dasar gaya tarik
menarik antara konsumen dan produsen baik dari pasar output (barang) ataupun
input (faktor-faktor produksi). Adapun harga diartikan sebagai sejumlah uang
yang menyatakan nilai tukar suatu unit benda tertentu.16
Ada dua tema yang sering kali ditemukan dalam pembahasan Ibnu
Taimiyah tentang masalah harga, yakni kompensasi yang setara atau adil (‘iwad
al-mitsl) dan harga yang setara/adil (tsaman al-mitsl). Dia berkata; “Kompensasi
yang setara akan diukur dan ditaksir oleh hal-hal yang setara, dan itulah esensi
dari keadilan (nafs al-‘adl)”.17
Definisi harga yang adil juga bisa diambil dari konsep Aquinas yang
mendefinisikan nya dengan harga kompetitif normal. Yaitu harga yang berada
dalam persaingan sempurna yang disebabkan oleh supply dan demand, tidak ada
unsur spekulasi.
16
Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta : Pustaka Asatruss, 2005), Cet.1, , hlm. 167.
17
Ibnu Taimiyah, Majmu’.., Op.Cit., Vol. 29, hlm. 521.
18
Herianto, Didin Hafidhuddin, Irfan Syauqi Beik, Analisis Pengawasan Ekonomi al-Hisbah dan Komisi
Pengawas dan Perannya dalam Persaingan Usaha, Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 10, No.1, hlm. 68-85.
19
Ibid, Herianto, Didin Hafidhuddin, Irfan Syauqi Beik, hlm. 82-83.
16
Fungsinya al-Hisbah dalam Kegiatan Ekonomi:20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
20
Ibid, Herianto, Didin Hafidhuddin, Irfan Syauqi Beik, hlm. 73-74.
17
Berdasarkan paparan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Pemikiran Ibnu Taimiyah menawarkan solusi kepada Negara, yaitu
hendaknya menjadi supervisor moralitas pembangunan untuk menyadarkan
rakyatnya bahwa betapa pentingnya norma moral dan nilai etika sebagai asas
pembangunan dan dapat mewujudkannya dalam kehidupan perekonomian.
Hasil pemikiran seorang Ibnu Taimiyah sebenarnya tidaklah terbatas
hanya pada persoalan ekonomi saja, lebih dari itu mencakup sebagian aspek
kehidupan dalam Negara dan agama.Tapi dalam pembahasan kali ini, hanya
mengedepankan aspek ekonomi. Seperti konsep harga adil menurut Ibnu
Taimiyah, yaitu: “Nilai harga dimana orangorang menjual barangnya dan diterima
secara umum sebagai hal yang sepadan dengan barang yang dijual ataupun
barang-barang yang sejenis lainnya di tempat dan waktu tertentu ”.
Didalam pembahasan harga yang adil, ada dua bagian yaitu: Iwadh al-
Mitsl dan Tsaman al-Mitsal Konsep harga adil menurut Ibnu Taimiyah hanya
terjadi pada pasar kompetitif,dikarenakan harga pasar kompetitif merupakan
kecendrungan yang wajar.
Ibnu Taimiyah sangat menghargai adanya mekanisme harga. Karena itu,
ia menyetujui jika pemerintah tidak melakukan intervensi harga selama
mekanisme pasar berjalan secara sempurna. Dengan kata lain, kurva permintaan
dan penawaran bertemu tanpa ada campur tangan yang lain, atau terjadinya
perubahan harga karena perubahan penawaran dan permintaan Akan tetapi,
apabila perubahan harga bukan dikarenakan perubahan penawaran dan permintaan
secara alamiah, maka dalam hal ini pemerintah boleh melakukan intervensi
harga.al-Hisbah dalam aktifitas ekonomi ini melakukan kontroling terhadap
pelaksanaan dan pembangkangan terhadap Syariah. Juga sebagai wadah bagi
masyarakat yang mengadukan permasalahan-permasalahan ekonomi.
3.2 Saran
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini tidak sempurna dan masih
banyak yang harus diperbaiki, oleh karena itu, penulis mohon saran dan kritikan
yang membangun dari pembaca, agar untuk dikemudian hari penulis dapat
menyusun makalah yang lebih baik lagi, semoga makalah ini bermanfaat untuk
semua pihak.
DAFTAR PUSTAKA
Thaha, Ahmadie. Ibnu Taimiah Hidup dan Pemikirannya. Surabaya: Bina Ilmu
Offset.2007.
18
Islahi, A.A. ,Konsepsi Pemikiran Ekonomi Ibnu Taimiyah. Surabaya: Bina
Ilmu.1997.
Amalia, Euis. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dari masa klasik hingga
kontemporer. Jakarta : Pustaka Asatruss. 2005.
19