Anda di halaman 1dari 24

BAB 2 TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1  Sejarah Singkat PT.PLN (Persero) Wilayah Sumbar Cabang Padang

Kelistrikan di kota Padang dimulai pada tahun 1952 dengan didirikannya

Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Simpang Haru yang memiliki daya

terpasang 2 x 772 kW pada awalnya. Pengelolaan PLTD Simpang Haru dibawah

PLN Cabang Padang. Pada tahun 1963 ditambah lagi pemasangan diesel 2 x 1

MW di PLTD Simpang Haru. Pada tahun 1968 ditambah lagi pemasangan diesel

di PLTD Simpang Haru 1 x 900 kW.

Peraturan pemerintah No. 18 / 1972 Perusahaan Listrik berubah menjadi

Perum. Pada tahun 1973 ditambah lagi pemasangan diesel di PLTD Simpang Haru

1 x 1240 kW. Pada tahun 1975 ditambah lagi pemasangan 1 unit diesel di PLTD

Simpang Haru 1 x 2430 kW. Pada tahun 1977 ditambah 2 unit diesel di PLTD

Simpang Haru 2 x 2520 kW.

Pada tahun 1978 ditambah lagi 2 unit diesel di PLTD Simpang Haru 2 x

40kW. Pada tahun 1982 dibangun Pembangkit Listrik Tenaga gas (PLTG) Pauh

Limo Alsthom I, II dengan daya terpasang 2 x 23,5 kW. Pada tahun 1983

berdirinya PLN Sektor Padang dan pemindahan PLTD Simpang Haru dibawah

PLN Cabang Padang menjadi asset PLN Sektor Padang dibawah PLN Wilayah

III, sebagai kepala PLN Sektor Padang Pertama adalah Ir. Abimanyu Suyoso.

Pada tanggal 12 Maret 1983 beroperasinya PLTG Pauh Limo, Alsthom I &

II SUTM 20 kV Pauh Limo-PLTD Simpang Haru, SUTM 20 kV Pauh Limo

Indarung  dan GI / 6 kV Indarung (khusus untuk pelayanan PT. Semen

Padang). Pada tanggal 26 Mei 1983 peresmian instalasi peralatan pembangkit dan


penyaluran energi listirk PLN (Persero) Sektor Padang oleh Presiden RI Soeharto.

Pada tanggal 14 September 1983 peresmian SUTT 150 kV Maninjau-Pauh Limo

(4 x 17 MW). Pada tanggal 12 Februari 1986 Pengoperasian GH Simpang Haru

dan Bulan April 1986 pengoperasian SUTT 150 kV Pauh Limo-Ombilin / Salak

beserta GI Solok dan GI Ombilin / Salak.

Pada bulan juli 1988 pelaksanaan pengoperasian GI Indarung 150 kV.

Pada tanggal 26 Desember 1990 penggantian kepala PLN Sektor Padang dari Ir.

Abimanyu Suyoso kepada Ir. Suharso. Pada tahun 1993 penambahan Pembangkit

Listrik Tenaga Gas (PLTG) sebanyak 2 unit general elektrik dengan kapasitas 30

MW per-unit, lokasinya Pauh Limo. Peraturan pemerintah No.23 / 1994 tanggal

16 Juni 1994 tentang pengalihan Perusahaan Umum Listrik Negara menjadi PT.

PLN (Persero) dengan akte notaries Sutjipto, SH No. 169 tanggal 30 Juni 1994 di

Jakarta. Pada tanggal 5 Agustus 1994 dilaksanakan penambahan 1 unit Alsthom

PLTG Pauh Limo (Relokasi dari Tambak Lorok Semarang) dengan kapasitas 21,3

MW dan pengoperasian unit general elektrik I & II dengan daya terpasang 2 x 34

MW. Pada tahun 1995 pemindahan kantor PT.PLN (Persero) Sektor Padang dari

komplek PLTG Pauh Limo ke kantor baru Jl. By Pass km 6 Lubuk Begalung

Padang.

Pada tanggal 6 April 1995 penggantian kepala PT. PLN (Persero) Sektor

Padang dari Bapak Ir. Suharso kepada Ir. Purwoko berdasarkan surat keputusan

direksi PT. PLN (Persero) Pusat No. 005. K/023/DIR/1994 tanggal 12 Februari

1994 tentang perubahan struktur organisasi PT. PLN (Persero) Wilayah III

Sumbar Riau Sektor Padang Pola VII kelas II. Keputusan direksi PT. PLN

(Persero) No. 118.K/023/DIR/ tanggal 18 November 1996, tentang penetapan


tingkat unit pelaksana induk PT. PLN (Persero) Kitlur Sumbagsel. Keputusan

direksi PT. PLN (Persero) No. 112.K/023/DIR/1996 tanggal 18 November 1996

tentang penetapan unit administrasi yang masuk dalam lingkup PT.PLN (Persero)

Sumbagsel.  Pada tahun 1997 dibangun Gardu induk Padang Industrial Park yang

interkoneksi dengan gardu induk Pauh Limo dan Gardu Induk Lubuk Alung.

Selanjutnya pada tahun 2000 Gardu Induk Padang Industrial Park diresmikan

untuk operasi melayani kebutuhan industri dan penerangan disekitar wilayah

Padang Industrial Park dengan daya terpasang 20 MVA. Instalasi yang dikelola

PT. PLN (Persero) Sektor Padang yang pada awal berdirinya terdiri dari 10 unit

PLTD (Simpang Haru) dengan total daya terpasang 15,50 MW. Selanjutnya

instalasi pembangkitan dan penyaluran yang semula dikelola Cabang Padang

diserahkan pengelolaannya ke PLN Sektor Padang dengan unit asuh:

1. Unit PLTD Simpang Haru

2. Unit PLTG Pauh Limo

3. Unit Tragi Padang

4. Unit Tragi Solok

Kemudian Kitlur Sumbagsel pecah menjadi P3B Sumatera UPT Padang

berdasarkan SK. Direksi No. 021.K/010/DIR/2005 tanggal 27 Januari 2005

tentang Organisasi PT PLN (Persero) Penyaluran Dan Pusat Pengatur Beban

Sumatera Unit Pelayanan Transmisi Padang yang diberlakukan tanggal 1 Mei

2005, dengan unit asuh:

1. Tragi Padang.

2. Tragi Solok.

3. Tragi Padang Luar.

4. Tragi Payakumbuh.
5. Tragi Kiliran Jao.

6. Tragi Garuda Sakti.

2.2 Strukutur Organisasi PT. PLN (Persero) Wilayah Sumbar Cabang

Padang Manager membawahi :

A.    Asisten Manajer Enginering membawahi:

a.       AM Rencana dan Evaluasi Operasi.

b.      AM Rencana dan Evaluasi Pemeliharaan Saluran.

c.       AM Rencana dan Evaluasi Pemeliharaan Gardu Induk.

d.      AM Kinerja dan Sistem Informasi.

e.       AM K3, Lingkungan Hidup dan Diklat.

f.       AM Pengukuran dan Proteksi.

g.      Juru Utama Teknik.

h.      Juru Administrasi Teknik.

B.     Asisten Manajer Operasi dan Pemeliharaan membawahi:

1. Kepala Seksi Pembinaan Operasi.

2. Kepala Seksi Pemeliharaan SUTT dan Sipil.

3. Kepala Seksi Pemeliharaan Relay dan Kontrol.

4. Kepala Seksi Pemeliharaan Gardu Induk.

5. Kepala Seksi Pemeliharaan Meter dan Telkom.

C.     Asisten Manajer Keuangan, Administrasi dan SDM membawahi :

a.       Kepala Seksi Sekretariat dan Umum.

b.      Kepala Seksi Kepegawaian.

c.       Kepala Seksi Anggaran dan Keuangan.

d.      Kepala Seksi Akuntansi.


e.       Kepala Seksi Perbekalan.

D.    Kepala TRAGI yang terdiri dari 6 TRAGI yaitu:

1.      TRAGI Padang.

2.      TRAGI Solok.

3.      TRAGI Padang Luar.

4.      TRAGI Payakumbuh.

5.      TRAGI Kiliran Jao.

6.      TRAGI Garuda Sakti.

Dimana masing-masing kepala TRAGI membawahi:

1.      Supervisor Operasi.

2.      Supevisor Pemeliharaan.

3.      Supervisor Tata Usaha.

C.    Tugas Pokok.

Tugas pokok yang dibebankan pada Pengukuran dan proteksi :

1.  Menyeleggarakan pengoperasian dan pemeliharaan kWh meter sesuai

pedoman dan petunjuk.

2.     Membuat usulan dan Rencana Anggaran Operasi dan Anggaran Investasi.

3.     Melakukan pembinaan SDM dalam rangka terjaminya pelayanan tenaga

listrik yang optimal kepada konsumen untuk mencapai Visi dan Misi

Perusahaan PT. PLN (Persero) Wilayah Sumbar Cabang Padang. sebagai

berikut :

a.       Visi antara lain :

1)      Mempertahankan posisi sebagai market leader.

2)      Mewujudkan perusahaan sejajar kelas dunia.

3)      SDM yang Profesional.


4)      Aktivasi usaha akrab lingkungan.

b.      Misi antara lain :

1)      Memberikan konstribusi dalam pembangunan nasional.

2)      Melakukan usaha sesuai kaidah ekonomi sehat.

3)      Menjaga kualitas produk.

4)      Memuaskan pelanggan.

BAB III TINJAUAN UMUM GARDU INDUK

3.1 Pengertian Gardu Induk

Gardu Induk merupakan sub sistem dari sistem penyaluran (transmisi) tenaga listrik,

atau merupakan satu kesatuan dari sistem penyaluran (transmisi). Penyaluran

(transmisi) merupakan sub sistem dari sistem tenaga listrik. Berarti, gardu induk

merupakan sub-sub sistem dari sistem tenaga listrik. Sebagai sub sistem dari sistem

penyaluran (transmisi), gardu induk mempunyai peranan penting, dalam

pengoperasiannya tidak dapat dipisahkan dari sistem penyaluran (transmisi) secara

keseluruhan.Mentransformasikan daya listrik :

 Dari tegangan ekstra tinggi ke tegangan tinggi (500 KV/150 KV).

 Dari tegangan tinggi ke tegangan yang lebih rendah (150 KV/ 70 KV).

 Dari tegangan tinggi ke tegangan menengah (150 KV/ 20 KV, 70 KV/20 KV).

 Dengan frequensi tetap (di Indonesia 50 Hertz).


Untuk  pengukuran, pengawasan operasi serta pengamanan dari sistem tenaga listrik.

Pengaturan pelayanan beban ke gardu induk-gardu induk lain melalui tegangan tinggi

dan ke gardu distribusi-gardu distribusi, setelah melalui proses penurunan tegangan

melalui penyulang-penyulang (feeder- feeder) tegangan menengah yang ada di gardu

induk. Untuk sarana telekomunikasi (pada umumnya untuk internal PLN), yang kita

kenal dengan istilah SCADA.

3.2 Jenis Gardu Induk

Jenis Gardu Induk bisa dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu :

 Berdasarkan besaran tegangannya.

 Berdasarkan pemasangan peralatan

 Berdasarkan fungsinya.

 Berdasarkan isolasi yang digunakan.

 Bedasarkan sistem (busbar).

Dilihat dari jenis komponen yang digunakan, secara umum antara GITET dengan GI

mempunyai banyak kesamaan. Perbedaan mendasar adalah :

Pada GITET transformator daya yang digunakan berupa 3 buah tranformator daya

masing – masing 1 phasa (bank tranformer) dan dilengkapi peralatan rekator yang

berfungsi mengkompensasikan daya rekatif jaringan, Sedangkan pada GI (150 KV, 70

KV) menggunakan Transformator daya 3 phasa dan tidak ada peralatan reaktor.

Berdasarkan besaran tegangannya, terdiri dari :

 Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (GITET) 275 KV, 500 KV.

 Gardu Induk Tegangan Tinggi (GI) 150 KV dan 70 KV.

 
 3.2.1 Berdasarkan Pemasangan Peralatan

A. Gardu Induk Pasangan Luar :

Adalah gardu induk yang sebagian besar komponennya di tempatkan di luar

gedung, kecuali komponen kontrol, sistem proteksi dan sistem kendali serta komponen

bantu lainnya, ada di dalam gedung. Gardu Induk semacam ini biasa disebut dengan

gardu induk konvensional.

Sebagian besar gardu induk di Indonesia adalah gardu induk konvensional. Untuk

daerah-daerah yang padat pemukiman dan di kota-kota besar di Pulau Jawa, sebagian

menggunakan gardu induk pasangan dalam, yang disebut Gas Insulated Substation atau

Gas Insulated Switchgear (GIS).

B. Gardu Induk Pasangan Dalam :

Adalah gardu induk yang hampir semua komponennya (switchgear, busbar,

isolator, komponen kontrol, komponen kendali, cubicle, dan lain-lain) dipasang di

dalam gedung. Kecuali transformator daya, pada umumnya dipasang di luar gedung.

Gardu Induk semacam ini biasa disebut Gas Insutaled Substation (GIS).

GIS merupakan bentuk pengembangan gardu induk, yang pada umumnya

dibangun di daerah perkotaan atau padat pemukiman yang sulit untuk mendapatkan

lahan.

Beberapa keuanggulan GIS dibanding GI konvensional :

1. Hanya membutuhkan lahan seluas ± 3.000 meter persegi atau ± 6 % dari luas

lahan GI konvensional.

2. Mampu menghasilkan kapasitas daya (power capasity) sebesar 3 x 60 MVA

bahkan bisa ditingkatkan sampai dengan 3 x 100 MVA.


3. Jumlah penyulang keluaran (output feeder) sebanyak 24 penyulang (feeder)

dengan tegangan kerja masing-masing 20 KV.

4. Bisa dipasang di tengah kota yang padat pemukiman.

5. Keunggulan dari segi estetika dan arsitektural, karena bangunan bisa didesain

sesuai kondisi disekitarnya.

C. Gardu Induk kombinasi pasangan luar dan pasangan dalam :

Adalah gardu induk yang komponen switchgear-nya ditempatkan di dalam gedung

dan sebagian komponen switchgear ditempatkan di luar gedung, misalnya gantry (tie

line) dan saluran udara tegangan tinggi (SUTT) sebelum masuk ke dalam switchgear.

Transformator daya juga ditempatkan di luar gedung.

3.2.2. Berdasarkan fungsinya :

A. Gardu induk penaik teganggan

Adalah gardu induk yang berfungsi untuk menaikkan tegangan, yaitu tegangan

pembangkit (generator) dinaikkan menjadi tegangan system. Gardu induk ini berada

di lokasi pembangkit tenaga listrik.Karena output voltage yang dihasilkan

pembangkit listrik kecil dan harus disalurkan pada jarak yang jauh, maka dengan

pertimbangan efisiensi, tegangannya dinaikkan menjadi tegangan ekstra tinggi atau

tegangan tinggi.

B. Gardu induk penurun tegangan :

Adalah gardu induk yang berfungsi untuk menurunkan tegangan, dari tegangan

ekstre tinggi menjadi tegangan tinggi, dan tegangan tinggi menjadi tegangan rendah
(menegah) atau tegangan distribusi. Gardu induk terletak di daerah pusat-pusat

beban, karena di gardu induk inilah pelanggan (beban) dilayani.

C. Gardu induk pengatur tegangan :

Pada umumnya gardu induk jenis ini terletak jauh dari pembangkit tenaga listrik.

Karena listrik disalurkan sangat jauh, maka terjadi tegangan jatuh (voltage drop)

transmisi yang cukup besar.Oleh kerena itu dibutuhkan alat penaik tegangan seperti

bank capasitor, sehingga tegangan kembali dalam keadaan normal.

D. Gardu induk pengatur beban :

Berfungsi untuk mengatur beban. Pada gardu induk ini terpasang beban motor, yang

pada saat tertentu menjadi pembangkit tenaga listrik, motor berubah menjadi

generator dan suatu saat generator menjadi motor atau menjadi beban. Dengan

generator berubah menjadi motor yang memompakan air kembali ke kolam utama.

E. Gardu distribusi :

Gardu induk yang menyalurkan tenaga listrik dari tegangan system ke tegangan

distribusi. Gardu induk ini terletak di dekat pusat-pusat beban.

3.2.3. Berdasarkan system Rel ( Busbar) :

Rel (Busabar) merupakan titik hubungan pertemuan (connecting) antara

transformator daya, SUTT/SKTT dengan komponen listrik lainnya, untuk menerima

dan menyalurkan tenaga listrik. berdasarkan system rel (busbar) gardu induk dibagi

menjadi beberapa jenis, sebagaimana tersebut di bawah ini :

A. Gardu induk system rel busbar :


Adalah gardu induk yang busbarnya berbentuk ring. Pada gardu induk ini, semua

busbar yang ada tersambung satu dengan lainnya dan berbentuk ring (cincin)

B. Gardu induk system single busbar :

Adalah gardu induk yang mempunyai satu (single) busbar.Pada umumnya gardu

system ini adalah gardu induk yang berada pada ujung (akhir) dari suatu sitem

transmisi. Single line diagram gardu system single busbar.

C. Gardu induk system double busbar :

Adalah gardu induk yang mempunyai dua (double) busbar.Gardu induk system

double busbar sangat efektif untuk mengurangi terjadinya pemadaman beban,

khususnya pada saat melakukan perubahan system (maneuver system). Jenis gardu

induk ini pada umumnya yang banyak digunakan. Single line diagram gardu induk

system double busbar.

D. Gardu induk system satu setengah (on half) busbar :

Adalah gardu induk yang mempunyai dua (double) busbar.Pada umumnya gardu

induk jenis ini dipasang pada gardu induk di pembangkit tenaga listrik atau gardu

induk yang berkapasitas besar.Dalam segi operasional, gardu induk ini sangat efektif,

karena dapat mengurangi pemadaman beban pada saat dilakukan perubahan system

( maneuver system).Sistem ini menggunakan 3 buah PMT dalam satu diagonal yang

terpasang secara deret (seri). Gambar single line diagram.

3.3. KOMPONEN (BAGIAN-BAGIAN) SIPIL DAN MEKANIKAL GARDU

INDUK

1. Komponen sipil dan mekanikal pada switch yard.

A. Pondasi (tempat dudukan) peralatan :


 Tranformator daya.

 Circuit breaker (CB)

 Disconnecting switch (DS)

 Capasitor voltage transformator (CVT)

 Current transformator (CT)

 Linghtning arrester (LA)

 Potential transformator (PT)

 Potential Device (PD)

B. Got kabel (cable duct) :

Adalah tempat peletakan kabel yang menghubungkan antara peralatan di switch

yard, maupun antara peralatan d switch yard dengan peralatan di gedung control. Jenis

(dimensi) kabel duct : D-250, D-300, D-400, D-600, D-900, D-120 dan D-1500,

trgantung kebutuhan.

C. Komponen mekanikal :

 Serandang, terdiri dari : Serandang peralatan, serandang post, serandang beam.

 Rak kabel dan plat bordes untuk penutup got kabel.

 Pager keliling GI.

D. Komponen sipil gedung control :

 Ruang peralatan control (kendali) dan ruang cubicle.

 Ruang oprator dan Ruang kantor GI.

 Ruang relay.

 Ruang komunikasi.

 Ruang battery.
 Pondasi peralatan (panel relay, penel control, cubicle, dan lain-lain).

 Got kabel (cable duct).

E. Komponen mekanikal :

 Air conditioning (AC).

 Rak kabel yang dijadikan sebagai penempatan kabel, yang menghubungkan

antara peralatan yang ada di switch yard dengan komponen yang ada di gedung

control.

3.4. KOMPONEN (BAGIAN-BAGIAN) LISTRIK GARDU INDUK

3.4.1. SWITCH YARD (SWITCHGEAR) :

Switch yard adalah bagian dari gardu induk yang dijadikan sebagai tempat peralatan

komponen utama gardu induk.Jika komponen utama gardu induk terpasang di area

terbatas dan di dalam gedung maka disebut switchgear.


3.4.2. TRANSFORMATOR DAYA :

Transformator berfungsi untuk mentranformasikan daya listrik, dengan merubah

besarnya tegangan sedangkan frequensinya tetap.Transformator daya dilengkapi

dengan trafo pentanahan yang berfungsi untuk mendapatkan titiknetral dari trafo

daya. Peralatan ini disebut Neutral Current Transformator (NCT), perlengkapan

lainnya adalah pentanahan trafo yang disebut, Neutral Grounding Resistance (NGR).

3.4.3. NEUTRAL GROUNDING RESISTANCE (NGR) :


Neutral Grounding Resistance (NGR) adalah komponen yang dipasang antara titik

netral trafo dengan pentanahan. Neutral Grounding Resistance (NGR) berfungsi

untuk memperkecil arus gangguan yang terjadi.

1. CIRCUIT BREAKER (CB) :

Circuit breaker adalah peralatan pemutus, yang berfungsi untuk memutus rangkaian

listrik dalam keadaan berbeban. Circuit breaker (CB) dapat dioperasikan pada saat

jaringan dalam kondisi normal maupun pada saat terjadi gangguan. Kerena pada saat

bekerja, CB mengeluarkan (menyebabkan timbulnya) busur api, maka pada CB

dilengkapi dengan pemadam busur api.

Pemadam busur api berupa:

 Minyak (OCB)

 Udara (ACB)

 Gas (GCB)

2. DISCONNECTING SWITCH (DS) :


Disconnecting switch (DS) adalah perlatan pemisah, yang berfungsi untuk

memisahkan rangkaian listrik dalam keadaan tidak berbeban. Kerena DS hanya

dapat dioperasikan pada saat kondisi tdak berbeban, maka yang harus dioperasikan

terlebih dahulu adalah CB. Setelah rangkaian diputus oleh CB, baru DS

dioperasikan. Dalam GI, DS terpasang di :

 Transformator bay (TR Bay)

 Transmission Line Bay (TL Bay)

 Busbar

 Bus Couple

3. LIGHTNING ARRESTER (LA) :


Lightning arrester (LA) berfungsi untuk melindungi (pengaman) peralatan listrik di

gardu dari tegangan lebih akibat terjadinya sambaran petir (lightning surge) pada

kawat transmisi, maupun disebabkan oleh surya hubung (switching surge). Dalam

keadaan normal (tidak terjadi gangguan) LA bersifat isolatif atau tidak bisa

menyalurkan arus listrik. Dan sebaliknya apabila terjadi gangguan LA akan bersifat

konduktif atau menyalurkan arus listrik ke bumi.

4. CURRENT TRANSFORMATOR (CT) :


Current transformator (CT) berfungi untuk merubah besaran arus, dari arus yang

besar ke arus yang kecil. Atau memperkecil besaran arus listrik pada system tenaga

listrik, menjadi arus untuk system pengukuran dan proteksi.

5. POTENTIAL TRANSFORMATOR (PT) :

Potential transformator (PT) berfungsi untuk merubah besaran tegangan dari

tegangan tinggi ke tegangan rendah atau memperkecil besaran tegangan listrik pada

system tenaga listrik, menjadi besaran tegangan untuk pengukuran dan proteksi.

9. TRANSFORMATOR PEMAKAIAN SENDIRI (TPS) :

Transformator pemakaian sendiri (TPS) berfungsi sebagai sumber tegangan AC 3

Phasa 220/380 Volt. Digunakan untuk kebutuhan intern gardu induk, antara lain :

 Penerangan di switch yard, gedung control, halaman GI, dan sekeliling GI.

 Alat pendingin (AC) dan Rectifer.


 Pompa air dan motor-motor listrik.

6. REL BUSBAR :

Rel busbar berfungsi sebagai titik pertemuan/hubungan antara transformator daya,

SUTT, SKTT serta komponen listrik lainnya yang ada pada switch yaed.
Komponen Rel Busbar antara lain :

 Konduktor ( AAAC, HAL, THAL, BC, HDCC )

 Insulator string dan fitting ( insulator, tension clamp, suspension clamp, socket

eye,anchor sagkle, spacer )

11. GEDUNG KONTROL (CONTROL BUILDING) :

Gedung kontrol (control building) berfungsi sebagai pusat aktifitas pengoperasian

gardu induk. Pada gedung control inilah oprator bekerja mengontrol dan

mengoperasikan komponen-komponen yang ada pada gardu induk.


12. PANEL KONTROL :

Panel control berfungsi untuk mengetahui kondisi gardu induk dan merupakan pusat

kendali local gardu induk. Didalamnya berisi saklar, indicator-indikator, meter-

meter, tombol-tombol komando operasional PMT, PMS dan alat ukur besaran listrik,

serta announciator. Panel control berada satu rungan dengan tempat oprator kerja.

Panel control terdiri dari :

 Transmission line control panel.

 Transformator control panel.

 Fault recorder control panel.

 KWH meter dan Fault recorder panel.

 LRT control panel.

 Bus couple control panel.

 AC/DC control panel.

 Syncronizing control panel.

 Automatic FD switching panel.

 D/L control panel.

13. PANEL PROTEKSI :

Panel proteksi (protection panel/relay panel) berfungsi untuk memproteksi

(melindungi system jaringan gardu induk) pada saat terjadi gangguan maupun karena

kesalahan operasi. Didalam panel proteksi berisi peralatan-peralatan elektro dan

elektronik, dan lain-lain yang bersifat presisi. Setiap relay yang terpasang dan panel

proteksi, diberi nama relay sesuai fungsinya. Relay panel proteksi terdiri dari :

 Transmission line relay panel (relay panel TL)


 Transformator relay panel (relay panel TR)

 Busbar protection relay panel.

14. SUMBER DC GARDU INDUK :

Sumber DC (Baterry) berfungsi untuk menggerakkan peralatan control, relay

pengaman, motor penggerak CB, DS, dan lain-lain.Sumber DC ini harus selalu

terhubung dengan rectifier dan harus diperiksa secara rutin kondisi air, kebersihan

dan berat jenisnya.

15. PANEL AC/DC GARDU INDUK :

Panel DC/AC gardu induk adalah alat listrik yang berupa lemari pembagi. Didalam

panel DC/AC terpasang sakelar kecil atau fuse-fuse sebagai pembagi beban dan

pengaman dari instalasi yang terpasang pada gardu induk.

16. CUBICLE 20 KV (HV CELL 20 KV) :

Cubicle adalah switchgear untuk tegangan menengah (20 KV) yang berasal dari

output trafo daya, yang selanjutnya diteruskan ke konsumen melalui penyulang

(feeder) yang tersambung (terhubung) dengan Cubicle tersebut.Komponen dan

rangkaian cubicle antara lain :


Gambar: Peralatan dalam Cubicle close type

A. Compartemen Rell

Berfungsi sebagai tempat kedudukan busbar/rell. Dilengkapi dengan isolator

penyangga yang berfungsi untuk menyangga kedudukan rell agar kuat.

B. Compartemen  Lemari Control

Berfungsi sebagai pusat terminal control, sumber dc dan peralatan pendukung seperti

Ampermeter, Relay Proteksi, Kwhmeter tombol close/open dan juga pusat wirring

control. Panel ini sering disebut dengan lemari LV (Low Voltage) karena tegangannya

yang ada adalah tegangan rendah.

C. Pemisah Rell

Berfungsi untuk membuka dan menutup aliran listrik tanpa beban kontak penghubung

Pemisah Rell tidak  dilengkapi dengan media peredam busur api.


D. Pemutus Tenaga PMT/CB

Berfungsi untuk membuka dan menutup aliran listrik dalam keadaan berbeban atau

tidak berbeban, termasuk memutus pada saat terjadi gangguan hubung singkat.

Kontak penghubung PMT dilengkapi dengan media peredam busur api. Closing Coil

berfungsi menggerakkan mekanik untuk menghubung/close kontak utama PMT,

sedangkan tripyng coil berfungsi menggerakkan mekanik untuk membuka/open

kontak utama PMT. Motor berfungsi untuk mengisi pegas/spring charge mekanik

PMT yang siap dieksekusi closing coil/tripyng coil. Motor dalam PMT ada yang

sumber powernya AC 220 V atau ada juga yang menggunakan DC 110 V.

E. Pemisah Kabel

Berfungsi untuk membuka dan menutup aliran listrik tanpa beban, kontak

penghubung Pemisah cabel  tidak  dilengkapi dengan media peredam busur api.

F. Compartemen Kabel

Sebagai ruang tempat kedudukan cabel in door.

Anda mungkin juga menyukai