Tujuan :
1. Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada masalah-masalah yang
berhubungan dengan gangguan sistem reproduksi meliputi gangguan menstruasi, radang
panggul
2. Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasangan usia subur yang
berhubungan dengan infertilitas
3. Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada wanita klimakterium.
MATERI
I. MENSTRUASI
1. Definisi Menstruasi
Menstruasi adalah pengeluaran darah dari rahim perempuan sehat, yang lamanya adalah
3 - 6 hari dengan siklus berkisar 25-31 hari sekali, darah berwarna kecoklatan, dalam
satu hari dapat berganti pembalut dua kali. Terjadi karena penurunan kadar progesteron
yang mengakibatkan Ovum melepaskan telur yang disebut ovulasi.
2. Fisiologis menstruasi
Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus,
hipofisis, dan ovarium dengan perubahan-perubahan terkait pada jaringan sasaran
pada saluran reproduksi normal, ovarium memainkan peranan penting dalam proses
ini, karena bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan-perubahan siklik
maupun lama siklus menstruasi. Ovarium menghasilkan hormon steroid, terutama
estrogen dan progesteron. Beberapa estrogen yang berbeda dihasilkan oleh folikel
ovarium, yang mengandung ovum yang sedang berkembang dan oleh sel-sel yang
mengelilinginya.
Estrogen ovarium yang paling berpengaruh adalah estradiol. Estrogen
bertanggung jawab terhadap perkembangan dan pemeliharaan organorgan
reproduktif wanita dan karakteristik seksual sekunder yang berkaitan dengan wanita
dewasa. Estrogen memainkan peranan penting dalam perkembangan payudara dan
dalam perubahan siklus bulanan dalam uterus. Progesteron juga penting dalam
mengatur perubahan yang terjadi dalam uterus selama siklus menstruasi. Progesteron
merupakan hormon yang paling penting untuk menyiapkan endometrium yang
merupakan membran mukosa yang melapisi uterus untuk implantasi ovum yang telah
dibuahi. Jika terjadi kehamilan sekresi progesteron berperan penting terhadap
plasenta dan untuk mempertahankan kehamilan yang normal.
3. Hormon yang berpengaruh pada Siklus Menstruasi
1) GnRh
Hormon ketiga yang memengaruhi proses menstruasi adalah hormon pelepas
gonadotropin atau biasa disingkat dengan GnRh. Hormon pelepas gonadotropin
ini diproduksi otak dan bermanfaat untuk mendorong tubuh untuk membuat
hormon FSH serta hormon LH.
2) FSH
Sama halnya dengan hormon LH, FSH juga dapat diproduksi akibat rangsangan
yang diberikan oleh hormon pelepas gonadotropin pada tubuh. Lebih tepatnya,
kelenjar pituitari yang merupakan bagian bawah dari otak adalah bagian tubuh
yang memproduksi hormon ini.
Fungsi dari hormon ini adalah untuk membantu ovum atau sel telur dalam
ovarium menjadi matang dan kemudian siap dilepaskan kembali. Dengan begitu,
tubuh wanita kembali memasuki masa kesuburan dan dapat dibuahi oleh sperma
atau mengulang siklus menstruasi.
3) LH
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, hormon LH ini dapat diproduksi akibat
rangsangan yang diberikan oleh hormon gonadotropin pada tubuh. Fungsi dari
hormon LH ini adalah untuk merangsang ovarium agar menghasilkan sel telur
serta proses ovulasi. Dengan begitu, siklus menstruasi dapat terus berulang dan
berjalan dengan lancar.
4) Esterogen
Estrogen merupakan hormon yang memengaruhi banyak hal dalam tubuh wanita,
salah satunya adalah saat memasuki masa siklus menstruasi ini. Diproduksi oleh
ovarium, estrogen juga memiliki peran dalam melakukan perubahan pada fisik
seorang wanita saat memasuki masa pubertas.
Perubahan yang dilakukan oleh hormon estrogen ini termasuk juga pada proses
pembentukan kembali lapisan dinding rahim yang luruh. Jadi, tanpa adanya
hormon ini, lapisan dinding rahim tidak akan kembali seperti semula pasca
terjadinya menstruasi.
5) Progesteron
Selanjutnya ada hormon progesteron yang memiliki peran sama pentingnya
dengan estrogen. Pada siklus reproduksi, hormon progesteron dan estrogen
bekerja sama untuk menjaga siklus tersebut serta saat terjadi kehamilan. Selaras
dengan estrogen, progesteron juga diproduksi oleh ovarium serta berperan untuk
menebalkan kembali dinding rahim yang luruh.
4. Siklus Menstruasi
4) Fase Menstruasi
Fase terakhir dalam siklus menstruasi adalah menstruasi itu sendiri. Jika sel telur
yang sudah matang tersebut tidak mendapatkan pembuahan dari sel sperma
selama 14 hari, sel telur tersebut akan mati. Rahim yang sudah menebalkan
dindingnya dan menampung cadangan nutrisi untuk ovum yang sudah dibuahi
akan ikut luruh bersama sel telur tersebut.
Proses peluruhan darah serta jaringan pada dinding rahim tersebut terjadi secara
berkala setiap harinya. Pada umumnya, total darah serta jaringan yang luruh dan
dikeluarkan melalui organ vital wanita tersebut memiliki berat sekitar 28 gram
setiap hari. Jumlah tersebut setara dengan ukuran 2 sendok makan.
Pendarahan pada fase menstruasi ini biasanya berlangsung selama 4 hingga 7 hari
lamanya. Jadi, tidak dapat dipastikan berapa lama fase menstruasi ini akan terjadi.
Namun, asal masih dalam kurun waktu tersebut, maka fase ini masih tergolong
dalam kondisi yang normal.
Setelah fase menstruasi selesai, tubuh wanita akan mengulang kembali siklus
menstruasi dari fase yang paling awal. Selama sel telur dalam masa kesuburan
tidak mendapatkan pembuahan dari sel sperma, siklus menstruasi ini akan terus
berlangsung berulang kali sampai pada akhirnya memasuki masa menopause.
Jadi, tidak mengherankan jika kaum hawa mengalami menstruasi tersebut paling
tidak sebulan sekali.
Siklus uterus dimulai dari fase poliferasi. Pada fase proliferasi, tebal lapisan
endometrium 0,5 mm akan bertumbuh menjadi 4-5 mm. Fase poliferasi terbagi atas 3
tahapan yaitu: (1) Fase awal (hari ke-4 sampai hari ke-7) terjadi regenerasi epitel,
kelenjar masih pendek dan mitosis epitel, stroma padat disertai mitosis; (2) Fase
pertengahan (hari ke-8sampai hari ke-10) ditandai dengan gambaran kelenjar panjang
dan berbentuk kurva, epitel permukaan menjadi kolumnar dan terdapat mitosis; dan
(3) Fase proliferasi lanjut, kelenjar berkelok-kelok, inti pseudostratified dan stroma
tumbuh sangat aktif dan tebal.
Setelah terjadi ovulasi, akan diikuti fase sekretori. Fase sekretori, vaskularisasi
endometrium sangat meningkat dan stroma endometrium longgar akibat pengaruh
hormon estrogen dan progesteron yang dihasilkan oleh korpus luteum. Kelenjar mulai
bergelung dan menggumpar, serta mulai mensekresikan cairan. Akhir dari siklus
uterus adalah fase menstruasi. Fase menstruasi terjadi regresi korpus luteum, pasokan
hormon untuk endometrium terhenti. Endometrium menjadi lebih tipis, karena terjadi
nekrosis di endometrium, juga terjadi spasme dan nekrosis dinding arteri spiralis.
Yang menimbulkan pendarahan berbercak,selanjutnya menyatu dan menghasilkan
darah menstruasi
II. GANGGUAN MENSTRUASI
1. Pra Menstrual Syndrom / Sindrom Pra Menstruasi
Sindrom pramenstruasi atau premenstrual syndrome atau premenstrual tension
(PMS/PMT) merupakan kumpulan gejala fisik dan atau fisiologik yang terjadi sebelum
menstruasi dan menghilang setelah menstruasi dimulai, dimana biasanya PMS ini terjadi
dalam 7-10 hari sebelum awitan menstruasi. Gejala-gejala sindrom pramenstruasi
meliputi irritability, lesu, malaise, sakit kepala, gastrointestinal upset, sembelit, perasaan
penuh pada dada, nyeri pada kaki, dan punggung, serta nyeri pada perut (dysmenorrhea).
Dysmenorrhea selama menstruasi adalah keluhan utama yang sering dikeluhkan pada
usia remaja dan kekerapannya menurun 3-5 tahun setelah mulai menstruasi.
Dysmenorrhea ini disebabkan oleh kejangnya otot uterus. Rasa nyeri biasanya terdapat
di area suprapubik atau perut bagian bawah. Wanita menggambarkan nyeri yang tajam,
kram, atau seperti diperas atau sebagai nyeri tumpul menetap.
Dysmenorrhea terbagi dalam 2 (dua) macam yaitu Primer dan Sekunder.
a. Dysmenorrhea Primer adalah Nyeri haid yang terjadi beberapa waktu setelah
menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih – dengan intensitas dan durasi
yang tidak memburuk secara bermakna, namun tetap sama dalam setiap daur haid
– yang memiliki sebab fisiologik. Gejala dismenore berupa nyeri biasanya
dimulai pada saat onset menstruasi dan berlangsung selama 8-48 jam. Ini terjadi
karena peningkatan kadar prostaglandin tertinggi saat haid terjadi pada 48 jam
pertama.
b. Dysmenorrhea Sekunder Nyeri menstruasi yang umumnya terjadi setelah usia
25 tahun. Hal ini berhubungan dengan abnormalitas panggul seperti adenomiosis,
endometriosis, penyakit radang panggul, polip, mioma, atau penggunaan alat
kontrasepsi dalam kandungan. Nyeri sering kali dimulai beberapa hari sebelum
mens, namun hal ini dapat terjadi pada saat ovulasi dan berlanjut selama hari
pertama menstruasi atau dimulai setelah menstruasi terjadi.
Derajat Dismenore
Derajat dismenore diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Dismenore Ringan
Nyeri yang masih dapat ditolerir karena masih pada ambang rangsang, rasa nyeri
berlangsung beberapa saat, sehingga dapat melanjutkan aktivitas sehari-hari
seperti biasa dan penggunaan obat analgesik jarang diperlukan. Dismenore
ringan terdapat pada skala nyeri dengan tingkatan 1-4.
b. Dismenore Sedang
Nyeri lebih terasa sehingga respon beberapa perempuan akan merintih dan
menekan bagian yang nyeri. Penggunaan obat diperlukan sebagai penghilang
rasa nyeri, aktivitas harian terpengaruh namun tidak menimbulkan
ketidakhadiran kerja atau bolos bagi para pelajar. Dismenore sedang terdapat
pada skala nyeri dengan tingkatan 5-6.
c. Dismenore Berat
Nyeri sangat mengganggu dan tidak dapat ditolerir serta mengganggu aktivitas
sehari-hari seseorang. Selain itu dibutuhkan waktu untuk istirahat sehingga
terjadi ketidakhadiran kerja atau bolos bagi para pelajar. Nyeri yang dirasakan
disertai gejala seperti sakit kepala, kelelahan, muntah atau diare. Dismenore
berat terdapat pada skala nyeri 7-10.
Patofisiologi
Menstruasi disebabkan oleh berkurangnya estrogen dan progesteron secara tiba-tiba,
terutama progesteron pada akhir siklus ovarium bulanan. Apabila tidak ada kehamilan,
sekresi estrogen dan progesteron menurun karena korpus luteum menjadi tua. Penuaan
ini menyebabkan peningkatan asam arakidonat dan endoperoksidase bebas di dalam
endometrium. Enzim-enzim ini menginduksi lisosom sel stroma untuk mensintesis dan
mensekresi prostaglandin (PGF2α dan PGE2) dan prostasiklin. Prostaglandin adalah
asam lemak yang teroksigenasi, dan diklasifikasikan sebagai hormon. Berbagai jenis PG
dibedakan oleh huruf (PGE, PGF), nomor (PGE2), dan huruf latin (PGF2).
Prostaglandin diproduksi di sebagian besar organ dalam tubuh, terutama endometrium.
Darah menstruasi merupakan sumber PG yang kuat. Prostaglandin F2-alfa (PGF2α)
dihasilkan oleh wanita dan menyebabkan regresi (kembali ke status semula) korpus
luteum, regresi endometrium, dan pelepasan endometrium yang menyebabkan
menstruasi. Pelepasan PGF2α yang berlebihan meningkatkan amplitudo dan frekuensi
kontraksi uterus dan menyebabkan vasospasme arteriol uterus, sehingga mengakibatkan
iskemia dan kram abdomen bawah yang bersifat siklik.
Penanganan Dismenore
Terdapat beberapa alternatif untuk mengurangi rasa tidak nyaman saat menstruasi dan
dismenore. Seperti panas (bantalan hangat diberikan pada perut bagian bawah), pijatan
pada pingang bagian bawah, olahraga, terapi obat berupa analgesic, inhibitor sintesis
prostaglandin, obat-obat anti inflamasi non steroid (AINS), dan pil kontrasepsi oral.
Amenorhea Sekunder
Adalah ketiadaan menstruasi > 6 bulan atau selama ≥3 kali siklus menstruasi pada
wanita yang sebelumnya memiliki siklus menstruasi teratur.
Beberapa sebab yang berkaitan dengan amenorrhea sekunder adalah Disfungsi
Ovarium(PCOS/anovulasi), Gagal Ovarium(kerusakan ovarium krn infeksi/radiasi),
penyakit sistemik (gangguan fungsi hipotalamus/stress)
Selain itu penyebab amenorrhea sekunder yaitu keadaan umum pasien (obesitas,
stress, malnutrisi, aktivitas berlebihan), kerusakan uterus akibat perlekatan, penyebab
hipofisis (sindrom Sheehan, tumor hipofisis), obat-obatan (obat-obatan untuk
meningkatkan prolactin menyebabkan amenorrhea)
Pengobatan
Pengobatan pada amenorrhea sekunder disesuaikan dengan penyebab yang
ditemukan dari hasil uji / pemeriksaan yang dilakukan. Ada beberapa cara
pengobatan berdasarkan penyebab nya, diantaranya :
a) Perbaikan Gizi
b) Perbaikan Lingkungan yang tenang dan nyaman
c) Terapi Esterogen dan progesterone
d) Terapi tiroid
4. Endometriosis
Endometriosis merupakan gangguan ginekologi yang ditandai dengan adanya jaringan
endometrium diluar kavum uteri yang dapat memicu terjadinya reaksi inflamasi.
Umumnya jaringan ektopik ini dapat ditemukan pada pelvik, ovarium dan septum
rektovagina.
Gejala
Pada umumnya wanita dengan endometriosis tidak memiliki gejala. Gejala pada
umumnya terjadi karena menstruasi dan bertambah hebat setiap tahunnya karena
pembesaran daerah endometriosis. Gejala yang paling sering terjadi adalah :
a) Nyeri pelvik
Nyeri panggul merupakan tanda utama endometriosis, dengan ciri khas nyeri
bersifat kronis dan berulang, timbul sebagai dismenorea didapat atau sekunder.
Nyeri biasanya terjadi 24–48 jam sebelum menstruasi dan mereda beberapa saat
setelah timbul menstruasi. Namun rasa tidak nyaman dapat terjadi selama seluruh
interval menstruasi. Nyeri ditandai konstan, biasanya pada pelvis atau punggung
bawah (sakrum). Namun nyeri mungkin unilateral atau bilateral dan dapat
menyebar ke tungkai bawah atau selangkang. Jika dibandingkan dengan
dismenorea primer, nyeri pelvis lebih konstan dan jarang timbul dibagian garis
tenga tubuh. Gejala-gejala pelvis lainnya adalah kejang yang berat, rasa berat pada
panggul dan tekanan pada pelvis.
b) Dismenorea (nyeri ketika menstruasi)
Nyeri haid yang disebabkan oleh reaksi peradangan akibat sekresi sitokin dalam
rongga peritoneum, akibat perdarahan lokal pada sarang endometriosis dan oleh
adanya infilrasi endometriosis kedalam syaraf pada rongga panggul. Pada
penderita endometriosis sering terjadi dismenorea sekunder dimana sering terjadi
pada usia > 30 tahun, dimana rasa nyeri semakin bertambah seiring bertambahnya
umur dan memburuk seiring dengan waktu.
c) Dispareunia (nyeri ketika senggama)
Paling sering timbul terutama bila endometriosis sudah tumbuh di sekitar kavum
douglasi dan ligamentum sakrouterina dan terjadi perlengkatan sehingga uterus
dalam posisi retrofleksi. Nyeri dapat bersifat tajam, seperti terbakar atau kram.
Otot-otot panggul cenderung menjadi kencang dan membuat rasa nyeri semakin
bertambah. Dispareunia diklasifikasikan menjadi primer (nyeri muncul dari saat
mulai bersenggama) dan sekunder (rasa tak nyaman bersenggama dirasakan
setelah dimulainya sensasi bebas nyeri saat senggama), dengan kategorisasi lebih
lanjut yaitu komplet/ lengkap (selama semua episode) atau situasional/ sesaat
(hanya selama persetubuhan tertentu atau dengan pasangan tertentu.
d) Infertilitas (gangguan kesuburan, tidak dapat memiliki anak)
Endometriosis didiagnosa hampir dua kali lebih sering pada wanita infertil
dibanding wanita fertil. Efek endometriosis pada fertilitas (kesuburan) terjadi
karena terjadinya gangguan pada lingkungan rahim sehingga perlekatan sel telur
yang sudah dibuahi pada dinding rahim menjadi terganggu. Pada endometriosis
yang sudah parah, terjadi 14 perlekatan pada rongga panggul, saluran tuba, atau
indung telur yang dapat menggangu transportasi embrio.
Pada wanita dengan endometriosis berat, sering didapatkan dichezia (nyeri saat buang
air besar) dibandingkan pada wanita dengan endometriosis ringan.
Gejala dan tanda endometriosis sangat bervariasi, pasien dengan endometriosiosis
berat kadang tanpa gejala, sedangkan endometriosis yang minimal dapat menimbulkan
gejala yang berat. Gejala-gejala yang sering ditemukan pada endometriosis adalah
dismenorea (25–80%), infertilitas (15–25%), nyeri panggul, dispareunia, perdarahan
uterus disfungsional, nyeri perut, nyeri supra pubik, sampai dysuria.
Patofisiologi
Ada beberapa teori yang menjelaskan patofisiologi terjadinya endometriosis antara
lain :
a) Teori refluks haid dan implantasi sel endometrium di dalam rongga peritoneum.
Teori ini dibuktikan dengan ditemukan adanya darah haid dalam rongga
peritoneum pada waktu haid dengan laparoskopi, dan sel endometrium yang ada
dalam haid itu dapat dikultur dan dapat hidup menempel dan tumbuh berkembang
pada sel mesotel peritoneum.
b) Teori koelemik metaplasia, dimana akibat stimulus tertentu terutama hormon, sel
mesotel dapat mengalami perubahan menjadi sel endometrium ektopik. Teori ini
terbukti dengan ditemukannya endometriosis pada perempuan pramenarke dan
pada daerah yang tidak berhubungan langsung dengan refluks haid seperti di
rongga paru. Disamping itu, endometrium eutopik dan ektopik adalah dua bentuk
yang jelas berbeda, baik secara morfologi maupun fungsional.
c) Penyebaran melalui aliran darah (hematogen) dan limfogen.
d) Pengaruh genetik. Pola penurunan penyakit endometriosis terlihat berperan secara
genetik. Risiko menjadi 7 kali lebih besar bila ditemukan endometriosis pada ibu
atau saudara kandung.
e) Patoimunologi yaitu reaksi abnormal imunologi yang tidak berusaha
membersihkan refluks haid dalam rongga peritoneum, malah memfasilitasi
terjadinya endometriosis.
Pemeriksaan
a) USG / Ultrasonografi / USG Transvaginal
b) MRI
c) Pemeriksaan Serum CA 125
d) Bedah Laparoskopi
e) Pemeriksaan Patologi Anatomi (Pemeriksaan pasti dari lesi endometriosis adalah
didapatkan adanya kelenjar dan stroma endometrium).
Pengobatan
a) Penanganan Medis
1) Pengobatan asimtomatik (pemberian analgesic paracetamol, asam fenamat, ibu
profen, tramadol)
2) Kontrasepsi oral Kombinasi
3) Progesteron
4) Danazol
5) Gestrinon
6) Analog GnRH
b) Pembedahan
Pembedahan pada endometriosis adalah untuk menangani efek endometriosis itu
sendiri, yaitu nyeri panggul, sub fertilitas, dan kista. Pembedahan bertujuan
menghilangkan gejala, meningkatkan kesuburan, menghilangkan bintik-bintik dan
kista endometriosis, serta menahan laju kekambuhan.
c) Pembedahan Konservatif
Pembedahan ini bertujuan untuk mengangkat semua sarang endometriosis dan
melepaskan perlengkatan dan memperbaiki kembali struktur anatomi reproduksi.
Sarang endometriosis dibersihkan dengan eksisi, ablasi kauter, ataupun laser.
Sementara itu kista endometriosis < 3 cm di drainase dan di kauter dinding kista,
kista > 3 cm dilakukan kistektomi dengan meninggalkan jaringan ovarium yang
sehat. Penanganan pembedahan dapat dilakukan secara laparotomi ataupun
laparoskopi.
d) Pembedahan Radikal
Dilakukan dengan histerektomi dan bilateral salfingo oovorektomi. Ditujukan
pada perempuan yang mengalami penanganan medis ataupun bedah konservatif
gagal dan tidak membutuhkan fungsi reproduksi. Setelah pembedahan radikal
diberikan terapi substitusi hormon.
e) Pembedahan Asimptomatis
Dilakukan untuk menghilangkan nyeri dengan presacral neurectomy atau Laser
Uterosacral Nerve Ablation (LUNA).
IV. INFERTILITAS
1. Definisi Infertilitas
Infertilitas adalah belum terjadinya kehamilan/ mempunyai anak pada pasangan suami
istri yang sudah menikah selama satu tahun, berhubungan secara teratur dengan tanpa
penghalang.
Pasangan Infertil dapat diartikan sebagai pasangan yang telah menikah dan melakukan
hubungan seksual selama satu tahun dan belum berhasil hamil.
2. Tipe Infertilitas
a) Infertil Primer
Seorang perempuan belum mampu dan belum pernah hamil walaupun berhubungan
seksual secara teratur selama satu tahun /12 bulan berturut-turut dan tanpa
menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun.
b) Infertil Sekunder
Seorang perempuan telah atau pernah hamil sebelumnya tetapi saat ini belum mampu
memiliki hamil lagi walaupun berhubungan seksual secara teratur selama satu tahun
/12 bulan berturut-turut dan tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk
apapun.
3. Investigasi Infertil Wanita
Penyebab Infertil pada wanita antara lain :
a) Gangguan Ovulasi
b) Gangguan Tuba Falopii
c) Lendir Serviks
d) Gangguan Uterus
e) Endometriosis
f) Infeksi Vagina
4. Investigasi Invertil Pria
Ada beberapa kelainan umum yang dapat menyebabkan infertilitas pada pria yaitu:
a) Abnormalitas sperma; morfologi, motilitas
b) Abnormalitas ejakulasi; ejakulasi rerograde, hipospadia
c) Abnormalitas ereksi
d) Abnormalitas cairan semen; perubahan pH dan perubahan komposisi kimiawi
e) Infeksi pada saluran genital yang meninggalkan jaringan parut sehingga terjadi
penyempitan pada obstruksi pada saluran genital
f) Lingkungan; Radiasi, obat-obatan anti kanker.
5. Penatalaksanaan Infertil pada wanita
a) Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendir serviks puncak dan waktu yang
tepat untuk coital
b) Pemberian terapi obat, seperti
Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh supresi
hipotalamus, peningkatan kadar prolaktin, pemberian tsh .
Terapi penggantian hormon
Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal
Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan penatalaksanaan
infeksi dini yang adekuat
c) GIFT ( gemete intrafallopian transfer )
d) Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak secara luas
e) Bedah plastic misalnya penyatuan uterus bikonuate,
f) Pengangkatan tumor atau fibroid
g) Eliminasi vaginitis atau servisitis dengan antibiotika atau kemoterapi
6. Penatalaksanaan Infertil pada Pria
a) Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi autoimun,
diharapkan kualitas sperma meningkat
b) Agen antimikroba
c) Testosterone Enantat dan Testosteron Spionat untuk stimulasi kejantanan
d) HCG secara i.m memperbaiki hipoganadisme
e) FSH dan HCG untuk menyelesaikan spermatogenesis
f) Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau hipotalamus
g) Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik
h) Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma
i) Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti, perbaikan
nutrisi, tidak membiasakan penggunaan celana yang panas dan ketat
j) Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang mengandung spermatisida.
V. KLIMAKTERIUM
1. Definisi
Klimakterium adalah periode kehidupan wanita yang dimulai ketika fungsi rahim
mengalami penurunan dan berakhir ketika Rahim benar-benar tidak berfungsi lagi secara
alamiah. Masa ini ditandai dengan berbagai macam keluhan endokrinologis dan vegetatif.
2. Gejala Klimakterium
Keluhan-keluhan yang dapat timbul pada masa klimakterium (Fisik) :
a. Panas pada kulit (hot flushes),
b. Keringat pada malam hari,
c. Kelelahan,
d. Sakit kepala / vertigo,
e. Jantung berdebar-debar,
f. Berat badan bertambah,
g. Sakit dan nyeri pada persendian, bias sampai terjadinya osteoporosis,
h. Kekeringan kulit dan rambut,
i. Kulit genitalia dan uretra menipis dan kering
Keluhan-keluhan yang dapat timbul pada masa klimakterium (Psikis) :
a. Mudah tersinggung,
b. Depresi,
c. Gelisah,
d. Mudah marah,
3. Tahap-tahap Menopause
Menopause terbagi dalam beberapa fase, perubahan wanita menuju masa menopause
antara usia 50-65 tahun yaitu :
a. Fase pra-menopause (klimakterium), pada fase ini seorang wanita akan mengalami
kekacauan pola menstruasi, terjadi perubahan psikologis/kejiwaan dan perubahan
fisik. Berlangsung sekitar 4-5 tahun, ini terjadi pada usia antar 48-55 tahun.
b. Fase menopause, berhentinya menstruasi. Perubahan dan keluhan psikologis fisik
makin menonjol, berlangsung sekitar 3-4 tahun, pada usia antara 56-60 tahun
c. Fase pasca-menopause (senium), terjadi pada usia di atas 60-65 tahun. Wanita
beradaptasi terhadap perubahan psikologis dan fisik, keluhan makin berkurang.