Anda di halaman 1dari 25

MK : Keperawatan Maternitas

Topik : Gangguan Reproduksi


Dosen : Bd. Arum Dewi S., S.Keb
Materi :
1. Gangguan Menstruasi
2. Infeksi Panggul
3. Infertilitas
4. Klimakterium

Tujuan :
1. Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada masalah-masalah yang
berhubungan dengan gangguan sistem reproduksi meliputi gangguan menstruasi, radang
panggul
2. Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasangan usia subur yang
berhubungan dengan infertilitas
3. Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada wanita klimakterium.

MATERI
I. MENSTRUASI
1. Definisi Menstruasi
Menstruasi adalah pengeluaran darah dari rahim perempuan sehat, yang lamanya adalah
3 - 6 hari dengan siklus berkisar 25-31 hari sekali, darah berwarna kecoklatan, dalam
satu hari dapat berganti pembalut dua kali. Terjadi karena penurunan kadar progesteron
yang mengakibatkan Ovum melepaskan telur yang disebut ovulasi.
2. Fisiologis menstruasi
Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus,
hipofisis, dan ovarium dengan perubahan-perubahan terkait pada jaringan sasaran
pada saluran reproduksi normal, ovarium memainkan peranan penting dalam proses
ini, karena bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan-perubahan siklik
maupun lama siklus menstruasi. Ovarium menghasilkan hormon steroid, terutama
estrogen dan progesteron. Beberapa estrogen yang berbeda dihasilkan oleh folikel
ovarium, yang mengandung ovum yang sedang berkembang dan oleh sel-sel yang
mengelilinginya.
Estrogen ovarium yang paling berpengaruh adalah estradiol. Estrogen
bertanggung jawab terhadap perkembangan dan pemeliharaan organorgan
reproduktif wanita dan karakteristik seksual sekunder yang berkaitan dengan wanita
dewasa. Estrogen memainkan peranan penting dalam perkembangan payudara dan
dalam perubahan siklus bulanan dalam uterus. Progesteron juga penting dalam
mengatur perubahan yang terjadi dalam uterus selama siklus menstruasi. Progesteron
merupakan hormon yang paling penting untuk menyiapkan endometrium yang
merupakan membran mukosa yang melapisi uterus untuk implantasi ovum yang telah
dibuahi. Jika terjadi kehamilan sekresi progesteron berperan penting terhadap
plasenta dan untuk mempertahankan kehamilan yang normal.
3. Hormon yang berpengaruh pada Siklus Menstruasi
1) GnRh
Hormon ketiga yang memengaruhi proses menstruasi adalah hormon pelepas
gonadotropin atau biasa disingkat dengan GnRh. Hormon pelepas gonadotropin
ini diproduksi otak dan bermanfaat untuk mendorong tubuh untuk membuat
hormon FSH serta hormon LH.
2) FSH
Sama halnya dengan hormon LH, FSH juga dapat diproduksi akibat rangsangan
yang diberikan oleh hormon pelepas gonadotropin pada tubuh. Lebih tepatnya,
kelenjar pituitari yang merupakan bagian bawah dari otak adalah bagian tubuh
yang memproduksi hormon ini. 
Fungsi dari hormon ini adalah untuk membantu ovum atau sel telur dalam
ovarium menjadi matang dan kemudian siap dilepaskan kembali. Dengan begitu,
tubuh wanita kembali memasuki masa kesuburan dan dapat dibuahi oleh sperma
atau mengulang siklus menstruasi.
3) LH
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, hormon LH ini dapat diproduksi akibat
rangsangan yang diberikan oleh hormon gonadotropin pada tubuh. Fungsi dari
hormon LH ini adalah untuk merangsang ovarium agar menghasilkan sel telur
serta proses ovulasi. Dengan begitu, siklus menstruasi dapat terus berulang dan
berjalan dengan lancar.
4) Esterogen
Estrogen merupakan hormon yang memengaruhi banyak hal dalam tubuh wanita,
salah satunya adalah saat memasuki masa siklus menstruasi ini. Diproduksi oleh
ovarium, estrogen juga memiliki peran dalam melakukan perubahan pada fisik
seorang wanita saat memasuki masa pubertas. 
Perubahan yang dilakukan oleh hormon estrogen ini termasuk juga pada proses
pembentukan kembali lapisan dinding rahim yang luruh. Jadi, tanpa adanya
hormon ini, lapisan dinding rahim tidak akan kembali seperti semula pasca
terjadinya menstruasi.
5) Progesteron
Selanjutnya ada hormon progesteron yang memiliki peran sama pentingnya
dengan estrogen. Pada siklus reproduksi, hormon progesteron dan estrogen
bekerja sama untuk menjaga siklus tersebut serta saat terjadi kehamilan. Selaras
dengan estrogen, progesteron juga diproduksi oleh ovarium serta berperan untuk
menebalkan kembali dinding rahim yang luruh.

4. Siklus Menstruasi

Awal siklus menstruasi ditandai dengan sekresi GnRH dari hipotalamus,


meningkatnya sensitivitas dari pituitary anterior akibat peningkatan GnRH.
Perubahan stimulasi tersebut memproduksi dan mensekresi FSH dan LH dari
pituitary anterior. FSH dan LH menstimulasi pertumbuhan dan pematangan folikel
serta peningkatan sekresi estradiol oleh folikel yang sedang berkembang. FSH
menekankan efeknya pada sel-sel granulose sedangkan LH efeknya dimulai pada sel-
sel teka interna dan selanjutnya pada sel granulosa.
LH menstimulasi sel-sel teka interna untuk memproduksi androgen yang
berdifusi dari sel-sel teka menuju sel-sel granulose. FSH  menstimulasi sel-sel
granulosa untuk mengubah androgen menjadi estrogen. Sebagai tambahan, secara
berangsur-angsur FSH meningkatkan reseptor LH pada sel-sel granulosa dan
estrogen yang dihasilkan oleh sel-sel granulosa meningkatkan reseptor LH dalam sel-
sel teka. Setelah reseptor LH di dalam sel-sel granulosa meningkat, LH menstimulasi
sel-sel untuk memproduksi beberapa progesterone yang berdifusi dari sel-sel
granulosa menuju sel-sel teka interna dimana progesterone diubah menjadi androgen.
Sehingga produksi androgen oleh sel-sel teka interna meningkat dan perubahan dari
androgen menjadi estrogen oleh sel-sel granulosa berpengaruh pada peningkatan
sekresi estrogen oleh sel-sel tersebut selama fase folikular, meskipun hanya terjadi
sedikit peningkatan pada sekresi LH. Level FSH mengalami penurunan selama fase
folikular karena folikel yang sedang berkembang memproduksi inhibin, dan inhibin
memberikan efek umpan balik negative terhadap sekresi FSH.
Sementara itu, level estrogen mulai mengalami peningkatan pada fase folikular,
dimana mereka memberikan efek umpan balik positif terhadap sekresi LH dan FSH
oleh hormone pituitary anterior. Peningkatan level estrogen penting untuk terjadinya
efek umpan balik positif. Sebagai respon dari efek umpan balik positif ini adalah
peningkatan sekresi LH dan FSH secara cepat dan dalam jumlah yang banyak namun
hanya sampai sebelum ovulasi.
Peningkatan level LH disebut gelombang LH dan peningkatan level FSH disebut
gelombang FSH. Gelombang LH terjadi beberapa jam lebih awal dan kadar yang
lebih tinggi daripada gelombang FSH. Gelombang LH menginisiasi terjadinya
ovulasi dan menyebabkan folikel yang telah terovulasi menjadi korpus luteum.
Sedangkan FSH dapat menjadikan folikel lebih sensitif untuk mempengaruhi LH
dengan menstimulasi sintesis peningkatan reseptor LH di dalam folikel dan dengan
menstimulasi perkembangan folikel yang dapat mengalami ovulasi pada siklus ovary
selanjutnya.
Gelombang LH menyebabkan oosit primer melengkapi pembelahan meiosis I
hanya sebelum atau selama proses ovulasi. Selain itu, gelombang LH menyebabkan
beberapa pristiwa seperti inflamasi atau peradangan di dalam folikel matang dan
mengakibatkan terjadinya ovulasi. Setelah ovulasi, produksi estrogen oleh folikel
menurun dan produksi progesterone meningkat yang menyebabkan sel-sel granulosa
diubah menjadi sel-sel korpus luteum. Setelah korpus luteum terbentuk, level
progesterone menjadi lebih tinggi dibandingkan sebelum ovulasi dan beberapa
estrogen juga diprosuksi. Peningkatan estrogen dan progesterone memeberiakn efek
umpan balik negative terhadap sekresi GnRH dari hipotalamus. Akibatnya, sekresi
LH dan FSH dari pituitary anterior menurun. Estrogen dan progesterone
menyebabkan reseptor GnRH tidak teregulasi di dalam pituitary anterior dan sel-sel
pituitary anterior menjadi kurang sensitif terhadap GnRH. Karena penurunan sekresi
GnRH, laju sekresi LH dan FSH menurun menuju level paling rendah setelah
ovulasi.
Jika terjadi fertilisasi, calon embrio akan mensekresikan substansii mirip LH
yang disebut HCG (Human Chorionic Gonadotropin), yang menjaga agar korpus
luteum tidak mengalami degenerasi. Akibatnya level estrogen dan progesterone tidak
mengalami penurunan dan menses tidak terjadi. Namun jika tidak terjadi fertilisasi,
HCG tidak di produksi. Sel-sel korpus luteum mulai meluruh pada hari ke-25 atau
ke-26 dan level estrogen dan progesterone menurun secara cepat yang menyebabkan
terjadinya menses. Pada saat terjadinya menses, terjadi kontraksi pada sel-sel otot
polos yang terdapat di uterus. Kontraksi tersebut di stimulasi oleh hormone oksitosin.
Hormon oksitosin ini disintesis oleh badan sel nucleus paraventrikularis pada
hipotalamus.

5. Fase dalam Siklus Menstruasi


1) Fase Proliferasi
Setiap fase dalam siklus menstruasi dipengaruhi kinerja dari hormon kewanitaan.
Fungsi dari seluruh hormon kewanitaan tersebut adalah sebagai pembawa pesan
bagi tubuh untuk melakukan perannya. 
Pada masa awal siklus menstruasi, otak akan memproduksi hormon perangsang
folikel. Hormon tersebut kemudian akan dibawa dan diedarkan melalui aliran
darah untuk kemudian merangsang tubuh memproduksi folikel atau bagian di
ovarium atau indung telur yang bertugas untuk menyimpan sel telur beserta sel
pelindungnya. 
Dalam tahap proliferasi ini, folikel mendapatkan pesan melalui hormon
perangsang folikel untuk bersiap-siap segera melepaskan sel telur. Setelah itu,
hormon estrogen akan mulai diproduksi kembali. Biasanya, fase proliferasi ini
berlangsung selama 8 hari pada siklus menstruasi dengan rentang waktu 28 hari.
2) Fase Ovulasi
Proses ovulasi sebenarnya juga terjadi dalam fase proliferasi. Dalam kata lain,
fase ovulasi merupakan bagian dari fase proliferasi. Fase ovulasi ini terjadi
dengan ditandai adanya proses pelepasan ovum atau sel telur dari ovarium.
Dalam fase ini, sel telur bergerak menuju sebuah saluran yang disebut
dengan fallopian tube atau tuba falopi. Selama fase ovulasi berlangsung, sel telur
akan terus menempel pada saluran tersebut hingga ada sel sperma yang datang
untuk membuahinya. 
Pada bahasa awamnya, fase ovulasi inilah yang sering dianggap sebagai masa
tersubur wanita. Artinya, jika ingin memiliki keturunan, melakukan hubungan
intim dalam masa kesuburan ini memiliki potensi paling tinggi untuk berakhir
pada kehamilan. Fase ovulasi biasa terjadi dan berlangsung selama 2 hari dari 8
hari fase proliferasi atau folikuler.
3) Fase Sekresi
Saat fase ini terjadi, rahim atau uterus sedang mempersiapkan diri agar bisa
menampung sel telur atau ovum yang sudah mendapatkan pembuahan oleh
sperma.
Dalam fase sekresi ini, dinding rahim atau bisa juga disebut endometrium menjadi
lebih tebal. Tujuannya adalah untuk menjadikannya sebagai cadangan darah serta
jaringan guna bisa dimanfaatkan oleh sel telur yang sudah dibuahi sebagai sumber
nutrisi. Pada umumnya, fase sekresi berlangsung selama kurang lebih 14 hari.

4) Fase Menstruasi
Fase terakhir dalam siklus menstruasi adalah menstruasi itu sendiri. Jika sel telur
yang sudah matang tersebut tidak mendapatkan pembuahan dari sel sperma
selama 14 hari, sel telur tersebut akan mati. Rahim yang sudah menebalkan
dindingnya dan menampung cadangan nutrisi untuk ovum yang sudah dibuahi
akan ikut luruh bersama sel telur tersebut. 
Proses peluruhan darah serta jaringan pada dinding rahim tersebut terjadi secara
berkala setiap harinya. Pada umumnya, total darah serta jaringan yang luruh dan
dikeluarkan melalui organ vital wanita tersebut memiliki berat sekitar 28 gram
setiap hari. Jumlah tersebut setara dengan ukuran 2 sendok makan.
Pendarahan pada fase menstruasi ini biasanya berlangsung selama 4 hingga 7 hari
lamanya. Jadi, tidak dapat dipastikan berapa lama fase menstruasi ini akan terjadi.
Namun, asal masih dalam kurun waktu tersebut, maka fase ini masih tergolong
dalam kondisi yang normal. 
Setelah fase menstruasi selesai, tubuh wanita akan mengulang kembali siklus
menstruasi dari fase yang paling awal. Selama sel telur dalam masa kesuburan
tidak mendapatkan pembuahan dari sel sperma, siklus menstruasi ini akan terus
berlangsung berulang kali sampai pada akhirnya memasuki masa menopause.
Jadi, tidak mengherankan jika kaum hawa mengalami menstruasi tersebut paling
tidak sebulan sekali.

Siklus uterus dimulai dari fase poliferasi. Pada fase proliferasi, tebal lapisan
endometrium 0,5 mm akan bertumbuh menjadi 4-5 mm. Fase poliferasi terbagi atas 3
tahapan yaitu: (1) Fase awal (hari ke-4 sampai hari ke-7) terjadi regenerasi epitel,
kelenjar masih pendek dan mitosis epitel, stroma padat disertai mitosis; (2) Fase
pertengahan (hari ke-8sampai hari ke-10) ditandai dengan gambaran kelenjar panjang
dan berbentuk kurva, epitel permukaan menjadi kolumnar dan terdapat mitosis; dan
(3) Fase proliferasi lanjut, kelenjar berkelok-kelok, inti pseudostratified dan stroma
tumbuh sangat aktif dan tebal.
Setelah terjadi ovulasi, akan diikuti fase sekretori. Fase sekretori, vaskularisasi
endometrium sangat meningkat dan stroma endometrium longgar akibat pengaruh
hormon estrogen dan progesteron yang dihasilkan oleh korpus luteum. Kelenjar mulai
bergelung dan menggumpar, serta mulai mensekresikan cairan. Akhir dari siklus
uterus adalah fase menstruasi. Fase menstruasi terjadi regresi korpus luteum, pasokan
hormon untuk endometrium terhenti. Endometrium menjadi lebih tipis, karena terjadi
nekrosis di endometrium, juga terjadi spasme dan nekrosis dinding arteri spiralis.
Yang menimbulkan pendarahan berbercak,selanjutnya menyatu dan menghasilkan
darah menstruasi
II. GANGGUAN MENSTRUASI
1. Pra Menstrual Syndrom / Sindrom Pra Menstruasi
Sindrom pramenstruasi atau premenstrual syndrome atau premenstrual tension
(PMS/PMT) merupakan kumpulan gejala fisik dan atau fisiologik yang terjadi sebelum
menstruasi dan menghilang setelah menstruasi dimulai, dimana biasanya PMS ini terjadi
dalam 7-10 hari sebelum awitan menstruasi. Gejala-gejala sindrom pramenstruasi
meliputi irritability, lesu, malaise, sakit kepala, gastrointestinal upset, sembelit, perasaan
penuh pada dada, nyeri pada kaki, dan punggung, serta nyeri pada perut (dysmenorrhea).
Dysmenorrhea selama menstruasi adalah keluhan utama yang sering dikeluhkan pada
usia remaja dan kekerapannya menurun 3-5 tahun setelah mulai menstruasi.
Dysmenorrhea ini disebabkan oleh kejangnya otot uterus. Rasa nyeri biasanya terdapat
di area suprapubik atau perut bagian bawah. Wanita menggambarkan nyeri yang tajam,
kram, atau seperti diperas atau sebagai nyeri tumpul menetap.
 Dysmenorrhea terbagi dalam 2 (dua) macam yaitu Primer dan Sekunder.
a. Dysmenorrhea Primer adalah Nyeri haid yang terjadi beberapa waktu setelah
menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih – dengan intensitas dan durasi
yang tidak memburuk secara bermakna, namun tetap sama dalam setiap daur haid
– yang memiliki sebab fisiologik. Gejala dismenore berupa nyeri biasanya
dimulai pada saat onset menstruasi dan berlangsung selama 8-48 jam. Ini terjadi
karena peningkatan kadar prostaglandin tertinggi saat haid terjadi pada 48 jam
pertama.
b. Dysmenorrhea Sekunder Nyeri menstruasi yang umumnya terjadi setelah usia
25 tahun. Hal ini berhubungan dengan abnormalitas panggul seperti adenomiosis,
endometriosis, penyakit radang panggul, polip, mioma, atau penggunaan alat
kontrasepsi dalam kandungan. Nyeri sering kali dimulai beberapa hari sebelum
mens, namun hal ini dapat terjadi pada saat ovulasi dan berlanjut selama hari
pertama menstruasi atau dimulai setelah menstruasi terjadi.
 Derajat Dismenore
Derajat dismenore diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Dismenore Ringan
Nyeri yang masih dapat ditolerir karena masih pada ambang rangsang, rasa nyeri
berlangsung beberapa saat, sehingga dapat melanjutkan aktivitas sehari-hari
seperti biasa dan penggunaan obat analgesik jarang diperlukan. Dismenore
ringan terdapat pada skala nyeri dengan tingkatan 1-4.
b. Dismenore Sedang
Nyeri lebih terasa sehingga respon beberapa perempuan akan merintih dan
menekan bagian yang nyeri. Penggunaan obat diperlukan sebagai penghilang
rasa nyeri, aktivitas harian terpengaruh namun tidak menimbulkan
ketidakhadiran kerja atau bolos bagi para pelajar. Dismenore sedang terdapat
pada skala nyeri dengan tingkatan 5-6.
c. Dismenore Berat
Nyeri sangat mengganggu dan tidak dapat ditolerir serta mengganggu aktivitas
sehari-hari seseorang. Selain itu dibutuhkan waktu untuk istirahat sehingga
terjadi ketidakhadiran kerja atau bolos bagi para pelajar. Nyeri yang dirasakan
disertai gejala seperti sakit kepala, kelelahan, muntah atau diare. Dismenore
berat terdapat pada skala nyeri 7-10.
 Patofisiologi
Menstruasi disebabkan oleh berkurangnya estrogen dan progesteron secara tiba-tiba,
terutama progesteron pada akhir siklus ovarium bulanan. Apabila tidak ada kehamilan,
sekresi estrogen dan progesteron menurun karena korpus luteum menjadi tua. Penuaan
ini menyebabkan peningkatan asam arakidonat dan endoperoksidase bebas di dalam
endometrium. Enzim-enzim ini menginduksi lisosom sel stroma untuk mensintesis dan
mensekresi prostaglandin (PGF2α dan PGE2) dan prostasiklin. Prostaglandin adalah
asam lemak yang teroksigenasi, dan diklasifikasikan sebagai hormon. Berbagai jenis PG
dibedakan oleh huruf (PGE, PGF), nomor (PGE2), dan huruf latin (PGF2).
Prostaglandin diproduksi di sebagian besar organ dalam tubuh, terutama endometrium.
Darah menstruasi merupakan sumber PG yang kuat. Prostaglandin F2-alfa (PGF2α)
dihasilkan oleh wanita dan menyebabkan regresi (kembali ke status semula) korpus
luteum, regresi endometrium, dan pelepasan endometrium yang menyebabkan
menstruasi. Pelepasan PGF2α yang berlebihan meningkatkan amplitudo dan frekuensi
kontraksi uterus dan menyebabkan vasospasme arteriol uterus, sehingga mengakibatkan
iskemia dan kram abdomen bawah yang bersifat siklik.
 Penanganan Dismenore
Terdapat beberapa alternatif untuk mengurangi rasa tidak nyaman saat menstruasi dan
dismenore. Seperti panas (bantalan hangat diberikan pada perut bagian bawah), pijatan
pada pingang bagian bawah, olahraga, terapi obat berupa analgesic, inhibitor sintesis
prostaglandin, obat-obat anti inflamasi non steroid (AINS), dan pil kontrasepsi oral.

2. Siklus menstruasi tidak teratur


Siklus menstruasi yang tidak teratur merupakan masalah yang sangat krusial pada
bermacam-macam kondisi kesehatan perempuan seperti dapat menyebabkan masalah
psikososial, infertility dan masalah kardiovaskular pada usia lanjut. Menstruasi yang
tidak teratur juga dapat dihubungkan dengan berbagai macam kondisi, diantaranya
meliputi kehamilan, penyakit endokrin, kondisi medis yang didapat karena seluruhnya
dihubungkan dengan kekacauan fungsi endokrin dari hipothalamus hipofisis. Menstruasi
yang tidak teratur ini bisa juga disebabkan karena terjadinya gangguan pada central
gonadotropinreleasing hormone. Penyakit kronis juga dapat menyebabkan gangguan
menstruasi seperti penyakit diabetes mellitus yang tidak terkontrol, kondisi kongenital
dan genetik seperti Sindrom Tunner’s dan disgenesis gonadal bentuk lain.
3. Amenorhea
Amenorhea termasuk kedalam gangguan siklus menstruasi, dimana seorang wanita yang
mengalami amenorrhea maka wanita tersebut tidak mengalami menstruasi.
Terdapat 2(dua) jenis Amenorhea yaitu Primer dan Sekunder :
 Amenorhea Primer
Amenorhea Primer mengacu pada masalah ketika wanita muda yang berusia lebih
dari 16 tahun belum mengalami menstruasi tetapi telah menunjukkan maturasi
seksual, atau menstruasi mungkin tidak terjadi selama 14 tahun tanpa disertai
karakteristik seks sekunder.
Amenore primer dapat disebabkan oleh faktor genetik seperti kelainan kromosom,
ketidak normalan isokromosom, terjadinya anovulasi. Bila amenore muncul pada
akhir perkembangan pubertas, harus dicurigai adanya anomali struktur system
saluran mullerian seperti hymen imperforata, abnormal uterus atau vagina yang
disertai nyeri perut bulanan yang setelah beberapa waktu akan berlalu dengan
sendirinya. Amenor juga mungkin terjadi karena malnutrisi sehingga menyebabkan
terganggunya perkembangan seksual terhenti dan penurunanmetabolisme steroid
akibat deposit lemak yg sedikit menyebabkan amenorrhea.
Kelainan kelenjar tiroid terutama hipertiroidism mungkin yang pertama kali dicurigai
pada keterlambatan kematangan seksual dan amenorrhea. Ini terjadi karena
Hipertiroidism menyebabkan gangguan metabolisme sehingga produksi kalori
menurun, nutrisi tubuh tidak terpenuhi dan terjadi hipogonadotropisme.

 Amenorhea Sekunder
Adalah ketiadaan menstruasi > 6 bulan atau selama ≥3 kali siklus menstruasi pada
wanita yang sebelumnya memiliki siklus menstruasi teratur.
Beberapa sebab yang berkaitan dengan amenorrhea sekunder adalah Disfungsi
Ovarium(PCOS/anovulasi), Gagal Ovarium(kerusakan ovarium krn infeksi/radiasi),
penyakit sistemik (gangguan fungsi hipotalamus/stress)
Selain itu penyebab amenorrhea sekunder yaitu keadaan umum pasien (obesitas,
stress, malnutrisi, aktivitas berlebihan), kerusakan uterus akibat perlekatan, penyebab
hipofisis (sindrom Sheehan, tumor hipofisis), obat-obatan (obat-obatan untuk
meningkatkan prolactin menyebabkan amenorrhea)
 Pengobatan
Pengobatan pada amenorrhea sekunder disesuaikan dengan penyebab yang
ditemukan dari hasil uji / pemeriksaan yang dilakukan. Ada beberapa cara
pengobatan berdasarkan penyebab nya, diantaranya :
a) Perbaikan Gizi
b) Perbaikan Lingkungan yang tenang dan nyaman
c) Terapi Esterogen dan progesterone
d) Terapi tiroid

4. Endometriosis
Endometriosis merupakan gangguan ginekologi yang ditandai dengan adanya jaringan
endometrium diluar kavum uteri yang dapat memicu terjadinya reaksi inflamasi.
Umumnya jaringan ektopik ini dapat ditemukan pada pelvik, ovarium dan septum
rektovagina.

 Penyebab dan Faktor Resiko


Penyebab terjadinya endometriosis sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti.
Namun, beberapa teori telah dikemukakan dan dipercaya sebagai mekanisme dasar
endometriosis. Beberapa teori tersebut antara lain :
a) Teori Menstruasi Retrograde
Teori ini dikemukakan oleh Sampson pada tahun 1927, di mana terjadi refluks
(darah menstruasi mengalir balik) melalui saluran tuba ke dalam rongga pelvis.
Darah yang berbalik ke rongga peritoneum diketahui mampu berimplantasi pada
permukaan peritoneum dan merangsang metaplasia peritoneum yang kemudian
akan merangsang angiogenesis. Saat ini, teori ini 10 tidak lagi menjadi teori utama,
karena teori ini tidak dapat menjelaskan keadaan endometriosis di luar pelvis.
b) Teori Imunologik dan Genetik
Gangguan pada imunitas terjadi pada wanita yang menderita endometriosis.
Dmowski mendapatkan adanya kegagalan dalam sistem pengumpulan dan
pembuangan zat-zat sisa saat menstruasi oleh makrofag dan fungsi sel NK yang
menurun pada endometriosis.
c) Teori Metaplasia
Teori metaplasia ini dikemukakan oleh Robert Meyer yang menyatakan bahwa
endometriosis terjadi karena rangsangan pada sel-sel epitel yang berasal dari sel
epitel selomik pluripoten dapat mempertahankan hidupnya di daerah pelvis,
sehingga terbentuk jaringan endometriosis. Teori ini didukung oleh penelitian yang
dapat menerangkan terjadinya pertumbuhan endometriosis di toraks, umbilikus dan
vulva.
d) Teori Emboli Limfatik dan Vascular
Teori ini dapat menjelaskan mekanisme terjadinya endometriosis di daerah luar
pelvis. Daerah retroperitoneal memiliki banyak sirkulasi limfatik. Suatu penelitian
menunjukkan bahwa pada 29% wanita yang menderita endometriosis ditemukan
nodul limfa pada pelvis. Hal ini dapat 11 menjadi salah satu dasar teori akan
endometriosis yang terjadi di luar pelvis, contohnya di paru.

 Gejala
Pada umumnya wanita dengan endometriosis tidak memiliki gejala. Gejala pada
umumnya terjadi karena menstruasi dan bertambah hebat setiap tahunnya karena
pembesaran daerah endometriosis. Gejala yang paling sering terjadi adalah :
a) Nyeri pelvik
Nyeri panggul merupakan tanda utama endometriosis, dengan ciri khas nyeri
bersifat kronis dan berulang, timbul sebagai dismenorea didapat atau sekunder.
Nyeri biasanya terjadi 24–48 jam sebelum menstruasi dan mereda beberapa saat
setelah timbul menstruasi. Namun rasa tidak nyaman dapat terjadi selama seluruh
interval menstruasi. Nyeri ditandai konstan, biasanya pada pelvis atau punggung
bawah (sakrum). Namun nyeri mungkin unilateral atau bilateral dan dapat
menyebar ke tungkai bawah atau selangkang. Jika dibandingkan dengan
dismenorea primer, nyeri pelvis lebih konstan dan jarang timbul dibagian garis
tenga tubuh. Gejala-gejala pelvis lainnya adalah kejang yang berat, rasa berat pada
panggul dan tekanan pada pelvis.
b) Dismenorea (nyeri ketika menstruasi)
Nyeri haid yang disebabkan oleh reaksi peradangan akibat sekresi sitokin dalam
rongga peritoneum, akibat perdarahan lokal pada sarang endometriosis dan oleh
adanya infilrasi endometriosis kedalam syaraf pada rongga panggul. Pada
penderita endometriosis sering terjadi dismenorea sekunder dimana sering terjadi
pada usia > 30 tahun, dimana rasa nyeri semakin bertambah seiring bertambahnya
umur dan memburuk seiring dengan waktu.
c) Dispareunia (nyeri ketika senggama)
Paling sering timbul terutama bila endometriosis sudah tumbuh di sekitar kavum
douglasi dan ligamentum sakrouterina dan terjadi perlengkatan sehingga uterus
dalam posisi retrofleksi. Nyeri dapat bersifat tajam, seperti terbakar atau kram.
Otot-otot panggul cenderung menjadi kencang dan membuat rasa nyeri semakin
bertambah. Dispareunia diklasifikasikan menjadi primer (nyeri muncul dari saat
mulai bersenggama) dan sekunder (rasa tak nyaman bersenggama dirasakan
setelah dimulainya sensasi bebas nyeri saat senggama), dengan kategorisasi lebih
lanjut yaitu komplet/ lengkap (selama semua episode) atau situasional/ sesaat
(hanya selama persetubuhan tertentu atau dengan pasangan tertentu.
d) Infertilitas (gangguan kesuburan, tidak dapat memiliki anak)
Endometriosis didiagnosa hampir dua kali lebih sering pada wanita infertil
dibanding wanita fertil. Efek endometriosis pada fertilitas (kesuburan) terjadi
karena terjadinya gangguan pada lingkungan rahim sehingga perlekatan sel telur
yang sudah dibuahi pada dinding rahim menjadi terganggu. Pada endometriosis
yang sudah parah, terjadi 14 perlekatan pada rongga panggul, saluran tuba, atau
indung telur yang dapat menggangu transportasi embrio.
Pada wanita dengan endometriosis berat, sering didapatkan dichezia (nyeri saat buang
air besar) dibandingkan pada wanita dengan endometriosis ringan.
Gejala dan tanda endometriosis sangat bervariasi, pasien dengan endometriosiosis
berat kadang tanpa gejala, sedangkan endometriosis yang minimal dapat menimbulkan
gejala yang berat. Gejala-gejala yang sering ditemukan pada endometriosis adalah
dismenorea (25–80%), infertilitas (15–25%), nyeri panggul, dispareunia, perdarahan
uterus disfungsional, nyeri perut, nyeri supra pubik, sampai dysuria.

 Patofisiologi
Ada beberapa teori yang menjelaskan patofisiologi terjadinya endometriosis antara
lain :
a) Teori refluks haid dan implantasi sel endometrium di dalam rongga peritoneum.
Teori ini dibuktikan dengan ditemukan adanya darah haid dalam rongga
peritoneum pada waktu haid dengan laparoskopi, dan sel endometrium yang ada
dalam haid itu dapat dikultur dan dapat hidup menempel dan tumbuh berkembang
pada sel mesotel peritoneum.
b) Teori koelemik metaplasia, dimana akibat stimulus tertentu terutama hormon, sel
mesotel dapat mengalami perubahan menjadi sel endometrium ektopik. Teori ini
terbukti dengan ditemukannya endometriosis pada perempuan pramenarke dan
pada daerah yang tidak berhubungan langsung dengan refluks haid seperti di
rongga paru. Disamping itu, endometrium eutopik dan ektopik adalah dua bentuk
yang jelas berbeda, baik secara morfologi maupun fungsional.
c) Penyebaran melalui aliran darah (hematogen) dan limfogen.
d) Pengaruh genetik. Pola penurunan penyakit endometriosis terlihat berperan secara
genetik. Risiko menjadi 7 kali lebih besar bila ditemukan endometriosis pada ibu
atau saudara kandung.
e) Patoimunologi yaitu reaksi abnormal imunologi yang tidak berusaha
membersihkan refluks haid dalam rongga peritoneum, malah memfasilitasi
terjadinya endometriosis.
 Pemeriksaan
a) USG / Ultrasonografi / USG Transvaginal
b) MRI
c) Pemeriksaan Serum CA 125
d) Bedah Laparoskopi
e) Pemeriksaan Patologi Anatomi (Pemeriksaan pasti dari lesi endometriosis adalah
didapatkan adanya kelenjar dan stroma endometrium).

 Pengobatan
a) Penanganan Medis
1) Pengobatan asimtomatik (pemberian analgesic paracetamol, asam fenamat, ibu
profen, tramadol)
2) Kontrasepsi oral Kombinasi
3) Progesteron
4) Danazol
5) Gestrinon
6) Analog GnRH
b) Pembedahan
Pembedahan pada endometriosis adalah untuk menangani efek endometriosis itu
sendiri, yaitu nyeri panggul, sub fertilitas, dan kista. Pembedahan bertujuan
menghilangkan gejala, meningkatkan kesuburan, menghilangkan bintik-bintik dan
kista endometriosis, serta menahan laju kekambuhan.
c) Pembedahan Konservatif
Pembedahan ini bertujuan untuk mengangkat semua sarang endometriosis dan
melepaskan perlengkatan dan memperbaiki kembali struktur anatomi reproduksi.
Sarang endometriosis dibersihkan dengan eksisi, ablasi kauter, ataupun laser.
Sementara itu kista endometriosis < 3 cm di drainase dan di kauter dinding kista,
kista > 3 cm dilakukan kistektomi dengan meninggalkan jaringan ovarium yang
sehat. Penanganan pembedahan dapat dilakukan secara laparotomi ataupun
laparoskopi.
d) Pembedahan Radikal
Dilakukan dengan histerektomi dan bilateral salfingo oovorektomi. Ditujukan
pada perempuan yang mengalami penanganan medis ataupun bedah konservatif
gagal dan tidak membutuhkan fungsi reproduksi. Setelah pembedahan radikal
diberikan terapi substitusi hormon.
e) Pembedahan Asimptomatis
Dilakukan untuk menghilangkan nyeri dengan presacral neurectomy atau Laser
Uterosacral Nerve Ablation (LUNA).

III. INFEKSI pada PANGGUL


1. Definisi Penyakit Radang Panggul
adalah peradangan akibat infeksi pada saluran reproduksi wanita bagian atas
(endometrium, saluran tuba, ovarium, atau peritoneum pelvis). Penyakit ini memiliki
berbagai manifestasi klinis.Infeksi menyebar dari vagina atau leher rahim ke saluran genital
atas, dengan endometritis sebagai tahap peralihan dalam patogenesis penyakit.Tanda
diagnosisnya adalah nyeri pelvis yang dikombinasikan dengan lammasi saluran genital
bawah, wanita dengan penyakit radang panggul sering memiliki gejala dan tanda yang
sangat halus.
Pelvic Inflammatory Disease (PID) adalah suatu kumpulan radang pada saluran genital
bagian atas oleh berbagai organisme, yang dapat menyerang endometrium, tuba falopii,
ovarium maupun myometrium, secara perkontinuitatum maupun secara hematogen ataupun
sebagai akibat hubungan seksual.
Penyakit radang panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas. Penyakit
tersebut dapat mempengaruhi endometrium (selaput dalam rahim), saluran tuba, indung
telur, miometrum (otot rahim), parametrium dan rongga panggul. Penyakit radang panggul
merupakan komplikasi umum dari penyakit menular seksual (PMS).
2. Patofisiologi
a) Penyakit menahun dengan keluhan ketidaknyamanan di daerah kemaluan, gangguan
menstruasi, nyeri saat menstruasi (dismenorea), nyeri saat hubungan seks (dispareunia),
clan keputihan (leukorea) yang sulit sembuh.
b) Adanya infeksi penyakit hubungan seks atau melakukan gugur kandung yang kurang
legeartis (sesuai prosedur).
c) Pengobatan penyakit hubungan seksual yang gagal, yang mengakibatkan gangguan
fungsi alat genitalia bagian dalam.
Penyakit peradangan panggul merupakan masalah utama karena dapat menyebabkan cacat
reproduksi jangka panjang, termasuk infertilitas, kehamilan ektopik, dan nyeri panggul
kronis.
3. Etiologi Mekanisme infeksi menjalar saat, menstruasi, persalinan dan abortus, operasi
ginekologi, disebabkan oleh bakteri :
a) GO (Gonorhoe)
b) Kuman-kuman lain streptococcus, aerob, maupun yang anaerob stapylococus.
c) Chlamydia, mycoplasma, ureaplasma, virus, jamur dan parasit.
4. Faktor Resiko :
a) Sering berganti pasangan
b) Aktivitas seksual masa remaja
c) Pernah menderita PID
d) Pernah menderita penyakit menular seksual
5. Klasifikasi PID Berdasarkan rekomendasi “Infectious Disease Society for Obstetrics &
Gynecology”, USA, Hager membagi derajat radang panggul menjadi : 
a) Derajat I
Radang panggul tanpa penyulit (terbatas pada tuba dan ovarium), dengan atau tanpa
pelvio – peritonitis.
b) Derajat II
Radang panggul dengan penyulit (didapatkan masa radang, atau abses pada kedua tuba
ovarium) dengan atau tanpa pelvio – peritonitis.
c) Derajat III
Radang panggul dengan penyebaran diluar organ-organ pelvik, misal adanya abses tubo
ovarial.

IV. INFERTILITAS
1. Definisi Infertilitas
Infertilitas adalah belum terjadinya kehamilan/ mempunyai anak pada pasangan suami
istri yang sudah menikah selama satu tahun, berhubungan secara teratur dengan tanpa
penghalang.
Pasangan Infertil dapat diartikan sebagai pasangan yang telah menikah dan melakukan
hubungan seksual selama satu tahun dan belum berhasil hamil.
2. Tipe Infertilitas
a) Infertil Primer
Seorang perempuan belum mampu dan belum pernah hamil walaupun berhubungan
seksual secara teratur selama satu tahun /12 bulan berturut-turut dan tanpa
menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun.
b) Infertil Sekunder
Seorang perempuan telah atau pernah hamil sebelumnya tetapi saat ini belum mampu
memiliki hamil lagi walaupun berhubungan seksual secara teratur selama satu tahun
/12 bulan berturut-turut dan tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk
apapun.
3. Investigasi Infertil Wanita
Penyebab Infertil pada wanita antara lain :
a) Gangguan Ovulasi
b) Gangguan Tuba Falopii
c) Lendir Serviks
d) Gangguan Uterus
e) Endometriosis
f) Infeksi Vagina
4. Investigasi Invertil Pria
Ada beberapa kelainan umum yang dapat menyebabkan infertilitas pada pria yaitu:
a) Abnormalitas sperma; morfologi, motilitas
b) Abnormalitas ejakulasi; ejakulasi rerograde, hipospadia
c) Abnormalitas ereksi
d) Abnormalitas cairan semen; perubahan pH dan perubahan komposisi kimiawi
e) Infeksi pada saluran genital yang meninggalkan jaringan parut sehingga terjadi
penyempitan pada obstruksi pada saluran genital
f) Lingkungan; Radiasi, obat-obatan anti kanker.
5. Penatalaksanaan Infertil pada wanita
a) Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendir serviks puncak dan waktu yang
tepat untuk coital
b) Pemberian terapi obat, seperti
 Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh supresi
hipotalamus, peningkatan kadar prolaktin, pemberian tsh .
 Terapi penggantian hormon
 Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal
 Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan penatalaksanaan
infeksi dini yang adekuat
c) GIFT ( gemete intrafallopian transfer )
d) Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak secara luas
e)  Bedah plastic misalnya penyatuan uterus bikonuate,
f) Pengangkatan tumor atau fibroid
g) Eliminasi vaginitis atau servisitis dengan antibiotika atau kemoterapi
6. Penatalaksanaan Infertil pada Pria
a) Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi autoimun,
diharapkan kualitas sperma meningkat
b) Agen antimikroba
c) Testosterone Enantat dan Testosteron Spionat untuk stimulasi kejantanan
d) HCG secara i.m memperbaiki hipoganadisme
e) FSH dan HCG untuk menyelesaikan spermatogenesis
f) Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau hipotalamus
g) Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik
h) Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma
i) Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti, perbaikan
nutrisi, tidak membiasakan penggunaan celana yang panas dan ketat
j) Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang mengandung spermatisida.

7. Cara Mencegah Infertil


 Berbagai macam infeksi diketahui menyebabkan infertilitas terutama infeksi
prostate, buah zakar, maupun saluran sperma. Karena itu, setiap infeksi didaerah
tersebut harus ditangani serius.
 Beberapa zat dapat meracuni sperma. Banyak penelitihan menunjukan pengaruh
buruk rokok terhadap jumlah dan kualitas sperma.
 Alcohol dalam jumlah banyak dihubungkan dengan rendahnya kadar hormone
testosterone yang tentunya akan menganggu pertumbuhan sperma 
 Berperilaku sehat
8. Patofisiologi
a) Pada Wanita
Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita diantaranya gangguan
stimulasi hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan pembentukan FSH dan LH tidak
adekuat sehingga terjadi gangguan dalam pembentukan folikel di ovarium. Penyebab
lain yaitu radiasi dan toksik yng mengakibatkan gangguan pada ovulasi. Gangguan
bentuk anatomi sistem reproduksi juga penyebab mayor dari infertilitas, diantaranya
cidera tuba dan perlekatan tuba sehingga ovum tidak dapat lewat dan tidak terjadi
fertilisasi dari ovum dan sperma. Kelainan bentuk uterus menyebabkan hasil
konsepsi tidak berkembang normal walapun sebelumnya terjadi fertilisasi.
Abnormalitas ovarium, mempengaruhi pembentukan folikel. Abnormalitas servik
mempegaruhi proses pemasukan sperma. Faktor lain yang mempengaruhi infertilitas
adalah aberasi genetik yang menyebabkan kromosom seks tidak lengkap sehingga
organ genitalia tidak berkembang dengan baik. Beberapa infeksi menyebabkan
infertilitas dengan melibatkan reaksi imun sehingga terjadi gangguan interaksi
sperma sehingga sperma tidak bisa bertahan, infeksi juga menyebebkan inflamasi
berlanjut perlekatan yang pada akhirnya menimbulkan gangguan implantasi zigot
yang berujung pada abortus.
b) Pada Pria
Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi hipotalamus dan
hipofisis yang mengakibatkan kelainan status fungsional testis. Gaya hidup
memberikan peran yang besar dalam mempengaruhi infertilitas dinataranya
merokok, penggunaan obat-obatan dan zat adiktif yang berdampak pada abnormalitas
sperma dan penurunan libido. Konsumsi alkohol mempengaruhi masalah ereksi yang
mengakibatkan berkurangnya pancaran sperma. Suhu disekitar areal testis juga
mempengaruhi abnormalitas spermatogenesis. Terjadinya ejakulasi retrograt
misalnya akibat pembedahan sehingga menyebebkan sperma masuk ke vesika
urinaria yang mengakibatkan komposisi sperma terganggu.

V. KLIMAKTERIUM
1. Definisi
Klimakterium adalah periode kehidupan wanita yang dimulai ketika fungsi rahim
mengalami penurunan dan berakhir ketika Rahim benar-benar tidak berfungsi lagi secara
alamiah. Masa ini ditandai dengan berbagai macam keluhan endokrinologis dan vegetatif.

2. Gejala Klimakterium
Keluhan-keluhan yang dapat timbul pada masa klimakterium (Fisik) :
a. Panas pada kulit (hot flushes),
b. Keringat pada malam hari,
c. Kelelahan,
d. Sakit kepala / vertigo,
e. Jantung berdebar-debar,
f. Berat badan bertambah,
g. Sakit dan nyeri pada persendian, bias sampai terjadinya osteoporosis,
h. Kekeringan kulit dan rambut,
i. Kulit genitalia dan uretra menipis dan kering
Keluhan-keluhan yang dapat timbul pada masa klimakterium (Psikis) :
a. Mudah tersinggung,
b. Depresi,
c. Gelisah,
d. Mudah marah,

3. Tahap-tahap Menopause
Menopause terbagi dalam beberapa fase, perubahan wanita menuju masa menopause
antara usia 50-65 tahun yaitu :
a. Fase pra-menopause (klimakterium), pada fase ini seorang wanita akan mengalami
kekacauan pola menstruasi, terjadi perubahan psikologis/kejiwaan dan perubahan
fisik. Berlangsung sekitar 4-5 tahun, ini terjadi pada usia antar 48-55 tahun.
b. Fase menopause, berhentinya menstruasi. Perubahan dan keluhan psikologis fisik
makin menonjol, berlangsung sekitar 3-4 tahun, pada usia antara 56-60 tahun

c. Fase pasca-menopause (senium), terjadi pada usia di atas 60-65 tahun. Wanita
beradaptasi terhadap perubahan psikologis dan fisik, keluhan makin berkurang.

4. Gejala Pasca Klimakterium


Gejala awal yang terjadi pada masa menopause adalah menstruasi menjadi tidak teratur,
cairan haid menjadi semakin sedikit atau semakin banyak, hot flushes yang kadang-
kadang menyebabkan insomnia, palpitasi, pening, dan rasa lemah. Gangguan seksual
(perubahan libido dan disparenia). Gejala-gejala saluran kemih seperti urgensi, frekwensi,
nyeri saat berkemih, infeksi saluran kemih, dan inkontinensia.
Dalam jangka pendek pada masa pra dan pascamenopause, turunnya kadar estrogen
menyebabkan timbulnya suatu gejala yang merupakan sindromma klimakterium dan
dalam jangka panjang dapat menimbulkan penyakit kardiovaskuler, osteoporosis dan
demensia tipe Alzheimer.
Selain itu dapat terjadi Gangguan urogenital, yaitu incontinence urine (berkemih tidak
tertahan), frequency (sering berkemih), dysuria (nyeri berkemih) dan nocturia (berkemih
malam hari) serta dyspareunia (nyeri bersetubuh).

5. Faktor – faktor yang mempengaruhi menopause


Faktor-faktor yang mempengaruhi menopause adalah:
a. Umur sewaktu mendapat haid pertama kali (menarch)
Beberapa penelitian menemukan hubungan antara umur pertama mendapat haid
pertama dengan umur sewaktu memasuki menopause. Semakin muda umur sewaktu
mendapat haid pertama kali, semakin tua usia memasuki menopause.
b. Kondisi kejiwaan dan pekerjaan
Ada peneliti yang menemukan pada wanita yang tidak menikah dan bekerja,umur
memasuki menopause lebih muda dibandingkan dengan wanita sebaya yang tidak
bekerja dan menikah.
c. Jumlah anak
Ada peneliti yang menemukan, makin sering melahirkan, makin tua baru memasuki
menopause. Kelihatannya kenyataan ini lebih sering terjadi pada golongan ekonomi
berkecukupan dibandingkan pada golongan masyarakatekonomi kurang mampu.
Penggunaan obat-obat Keluarga Berencana (KB) Karena obat-obat KB memang
menekan fungsi hormon dari indung telur,kelihatannya wanita yang menggunakan pil
KB lebih lama baru memasukiumur menopause.
d. Merokok
Wanita perokok kelihatannya akan lebih muda memasuki usia menopause
dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok.
e. Cuaca dan ketinggian tempat tinggal dari pemukaan laut
Wanita yang tinggal di ketinggian lebih dari 2000-3000 m dari permukaan laut lebih
cepat 1-2 tahun memasuki usia menopause dibandingkan dengan wanita yang tinggal
di ketinggian < 1000 m dari permukaan laut.
f. Sosio-ekonomi
Menopause  juga dipengaruhi oleh faktor status sosio-ekonomi, di samping
pendidikan dan pekerjaan suami. Begitu juga hubungan antara tinggi badandan berat
badan wanita yang bersangkutan termasuk dalam pengaruh sosio-ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai