Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

SHOLAT QASHAR DAN SHOLAT JAMAK

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqh Ibadah

Dosen Pengampu : Dra. Hj. Darrotul Jannah, MA

Disusun oleh:

1. Lisnawati Nuraida (2008101064)


2. Ina Inayah (2008101060)
3. Ahmad Fajar Alfarizi (2008101062)
4. Risalatul Mu’awanah (2008101058)
5. Abi Maulid Hidayatulloh (2008101056)

KELAS: PAI B/ 2
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
IAIN SYEKH NURJATI CIREBON

Jalan Perjuangan By Pass Sunyaragi Kesambi Cirebon telp (0231) 4891642

1
2021

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunianya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sholat Qashar dan Sholat
Jamak”

Tugas ini disajikan guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah Fiqh Ibadah di IAIN
Syekh Nurjati Cirebon.

Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan didalamnya,
baik dalam penulisan ataupun pembahasannya. Penulis menyadari bahwa itu adalah
kekurangan yang setiap manusia pasti miliki dan kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT
semata.

Akhir kata, penulis berharap akan kritik dan saran untuk penulisan makalah ini dan
semoga dapat memberi manfaat bagi para pembacanya. Amiin

Cirebon, Maret 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................2

DAFTAR ISI........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................4

A. Latar Belakang.........................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................4
C. Tujuan.......................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................5

A. Shalat Qashar...........................................................................................5
B. Dasar Hukum Shalat Qashar…………………………………………..6
C. Tata Cara Shalat Qashar........................................................................7
D. Sholat Jamak……………………………………………………………8
E. Dasar Hukum Shalat Jamak……………………………….…………..9
F. Tata Cara Sholat Jamak……………………………………………….14

BAB III PENUTUP…………………………………………………………….15

A. Kesimpulan.............................................................................................15
B. Saran.......................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam memandang shalat sebagai tiang agama yang dapat membuktikan keislaman
seseorang dan untuk mengukur sejauh mana keimanannya. Shalat adalah ibadah ritual
yang telah ditetapkan tata cara dan waktu pelaksanaannya oleh Allah, Swt. Oleh karena
itu shalat tidak sah bila dilakukan tidak sesuai dengan tata cara dan waktu yang
ditentukan. Namun demikian dalam kondisi-kondisi tertentu Allah memberikan rukhshah
(keringanan) bagi orang-orang yang mengalami kesulitan untuk mengerjakan shalat
sesuai dengan ketentuan dasar tersebut. Tujuan Allah memberikan rukhshah (keringanan)
adalah untuk menghilangkan kesulitan dan kesusahan. Bentuk keringan itu adalah
dibolehkannya menjamak dan mengqashar shalat.

B. Rumusan Masalah

1. Pengertian Shalat Jama' dan Qashar


2. Dasar Hukum Shalat Jama' dan Qashar
3. Syarat Shalat Jama' dan Qashar
4. Tata Cara melaksanakan Shalat Jama' dan Qashar

C. Tujuan

1. Mengerti dan memahami apa itu sholat qashar dan sholat jamak

2. Dapat melaksanakan sholat qashar dan sholat jamak dengan benar

3. Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah fiqh ibadah

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. SHOLAT QASHAR

A. Pengertian dan Dasar Hukum Sholat Qashar

Qashar shalat adalah memendekkan rakaat shalat yang berjumlah empat rakaat menjadi
dua rakaat saja. Shalat yang bisa dipendekkan, menurut kesepapakatan ulama, yaitu shalat
yang berjumlah empat rakaat saja, seperti Zhuhur, Ashar, dan Isya, bukan shalat Subuh dan
Maghrib. Karena, jika shalat Subuh dipendekkan maka rakaat yang tersisa hanya satu rakaat
saja dan itu tidak ada dalam shalat fardhu. Sedangkan jika shalat Maghrib dipendekkan yang
merupakan shalat ganjil di sore hari hari maka akan hilang jumlah ganjilnya.

Para ahli fikih mensyaratkan hal-hal, berikut sebagai syarat sah shalat qashar:

a. Hendaknya perjalanan itu panjang kira-kira ditempuh sejauh dua marhalah atau dua
hari perjalanan ataupun enam belas farsakh menurut mayoritas ulama

b. Hendaknya perjalanan itu dibolehkan (mubah) bukan perjalanan yang diharamkan


ataupun dilarang, seperti perjalanan untuk mencuri, merampok dan semacamnya.

c. Melewati pemukiman dari tempat tinggalnya

d. Hendaknya seorang musafir memulai perjalanannya dari tempat tertentu dan


berniat untuk menempuh jarak qashar tanpa ragu-ragu, karena tidak boleh
mengqashar bagi orang yang bingung, yaitu keluar sendiri tanpa mengetahui kemana
tujuannya.

e. Berpegangan dengan pendapatnya. Siapa yang ikut dengan orang lain yang
memegang kendali urusannya, seperti istri kepada suami, tentara kepada
komandannya, pelayan kepada tuannya dan pelajar kepada gurunya. Masing-masing

5
dari mereka tidak mengetahui tujuan perjalanannya maka tidak boleh mengqashar
shalat.

f. Hendaknya orang yang mengqashar shalat tidak bermakmum kepada orang yang
bermukim atau kepada musafir yang menyempurnakan shalatnya.

g. Hendaknya berniat untuk mengqashar shalat ketika bertakhbiratul ihram.

B.Dasar Hukum Shalat Qashar

َ D‫م‬Dْ DD‫ ُت‬D‫ف‬Dْ D‫خ‬ Dِ D‫ل‬Dٰ DD‫ص‬D‫ل‬D‫ا‬


Dِ D‫ن‬Dْ DD‫ ِا‬Dۖ D‫ة‬D‫و‬ َّ D‫ن‬
َ D‫م‬Dِ D‫ ا‬D‫و‬Dْ D‫ر‬Dُ D‫ص‬Dُ D‫ق‬Dْ َD‫ ت‬D‫ن‬Dْ َD‫ ا‬D‫ح‬D‫ا‬ Dٌ َD‫ ن‬D‫ج‬ Dُ D‫م‬Dْ D‫ك‬Dُ DْD‫َ ي‬D‫ ل‬Dَ‫ ع‬D‫س‬ َ DْD‫َ ي‬D‫َ ل‬D‫ ف‬D‫ض‬ Dِ D‫ر‬Dْ َ ‫اْل‬D‫ ا‬D‫ ى‬D‫ف‬Dِ D‫م‬Dْ DD‫ ُت‬DْD‫ ب‬D‫ر‬
َ Dَ‫ ض‬D‫ ا‬Dَ‫ ذ‬DD‫ ِا‬D‫َو‬
D‫ ا‬DD‫ ًن‬DْD‫ ي‬DD‫ ِب‬DD‫ ُّم‬D‫ ا‬D‫و‬DّDً DُD‫ د‬Dَ‫ ع‬D‫م‬Dْ D‫ك‬Dُ َD‫ ل‬D‫ ا‬D‫و‬Dْ DD‫ن‬D‫ا‬
ُ Dَ‫ ك‬D‫ن‬ Dِ D‫ف‬Dِ D‫ك‬Dٰ D‫ل‬D‫ا‬
َ DْD‫ ي‬D‫ر‬ Dْ D‫ن‬ D َّ DD‫ ِا‬D‫ا‬Dۗ D‫و‬Dْ D‫ر‬
Dُ َD‫ ف‬Dَ‫ ك‬D‫ن‬َ DْD‫ ي‬D‫ذ‬DDِ DDَّ‫ل‬D‫ ا‬D‫م‬Dُ D‫ك‬Dُ َD‫ ن‬DD‫ ِت‬D‫ف‬Dْ DDَّ‫ ي‬D‫ن‬Dْ َD‫ا‬

“Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, Maka tidaklah mengapa kamu men-qashar
shalat(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu
adalah musuh yang nyata bagimu” (Q.S. An-nisa’: 101)

Ulama menjadikan ayat ini sebagai dalil shalat qashar dalam perjalanan. Namun mereka
berbeda pendapat mengenai perjalanan itu sendiri. Ada ulama yang mensyaratkan perjalanan
itu dalam rangka ketaatan. Ada pula ulama yang tidak mensyaratkan demikian, namun
perjalanannya menyangkut kepentingan yang mubah. Dari ketentuan itu dikecualikan
perjalanan dalam rangka kemaksiatan. Ini merupakan pendapat madzhab Syafi’i, Ahmad, dan
para imam lainnya. Ada pula ulama yang berpendapat bahwa perjalalan itu bersifat mutlak,
termasuk perjalanan dalam rangka kemaksiatan. Ini adalah pendapat Abu Hanifah, Al-Tsauri,
dan Dawud. Pandangan mereka ini berdasarkan keumuman ayat.

Adapun Batas Perjalanan Mengqashar Shalat

Ulama berbeda pendapat tentang masalah mengqashar shalat pada waktu dalam
perjalanan (safar). Menurut Syafi’i, Malik ibn Anas dan kebanyakan ulama, boleh
mengqashar shalat dan menyempurnakan shalat, akan tetapi mengqashar shalat lebih utama.
(An Nawawi berkata): Dikalangan kami ada pendapat yang menyatakan bahwa
menyempurnakan shalat lebih utama. Dan satu pendapat lagi yang menyatakan bahwa kedua
pendapat itu sama. Tetapi pendapat yang lebih tepat dan masyhur adalah bahwa mengqashar
lebih utama.

6
Pendapat Ulama dalam menentukan jarak yang memperbolehkan mengqhasar shalat
adalah :

a. Menurut Malik, Syafi’i, Ahmad, dan segolongan Ulama bahwa jaraknya minimal 4 pos,
yaitu ditempuh selama perjalanan sehari dengan perjalanan sedang

b. Menurut Abu Hanifah dan pengikutnya serta ulama Kufah, minimal jaraknya ditempuh
perjalanan selama tiga hari dan qhasar itu hanya boleh dilakukan oleh orang yang bepergian
sangat jauh.

c. Menurut Ibnu Hazm bahwa jarak minimal diperbolehkannya mengqashar shalat adalah satu
mil, ia juga berpendapat bahwa tidak boleh mengqhasar shalat jika jarak bepergian itu kurang
dari satu mil.

Pendapat ini menunjuk pada perbuatan Rasulullah SAW yang bepergian ke Baqi’ untuk
menguburkan jenazah dan keluar adapun batasan bolehnya mengqashar di dalam hadis juga
terdapat perbedaan( ikhtilaf). Ada hadis yang memberikan batasannya tiga mil dan ada pula
tiga farsakh.

C. Tata Cara Sholat Qashar

Tata cara dan rukun dan shalat qashar sama saja seperti sholat fardhu, yang membedakan
hanya niat dan rakaatnya saja

1. Niat Shalat Qashar


(Contoh niat shalat qashar ashar)
‫ض ْال َعصْ ِر َر ْك َعتَ ْي ِن قَصْ رًا ِهللِ تعالى‬ َ ُ‫ا‬
َ ْ‫صلِّى فَر‬
“Aku niat shalat fardu ashar 2 rakaat qashar, karena Allah Ta’ala.”

2. Takbirotul Ikhram
3. Membaca Doa Iftitah
4. Membaca Surah Al-fatihah
5. Membaca Surah Pendek
6. Ruku' dengan tuma'ninah
7. I'tidal dengan tuma'ninah
8. Sujud dengan tuma'ninah
9. Duduk di antara dua sujud dengan tuma'ninah

7
10. Sujud kedua dengan tuma'ninah
11. Berdiri lagi untuk menunaikan rakaat kedua
12. Membaca Surah Al-Fatihah
13. Membaca Surah Pendek
14. Ruku' dengan tuma'ninah
15. I'tidal dengan tuma'ninah
16. Sujud dengan tuma'ninah
17. Duduk di antara dua sujud dengan tuma'ninah
18. Sujud kedua dengan tuma'ninah
19. Tasyahud Akhir dengan tuma'ninah
20. Salam

2. SHOLAT JAMAK

A. Pengertian dan Dasar Hukum Sholat Jamak

Dalam agama Islam, khususnya hukum Islam ( fiqh ) juga dikenal adanya istilah shalat
jama’. Shalat jama’ merupakan salah satu bentuk rukhsah (keringanan) yang telah diberikan
oleh Allah SWT kepada hambaNya dikarenakan adanya sebab-sebab tertentu yang menjadi
seseorang tidak dapat melaksanakan shalat sebagaimana mestinya, yang telah diatur
mengenai waktu pelaksanaannya. Manifestasi dari bentuk kemurahan itu adalah musafir
boleh melakukan qashar ( memperpendek ). Yakni dalam pelaksanaan shalat yang terbilang
empat rakaat , Zhuhur, Ashar, dan Isya’ dijadikan dua rakaat dua rakaat.Shalat jama’ terdiri
dari dua kata yaitu kata “ shalat “ dan kata “jama’“ ,kata ini berasal dari bahasa arab yaitu “
jama’ “. Secara etimologi kata jama’ berarti “ mengumpulkan atau menghimpun “ Dengan
kata lain bahwa shalat jama’ merupakan penggabungan atau pengumpulan dua shalat fardhu
untuk dikerjakan dalam satu waktu.

B. Dasar Hukum Shalat Jamak

Dalil yang menjadi landasan dalam melaksanakan shalat jama’ adalah Hadits yang
diriwayatkan oleh Abu Daud dan Al-Turmudzi dari sahabat Mu’adz yang berbunyi :

8
‫عن معاذ بن جبل أن النبي صلى اهللا عليه وسلم كان فى غزوة تبوك إذا ارتحل قبالن تزيغ الشمس أخر الظهر حتى يجمعها‬
‫ وكان إذا ارتحل قبل‬،‫ زيغ الشمس صلى الظهر والعصر جميعا ثم سار‬D‫إلى العصر يصليهما جميعا وإذا ارتحلبعد‬
‫المغربأخر المغرب حتى يصليها مع العشاء وإذا ارتحل بعد المغرب عجل العشاء فصالها مع المغرب( رواه ابو داود‬

Artinya : “ Dari Muadz bin Jabal ,” bahwasannya Nabi saw dalam perang tabuk, apabila
beliau berangkat sebelum tergelincir matahari, beliau menta’khirkan shalat Zhuhur hingga
beliau kumpulkan dengan shalat Ashar, beliau gabungkan keduanya ( Zhuhur dan Ashar)
waktu Ashar, dan apabila berangkat sesudah tergelincir matahari, beliau kerjakan shalat
Zhuhur dan Ashar sekaligus, kemudian beliau berjalan. Dan apabila beliau berangkat
sebelum Maghrib, beliau menta’khirkan Maghrib hingga beliau melakukan shalat Maghrib
beserta Isya’ dan apabila beliau berangkat sesudah waktu Maghrib beliau segerakan shalat
Isya’ dan beliau menggabungkan shalat Isya’ bersama Maghrib “.(HR. Abu Daud).

Ada juga pendapat lain diriwayatkan oleh Imam Muslim yang mengatakan bahwa
Rasulullah SAW juga pernah melakukan shalat jama’ selain dalam ketakutan ( khauf )
maupun dalam perjalanan ( safar ).

‫حدثنا يحي بن يحي ؛ قال قرأت على مالك عن أبى زبير عن سعيد بن جبير عن ابن عباس قال ؛ صلى رسول اهللا صلى‬
‫اهللا عليه وسلم الظهر والعصر جميعا والمغرب والعشاء جميعا فى غير خوف وال سفر‬

(‫)رواه مسلم‬

Artinya :” Yahya bin Yahya bercerita kepada saya dan berkata : saya menceritakan kepada
Malik hadits dari Abu Zubair, dari Said bin Zubair, dari Ibnu Abbas berkata : Rasulullah saw
pernah menggabungkan antara shalat Zhuhur dan shalat Ashar ataupun Maghrib dan
Isya’dalam satu waktu dalam keadaan tanpa rasa takut maupun sedang dalam perjalanan “.
(HR.Muslim).

Demikianlah hujjah ataupun dalil yang dapat dijadikan pegangan tentang kebolehan untuk
melakukan shalat jama’. Hal tersebut membuktikan bahwa hukum Islam itu tidak kaku tetapi
lentur, juga bagian dari fleksibilitas hukum Islam yang tidak kejam dan tidak memberatkan
bagi umatnya.

C. Syarat dan Tata Cara Shalat Jamak

9
Dalam melaksanakan shalat jamak ini ada dua kategori di dalam pelaksanaan yang
berkaitan dengan waktu pelaksanaannya yaitu shalat jamak taqdim dan jamak ta’khir.

1. Jamak Taqdim

Shalat jamak taqdim dilakukan di waktu awal salat fardhu. Meringkas atau mengerjakan 2
salat wajib sekaligus di waktu salat yang pertama atau awal, yakni :

 Shalat Dzuhur dan Ashar, dikerjakan di waktu Dzuhur. Jika niat jamak saja, tanpa
meringkas (qashar) salat, berarti dikerjakan 4 rakaat Dzuhur hingga salam, dan 4
rakaat Ashar.

 Jika Anda memiliki niat mengerjakan jamak dan qashar sekaligus, berarti dikerjakan
dengan 2 rakaat Dzuhur lalu salam dan lanjut 2 rakaat untuk Ashar.

 Shalat Maghrib dan Isya, dikerjakan di waktu Maghrib. Niat salat jamak Maghrib dan
Isya tanpa qashar, berarti 3 rakaat Maghrib lalu salam dan 4 rakaat Isya.

 Jika memiliki niat mengerjakan jamak dan qashar sekaligus, berarti dikerjakan dengan
3 rakaat Maghrib lalu salam dan lanjut 2 rakaat untuk Isya. Tidak meringkas Maghrib
menjadi 1,5 rakaat.

2. Jamak Takhir
Pemahamannya hampir sama dengan sebelumnya, letak perbedaannya pada niat dan
waktu pengerjaannya. Jamak takhir dilakukan di waktu salat yang terakhir, seperti :

 Shalat Dzuhur dan Ashar, dikerjakan di waktu Ashar. Jika Anda memiliki niat
mengerjakan jamak dan qashar sekaligus, berarti dikerjakan dengan 2 rakaat
Ashar lalu salam dan lanjut 2 rakaat untuk Dzuhur.

 Shalat Maghrib dan Isya, dikerjakan di waktu Isya. Perbedaannya lagi, ketika
mengerjakan salat jamak qashar, berarti 2 rakaat untuk Isya baru salam, dilanjut 3
rakaat untuk Maghrib.

10
Adapun sebab-sebab yang memperbolehkan shalat di jama’ yang disepakati oleh ulama
adalah :

1. Dalam keadaan bepergian ( musafir )

Bepergian adalah melakukan perjalanan ketempat lain yangh dituju karena ada sesuatu
kepentingan . Menjama’ dua shalat ketika bepergian, menurut sebagian besar para ahli
hukumnya boleh. Adapun bepergian yang mendapat kemudahan untuk menjama’shalat
adalah bepergian yang telah memenuhi kriteria shalat qashar

2. Hujan

Seseorang diperbolehkan untuk meleksanakan shalat jama’a dalam keadaan hujan. Hal ini
sesuai dengan sabda Nabi yang diriwayatkan Al-Bukhari yang berbunyi :

‫إن النبي صلى اهللا عليه وسلم جمع بين المغرب والعشاء فى ليلة مطيرة‬

(‫)رواه البخاري‬

Artinya :” Sesugguhnya Nabi saw menjama’ shalat Maghrib dengan shalat Isya’ disuatu
malam yang sedang hujan lebat “. (HR.Bukhari )

Juga hadits yang diriwayatkan oleh Imam Malik yang berbunyi :

‫عن عبداهللا بن عباس انه قال ؛ صلى رسواهللا صلى اهللا عليه وسلم الظهروالعصر جميعا والمغرب والعشاء جميعا فى‬
‫قال مالك أرى ذلك كان فى مطر )رواه مالك‬،‫خوف وال سفر‬  ‫غير‬

Artinya : “ Dari Abdullah bin Ibnu Abbas berkata : bahwa Rasulullah pernah melakukan
shalat Zhuhur dan shalat Ashar dengan menjama’nya, begitu pula halnya dengan shalat
Maghrib dan shalat Isya’ dalam keadaan tidak takut dan tidak bepergian, Imam Malik berkata
: saya berpendapat saat itu dalam keadaan hujan “. ( HR. Malik )

3. Saat berada di Arafah dan Muzdalifah

Setiap umat Islam yang merasa dirinya mampu baik secara fisik maupun non fisik, maka
diwajibkan baginya untuk menunaikan rukun Islam yang kelima yaitu haji. Sedang
pengertian haji adalah sengaja mengunjungi baitullah dengan melakukan amalan-amalan

11
seperti wuquf, thawaf, sa’i, dan lain-lain, serta melakukan amalan-amalan ibadah lainnya
selama waktu tertentu demi menunaikan perintah Allah SWT.

Para ulama telah sepakat tentang dibolehkan melakukan shalat jama’ antara shalat Zhuhur
dengan shalat Ashar sebagai jama’ taqdim di Padang Arafah, dan antara shalat Maghrib
dengan shalat Isya’sebagai jama’ ta’khir di Muzdalifah. Bahkan dikalangan ulama Syafi’iyah
berpendapat bahwa jama’Saat berada di Arafah dan Muzdalifah merupakan kesunahan,
seperti yang tercantum dalam kitab Al-Fiqh Ala Al Madzahib Al-Arba’ah yang berbunyi
sebagai berikut :

‫لكن يسن الجمع اذا كان الحاج مسافرا وكان بعرفة اومزدلفة‬

Artinya : “ Tetapi disunnahkan melakukan shalat jama’ ketika orang yang pergi haji itu
berada di Arafah atau Mudzalifah “.

Orang yang akan melaksanakan shalat Jama’ taqdim haruslah dipenuhi berbagai persyaratan-
persyaratan sebagai berikut :

1. Niat jamak diletakkan pada waktu sholat yang pertama


Sholat jamak taqdim yaitu pada sholat:

- Sholat Dzuhur dan Ashar dikerjakan dalam waktu Dzuhur


- Sholat Maghrib dan 'Isya dikerjakan dalam waktu Maghrib

2. Muwalah atau bersegera


Antara kedua sholat yang digabungkan tidak ada selang waktu yang dianggap lama.
Apabila dalam jamak terdapat pemisah atau renggang waktu yang lama seperti
melakukan sholat sunnah, maka tidak diperbolehkan melakukan jamak.

3. Masih berstatus musafir atau masih dalam perjalanan dan belum sampai tujuan.
Misal ketika sedang takbiratul ihram sampai sholat yang kedua masih dalam waktu
syarat sahnya orang menjamak.

4. Tertib.
Jika musafir melakukan jamak sholat dengan jamak taqdim, maka ia harus

12
mendahulukan sholat yang punya waktu terlebih dahulu. Contoh musafir akan
menjamak sholat Maghrib dengan sholat 'Isya, maka Ia harus mengerjakan sholat
Maghrib terlebih dahulu baru kemudian sholat 'Isya. 

Tata cara sholat jamak taqdim

(contoh : dzuhur dan ashar dilaksanakan pada waktu dzuhur)

1. Niat Shalat Jamak Taqdim

‫ َج ْم َع تَ ْق ِدي ٍْم هلِل تَ َعالى‬ ‫بِ ْال َعصْ ِر‬ ‫ت َمجْ ُموعًا‬


ٍ ‫الظُه ِْر أَرْ بَ َع َر َك َعا‬ ‫ض‬ َ ُ‫أ‬
َ ْ‫صلِّ ْى فَر‬

Artinya: " Aku niat sholat fardhu Dhuhur empat rakaat dijamak bersama Ashar
dengan jamak taqdim karena Allah Ta'ala"

2. Takbirotul Ikhram
3. Melaksanakan sholat Dhuhur empat rakaat seperti biasa
4. Salam
5. Berdiri lagi dan berniat sholat yang kedua yakni Ashar

ٍ ‫أَرْ بَ َع َر َك َعا‬  ‫ ْال َعصْ ِر‬ ‫ض‬


‫بِالظُه ِْر َج ْم َع تَ ْق ِدي ٍْم هلِل تَ َعالى‬ ‫ت َمجْ ُموعًا‬ َ ُ‫أ‬
َ ْ‫صلِّ ْى فَر‬

Artinya: " Aku niat sholat fardhu Ashar empat rakaat dijamak bersama sholat fardlu
Zuhur dengan jamak takdim karena Allah ta'ala."
6. Takbirotul Ikhram
7. Melaksanakan sholat Ashar empat rakaat seperti biasa.
8. Salam

Sedangkan bagi orang-orang yang mengerjakan shalat jama’ ta’khir pun harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :

1. Berniat melakukan jamak takhir jauh sebelumnya.


Misal dalam waktu Dzuhur dan Ashar, saat Dzuhur kita sudah harus berniat akan
menjamak ta'khir sholat Dzuhur dalam waktu Ashar. Jika pada waktu Dzuhur ia
tidak berniat akan menjamak sholat, maka jamak ta'khir tidak sah.

13
2. Masih dalam perjalanan saat menjamak sholat.
Contoh saat sedang takbiratul ihram sampai sholat yang kedua masih dalam waktu
syarat sahnya orang menjamak.

3. Tertib.
Jika musafir melakukan jamak sholat dengan jamak ta'khir, maka ia harus
mendahulukan sholat yang punya waktu terlebih dahulu. Misal jika pada sholat
'Isya, maka musafir melakukan sholat 'Isya terlebih dahulu baru kemudian sholat
Maghrib.

Tata Cara Sholat Jamak Takhir

(Contoh Maghrib dan Isya, Dilaksanakan pada Waktu Isya)

Niat ShalatJamak Takhir.1

‫هلِل تَ َعالى‬ ‫ َج ْم َعتَأْ ِخي ٍْر‬ ‫بِ ْال َعصْ ِر‬ ‫ت َمجْ ُموعًا‬
ٍ ‫الظُه ِْر أَرْ بَ َع َر َك َعا‬ ‫ض‬ َ ُ‫أ‬
َ ْ‫صلِّ ْى فَر‬

Artinya: " Saya niat sholat fardhu Maghrib tiga rakaat dijamak bersama Isya dengan
jamak takhir karena Allah Ta'ala."

2. Takbirotul Ikhram
3. Melaksanakan sholat maghrib tiga rakaat seperti biasa
4. Salam
5. Berdiri lagi dan berniat sholat yang kedua yakni Isya

ِ ‫بِ ْال َم ْغ ِر‬ ‫ت َمجْ ُموعًا‬


‫ب َج ْم َع تَ ْق ِدي ٍْم هلِل تَ َعالى‬ ٍ ‫اَرْ بَ َع َر َك َعا‬ ‫الع َشا ِء‬
ِ  ‫ض‬ َ ُ‫أ‬
َ ْ‫صلِّ ْى فَر‬
Artinya: " Saya niat sholat fardhu Isya empat rakaat dijamak bersama Maghrib
dengan jamak takhir karena Allah Ta'ala."

6. Takbirotul Ikhram
7. Melaksanakan sholat Isya empat rakaat seperti biasa
8. Salam

14
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Islam tidak mempersulit seorang hamba untuk selalu melaksanankan shalat, dan selalu ada
kemudahan disetiap ada kesulitan. Ketika dalam perjalanan ada yang dinamakan shalat
qashar dan sholat jamak. Alasan bolehnya mengqashar shalat lebih khusus dibandingkan
dengan menjama’ shalat. Mengqashar shalat hanya dikhususkan bila dalam perjalanan.
Adapun mengqashar shalat dengan alasan kesibukan tidak dapat dibenarkan karena tidak ada
dalil yang mendukungnya. Menjama’ shalat lebih umum dari mengqashar shalat. Menjama’
shalat boleh dilakukan karena alasan perjalanan, ketakutan, hujan lebat dan lain-lain dengan
syarat bahwa hal tersebut tidak dijadikan kebiasaan.
Saran

Dengan penulisan makalah ini, penulis berharap dengan mengetahui sholat qashar dan jamak
ini, semoga kita juga dapat mengambil manfaat atau faedah yang terdapat didalamnya. Kita
selalu muslim juga bisa mempraktekannya didalam kehidupan, supaya tidak lalai pula akan

15
kewajiban kita terhadap sholat. Akhir kata penulis mohon maaf apabila banyak kesalahan
dalam penyampaian pembahasan makalah ini. Terima kasih

DAFTAR PUSTAKA

Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, ( Damaskus: Darul Fikri, 2007),

Muhammad Ali al-Shabuni, Shafwah al-Tafasir, ( Jakarta: Dar al-Kutub al Islamiyah, 1999)

Ahmad, Musnad al Imam Ahmad ibn Hanbal, (t.tp: Muassasah al-Risalah, 2001)
Anas, Malik ibn, Muwatha’, t.tp: Muassasah Zaid ibn Sulthan, 2004

Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian Dan Aplikasinya, (Jakarta:Ghalia


Indonesia,2002

16

Anda mungkin juga menyukai