Anda di halaman 1dari 17

IV.

PELAKSANAAN PEKERJAAN

Pelaksanaan pekerjaan merupakan kegiatan yang dilakukan setelah kontrak

terhadap proyek selesai dilaksanakan. Pelaksanaan ini dilakukan sesuai dengan

apa yang telah direncanakan dan telah disepakati di dalam kontrak. Dalam

pelaksanaan proyek, kontraktor harus mengacu pada RKS (Rencana Kerja dan

Syarat-Syarat) baik untuk bahan bangunan maupun mutu bangunan.

Pelaksanaan proyek pembangunan gedung SMP Negeri 41 Bandar Lampung

memiliki beberapa bagian pekerjaan utama, diantaranya adalah pekerjaan struktur

dan arsitektur. Semua pekerjaaan ini memiliki durasi waktu masing-masing yang

saling berhubungan satu sama lain. Apabila ada salah satu pekerjaan saja yang

tertunda pelaksanaannya maka akan mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan

lainnya.

Adapun pekerjaan yang diamati penulis saat memulai kerja praktik pada proyek

pembangunan gedung SMP Negeri 41 Bandar Lampung yaitu pekerjaan struktur

yang terdiri dari kolom, balok, pelat, dan tangga.


A. Proses Pelaksanaan Struktur Atas

Berikut adalah prosedur pelaksanaan struktur atas berdasarkan pengamatan

dilapangan.

1. Pekerjaan Kolom

Kolom adalah komponen struktur bangunan yang tugas utamanya

menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak

ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil (SK SNI T-15-1991-

03). Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke

pondasi. Pada pembangunan gedung ini dimensi kolom yang digunakan

bervariasi sesuai dengan perencanaan struktur yang telah dilakukan

sebelumnya.

Pekerjaan kolom pada pembangunan gedung SMP Negeri 41 Bandar

Lampung, yaitu:

a. Fabrikasi

Proses fabrikasi merupakan proses pemotongan dan pembengkokan

besi yang disesuaikan dengan gambar rencana untuk mendapatkan

dimensi besi tulangan yang sesuai, agar dapat mendukung kekuatan

pada beton bangunan sesuai dengan yang direncanakan. Proses

pemotongan besi dilakukan dengan menggunakan alat bar cutter.

Sedangkan proses pembengkokan besi dilakukan dengan menggunakan

alat bar bender.


Gambar 4.1 Proses fabrikasi

b. Perakitan tulangan kolom

Pada pembangunan gedung SMP Negeri 41 Bandar Lampung proses

perakitan tulangan dilakukan dengan cara perakitan langsung. Perakitan

langsung yaitu perakitan kolom dilakukan secara langsung di lokasi

yang sudah direncanakan.

Gambar 4.2 Perakitan tulangan kolom

c. Pemasangan bekisting kolom

Bekisting dapat disebut juga sebagai cetakan. Bekisting kolom dibuat

sebagai acuan pembentukan dimensi beton agar mendapatkan hasil

yang sesuai dengan gambar rencana. Pemasangan bekisting pada kolom


dilaksanakan apabila pelaksanaan pembesian tulangan telah selesai

dilaksanakan.

Gambar 4.3 Pemasangan bekisting kolom

Desain dan pemasangan bekisting kolom pada pembangunan proyek

SMP Negeri 41 Bandar Lampung telah memenuhi persyaratan SNI

2847-2019 Pasal 26.11.1 tentang desain bekisting

d. Pengecoran kolom

Pada proyek pembangunan gedung SMP Negeri 41 Bandar Lampung

pengecoran kolom menggunakan jenis campuran beton ready mix

dengan mutu beton K-300 dan nilai slump 10-12 cm.

Gambar 4.4 Proses pengecoran kolom

Berdasarkan SNI 2847-2019 Pasal 26.5.2, lokasi yang nantinya akan

dilakukan pengecoran harus terbebas dari sisa pecahan , es dan air yang
mengendap. Sembari menuangkan beton kedalam cetakan bekisting

kolom, beton diratakan dengan menggunakan vibrator. Hal ini

bertujuan agar menghilangkan rongga-rongga udara dan gelembung-

gelembung udara saat pengecoran yang dapat mengurangi kekuatan

struktur beton.

e. Pembongkaran bekisting kolom

Pada proyek pembangunan gedung SMP Negeri 41 Bandar Lampung,

pembongkaran bekisting kolom dilakukan setelah kolom berumur ± 1

hari. Berdasarkan ketentuan SNI 2847-2019 26.11.2 tentang pelepasan

bekisting, pembongkaran bekisting dilakukan dengan pertimbangan

beban rencana yang telah dianalisis.

Gambar 4.5. Proses pelepasan bekisting kolom

2. Pekerjaan Balok dan Pelat Lantai

Balok juga merupakan bagian dari struktural sebuah bangunan yang

dirancang untuk menanggung dan mentransfer beban menuju elemen-

elemen kolom yang menopang bangunan. Fungsinya adalah sebagai rangka

penguat horizontal bangunan akan beban-beban. Selain itu balok juga

berfungsi sebagai pengikat kolom-kolom agar apabila terjadi pergerakan


kolom-kolom tersebut tetap pada posisinya semula. (Wahyu Ramadhan,

2016)

Pelat lantai adalah struktur bangunan yang pertama kali menerima beban,

baik beban mati maupun beban hidup yang kemudian menyalurkannya ke

balok. Setelah dari balok beban-beban tersebut didistribusikan ke kolom lalu

itu ke pondasi. Pada proyek pembangunan gedung SMP Negeri 41 Bandar

Lampung ini, pekerjaan balok dan pelat dilaksanakan secara bersamaaan

karena menggunakan mutu yang sama. 

Adapun tahapan persiapan pengerjaan balok dan pelat adalah sebagai

berikut:

a. Pemasangan scaffolding

Scaffolding adalah perancah untuk tumpuan awal bekisting balok dan

pelat agar mempermudah pekerja balok dan pelat, baik pemasangan

tulangan dan pemasangan bekisting. Scaffolding juga memiliki

kemampuan yang sangat baik dalam menopang beban saat pelaksanaan

penulangan dan pengecoran pelat serta balok. Selain itu Scaffolding juga

mudah untuk dibongkar dan dipasang.

Gambar4.5 Pemasangan scaffolding


Tiang-tiang scaffolding yang telah berdiri kemudian disusun secara

teratur sesuai dengan jarak dan ketinggian yang akan dikehendaki.

Pengaturan tinggi scaffolding dapat diatur dengan memutar dan

mengencangkanhead jack dan base jack. Kemudian dilanjutkan

pemasangan kayu kaso diatas scaffolding yang telah disusun untuk

menghindari kemungkinan terjadi lendutan, dan untuk menahan

bekisting balok.

Gambar 4.6 Pemasangan kayu di atas scaffolding.

b. Pemasangan bekisting

Memasang bekisting untuk pelat lantai dan balok dilakukan secara

bersamaan. Bekisting ini terbuat dari triplek. Sebelum dipasang, bekisting

diukur sesuai dengan rencana kerja dan permukaan bekisting diolesi

pelumas (oli) terlebih dahulu agar mudah melepaskannya saat balok

beton telah mengeras. Bekisting balok ini dipasang ke arah memanjang

mengikuti posisi scaffolding (menghubungkan antara kolom yang satu

dengan kolom yang lainnya). Bekisting yang digunakan pada proyek ini

sudah memenuhi ketentuan SNI 2847-2019 Pasal 26.11.1 tentang desain

bekisting.
Gambar 4.7 Bekisting balok dan lantai

c. Pembesian

Pembesian pada balok dirakit langsung di tempat yang akan dipasang.

Tulangan balok, baik balok induk dan balok anak, yang digunakan

disesuaikan dengan jumlah dan dimensi tulangan yang direncanakan.

Gambar 4.8 Pemasangan tulangan balok

d. Setelah pengaturan penulangan selesai dipasang sengkang menggunakan

kawat bendrat. Setelah perakitan sengkang selesai, pada bagian bawah

tulangan balok disangga dengan triplek dan selanjutnya diletakkan beton

tahu dengan tebal sesuai dengan selimut beton yang

direncanakan.Kemudian dilanjutkan dengan pemasangan bekisting.


Gambar 4.9 Pemasangan bekisting balok

e. Setelah pemasangan bekisting balok selesai, dilanjutkan dengan

pemasangan bekisting pelat.

Gambar 4.10 Pemasangan bekistting pelat

f. Setelah pemasangan bekisting pelat selesai, pekerjaan selanjutnya adalah

pembesian pelat. Pembesian pelat dirakit dengan cara menaruh beton

tahu di bawah tulangan pelat untuk menandakan selimut pelat.

Setelahnya merakit tulangan sesuai dengan gambar rencana. Perakitan

tulangan pelat dilakukan langsung di lokasi.


Gambar 4.11 Pemasangan tulangan pelat

g. Setelah itu mengatur jarak antar tulangan. Pertemuan kedua tulangan

tersebut diikat dengan kawat bendrat.

Gambar 4.12 Pemasangan kawat bendrat

h. Pengecoran balok dan pelat lantai dilakukan secarabersamaan dengan

menggunakan mutu yang sama yaitu K-300. Campuran beton tersebut

dibawa oleh Concrete Mixer Truck yang mengangkut adukan beton

readymix dari tempat pencampuran beton ke lokasi proyek. Beton

readymix dipompa lalu disalurkan menggunakan pipa-pipa yang

disambungkan ke tempat yang akan di cor. Pengecoran diawali pada

pelat lalu diteruskan ke sisi-sisi balok. Pengecoran pada proyek ini telah
memenuhi syarat yang tertera pada SNI 2847-2019 Pasal 26.5.2 tentang

pengecoran dan perawatan beton.

Gambar 4.13 Pengecoran pelat dan balok

i. Pada saat pengecoran, setelah beton dituang dan dipadatkan dilakukan

pekerjaan perataan permukaaan beton sesuai dengan ketebalan yang telah

ditentukan.Perataan menggunakan Garukan atau Jidar agar permukaan

halus dan rata.

Gambar 4.14 Perataan permukaan beton

j. Setelah proses pengecoran selesai, maka dapat dilakukan

pembongkaran bekisting pada umur beton kurang lebih 1 minggu.

Pembongkaran harus dilakukan dengan hati–hati agar tidak merusak

struktur beton dan triplek agar dapat digunakan kembali untuk bekisting
balok dan pelat selanjutnya. Pelepasan bekisiting beton harus sesuai

dengan syarat yang tercantum pada SNI 2847-2019 pasal 26.11.2

tentang pelepasan bekisting.

3. Pekerjaan Tangga

Konstruksi tangga pada perencanaan bangunan bertingkat seperti pada

rumah atau bangunan-bangunan publik perlu dirancang sebagus dan

senyaman mungkin. Fungsi dari tangga sebagai penghubung antara lantai

tingkat satu dengan lantai tingkat lainnya pada suatu bangunan. Tahap-tahap

pekerjaan tangga adalah sebagai berikut.

1. Bekisting bordes dan badan tangga

Sebelum memulai pekerjaan bekisting bordes tangga, perlu diperhatikan

elevasi atau ketinggian dari lantai dibawahnya sehingga diketahui

kombinasi alat yang diperlukan, apakah menggunakan perancah kayu

saja atau dengan scaffolding. Bekisting ini tidak perlu dipabrikasi secara

khusus, karena bisa dipabrikasi pada saat penyetelan langsung, yang

perlu dipersiapkan adalah posisi kemiringan badan tangga. Pada bagian

bawah bekisting ini didukung oleh perancah untuk menahan beban serta

mempertahankan posisi kemiringan tangga.


Gambar 4.15 Pemasangan bekisting tangga

2. Pemasangan tulangan badan dan sengkang badan tangga

Pekerjaan pemasangan tulangan tangga dilakukan setelah bekisting

terpasang, tulangan utama dipasang terlebih dahulu, kemudian dirangkai

dengan tulangan sengkang. Bagian bawah tulangan tangga diberi kayu

decking.

Gambar 4.16 Pemasangan tulangan badan tangga

3. Pemasangan tulangan anak tangga

Pemasangan tulangan anak tangga disesuaikan dengan gambar teknis,

tulangan ini dihubungkan dengan tulangan badan tangga dengan cara

diikat dengan kawat, kemudian dipasang tulangan memanjang yang

berfungsi untuk memperkuat anak tangga.


Gambar 4.17 Pemasangan tulangan anak tangga

4. Pemasangan bekisting dinding anak tangga

Trade atau dinding anak tangga dipasang diantara dinding badan tangga

sesuai dengan yang telah digambar pada dinding badan tangga dan

dipaku dari dinding tangga kearah dalam. Untuk memudahkan

pemasangan dapat dilakukan dari bawah keatas.

Gambar 4.18 Pemasangan bekisting anak tangga

5. Pengecoran tangga

Setelah bekisting tangga terpasang kuat maka akan segera dilakukan

pengecoran tangga. Pengecoran dilakukan merata di seluruh bagian

tangga. Pengecoran tangga tidak dilakukan dengan beton ready mix,

melainkan dengan cara manual menggunakan tenaga manusia.


Gambar 4.19 Pengecoran tangga

4. Pengawasan Proyek

1. Tinjauan umum

Pengawasan pada pelaksanaan pembangunan suatu proyek harus

dilakukan dengan tujuan untuk menghindari kemungkinan terjadi

penyimpangan terhadap peraturan yang telah ditetapkan dalam dokumen

kontrak. Selain itu, pengawasan proyek dimaksudkan untuk menjamin

kesesuaian hasil pembangunan dengan rencana pelaksanaan proyek,

program pelaksanaan proyek, perintah dari pengelola proyek dan

ketentuan–ketentuan lain yang ditetapkan serta diisyaratkan dalam

dokumen kontrak, termasuk tindakkan korelatif terhadap penyimpangan

tersebut. Selama proses pekerjaan masih berjalan, pengawasan proyek

berfungsi sebagai alat untuk menghasilkan suatu pekerjaan yang sesuai

dengan rencana pelaksanaan dan setelah pekerjaan selesai, pengawasan

proyek berfungsi sebagai alat evaluasi proyek tersebut.

Pengawasan proyek bukan merupakan alat untuk menunjukkan

keburukan atau kekurangan dari sistem manajemen yang sudah ada,

karena wujud nyata pengawasan proyek merupakan tindakan


pengendalian terhadap semua pekerjaan yang dilaksanakan. Hasil dari

pengawasan dapat dijadikan pedoman pelaksanaan pekerjaan berikutnya.

Pengendalian proyek dilakukan dengan cara tertentu dan teliti agar dapat

dimanfaatkan kembali serta diperoleh biaya yang seekonomis mungkin.

Secara umum pengawasan proyek meliputi hal–hal sebagai berikut.

Dengan merumuskan suatu metode pengendalian proyek yang cermat

dan efisien, diharapkan bisa membantu perencanaan proyek agar lebih

terarah dan berkembang.

a. Penentuan standar

Semua kriteria proyek sebagai tolak ukur dalam menilai hasil karya

pembangunan dari segi mutu, biaya, dan waktu harus senantiasa

disesuaikan dengan Rencana Kerja dan Syarat–syarat (RKS).

b. Pemeriksaan

Pelaksanaan kegiatan pembangunan suatu proyek harus diperiksa

dengan melihat kesesuaian hasil pelaksanaan pekerjaan dengan

rencana yang telah ditetapkan. Selanjutnya ditetapkan evaluasi atau

pengamatan terhadap hasil–hasil pemeriksaan, untuk menjadi bahan

pertimbangan dan sebagai acuan pada pelaksanaan proyek

selanjutnya.

c. Tindakan korelatif

Suatu tindakan harus diambil jika ada penyimpangan terhadap rencana

semula. Hal ini ditujukan untuk mengadakan perbaikan, memperbaiki

penyimpangan, dan mengantisipasi keadaan yang tidak terduga,


sehingga dalam pelaksanaan pekerjaan berikutnya akan diperoleh

syarat–syarat pelaksanaan serta modifikasi gambar.

Pengendalian proyek meliputi:

1. Pengawasan mutu material

2. Pengawasan mutu beton

3. Pengawasan pelaksanaan pekerjaan

4. Evaluasi kemajuan pekerjaan.

Anda mungkin juga menyukai