Anda di halaman 1dari 5

Covid-19 Itu Bangkitkan ITku

Karya: Ernawati, S.Pd.

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh,


Selamat pagi semua,
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT, karena hari ini saya masih
diberikan kesehatan dan keberkahan sehingga saat ini saya diberikan
kesempatan untuk menceritakan pengalaman mengajar di masa covid-19.

Bapak Ibu yang saya hormati,


Mengajar di masa pandemi covid-19 ini merupakan suatu hal yang sangat
asing bagi kami para guru, terutama saya. Untuk pertama kalinya pada tahun
ajaran baru 2020/2021saya tidak bisa menatap wajah-wajah peserta didik
saya secara langsung seperti yang selama ini saya lakukan. Hal ini seakan
ada sesuatu yang terasa hilang, bahkan ada sesuatu yang terasa aneh dalam
dunia saya. Bagaimana tidak aneh! Kami para pendidik diinstruksikan untuk
melaksanakan proses pembelajaran jarak jauh atau disingkat PPJ, baik
secara daring dan luring bagi siswa yang tidak mempuyai gawai.

Walaupun pada semester genap lalu tepatnya 23 bulan Maret 2020 ,


kamipun sudah diintruksikan untuk melanjutkan pembelajaran secara
daring. Namun ada perbedaannya, pertama kala itu saya sudah mengenal
semua peserta didik yang saya ajar. Kedua karena saya mengajar di kelas 9
jadi semua materi saat itu sudah terselesaikan tinggal menghitung hari untuk
ujian. Namun UNBK yang dinantikan tak kunjung datang akibat pandemi
covid-19 melanda hanya USBN yang dapat terlaksana. Pelaksanaan USBK
dilaksanakan secara daring namun aplikasi soal sudah disiapkan dari
sekolah, kami sebagai pendidik sekadar memberikan link saja. Sehingga
tidak terlalu ada permasalahan yang muncul, bahkan untuk peserta didik
yang tidak mempunyai gawaipun mereka tetap ujian secara manual.
Kala itu saya berpikir covid-19 akan segera berlalu dan tidak akan
mengganggu pada tahun ajaran baru. Namun alangkah terkejutnya saya tak
kala tahu kalau tahun ajaran baru 2020 ini guru harus mengajar melalui
daring. Hal ini dikarenakan daerah kami masih ona merah. Mau tidak mau,
suka atau tidak suka, bahkan siap atau tidak siap semua pendidik, peserta
didik, dan orangtua peserta didik harus menerima kenyataan pembelajaran
secara daring.

Alhamdulillah semua peserta yang saya ajar mempunyai gawai, sehingga


saya melaksanakan proses pembelajaran secara daring. Walaupun ada gawai
khusus milik siswa itu sendiri, ada gawai punya orangtuanya, ada gawai
milik bersama (artinya satu gawai dipakai bersama dengan saudaranya).
Menghadapi pembelajaran secara daring saya sebagai guru yang sudah
berusia 50 tahun ke atas dan termasuk pula guru yang kurang piawai dalam
teknologi internet, tentu saya berpikir keras bagaimana cara mengajar secara
daring ini dapat saya melaksanakannya secara efektif dan efiien. Karena jam
pembelajaran pun jauh berkurang dari biasanya.

Kalau ada orang bilang No Galau dalam pembelajaran daring! Saya justru
guru yang galau dalam menghadapi pembelajarn daring. Karena saya sadar
sesadar-sadarnya bahwa IT saya masih pas-pasan belum dapat dikatakan
layak apalagi piawai. Saya selama ini dalam melaksanakan pembelajaran
masih konvensional kalupun menggunakan IT paling saya menggunakan
laptop dan infocus, umtuk file-file sudah saya persiapkan dari rumah di buat
dalam bentuk PPT sehingga tidak begitu ada kendala karena tidak melalui
daring.

Namun saat pandemi covid-19 ini pembelajaran setiap hari harus daring.
Mau tidak mau saya harus bangkit dari ketertingalan saya, ketidaktahuan
saya, bahkan saya tidak malu untuk belajar dan bertanya menggunakan
aplikasi kepada siapa saja yang bisa bahkan kepada teman yang masih
senior yang pandai di bidang IT saya selalu bertanya. Walau usia yang
sudah tidak muda dan keterbatasan IT, saya mencoba untuk ikut webinar-
webinar melalui zoom meeting. Ibarat orang baru belajar berdiri tentu saat
bangkit tidak mungkin langsung dapat berdiri tegak tentu harus dibantu atau
dipandu. Berkat pengalaman beberapa kali ikut zoom meeting, akhirnya
saya bisa menggunakan aplikasi soom meeting saat pembelajaran daring
walau masih tertatih-tatih. Ada rasa terobati dapat memandang wajah
peserta didik walau tidak terlama menggunakannya karena mengingat ada
gawai siswa yang tidak bisa masuk link soom karena sinyal, bahkan ada
yang gawainya memang tidak ada aplikasi zoom, dan ada yang kuotanya
tidak mencukupi.

Melihat kenyataan ini saya menghimbau siswa yang tidak bisa ikut zoom
dengan tetap mmenunggu di whatsApp grup dengan mengirim foto dirinya
sebagai bukti peserta didik itu hadir sekaligus saya dapat melihat wajahnya..
Setelah perkenalan dan menjelaskan dan tanya jawab tentang materi saya
kembali ke grup whatsApp. Karena jika berlama-lama di zoom , karena
zoom meeting banyak menyedot kuota. Selain itu ada sebagian siswa yang
sudah menunggu di wa grup.

Minggu berikutnya saya berusaha bangkit lagi mencari aplikasi apa yang
dapat digunakan untuk pembelajaran daring. Saya pacu diri saya untuk
bangkit dan melek teknologi yang selama ini terabaikan!Lagi-lagi saya
belajar dan mendapat ilmu membuat aplikasi google classroom. Pada
penggunaan aplikasi google classroom saya temukan perbedaan yang
mencolok! Kalau pada dunia nyata untuk masuk ke kelas yang sama, guru
dan siswa masuk pada satu pintu yang sama pula. Namun pada google
classroom walau kelas sama tapi guru masuk pada khusus untuk guru dan
siswa masuk pada khusus siswa. Sehingga cara masuk ke claasroom itu
berbeda. Untuk memudahkan siswa dalam masuk ke classroom siswa harus
buka kode classroom dan ditunjang pula oleh paket dan sinyal yang bagus.
Namun ketika jaringannya bermasalah siswa tidak bisa atau lamban masuk
ke classroom. Selain itu di classroom untuk berinteraksi dengan siswa hanya
bisa chating. Inilah kendala yang saya temui jika menggunakan classroom.
Saya yang terbiasa berbicara saat ngajar merasa sangat tersiksa dalam diam,
dan tengkuk serta tangan saya terasa keram karena terlalu lama menunduk
melihat gawai atau laptop.

Melihat kendala-kendala yang saya temui di atas akhirnya saya berpikir


bagaimana kalau menggunakan aplikasi yang sangat sederhana, mudah, dan
murah tapi berkualitas. Saya bangkit menggunakan aplikasi whatsApp. Saya
mulai mengajar daring dengan whatsApp tetapi metodenya yang saya ubah.
Selama ini kalau berwhatsApp hanya chating saja. Nah saat saya
mengadakan pembelajaran daring dari whatsApp selain chating tapi saya
menggunakan rekam suara (voice note). Dengan metode rekam suara ini
saya bisa menyampaikan materi dengan penjelasan secara langsung dan bisa
berinteraksi dengan siswa walau jauh dimata tapi suaranya dekat ditelinga.
Dan siswa pun merasa lebih nyaman belajar melalui wa metode rekam
suara. Selanjutnya untuk latihan atau tugas saya memberikan alternatif
kepada siswa yang mau mengumpul melalui classroom boleh atau melalui
whatsApp silakan. Ternyata siswa mengumpul tugas melalui whatsApp lebih
banyak dibandingkan classroom. Bahkan ada beberapa teman saya yang
melihat gaya saya mengajar daring menggunakan whatsApp metode rekam
suara mereka ikut juga menggunakannya.

Untuk mengajar di masa pandemi covid-19 saat ini, walau saya


menggunakan aplikasi yang berbeda-beda masih saya temui siswa yang
terlambat hadir dalam kegiatan belajar pada jadwal yang telah ditetapkan
dan ada juga siswa yang lamban dalam mengumpulkan tugas yang telah
diberikan. Menghadapi kenyataan ini saya sebagai pendidik berusaha untuk
menghubungi siswa tersebut dan orangtuanya. Terkadang siswa yang
terlambat hadir itu ada diakibatkan kesiangan bangun tidur dan yang harus
membantu orang tuanya bekerja. Jika terjadi seperti ini saya menghubungi
orangtuanya dan member tahu bahwa anaknya belajar atau sekolah secara
daring mulai pukul 8.00 sampai pukul 10.40. Namun ada siswa yang sering
kehabisan paket atau paketnya minim karena keterbatasan dana untuk
masalah ini saya memberikan arahan kepada siswa untuk lebih
mengaktifkan paketnya pada pagi hari dan dipergunakan paketnya untuk
hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran saja! Untuk memotivasi siswa
tepat waktu hadir saya pun memberikan apresiasi berupa pujian dan
sanjungan.

Itulah temuan atau pengalaman mengajar yang saya dapatkan selama


pembelajaran daring di masa pandemic covid-19. Namun dibalik pendemi
covid-19 ini saya mendapat ilmu teknologi yang selama ini saya abaikan
sekarang harus melek dan bangkit!
Semoga pandemi covid-19 segera berlalu agar kita bisa belajar mengajar
seperti dahulu.
Demikianlah yang dapat saya sampaikan jika ada salah saya mohon maaf.
Sebelum saya tutup saya ingin menyampaikan sebuah pantun:
Jembatan Ampera berhiaskan lampu
Lampu penerang bak bintang bertaburan
Covid-19 itu bangkitkan ITku
Tuk menggapai tujuan pembelajaran.

Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Anda mungkin juga menyukai