Anda di halaman 1dari 5

Struktur Modal

Capital structure atau struktur modal merupakan proporsi atau


perbandingan dalam menentukan pemenuhan kebutuhan
belanja perusahaan, apakah dengan cara menggunakan utang,
ekuitas, atau dengan menerbitkan saham
Adapun yang harus kita ketahui dalam merancang struktur
permodalan adalah:

1. Biaya utang : Secara finansial, biaya utang adalah tingkat suku bunga yang
dibayar
2. Biaya saham : Penerbitan saham baru dianggap mendilusi kepemilikan saham
atau dengan kata lain mengurangi hasil sekuritas yang tentunya berdampak
kepada perolehan laba pemegang saham sekarang

Dari keduanya, perusahaan yang hendak mendapat tambahan modal harus disadari bahwa
bukan hanya utang yang dapat di andalkan, tetapi ada ekuitas. Selain itu, risiko
permodalan dari utang harus disadari betul selain tentu cara membayarnya juga.

Bagaimana cara memperoleh struktur modal yang optimal?

Jika struktur modal ditentukan dengan tepat, maka perusahaan akan t terhindar dari
risiko kegagalan. Namun, apabila dengan berutang perusahaan akan sukses, maka
perusahaan dapat meningkatkan jumlah utang yang diperkirakan dengan mengubah
nilai utang dalam struktur modal.

Menurut Maness (1988), ada beberapa faktor yang mempengaruhi penentuan struktur
modal yang optimal, yaitu :

1. Stabilitas Penjualan

Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih
banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan
perusahaan yang penjualannya tidak stabil.

2. Operating Leverage

Perusahaan yang mengurangi leverage operasinya lebih mampu untuk menaikkan


penggunaan leverage keuangan ( hutang ).
3. Corporate Taxes

Karena bunga tax-deductable, ada sebuah keuntungan jika menggunakan hutang.


Marginal tax rate perusahaan yang lebih tinggi, maka keuntungan menggunakan hutang akan
lebih tinggi, semua yang lainnya dianggap sama.

4. Kadar resiko dari aktiva

Tingkat atau kadar resiko aktiva setiap perusahaan tidak sama. Makin panjang jangka
waktu penggunaan suatu aktiva didalam perusahaan, makin besar derajat resikonya.

5. Lenders dan rating agencies

Jika perusahaan menggunakan hutang semakin berlebih, maka pihak lenders akan
mulai meminta tingkat bunga yang lebih tinggi dan rating agencies akan mulai menurunkan
rating pada tingkat hutang perusahaan.

6. Internal cash flow

Tingkat internal cash flow yang lebih tinggi dan lebih stabil dapat menjastifikasi
sebuah tingkat leverage lebih stabil.

7. Pengendalian

Banyak perusahaan sekarang meningkatkan tingkat hutangnya dan memulai dengan


menerbitkan hutang baru . Tujuan adalah untuk mendapatkan return yang lebih tinggi.,
sedangkan pembelian kembali saham bertujuan untuk lebih meningkatkan tingkat
pengendalian.

8. Kondisi ekonomi

Ketika tingkat suku bunga tinggi, mungkin keputusan pendanaan lebih mengarah pada
short-term debt, dan akan dilakukan refinance dengan long-term debt atau equity jika kondisi
pasar memungkinkan.

9. Preferensi pihak manajemen

Preferensi manajemen terhadap resiko dan gaya manajemen mempunyai peran dalam
hubungannya dengan kombinasi debt-equity perusahaan pada struktur modalnya.

10. Debt covenant

Uang yang dipinjam dari sebuah bank dan juga penerbitan surat hutang dan terwujud
melalui serangkaian kesepakatan (debt covenant).

11. Agency cost

Agency cost adalah sebuah biaya yang diturunkan guna memonitor kegiatan pihak
manajemen untuk menjamin bahwa kegiatan mereka selaras dengan persetujuan antara
manajer, kreditur dan juga para shareholders.
12. Profitabilitas

Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi, dan penggunaan internal financing yang
lebih besar dapat menurunkan penggunaan hutang (rasio hutang).

2.4. Teori-teori yang berhubungan dengan struktur modal

Struktur modal menjadi masalah yang penting bagi perusahaan karena baik buruknya struktur
modal akan mempunyai efek langsung terhadap posisi finansial perusahaan. Terdapat
beberapa teori menyangkut struktur modal diantaranya adalah:

Teori Pendekatan Tradisional

Pendekatan Tradisional berpendapat akan adanya struktur modal yang optimal.


Artinya struktur modal memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan, di mana struktur modal
dapat berubah-ubah agar bisa diperoleh nilai perusahaan yang optimal.

Teori Trade-Off dalam Struktur Modal

Menurut trade-off theory yang diungkapkan oleh Myers (2001), “Perusahaan akan
berhutang sampai pada tingkat utang tertentu, di mana penghematan pajak (tax shields) dari
tambahan utang sama dengan biaya kesulitan keuangan (financial distress)” (p.81).

Biaya kesulitan keuangan (financial distress) adalah biaya kebangkrutan (bankruptcy costs)
atau re-organization, dan biaya keagenan (agency costs) yang meningkat akibat dari turunnya
kredibilitas suatu perusahaan.

Teori Pendekatan Modigliani & Miller

Dalam teori ini berpendapat bahwa struktur modal tidak memengaruhi perusahaan.
Selanjutnya, teori membagi struktur modal menjadi dua, yaitu:

a. Teori MM Tanpa Pajak

b. Teori MM dengan Pajak

Teori Pecking Order

Teori pecking order menjelaskan mengapa perusahaan yang mempunyai tingkat


keuntungan yang lebih tinggi justru mempunyai tingkat utang yang lebih kecil.

Teori Asimetri Informasi dan Signaling

Teori ini mengatakan bahwa dalam pihak pihak yang berkaitan dengan perusahaan
tidak mempunyai informasi yang sama mengenai prospek dan risiko perusahaan. Pihak
tertentu mempunyai informasi yang lebih dari pihak lainnya.
Teori Keagenan (Agency Approach)

Menurut pendekatan ini, struktur modal disusun untuk mengurangi konflik antar
berbagai kelompok kepentingan . Utang bisa dianggap sebagai cara untuk mengurangi
konflik keagenan free cash flow. Jika perusahaan menggunakan utang, maka manajer akan
dipaksa untuk mengeluarkan kas dari perusahaan untuk membayar bunga.

faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan


struktur modal
1. Struktur Aktiva (Tangibility)

semua aktiva yang dimiliki perusahaan berasal dari utang dan modal perusahaan.

perusahaan yang memiliki aktiva tetap lebih banyak daripada aktiva lancarnya cenderung
memiliki utang yang lebih tinggi.

Hal ini dikarenakan aktiva tetap dijadikan jaminan atas hutang jika perusahaan sedang
mengalami kesulitan finansial dan membutuhkan dana dari luar perusahaan

.2. Growth Opportunity

Growth opportunity adalah peluang perusahaan tumbuh di masa depan.

3. Ukuran Perusahaan (Firm Size)

Struktur modal perusahaan kecil biasanya terdiri dari hutang bank atau laba periode
sebelunya saja.

Perusahaan kecil memiliki arus kas yang masih rendah untuk berinvestasi dan cenderung
enggan bekerja sama dengan pihak lain untuk dijadikan partner bisnisnya atau sebaliknya
,pihak lain yang masih enggan bekerja sama dengan perusahaan kecil.

Perusahaan besar memiliki opsi dan akses pendanaan yang lebih banyak dan mudah
dibandingkan dengan perusahaan kecil.

Jadi bisa kita lihat, ukuran perusahaan bisa mempengaruhi struktur modal perusahaan
tersebut.

4. Profitabilitas

Kita semua tahu bahwa perusahaan dengan profit atau keuntungan yang tinggi pasti
memiliki dana internal yang lebih banyak.

perusahaan yang memiliki cadangan laba yang melimpah cenderung membiayai


kebutuhannya menggunakan laba ditahan.

Cadangan laba ditahan yang tinggi memungkinkan perusahaan bisa memenuhi seluruh
kebutuhannya tanpa harus mengambil dana dari luar perusahaan.
Ini menunjukkan tingkat profitabilitas perusahaan bisa mempengaruhi struktur modal
perusahaan.

5. Risiko Bisnis

Semakin tinggi risiko bisnis perusahaan, maka perusahaan cenderung kesulitan dalam
memperoleh pendanaan dari sumber eksternal.

Sangat sulit untuk mencari kreditur yang mau memberikan pinjaman.

Sangat sulit untuk mengajak calon investor lain untuk bergabung dalam perusahaan ini.

Dan hal itu akan mendorong perusahaan untuk memaksa menggunakan dana dari sumber
internal, yaitu Laba ditahan.

Variasi Struktur Modal


Dalam dunia keuangan, pilihan bagi perusahaan tidak hanya ada hutang di satu sisi dan
ekuitas di sisi lain. Ada beberapa pilihan di antara dua titik ekstrimnya.

misalnya jika saham terlalu mahal bagi perusahaan, ada yang namanya saham preferens.
Saham Preferens adalah saham istimewa dimana pemegangnya mendapat kepastian mengenai
berapa jumlah dividen (bagian laba) yang akan diterima.

Demikian juga di sisi lain, jika hutang murah bagi perusahaan, tapi tidak terlalu menarik bagi
pemberi hutang, maka ada yang namanya hutang subordinasi. Hutang Subordinasi
memberikan tingkat suku bunga lebih tinggi bagi kreditur, kreditur baru menerima bunga dan
lain-lain jika kreditur hutang senior sudah menerima semua haknya. Namun, hak kreditur
hutang subordinasi tentu lebih tinggi dari pemegang saham apa pun.

Anda mungkin juga menyukai