Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A.Konsep Dasar Gastroenteritis

2.1. Pengertian

Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari, dengan atau tanpa

darah atau lendir dalam feses. Secara epidemiologik, biasanya diare didefinisikan

sebagai pengeluaran feses lunak atau cair 4 kali atau lebih dalam satu hari, tetapi

ibu mungkin menggunakan istilah berbeda-berbeda untuk menggambarkan diare.

Secara lebih praktis,diare didefinisikan sebagai peningkatan frekuensi defekasi

atau konsistensi feses menjadi lebih lunak pada anak sehingga dianggap abnormal

oleh ibu anak tersebut.(Sodikin,2011)

Diare merupakan masalah kesehatan yang cukup banyak dialami oleh

penduduk Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari meningkatanya angkapenderita dari

tahun ke tahun. Di dunia, sebanyak 6 juta anak meninggal setiap tahun karena

diare, sebagian kejadian tersebut terjadi di negara berkembang. (Mendri,

Prayogi,2017 )

Diare adalah pengeluaran fases yang sering, lunak dan tidak berbentuk

( Pokja SDKI DPP PPNI,2017 )

Gastroentritis disebabkan oleh bakteri,virus dan parasit yang patogen


7
( Whaley & Wong’s, 1995 ). Karakteristik kondisi ini terlihat dari adanya muntah
dan diare akibat infeksi,alergi atau keracunan zat makanan ( Myers, 1995 ).

Gastroentritis dapat menyerang segala usia, karena ia disebabkan oleh

mikroorganisme yang merupakan bagian dari flora yang menghuni tempat di

seluruh permukaan indonesia ( Mardalena, 2018 )

2.2 Patofisiologi

Penyebab gastroentritis akut adalah masuknya virus ( rotravirus,enteris,

Virus Norwalk ). Bakteri atau toksin ( Compylobacter, Salmonella, Escherihia

Coli, Yersenia, danlainnya ), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Bebrapa

mikroorganisme patogen ini menyebab infeksi pada sel-sel, memproduksi

enterontoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pad dinding

usus pada gastroentritis akut. ( Mardalena, 2018 )

Penularan gastroentritis biasa melalui fekal ke oral dari satu penderita ke

penderita lain. Bebrapa kasus ditemui penyebaran patongan diseebabkan oleh

mkanan dan minuman yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab

timbulnya gastroentritis atau diare adalah gangguan osmotic. Ini artinya, makanan

yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus

meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus,isi

rongga usus berlebihan sehingga timbul diare. Selain itu muncul juga gangguan

sekresi akibat tosin dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrollit meningkat

kemudian terjadi diare. Gangguan multilitas usus mengakibatkan hiperperistaltik


8
dan hipoperistaltik. ( Mardalena, 2018 )

Gastroentritis atau diare dapat menimbulkan gangguan lain misalnya


kehilangan air dan elektrolit ( dehidrasi ). Kondisi ini dapat menggangu

keseimbangan asam basa ( asidosis metabolik dan hipokalemian ), gangguan gizi (

intake kurang, output berlebih ), hipoglikema,dan dan gangguan sirkulasi darah.

( Mardalena, 2018 )

Normalnya makanan atau fases bergerak sepanjang usus dengan bantuan

gerakan peristaltik dan segmentasi usus, akan tetapi mikroorganisme seperti

salmonella, escheerichia coli, virio di sertai dan virus entero yang masuk ke dalam

usus dan berkembang biak dapat meningkatkan gerak peristaltik usus tersebut.

Usus kemudian akan kehilangan cairan dan elektrolit kemudian terjadi dehidrasi.

Dehidrasi merupakan komplikasi yang sering terjadi jika cairan yang dikeluarkan

oleh tubuh melebihi cairan yang masuk, dan cairan yang keluar disertai elektrolit.

( Mardalena, 2018 ).

2.3 Pathway
Masukan makanan/minuman yang terkontaminasi

Infeksi pada mukosa usus

Makanan/zat tidak dapat menimbulkan rsngsngsangan peningkatan

serap tertentu yaitu: Menimbulkan gerakan usus

Tekanan osmotik dalam mekanisme tubuh untuk (hiperperistitaltik)

rongga usus meninggi. Mengeluarkan toksin Banyaknya

Terjadi pengeseran air & peningkatan sekresi air dan kesempatan

eletrolit ke dalam rongga elektrolit kedalam rongga usus menyerap

usus usus makanan

isi rongga usus yg

berlebihan akan menimbulkan mekanisme

merangsang usus untuk tubuh untuk mengeluarakan

mengeluarkannya toksin

Diare

Banyak kehilangan elektrolit dan cairan

Resiko kekurangan cairan & elektrolit gangguan rasa nyaman

(Padila,2013)
10

2.4 Etiologi gastroentritis


Faktor-faktor penyebab gastroentritis antara lain:

1. Faktor Virus

a. Infeksi Virus

1) Rotravirus

a) Penyebab tersering diare akut pada bayi, sering didahulu atau

disertai dengan munta.

b) Timbul sepanjang tahun,tetapi biasanya pada musim dingin.

c) Dapat ditemukan demam atau muntah.

d) Di dapatkan penurunan HCC

2) Enterovirus

Biasanya timbul pada musim panas.

3) Adenovirus

a) Timbul sepanjang tahun

b) Menyebaabkan gejala pada saluran pencernaan /pernapasan.

4) Norwalk

a) Epidemik

b) Dapat sembuh sendiri dalam 24-48 jam.

b. Infeksi Bakteri

1) Shigella

a) Semusim, puncaknya pada bulan Juli-September

b) Insiden paling tinggi pada umur 1-5 tahun


11
c) Dapat dihubungkan dengan kejang demam.

d) Muntah yang tidak menonjol


e) Sel polos dalam feses

f) Sel batang dalam darah

2) Salmonella

a) Semua umur tetapi lebih tinggi di bawah umur 1 tahun.

b) Menembus dinding usus, feses berdarah mukoid.

c) Mungkin ada peningkatan temoeratur.

d) Muntah tidakmenonjol

e) Sel polos dalam feses

f) Masa inkubasi 6-40 jam, lamanyan 2-5 hari.

g) Organisme dapat ditemukan pada feses selama berbulan-bulan

3) Escherichia coli

a) Baik yang menembus mukosa ( feses berdarah ) atau yang

menghasilkan entenoksin

b) Pasien (bisanya bayi) dapat terlihat sangat sakit.

4) Campylobacter

a) Sifatnya invasis ( feses yang berdarah dan bercampur mukus )

pada bayi dapat menyebabkan diare berdarah tanpa manifestasi

klinik yang lain.

b) Kram abdomen yang hebat.

c) Muntah / dehidrasi jarang terjadi

5) Yersinia Enterecolitia

12
a) Feses mukosa

b) Sering didapatkan sel polos pada feses.


c) Mungkin ada nyeri abdomen yang berat.

d) Diare selama 1-2 minggu.

e) Seing menyerupai apendicitis.

2. Faktor Non Infeksi

Malabsorbsi bisa menjadi faktor non infeksi pada pasien

gastroentritis. Malabsorbsi akan karbohdrat disakarida ( intoleransi

laktosa, maltosa, dan sukrosa ), atau non sakarida ( intoleransi glukosa,

fruktusa, dan galaktosa). Penyebab non infeksi pada bayi dan anak yang

menderita gastroentritis paling sering adalah intoleransi laktosa.

Malabsorbsi lain yang umum terjadi adalah malabsobsi lemak (long chain

triglceride) dan malabsorbsi protein seperti asam amino, atau B-

laktoglobulin.

3. Faktor makanan

Makanan basi, beracun, atau alergi terhadap makanan tertentu

(milk alergy, food alergy, down milk protein senditive

enteropathy/CMPSE).

4. Faktor Psikologis

Rasa takut dan cemas yang tidak tertangani dapat menjadi

penyebab psikologis akan gangguan gastroentritis.( mardalena,2018)

13
Jenis-Jenis Gastoentritis
Bayi dan anak-anak dikatakan menderita diare bila sudah buang air besar

lebih dari 3 kali perhari,sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah buang air

besar lebih dari 4 kali perhari. Sementara itu, orang dewasa dikatakan diare bila

sudah buang air besar lebih dari 7 kali dalam 24 jam. Jenis-jenis diare antara lain:

1. Diare cair akut. Keluar tinja encer dan mungkin ada darah di dalamnya.

Kondisi ini umumnya berakhir kurang dari 14 hari.

2. Disentri. Diare dengan adanya darah dalam feses, frekuensi BAB sering

dan kuantitas feses sedikit.

3. Diare persinten. Diare yang berakhir dalam 14 hari atau lebih, dan dimulai

dari diare akut atau disentri.( Mardalena,2018)

2.5 Manifestasi Klinis

1. Nyeri perut ( abdominal discomfort )

2. Rasa perih di ulu hati

3. Mual,kadang-kadang sampai muntah

4. Nafsu makan berkurang

5. Rasa lekas kenyang

6. Perut kembung

7. Rasa panas di dada dan perut

8. Regurgitasi( keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba )

9. Diare

10. Demam

11. Membran mukosa mulut dan bibir


14kering

12. Lemah
13. Fontanel cekung ( Mardalena,2018)

2.6 Pencegahan

(Sodikin,2012) Berbagai kuman penyebab diare disebarkan melalui jalan

orofekal seperti air,makanan dan tangan yang tercermar. Upaya pemutusan

penyebaran kuman penyebab harus difokuskan pada cara penyebaran ini.berbagai

upaya terbukti efektik adalah sebagai berikut:

1. Pemberian asi eksklusif (pemberian makanan berupa asi saja pada bayi

umur 4-6 bulan)

2. Menghindari penggunaan susu botol

3. Memperbaiki cara penyimpanan dan penyiaan makanan ( untuk

mengurangi paparan asi dan perkemmbangbiakan bakteri )

4. Penggunaan air bbersih untuk minum

5. Mencuci tangan baik sesudah buang air besar dan membuang fases bayi

sebelum menyiapkan makanan atau saat makan

6. Membuang feses ( termasuk feses bayi ) secara benar

2.7 Pemeiksaan diagnostic

1. Pemeriksaan Tinja

a. Makroskopis dan mikroskopis


15
b. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet
dinistest, bila diduga terdapat intoleransi gula.

c. Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi

2. Pemeriksaan Darah

a. pH darah dan elektrolit ( Natrium,Kalium, Kalsium, dan Fosfor )dalam

serum untuk menentukan keseimbangan asam basa.

b. Kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.

3. Intubasi Duodenum ( Doudenal Intubation )

Untukk mengetahui jasad renik atau parasit secara kualitatif,

erutama dilakukan pada pederita diare kronik. ( Mardalena,2018)

2.8 Penatalaksaan Medis

1. Pemberian cairan unttuk mengganti cairan yang hilang.

2. diatetik: pemberian makanan dan minuman khusus pada penderita dengan

tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu

diperhatikan:

a) Memberi asi.

b) Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori,protein,

c) Vitamin, mineral, dan makanan yang bersih.

3. Monitor dan koreksi input dan output elektrolit.

4. Obat- obatan.
16

a) Berikan antibiotik.
b) Koreksi asidosis metabolik.(Mardalena,2018)

2.9 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Gastroenteritis

2.9.1 Pengkajian

Pengkajian yang sistensi meliputi pengumpulan data analisa data dan

penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara

intervensi,observasi pengkajian fisik

( Mardalena,2018) melliputi:

a. Identitas pasien.

b. Riwayat keperawatan.

1) Keluhan Awalan seragam: Awalnya anak cengeng, gelisah, suhu tubuh

meningkat, anoreksia kemudian timbul diare

2) utama: Fases semakin cair, muntah, bila kehilangan banyak air dan

elektrolit terjadi gejala dehidrai, berat badan menurun. Pada bayi ubun-

ubun besar cekung, tunos dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut

dan bibir kering, frekuensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.

c. Riwayat kesehatan masa lalu. Riwayat penyakit yang diderita, riwayat

pemberian nutrisi

d. Riwayat psikososial

17
Dirawat akan menjadi stresorbagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga,

kecemasan meningkat jika orang setelah menyadari penyakit anaknya, mereka


akan bereaksi dengan marah dan merasakan bersalah.

e. Kebutuhan dasar

1) Pada eliminasi: akan mengalami peerubahan yaitu BAB sedikit atau

jarang. Konsistensi encer

2) Pola nutrisi: diawali dengan mual, muntah, anoreksia,menyebabkan

penurunan berat badan pasien.

3) Pola tidur dan istirahat dan terganggu karena adanya distensi abdomen ang

akan menimbulkan rasa tidak nyaman

4) Pola hygiene: kebiasaan mandi setiap harinya.

5) Aktivitas: akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya

nyeri akibat distensi abdomen.

f. Keadaan Umum

Keadaan umum tampak lemah, kesadaran compos mentis sampai

koma, suhu tubuh tinggi nadi cepat dan lemah, pernapasan agak cepat.

g. Pemeriksaan sistematik

1) Inspeksi: mata cekung, ubun-ubun besar/cekung selaput lendir, mulut

danbibirr kering, berat badan menurun, anus kemerahan.

2) Perkusi: adanyaa distensi abdomen.

3) Palpasi: Turgor kulit kurang elastis.

4) Auskultasi: terdengarnya bising usus

18
h. Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang.
pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi

sehingga berat badan menurun.

i. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan tinja darah lengkap dan duodenum intubation, yaitu

untuk mengetahui penyebab secara kuantitatip dan kualitatif.

(Mardalena,2018)

2.9.2 diagnosa keperawatan

1) Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan output cairan yangbberlebih.

2) Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhuubungan

dengan mual dan muntah.

3) Gangguan intekgritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekuensi BAB

yang berlebihan.

4) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.

5) Kurrang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang

penyakit, prognosis dan pengobatan.

6) Peningkatan suhu tubuh( Hipertermi) berhubungann dengan proses infeksi

skunder terhadap diare.

19
2.9.3 intervensi
Diagnosa:

1. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan output cairan yang berlebuhan.

1) Tujuan: Defisit cairan dan elektrolit teratasi.

2) Kriteria Hasil:

a) Tanda –tanda dehidrasi tidak ada.

b) Mukosa mulut.

c) Bibir lembab.

d) Cairan seimbang.

3) Intervensi:

a) Observasi tanda-tanda vital.

b) Observasi tanda-tanda dehidrasi.

c) Ukur input dan output cairan (balans cairan)

d) Berikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan minum yang banyak

kurang lebih 200-700 cc per hari..

e) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi cairan dan

pemerksaan laboratoium elektrolit.

f) Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian cairan rendah sodium.

20
Diagnosa:
2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhuubungan dengan mual dan muntah.

1) Tujuan: Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi teratasi

2) Kriteria Hasil:

a) Intake nutrisi pasien meningkat.

b) Diet habis 1 porsi yang disediakan.

c) Mual dan muntah tidak ada.

3) Intervensi:

a) Kaji pada nutrisi pasien dan perubahan yang terjadi.

b) Timbang berat badan pasien.

c) Kaji faktor penyebab gangguan pemenuhan nutrisi.

d) Lakukan pemeriksaan fisik abdomen ( palpasi, perkusi, dan

auskultasi).

e) Berikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi sering.

f) Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet pasien.

Diagnosa:

3. Gangguan intekgritas kulit bberhubungan dengan iritasi, frekuensi

BAB yang berlebihan.

1) Tujuan: Gangguan integritas kulit teratasi

2) Kriteria Hasil:

a) Integritas kulit kemmbali normal


21

b) Iritasi tidak ada


c) Tanda-tandainfeksi tidak ada.

3) Intervensi:

a) Ganti pokok anak jika basah.

b) Bersihkan bobong dokter dalam pemberian.

c) Beri zalp zinc oxsida bila terjadi iritasi pada kullit.

d) Observasi bokong dan perineun dari infeksi.

e) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian teerapi antifungi sesuai

indikasi.

Diagnosa:

4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.

1) Tujuan: nyeri dapat teratasi.

2) Kriteria Hasil:

a) Nyeri dapat beerkurang/hilang

b) Ekspresi wajah tenang.

3) Intervensi:

a) Obsservasi tannda-tanda vital.

b) Kaji ttingkat rasa nyeri.

c) Atur posisi yang nyaman baagi pasien.

d) Beri kompres hangat pada abdomen.

e) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetiksesui indikasi.


22
Diagnosa:
5. Kurrang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

tentang penyakit, prognosis dan pengobatan.

1) Tujuan: pengetahuan keluarga meningkat

2) Kriteria Hasil:

a) Keluarga pasien mengeri dengan proses penyakit pasien.

b) Ekspresi wajah tenang.

3) Intervensi:

a) Kaji tingkat pendidikan keluarga pasien.

b) Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang proses penyakit pasien..

c) Jelaskan tentang proses penyakit pasien dengan melalui proses.

d) Bberikan kesempatan pada keluarga bila ada yang belum

dimengertinya.

e) Libatkan keluarga dalam pembeerian tinndakan pada pasien.

Diagnosa

6. Hipertermi bberhubunngan dengan adanya infeksi

1) Tujuan: seterah dilakukan intervensi keperawatan 2x24 jam diharapkan

sushu dalam batas normal.

2) Kriteria Hasil:

a) Nadi 90x/menit, RR 24 mmHg, Suhu 38,8oC

3) Intervensi:
23
a) Monitor TTV
b) Berikan obat antipiretik

c) Kompres passien pada frontal dan axial

d) Anjurkan memakai-pakaian yang menyerap keringat

2.9.4. Implementasi

Implementasi adalah langkah keempat dari proses keperawatan dimana

merupakan realitas dari rencana keperawatan yang telah di susun, dan dalam

pelaksanaan tindakan keperawatan perawat harus bekerjasama dengan

klien,keluarga dan petugas kesehatan lainnya.

2.9.5. Evaluasi

Evaluasi adalah proses pennilaian pencapaian tujuan serta pengkajaian

ulang rencana perawatan atau mengukur kebehasilan dari rencana dan

pelaksanaan tindakan perawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebbutuhan

pasien.

24

Anda mungkin juga menyukai