Ady Fratama Babii SK
Ady Fratama Babii SK
TINJAUAN TEORITIS
2.1. Pengertian
Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari, dengan atau tanpa
darah atau lendir dalam feses. Secara epidemiologik, biasanya diare didefinisikan
sebagai pengeluaran feses lunak atau cair 4 kali atau lebih dalam satu hari, tetapi
atau konsistensi feses menjadi lebih lunak pada anak sehingga dianggap abnormal
penduduk Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari meningkatanya angkapenderita dari
tahun ke tahun. Di dunia, sebanyak 6 juta anak meninggal setiap tahun karena
Prayogi,2017 )
Diare adalah pengeluaran fases yang sering, lunak dan tidak berbentuk
2.2 Patofisiologi
enterontoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pad dinding
timbulnya gastroentritis atau diare adalah gangguan osmotic. Ini artinya, makanan
yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus
meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus,isi
rongga usus berlebihan sehingga timbul diare. Selain itu muncul juga gangguan
sekresi akibat tosin dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrollit meningkat
( Mardalena, 2018 )
salmonella, escheerichia coli, virio di sertai dan virus entero yang masuk ke dalam
usus dan berkembang biak dapat meningkatkan gerak peristaltik usus tersebut.
Usus kemudian akan kehilangan cairan dan elektrolit kemudian terjadi dehidrasi.
Dehidrasi merupakan komplikasi yang sering terjadi jika cairan yang dikeluarkan
oleh tubuh melebihi cairan yang masuk, dan cairan yang keluar disertai elektrolit.
( Mardalena, 2018 ).
2.3 Pathway
Masukan makanan/minuman yang terkontaminasi
mengeluarkannya toksin
Diare
(Padila,2013)
10
1. Faktor Virus
a. Infeksi Virus
1) Rotravirus
2) Enterovirus
3) Adenovirus
4) Norwalk
a) Epidemik
b. Infeksi Bakteri
1) Shigella
2) Salmonella
d) Muntah tidakmenonjol
3) Escherichia coli
menghasilkan entenoksin
4) Campylobacter
5) Yersinia Enterecolitia
12
a) Feses mukosa
fruktusa, dan galaktosa). Penyebab non infeksi pada bayi dan anak yang
Malabsorbsi lain yang umum terjadi adalah malabsobsi lemak (long chain
laktoglobulin.
3. Faktor makanan
enteropathy/CMPSE).
4. Faktor Psikologis
13
Jenis-Jenis Gastoentritis
Bayi dan anak-anak dikatakan menderita diare bila sudah buang air besar
lebih dari 3 kali perhari,sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah buang air
besar lebih dari 4 kali perhari. Sementara itu, orang dewasa dikatakan diare bila
sudah buang air besar lebih dari 7 kali dalam 24 jam. Jenis-jenis diare antara lain:
1. Diare cair akut. Keluar tinja encer dan mungkin ada darah di dalamnya.
2. Disentri. Diare dengan adanya darah dalam feses, frekuensi BAB sering
3. Diare persinten. Diare yang berakhir dalam 14 hari atau lebih, dan dimulai
6. Perut kembung
9. Diare
10. Demam
12. Lemah
13. Fontanel cekung ( Mardalena,2018)
2.6 Pencegahan
1. Pemberian asi eksklusif (pemberian makanan berupa asi saja pada bayi
5. Mencuci tangan baik sesudah buang air besar dan membuang fases bayi
1. Pemeriksaan Tinja
2. Pemeriksaan Darah
diperhatikan:
a) Memberi asi.
4. Obat- obatan.
16
a) Berikan antibiotik.
b) Koreksi asidosis metabolik.(Mardalena,2018)
2.9.1 Pengkajian
( Mardalena,2018) melliputi:
a. Identitas pasien.
b. Riwayat keperawatan.
2) utama: Fases semakin cair, muntah, bila kehilangan banyak air dan
elektrolit terjadi gejala dehidrai, berat badan menurun. Pada bayi ubun-
ubun besar cekung, tunos dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut
dan bibir kering, frekuensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.
pemberian nutrisi
d. Riwayat psikososial
17
Dirawat akan menjadi stresorbagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga,
e. Kebutuhan dasar
3) Pola tidur dan istirahat dan terganggu karena adanya distensi abdomen ang
5) Aktivitas: akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya
f. Keadaan Umum
koma, suhu tubuh tinggi nadi cepat dan lemah, pernapasan agak cepat.
g. Pemeriksaan sistematik
18
h. Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang.
pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi
i. Pemeriksaan penunjang
(Mardalena,2018)
yang berlebihan.
19
2.9.3 intervensi
Diagnosa:
2) Kriteria Hasil:
b) Mukosa mulut.
c) Bibir lembab.
d) Cairan seimbang.
3) Intervensi:
20
Diagnosa:
2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2) Kriteria Hasil:
3) Intervensi:
auskultasi).
e) Berikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi sering.
Diagnosa:
2) Kriteria Hasil:
3) Intervensi:
indikasi.
Diagnosa:
2) Kriteria Hasil:
3) Intervensi:
2) Kriteria Hasil:
3) Intervensi:
dimengertinya.
Diagnosa
2) Kriteria Hasil:
3) Intervensi:
23
a) Monitor TTV
b) Berikan obat antipiretik
2.9.4. Implementasi
merupakan realitas dari rencana keperawatan yang telah di susun, dan dalam
2.9.5. Evaluasi
pasien.
24