Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

SINDROM INFLAMASI (SYOK SEPSIS)

Disusun oleh :
Agung Jaya Wahyudin 4002160042
Dea Siti Nurjanah 4002160079
Gina Nurul Fadilah 4002160059
Mitha Ayu Lestari 4002160101
Nurhalisa Setia Ningrum 4002160072
Rifki Eka Diastanto 4002160117
Robiyul Anas 4002160076
Sambodo Prayoga 4002160145
Sri Desty Karlina F 4002160031

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES DHARMA HUSADA BANDUNG
2019
A. Definisi
Sepsis adalah suatu keadaan ketika mikroorganisme menginvasi tubuh dan
menyebabkan respon inflamasi sitemik. Respon yang di timbulkan sering menyebabkan
penurunan perfusi organ dan disfungsi organ. Jika disertai hipotensi maka dinamakan
syok sepsis. ( Linda D.U, 2006 ).
Syok septik adalah syok yang di sebabkan oleh infeksi yang menyebar luas yang
merupakan bentuk paling umum syok distributif. Pada kasus trauma, syok septik terjadi
bila pasien datang terlambat beberapa jam kerumah sakit. Syok septik trauma terjadi pada
pasien-pasien dengan luka tembus abdomen dan kontaminasi rongga peritorium dengan
isi usus.

B. Etiologi
Mikroorganisme penyebab syok septik adalah bakteri gram negatif. Ketika
mikroorganisme menyerang jaringan tubuh, pasien akan menunjukan respon imun.
Respon imun ini membangkitkan aktivasi berbagai mediator kimiawi yang mempunyai
berbagai efek yang mengarah pada syok, yaitu peningkatan permiabilitas kapiler, yang
mengarah pada pembesaran cariran dari kapiler dan vasodilatasi.
Bakteri gram negatif menyebabkan infeksi system sistemik yang mengakibatkan
kolaps kardiovaskuler. Endotoksin basil gram negative ini menyebabkan vasodilatasi
kapiler dan terbukanya hubungan pintas arteriopena periver. Selain itu, terjadi
peningkatan permeabilitas kapiler. Peningkatan kapisitas vaskuler karena vasodilitasi
periver menyebabkan terjadinya hypovolemia relative sedangkan peningkatan
permeabilitas kapiler menyebabkan ke hilangan cairan intravaskuler ke intertisial yang
terlihat sebagai udem. Pada syok septic hipoksia, sel yang terjadi tidak di sebabkan oleh
penurunan perfusi jaringan melainkan karena ke tidakmampuan sel untuk menggunakan
oksigen karena toksin kuman. Gejala syok septic yang mengalami hipovolemia sukar di
bedakan dengan syok hypovolemia ( takikardia, vasokonstriksi periver, produksi urin <
0.5 cc / kg/ jam, tekanan darah sistolik turun dan menyempitnya tekanan nadi ). Pasien-
pasien septic dengan volume intravaskuler normal atau hampir normal, mempunyai
gejala takikardia, kulit hangat, tekanan sistolik hampir normal, dan tekanan nadi yang
melebar.
C. Manifestasi Klinis
Pertanda awal dari syok septic sering berupa penurunan kesiagaan mental dan
kebingungan, yang timbul dalam waktu 24 jam atau lebih sebelum tekanan darah turun.
Gejala ini terjadi akibat berkurangnya aliran darah ke otak. Curahan darah dari jantung
memang meningkat, tetapi pembulu darah melebar sehingga tekanan darah turun.
Pernafasan menjadi cepat, sehingga paru-paru mengeluarkan karbondioksida yang
berlebihan dan kadar nya di dalam darah menurun. Gejala awal berupa menggigil hebat,
suhu tubuh yang naik sangat cepat, kulit hangat dan kemerahan, denyut nadi yang lemah
dan tekanan darah yang turun naik. Produksi air kemih berkurang meskipun curahan
darah dari jantung meningkat. Pada stasium lanjut, suhu tubuh sering turun sampai di
bawah normal.

Bila syok memburuk, beberapa organ mengalami kegagalan:

Gingal : produksi air kemih berkurang

Paru-paru : gangguan pernafasan dan penurunan kadar oksigen dalam darah

Jantung : penimbunan cairan dan pembengkakan. Bisa timbul bekuan darah di


dalam pembulu darah

D. Patofisiologi
Infeksi sistemik yang terjadi biasanya karena kuman gram negative yang
menyebabkan kolaps kardiovaskuler. Endotoksin basil gram negative ini menyebabkan
vasodilatasi kapiler dan terbukanya hubungan pintas arteriovena perifer. Selain itu, terjadi
peningkatan permebilitas kapiler. Peningkatan kapasitas vaskuler karena vasodilatasi
perifer menyebabkan terjadinya hypovolemia relative, sedangkan peningkatan-
peningkatan permeabilitas kapiler menyebabkan kehilangan cairan intravaskuer ke
intertisial yang trlihat sebagai oedema. Pada syok septic hipoksia, sel yang terjadi tidak
disebabkan oleh penurunan perfusi jaringan melainkan karena ketidakmampuan sel untuk
menggunakan oksigen karena toksin kuman. Gejala syok septic yang mengalami
hypovolemia sukar dibedakan dengan syok hypovolemia (takikardia, vasokontriksi
perifer, produksi urin lebih 0,5cc/KgBB/jam, tekanan darah sistolik turun dan
menyempitnya tekanan nadi). Pasien-pasien sepsis dengan volume intravaskuler normal
atau hampir normal, mempunyai gejala takikardia, kulit hangat, tekanan sistolik hamper
normal, dan tekanan nadi yang melebar.

E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Biakan : dari darah, sputum, urin, luka operasi atau non operasi dan aliran invasive
(selang atau kateter) hasil positif tidak perlu untuk diagnostic.
2. Lekositosis atau leukopenia, trombositopenis, granulosit toksik, CRP (+), LED
meningkat dan hasil biakan kuman penyebab dapat (+) atau (-)
3. Gas gas darah arteri : alkalosis respiratorik terjadi pada sepsis (PH >7,45 , PCO 2 <35)
dengan hipoksemia ringan (PO2 > 80)

F. Penatalaksanaan Medis
Pasien dengan syok septic memerlukan pemantauan cepat dan agresif serta
penatalaksanaan dalam unit perawatan kritis. Penatalaksanaannya melibatkan seluruh
system organ yang mmelukan pendekatan tim dari berbagai disiplin, antaralain :
1. Terapi-terpi definitive
a. Identifikasi dan singkirkan sumber infeksi
b. Multiple antibiotic septrum luas
2. Terapi-terapi suportif
a. Pulihkan volume intravskuler
b. Pertahankan curah jantung yang adekuat
c. Berikan dukungan metabolic yang sesuai
3. Terapi-terapi penelitian
a. Anti histamin
b. Nalokson
c. Inhibitor neutrophil
d. Inhibitor prostaglandin (obat anti inflamatori non steroidal)
e. Steroid
G. Konsep dasar keperawatan
A. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
Selalu menggunakan pendekana ABCDE
a. Airway :
 Yakinkan kepatenan jalan napas
 Baerikan alat bantu napas jika perlu
 Jika terjadi penurunan fungsi pernapasa segera kontak ahli anastesi dan
bawa segera mungkin ke ICU
b. Breathing
 Kaji jumlah pernapasan lebih dari 24 kali per menit merupakan gejala yang
signifikan
 Kaji saturasi oksigen
 Periksa gas darah arteri untuk mengkaji status oksigenasi dan
kemungkinan asidosis
 Berikan 100% oksigen melalui non rebreath masker
c. Circulation
 Kaji denyut jantung >100x/menit merupakan tanda signifikan
 Monitoring tekanan darah
 Periksa waktu pengisian kapiler
 Pasang infus dengan menggunakan kanul yang besar
 Berikan cairan koloid – gelofusin atau haemaccel
d. Disability
Bingung merupakan salah satu tanda pertama pada pasien sepsis padahal
sebelumnya tidak ada masalah (sehat dan baik) Kaji tingkat kesadaran dengan
menggunakan AVPU
e. Exposure
Jika sumber infeksi tidak diketahui, cari adanya cidera, luka dan tempat
suntikan dan tempat sumber infeksi lainya.
2. Pengkajian sekunder
a. Aktivitas dan istirahat
Subjektif: menurunya tenaga atau kelelahan dan insomnia
b. Sirkulasi
 Subjektif: riwayat pembedahan jantung / bypass cardiopulmonary,
fenomena embolik (darah, udara,lemak)
 Objektif: tekanan darah bisa normal atau meningkat (terjadinya
hipoksemia), hipotensi terjadi pada stadium lanjut (syok)
 Heart rate: takikardi biasa terjadi
 Bunyi jantung: normal pada fase awal, S2 (komponen pulmonic) dapat
terjadi disritmia dapat terjadi, tetapi ECG sering menunjukan normal.
 Kulit dan membrane mukosa: mungkin pucat, dingin. Cyanosis biasa
terjadi (stadium lanjut)
c. Integritas Ego
 Subjektif: keprihatinan atau ketakutan, persaan dekat dengan kematian
 Objektif: restlessness, agitasi, gemetar, iritabel, perubahan mental
d. Makanan / cairan
 Subjektif: kehilangan selera makan, nausea
 Objektif: formasi edema/ perubahan berat badan, hilang/melemahnya
bowel sound.

e. Neurosensory
 Subjektif atau objektif: gejala trauma kepala, kelambatan mental, disfungsi
motorik
f. Respirasi
 Subjektif: riwayat repirasi, merokok/ inhalasi gas, infeksi pulmolal diffuse,
kesulitan bernapas akut atau kronis. “air hunger”
 Objektif: aspirasi, rapid, swallow, grunting,
g. Rasa aman
 Subjektif: adanya riwayat trauma tulang/ fraktur, sepsis, tranfusi darah,
episode anaplastic
h. Seksualitas
 Subjektif atau objektif: riwayat kehamilan dengan komplikasi eclampsia

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhna O2 edema paru
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload dan freeload
Hipertermi berhubungan dengan infeksi
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan cardiac output yang
tidak mencukupi
4. Intoleransi aktivitas berhuungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan O2
5. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

C. Intervensi

Diagnose Tujuan Intervensi


Ketidak efektifan pola nafas Setelah dilakukan asuhan Airway management
berhubugan dengan keperawatan selama …… x 1. Buka jalan nafas
ketidakseimbangan anatra 24jam, paien akan : 2. Posisikan pasien untuk
suplai dan kebutuhan 1. TTV dalam rentang memaksimalkan
oksigen edema paru normal ventilasi (fowler atau
2. Menunjukan jalan semifowler)
nafas yang paten 3. Auskultasi suara nafas,
3. Mendemonstrasikan catat adanya suara
suara nafas yang tambahan
bersih tidak ada 4. Monitor respirasi dan
sianosis dan dispneu status oksigen
5. Monitor TTV
Penurunan curah jantung Setelah dilakukan asuhan Cardiac care
berhubungan dengan keperawatan selama …… x 1. Catat adanya tanda dan
perubahan afterload dan 24jam, paien akan : gejala penurunan
preload 1. Menunjukan TTV kardiak output
dalam rentang normal 2. Monitor balance cairan
2. Tidak ada oedema paru 3. Catat adanya distrimia
dan tidak ada asites jantung
3. Tidak ada penurunan 4. Monitoring TTV
kesadaran 5. Atur periode latihan dan
4. Dapat mentoleransi istirahat untuk
aktivitas dan tidak ada menghindari kelelahan
kelelahan 6. Monitor status
pernafasan yang
menandakan gagal
jantung
Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan asuhan Fever Treatmen
dengan proses infeksi keperawatan selama …… x 1. Observasi TTV setiap
24jam, paien akan : 3jam
1. Suhu tubuh dalam 2. Beri kompres hangat
rentang normal pada bagian lipatan
2. Tidak ada perubahan tubuh (paha dan axila)
warna kulit dan tidak 3. Monitor intake dan
ada pusing output
3. Nadi dan respirasi 4. Monitor warna dan suhu
dalam rentang normal kulit
5. Berikan obat
antipireutik
Temperature Regulation
1. Beri banyak minum (≤1-
1.5lt/hari) sedikit tapi
sering
2. Ganti pakaian klien
dengan bahan tipis
menyerap keringat
Ketidakefektifan perfusi Setelah dilakukan asuhan Manajemen sensasi perifer
jaringan perife berhubungan keperawatan selama …… x 1. Monitor TD dan Nadi
dengan kardiak output yang 24jam, paien akan : apical setiap 4 jam
tidak mencukupi 1. Tekanan sistol dan 2. Instruksikan keluarga
diastole dalam rentang untuk mengobservasi
normal kulit jika ada lesi
2. Menunjukan tingkat 3. Monitor adanya daerah
kesadaran yang baik tertentu yang hanya pka
terhadap panas atau
dingin
4. Kolaborasi obat
antihipertensi
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan asuhan Activity theraphy
berhubungan dengan keperawatan selama …… x 1. Kaji hal-hal yang
ketidakseimbangan anatara 24jam, paien akan : mampu dilakukan klien
suplai dan kebutuhan 1. Berpartisipasi dalam 2. Bantu klien memenuhi
oksigen aktivitas fisik tanpa kebutuhan aktivitasnya
disertai peningkatan sesuai dengan tingkat
TD nadi dan respirasi keterbatasan klien
2. Mampu melakukan 3. Beri penjelasan tentang
aktivitas sehari-hari hal-hal yang dapat
secara mandiri membantu dan
3. TTV dalam rentang meningkatkan kekuatan
normal fisik klien
4. Status sirkulasi baik 4. Libatkan keluarga dalam
pemenuhan ADL klien
5. Jelaskan pada keluarga
dank lien tentang
pentingnya bedrest
ditempat tidur
Ansietas berhubugan dengan Setelah dilakukan asuhan Anxiety reduction
perubahan status kesehatan keperawatan selama …… x 1. Kaji tingkat kecemasan
24jam, paien akan : 2. Jelaskan prosedur
1. Mampu pengobatan perawatan
mengidentifikasi dan 3. Beri kesempatan pada
mengunkapkan gejala keluarga untuk bertanya
cemas kondisi pasien
2. TTV normal 4. Beri penejlasan tiap
3. Menunjukan teknik prosedur atau tindakan
untuk mengontrol rasa yang akan dilakukan
cemas terhdap pasien dan
manfaatnya bagi pasien
5. Beri dorongan spiritual

DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C. 1997. Buku Ajar Fisiolohi Kedokteran. Jakarta: EGC

Judith M. Wilkinson & Nancy R. Ahem. 2012. Diagnosa Keperawatan Nanda NIC NOC. Jakarta
: EGC
Nurarif, Amin Huda, Kusuma, Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA NIC NOC.
Jakarta : Medi Action Publishing

Hudak, Carolyn M. 1996. Keperawatan Kritis. Jakarta: EGC

Price, Sylvia A. 1995. Patofisiologi: konsep Klinis Proses Proses Penyakit. Jakarta: EGC

Smletzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai