Anda di halaman 1dari 11

RINOSINUSITIS AKUT…(Elvia, Irwan K)

RINOSINUSITIS AKUT DENGAN KOMPLIKASI


ABSES PERIORBITA
(Laporan Kasus)

Elvia, Irwan Kristyono

Dep/SMF Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok


Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo Surabaya

PENDAHULUAN rinosinusitis bakterial akut (RBA)


Rinosinusitis akut maupun adalah Streptococcus Pneumonia,
kronis merupakan penyakit infeksi Haemophilus Influenza,
yang sering terjadi pada usia anak– Staphylococcus Aureus, dan
2
anak dan dewasa. Rinosinusitis Moraxella Catarrhalis.
bakterial akut dan kronis mempunyai Tiga kriteria diagnosis
potensi untuk menjadi serius karena rinosinusitis akut yang diduga
komplikasinya.1 berasal dari bakteri berdasarkan
The American Academy of panduan dari AAOHNS dengan
Otolaryngology- Head and Neck gejala lebih dari 10 hari - 28 hari,
Sugery (AAOHNS) membagi sekret hidung atau post nasal drip
beberapa tipe rinosinusitis yang purulen selama 3 atau 4 hari
berdasarkan gejala, akut bila onset yang disertai demam yang tinggi dan
terjadi dalam 4 minggu, sub akut gejala memburuk dalam 10 hari
onset terjadi antara 4 minggu dan pertama. Penatalaksanaan
tidak lebih dari 12 minggu, rekuren rinosinusitis akut berupa
akut onset terjadinya 4 atau lebih medikamentosa dan operatif, bila
episode pertahun dengan pengobatan terapi medikamentosa gagal atau
komplit antara episode dalam waktu terjadi komplikasi ke orbital atau
tidak lebih 7 hari dan kronik bila intrakranial.2-4
onset terjadi 12 minggu atau lebih.2 Klasifikasi Chandler
Rata–rata kejadian sekitar 6-8 menerangkan lima kelompok
dengan episode awal infeksi saluran komplikasi orbita yaitu selulitis
pernafasan atas (ISPA) pertahun dan periorbita (selulitis preseptal),
diperkirakan 5-100% ISPA akan selulitis orbita, abses subperiosteal
menimbulkan rinosinusitis. (abses periorbita), abses orbita,
Rinosinusitis akut diawali dengan trombosis sinus kavernosus.5-7
adanya infeksi virus biasanya Komplikasi rinosinusitis ke
sembuh dalam waktu 7-10 hari tanpa orbita melalui dua tahap. Tahap
terapi spesifik. Hal ini berlanjut pertama, terjadi secara langsung
menjadi rinosinusitis akut karena melalui adanya defek kelainan
infeksi bakteri dengan gejala lebih bawaan, foramen atau garis sutura
dari 10 hari dan memburuknya yang terbuka, atau bagian tulang
kondisi setelah hari ke 5-7 dengan yang mengalami erosi terutama pada
perkembangan sekret yang makin lamina papirasea. Tahap kedua,
purulen.2-4 Umumnya bakteri pada terjadi infeksi tromboflebitis retrogad

148
JURNAL THT-KL, Vol. 5, No. 3, September - Desember 2012, hlm. 148 - 158

yaitu melalui pembuluh darah vena Pasien dikonsulkan ke bagian


yang tidak berkatup pada daerah THT-KL pada tanggal 4 Juli 2012
wajah, kavum nasi, sinus dan mata.6- oleh bagian Mata dikarenakan
8
adanya gambaran massa sinonasal
Diagnosis abses periorbita dari hasil pemeriksaan radiologi
dibuat berdasarkan perjalanan Computerize Tomography (CT)
penyakit, pemeriksaan fisik dan Scan. Dari anamnesis didapatkan
pemeriksaan penunjang seperti keluhan hidung buntu kiri sejak 1
tomografi komputer pada sinus dan minggu disertai ingus kental yang
orbita. Penatalaksanaan dengan berbau. Rasa kemeng pada wajah
drainase melalui tindakan bedah baik terutama daerah pipi kiri dan sakit
melalui bedah sinus endoskopi atau kepala. Didapatkan keluhan nyeri
pendekatan dari luar.9-11 pada mata kiri dan penglihatan
Pada laporan kasus ini berkurang dengan visus mata kanan
dilaporkan satu kasus penderita 6/8.5 dan mata kiri 0. Riwayat
rinosinusitis akut dengan komplikasi hidung buntu terutama dimalam hari
abses periorbita usia 49 tahun yang sejak 1 bulan dan bersin di pagi hari
dilakukan drainase melalui bedah bila udara terlalu dingin. Riwayat
sinus endoskopi. ingus bercampur darah dan mimisan
dari kedua hidung disangkal. Tidak
LAPORAN KASUS didapatkan keluhan pada telinga,
Seorang laki-laki, Tn. M, usia tenggorok maupun benjolan dileher.
49 tahun, berasal Jombang, Jawa Riwayat alergi, hipertensi dan
Timur dengan keluhan utama kencing manis disangkal.
bengkak pada mata kiri sejak 7 hari Pemeriksaan fisik didapatkan
yang lalu. Awalnya pasien keadaan umum pasien baik, kompos
mengalami keluhan rasa nyeri dan mentis, suhu afebris. Pemeriksaan
merah pada mata kiri, bengkak dan otoskopi kedua telinga didapatkan
mengeluarkan air mata secara terus liang telinga tidak ada kelainan,
menerus. Kemudian pasien berobat membran timpani utuh dengan
ke puskesmas setempat, tetapi refleks cahaya kurang. Pemeriksaan
keluhan pada mata dirasakan belum rinoskopi anterior didapatkan kavum
ada perubahan dan semakin nasi kiri sempit, konka inferior
membengkak sehingga pasien hipertropi minimal, konka media
berobat kembali puskesmas dan udem dan didapatkan sekret
dirujuk ke dokter spesialis mata di serousmukus warna putih
RSUD Jombang. Pasien juga kekuningan di meatus medius.
mengeluhkan demam sejak 2 hari Kavum nasi kanan lapang, konka
terakhir. Di RSUD Jombang, inferior dan konka media dalam
penderita mendapatkan tindakan batas normal, tidak ditemukan sekret.
mengeluarkan cairan nanah Tidak didapatkan gambaran massa
bercampur darah pada kelopak mata pada kavum nasi kanan dan kiri.
kiri yang atas dan selanjutnya pasien Pemeriksaan tenggorok didapatkan
dirujuk ke RSUD. Dr.Soetomo postnasal drip pada dinding faring.
Surabaya. Pada pemeriksaan mata kiri
didapakan visus 0, palpebra superior

149
RINOSINUSITIS AKUT…(Elvia, Irwan K)

udem, bekas insisi terpasang drain gambaran perselubungan pada sinus


handscoen, pus bercampur darah dan maksila kiri, sinus etmoid dan
hiperemis, konjungtiva hiperemis sfenoid kiri.
dan kemosis, kornea jernih, iris
radier, pupil bulat refleks cahaya
dijumpai dan diameter 6 mm, lensa
keruh.
Pemeriksaan mata kanan
didapatkan visus 6/8.5, tidak
didapatkan udem pada palpebra,
konjungtiva tidak hiperemis, kornea
jernih dan lensa keruh. Pada
pemeriksan leher tidak didapatkan
pembesaran kelenjar getah bening.
Pada pemeriksaan gigi tidak
didapatkan ditemukan karies dentis.

Gambar. 2 Gambaran
CT scan tanggal 3 Juli 2012.

Pasien didiagnosis sebagai


rinosinusitis akut dengan komplikasi
abses periorbita okuli sinistra dan
pasien disiapkan untuk dekompresi
orbita dengan pendekatan bedah
sinus endoskopi. Pasien diberikan
Gambar. 1 Kondisi pasien saat terapi dengan antibiotika injeksi
dikonsulkan. ceftriakson 2x1 gram intravena,
metronidazol drip. 3x500 mg, injeksi
Pada pasien telah dilakukan metilprednisolon 1x125 mg
pemeriksaan CT scan tanggal 3 Juli (diberikan selama 5 hari),
2012 fokus pada daerah orbita, kloramfenikol ED 2x1tetes pada
didapatkan gambaran enhacing solid mata kiri.
mass pada periorbita kiri hingga
ekstra conal space sisi superior yang
meluas sampai kavum nasi kiri, sinus
maksila kiri dan sfenoid kiri yang
mendesak bulbus okuli kiri sehingga
menyebabkan proptosis
mengesankan suatu massa sinonasal
dan periorbita selulitis serta

150
JURNAL THT-KL, Vol. 5, No. 3, September - Desember 2012, hlm. 148 - 158

Gambar.4 Gambaran
CT-scan tanggal 12 Juli 2012

Gambar.3 Kondisi pasien


setelah mendapatkan terapi
medikamentosa Selama 5 hari.

Dilakukan evaluasi ulang Gambar. 5 Potongan


dengan CT scan pada sinus sagittal CT-scan tanggal 12
paranasal tanggal 12 Juli 2012 Juli 2012
dengan hasil tampak penebalan soft
tissue pada bagian superior intra Dari hasil pemeriksaan
kavum orbita kiri dan muskulus nasoendoskopi tanggal 17 Juli 2012
rektus superior kiri disertai didapatkan kavum nasi kiri sempit,
penebalan orbita. Muskulus rekti konka media udem, tampak sekret
diluar lesi dan nervus optikus kanan pus mengalir dari dinding lateral
kiri tampak baik. Tampak penebalan hingga ke nasofaring. Pasien
mukosa disertai densitas cairan di didiagnosis sebagai pansinusitis
sinus maksila, etmoid, sfenoid kiri. dengan komplikasi abses periorbita
Kesan selulitis orbita kiri tampak okuli sinistra dan direncanakan
membaik dibandingkan dengan foto tindakan dekompresi orbita dengan
sebelumnya dan sinusitis maksila pendekatan bedah sinus endoskopi.
kiri, etmoid kiri dan sfenoid kiri. Dari pemeriksaan laboratorium
didapatkan hasil leukosit
13.200/mm³ dan nilai yang lain
dalam batas normal.
Tanggal 18 Juli 2012
dilakukan operasi dekompresi orbita
dengan pendekatan bedah sinus
endoskopi. Kavum nasi sinistra

151
RINOSINUSITIS AKUT…(Elvia, Irwan K)

dievaluasi dengan teleskop 0⁰, berkurang, konjungtiva hiperemis


tampak konka inferior dan media minimal, kornea jernih, iris radier,
udem, meatus medius tertutup sekret pupil bulat refleks cahaya dijumpai.
serousmukus putih kekuningan Kemudian tampon anterior dibuka,
kemudian dihisap dengan suction. tidak didapatkan perdarahan yang
Ditemukan prosessus unsinatus udem aktif, selanjutnya terapi tambahan
dan ostium sinus maksila sempit dengan pemberian cairan garam
kemudian dilakukan unsinektomi isotonik 2x1 semprot pada hidung
pada kavum nasi sinistra, pelebaran kiri, dan analgetik injeksi diganti
ostium sinus maksila sinistra. Keluar dengan oral asam mefenamat 3x500
sekret serousmukus putih mg.
kekuningan dan multipel polip nasi Tanggal 24 Juli 2012
dari sinus maksila sinistra. Dilakukan dilakukan pemeriksaan
pengangkatan bula etmoid, sel nasoendoskopi pasca operasi
etmoid anterior dan posterior dan Functional Endoscopic Sinus
multipel polip di sinus etmoid. Surgery (FESS) didapatkan bekuan
Dan selanjutnya dilakukan darah, udem mukosa kavum nasi kiri.
dekompresi orbita pada Pasien diperbolehkan untuk rawat
posterosuperior ostium maksila dan jalan dan diminta untuk kontrol 1
dilakukan insisi dengan arah minggu lagi. Terapi antibiotika oral
horizontal, keluar sekret ciprofloxacin 2x500mg, cairan
serousmukus, serta dilakukan garam isotonik 2x2 semprot pada
penekanan pada kelopak mata kiri hidung kiri, pseudoefedrin 3x1
sehingga sekret yang keluar dari tablet.
dinding orbita yang dihisap dengan Satu minggu kemudian
suction. Perdarahan dirawat, pasien datang untuk kontrol ulang
kemudian dipasang tampon anterior tidak ada keluhan, kelopak mata kiri
yang telah diolesi salep bengkak sudah berkurang. Pada
kloramfenikol pada kavum nasi pemeriksaan rinoskopi anterior
sinistra. didapatkan kavum nasi sinistra
Pasca operasi, diberikan lapang, krusta pada kavum nasi
terapi injeksi ceftriakson 2x1 gram sinistra dan krusta diekstraksi,
intravena, injeksi ketorolac 3x30 mg kemudian pasien diberikan terapi
intravena, injeksi ondasentron 2x4 tablet ciprofloxacin 2x500 mg dn
mg intravena, pseudoefedrin 3x1 cuci hidung dengan cairan garam
tablet. isotonik 2x2 semprot pada hidung
Dari pemeriksaan mata kiri kiri.
tanggal 20 Juli 2012 visus
didapatkan tetap 0, palpebra udem

152
JURNAL THT-KL, Vol. 5, No. 3, September - Desember 2012, hlm. 148 - 158

periorbita. Insiden abses periorbita


pada infeksi mata sekitar 15%.
Infeksi pada orbita dapat disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu
septikemia bakteri, luka tembus atau
luka sekunder dari infeksi kulit.
Rinosinusitis merupakan penyebab
terbanyak dari infeksi akut pada
orbita. Chandler dkk menyatakan
sistem klasifikasi berdasarkan proses
penyebaran penyakit dari selulitis
periorbita sampai trombosis sinus
kavernosus. Keterlibatan orbita
disebabkan oleh penyebaran infeksi
langsung yang mengenai tulang yang
tipis, tromoboflebitis pada system
vena tanpa katup.5,6
Abses periorbita merupakan
proses infeksi yang ditandai dengan
kumpulan abses antara lamina
Gambar. 6 Foto pasien saat kontrol papirasea dengan periorbita.
ulang pasca operasi Kumpulan pus antara lamina
papirasea dengan periorbita
PEMBAHASAN menyebabkan proptosis dan
Dilaporkan satu kasus perpindahan bola mata.
rinosinusitis akut pada dewasa Perkembangan abses periorbita
dengan komplikasi selulitis dengan hasil pembentukan abses
periorbita yang ditegakkan melalui dapat terjadi 7-9% sehingga dapat
anamnesis, pemeriksaan THT-KL menimbulkan komplikasi yang serius
dengan rinoskopi anterior dan pada mata seperti kehilangan
posterior, serta penunjang computer penglihatan yang permanen.9
tomography sinus paranasal dan Anamnesis mengenai riwayat
orbita. perjalanan penyakit, terhadap
Rinosinusitis akut dengan keluhan hidung dan bagaimana
komplikasi abses periorbita pada sekret hidung serta keluhan penyerta
kasus ini ditemukan pada laki – laki lainnya sudah dapat menunjukkan
dewasa berusia 49 tahun. Ini sesuai 50% diagnosis.9 Penyebab
teori pada rinosinusitis yang rinosinusitis akut pada pasien ini
terinfeksi oleh bakteri, awalnya tidak dapat diketahui secara pasti
didapat dari infeksi viral dengan karena tidak diketahui riwayat
gejala yang persisten lebih dari 10 sebelumnya. Rinosinusitis pada
hari dan makin memburuk kondisi pasien ini disebabkan beberapa
setelah hari ke 5- 7.2-4 kemungkinan ada infeksi bakteri
Rinosinusitis akut pada yang didahului hidung buntu sejak 1
maksila dan etmoid merupakan minggu dengan sekret mukupurulen,
penyebab terbanyak dari abses pipi kiri rasa kemeng. Adanya

153
RINOSINUSITIS AKUT…(Elvia, Irwan K)

keluhan tambahan yang dirasakan Tabel. 1 Kriteria


oleh pasien adalah bengkak pada konvensional untuk mendiagnosis
mata, nyeri, gangguan penglihatan rinosinusitis berdasarkan dijumpai
disertai demam. sedikit 2 kriteria mayor atau 1
Pemeriksaan rinoskopi kriteria mayor dan ≥ 2 kriteria
anterior dan posterior dan minor.4
nasoendoskopi merupakan
pemeriksaan yang perlu dilakukan Kriteria mayor Kriteria minor
untuk menilai kelainan secara jelas  Sekret purulen dari  Sakit kepala
seperti deviasi septum, hipertrofi hidung anterior
konka inferior, polip nasi, adanya  Sekret purulen atau  Nyeri telinga,
sekret di kavum nasi, sekret purulen postnasal drip rasa penuh pada
di meatus medius, sekret di yang mengalir telinga
nasofaring (postnasal drip).4 Pada hidung posterior
pasien ini pemeriksaan rinoskopi  Hidung buntu  Halitosis
anterior didapatkan konka inferior  Rasa penuh pada  Sakit pada gigi
hipertropi serta ditemukan sekret wajah
serousmukus putih kekuningan di
 Nyeri atau  Batuk
meatus medius dan pemeriksaan
penekanan pada
rinoskopi posterior didapatkan
pipi
adanya postnasal drip yang mengalir
pada dinding faring. Dari  Hiposmia atau  Demam (
pemeriksaan nasoendoskopi anosmia subakut atau
dijumpai adanya konka media udem, kronik sinusitis)
sekret purulen di meatus medius,  Demam ( pada  Fatique
sekret pus mengalir dari dinding sinusitis akut)
lateral hingga ke nasofaring.
Berdasarkan gejala klinis Komplikasi rinosinusitis
sesuai dengan kriteria konvensional dapat mengenai orbital atau
2
dalam mendiagnosis rinosinusitis, intrakranial. Chandler menerangkan
didapatkan 2 kriteria mayor atau 1 ada 5 kelompok komplikasi orbita
mayor dan ≥ 2 kriteria minor dari dikenal sebagai klasifikasi Chandler
symptom (tabel. 1).4 Pada pasien ini yaitu selulitis periobrita (selulitis
didapatkan 2 kriteria mayor berupa preseptal), selulitis orbita, abses
hidung buntu, sekret serousmukus subperiosteal (abses periorbita),
putih kekuningan di meatus nasi dan abses orbita, dan trombosis sinus
postnasal drip yang mengalir pada kavernosus.5-7 Selain itu komplikasi
hidung posterior dan 2 kriteria minor pada orbita dapat menyebabkan
yaitu demam dan sakit kepala. gangguan gerakan bola mata dan
penurunan visus penglihatan secara
bertahap hingga 0.12 Pada pasien ini
didapatkan rinosinusitis dengan
komplikasi ke orbital, hal ini sesuai
dengan klasifikasi Chandler
didapatkan adanya komplikasi abses
periorbita, dan didapatkan penurunan

154
JURNAL THT-KL, Vol. 5, No. 3, September - Desember 2012, hlm. 148 - 158

visus penglihatan dengan nilai 0 pada dengan pemberian antibiotika


2,4,9
pasien ini. intravena. Indikasi bedah pada
Penatalaksanaan komplikasi kasus dengan komplikasi orbita
orbita tergantung pada stadium dari adalah untuk stadium I atau II jika
klasifikasi Chandler. Kebanyakan kondisi pasien memburuk dalam
kasus selulitis periorbita dan selulitis waktu 24-48 jam setelah pemberian
orbita akan efektif penanganannya antibiotika, penurunan fungsi

Gambar. 7 Algoritma penatalaksanaan rinosinusitis akut bakteri4

155
RINOSINUSITIS AKUT…(Elvia, Irwan K)

penglihatan, peningkatan level merupakan pilihan dalam


proptosis dan oftalmoplegia, dan penanganan abses periorbita. Hal ini
terdapat abses pada pemeriksaan membutuhkan keahlian operator
radiologi dengan CT scan (gambar untuk mencegah komplikasi seperti
7).4 Pada pasien ini diberikan terapi diplopia, perdarahan intraorbita,
antibiotika secara intravena dan kerusakan muskulus ekstraokuler dan
evaluasi CT scan setelah pemberian keterbatasan gerak ekstraokuler.15
terapi medikamentosa. Pada pasien ini dianjurkan untuk
Penanganan abses periorbita kontrol secara berkala agar dapat
harus dilakukan dengan segera yaitu dinilai keberhasilan operasi dan
melakukan drainase abses dengan tanda kekambuhan. Pemeriksaan
dekompresi orbita. Dekompresi pasien secara teratur setelah tindakan
orbita dapat dilakukan melalui operasi sangat menentukan
kontotomi lateral, kantolisis inferior keberhasilan dari operasi ini.
atau insisi periosteum periorbita
setelah pengangkatan lamina KESIMPULAN
13
papirasea. Pada pasien ini Telah dilaporkan satu kasus
dilakukan dekompresi orbita dengan didapatkan gambaran klinis,
pendekatan bedah sinus endoskopi. diagnosis sebagai rinosinusitis akut
Menurut Froenhlich dkk dengan komplikasi abses periorbita.
seperti yang dikutip oleh Sciaretta Penanganan pada kasus ini dengan
dkk bahwa penanganan abses melakukan tindakan dekompresi
periorbita dengan pendekatan orbita dengan pendekatan bedah
endoskopi dengan melakukan sinus endoskopi. Prognosis penderita
etmoidektomi anterior dan membuka ini baik, pada evaluasi 1 bulan pasca
bagian anterior lamina papirasea operasi didapatkan penderita sudah
adekuat untuk drainase abses.14 Pada mampu beraktifitas dengan baik. Hal
pasien ini dilakukan etmoidektomi ini sangat menentukan keberhasilan
anterior dan posterior serta polip operasi setelah mendapatkan
ekstraksi pada sinus etmoid. penanganan yang tepat.
Dekompresi orbita dengan
pendekatan bedah sinus endoskopi

156
JURNAL THT-KL, Vol. 5, No. 3, September - Desember 2012, hlm. 148 - 158

DAFTAR PUSTAKA subperiosteal orbital abscess


secondary to acute sinusitis in
1. Hadley JA, Pfaller MA. Oral β children. International Journal of
lactams in the treatment of acute Pediatric Otorhinolaryngology
bacterial rhinosinusitis. In: 2006;70.p.1853-61
Hadley JA, Pfaller MA, eds. 8. Choi SS, Grundfast KM.
Diagnostic microbiology and Complication in sinus disease.
infectious diseases. 3rd ed. In: Kennedy DW, Bloger W,
Iowa; 2007.p. 478-548 Zinrech SJ, eds. Disease of the
2. Aring AM, Chan MM. Acute sinuses diagnosis and
rhinosinusitis in adults. management. London: BC
American Academy of Family Decker Inc; 2001.p.169-77
Physicians 2011;83.p.1057-63 9. Harrington JN. Orbita cellulitis.
3. Anon JB. Current management Available from:
of acute bacterial rhinosinusitis http://emedicine.medscape.com/
and the role of moxifloxacin. article/1217858 Accessed July
Clinical Infectious Diseases 17, 2012
Society of America 2005.p.167– 10. Gavriel H, Kesle A, Eviatar E.
76. Available from: Management implications of
http://cid.oxfordjournals.org/ diagnostic orbital abscess as
Accessed July 23, 2012 subperiosteal orbital abscess.
4. Chow AW, Benninger MS, Journal of Rhinology
Brook I, Brozek JL, Goldstein 2010;48.p.90-4
EJC, Hicks LA et all. IDSA 11. Liu IT, Kao SC, Wang AG, Tsai
clinical practice guideline for CC, Liang CK, Hsu WM.
acute bacterial rhinosinusitis in Preseptal and orbital cellulitis :
children and adults. Clinical A 10 year review of hospitalized
Infectious Diseases Society of patients. Journal China Med
America 2012.p.1-41. Available Associated 2006;69.p.415-22
from: 12. Manning SC. Surgical therapy
http://cid.oxfordjournals.org/ for sinusitis and it’s
Accessed July 23, 2012 complication. In: Cotton RT,
5. Potter NJ, Brown CL, McNab Myer C, eds. Practical pediatric
AA, Ting SY. Orbital cellulitis otolaryngology. New York
medical and surgical Lippincott Raven;1999.p.405-25
management. Clinical and 13. Dhillon N, Jones N, Fergie N.
experimental ophthalmology Audit of management of
2011;2.p.1-4 periorbital cellulitis and abscess
6. Lusk RP. Pediatric and adult in distric general hospital and
sinusitis. In: Kennedy DW, tertiary referral centre. Journal
Bloger W, Zinrech SJ, eds. of otolaryngology
Disease of the sinuses diagnosis 2010;124.p.636-40
and management. London: BC 14. Sciaretta V, Macri G, Farneti P,
Decker Inc; 2001.p.255-69 Tenti G, Bordonaro C, Pasquini
7. Oxford LE, McClay J. Medical E. Endoscopic surgery for the
and surgical management of teratment of pediatric

157
RINOSINUSITIS AKUT…(Elvia, Irwan K)

subperiosteal abscess: A report Souza C, Kenyon GS, Lian TS,


of 10 cases. International Draf W, Schick B, eds.
Journal of Pediatric Rhinology and facial plastic
otorhinolaryngology 2009; surgery.
73.p.1669-72. London:Springer;2009.p.637-45
15. Michel O. Endoscopic surgery
of the orbit. In: Stucker FJ, De

158

Anda mungkin juga menyukai