Anda di halaman 1dari 7

TEORI DAN AJARAN FILSAFAT

NAMA : WINDIAVI WIDIATNI

NPP : 30.1096

KELAS : J1

FAKULTAS HUKUM TATA PEMERINTAHAN


FILSAFAT TIMUR

Filsafat Timur merupakan sebutan bagi pemikiran-pemikiran filosofis yang berasal dari dunia
Timur atau Asia, seperti Filsafat Tiongkok, Filsafat India, Filsafat Jepang, Filsafat Islam, Filsafat
Buddhisme, dan sebagainya. Masing-masing jenis filsafat merupakan suatu sistem-sistem
pemikiran yang luas dan plural. Misalnya saja, filsafat India dapat terbagi menjadi filsafat
Hindu dan filsafat Buddhisme, sedangkan filsafat Tiongkok dapat terbagi
menjadi Konfusianisme dan Taoisme. Belum lagi, banyak terjadi pertemuan dan percampuran
antara sistem filsafat yang satu dengan yang lain, misalnya Buddhisme berakar dari Hinduisme,
namun kemudian menjadi lebih berpengaruh di Tiongkok ketimbang di India. Di sisi lain, filsafat
Islam malah lebih banyak bertemu dengan filsafat Barat. Akan tetapi, secara umum dikenal
empat jenis filsafat Timur yang terkenal dengan sebutan "Empat Tradisi Besar" yaitu Hinduisme,
Buddhisme, Taoisme, dan Konfusianisme.

Filsafat Timur memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan filsafat Barat, yang mana ciri-ciri
agama terdapat juga di dalam filsafat Timur, sehingga banyak ahli berdebat mengenai dapat atau
tidaknya pemikiran Timur dikatakan sebagai filsafat. Di dalam studi post-kolonial bahkan
ditemukan bahwa filsafat Timur dianggap lebih rendah ketimbang sistem pemikiran Barat karena
tidak memenuhi kriteria filsafat menurut filsafat Barat, misalnya karena dianggap memiliki unsur
keagamaan atau mistik. Akan tetapi, sekalipun di antara filsafat Timur dan filsafat Barat terdapat
perbedaan-perbedaan, namun tidak dapat dinilai mana yang lebih baik, sebab masing-masing
memiliki keunikannya sendiri. Selain itu, keduanya diharapkan dapat saling melengkapi
khazanah filsafat secara luas.
FILSAFAT BARAT

Dalam beberapa buku filsafat, pembahasan tentang periodeisasi atau pembabakan filsafat barat
yang terbagi atas 4 bagian besar. Diantaranya :

1. Filsafat Yunani Klasik

Bermula pada abad ke 6 sebelum masehi hingga abad 5 sebelum masehi. Atau sekitar 500-
600 tahun sebelum lahirnya Yesus Kristus di dunia ini. Filsafat Yunani awalnya dipengaruhi oleh
mitologi Yunani dan peradaban tetangganya, Mesir dan Babilonia atau Irak sekarang ini. Dimana
kedua bangsa tersebut merupakan tempat dimana Nabi-Nabi berdakwah dan menyebarkan
ajarannya. Sebelum trio filsuf Yunani yang paling terkenal (Socrates, Plato dan Aristoteles),
telah ada filsuf alam Yunani yang terkenal. Dikatakan filsuf alam karena studi filsafat mereka
membahas tentang apa unsur utama (arkhe) yang menyusun alam semesta. Thales mengatakan
air, Anaximandros mengatakan sesuatu yang nonfisik dan tak terbatas, sementara Anaximenes
mengatakannya udara. Kemudian setelah filsuf alam, lahirlah filsuf yang membahas tentang ilmu
pasti dan matematika seperti Phytagoras, Herakleitus dan Parmenides.

2. Filsafat Abad Pertengahan

Dimulai pada abad ke 4 sampai abad ke 15. Filsafat Barat pada pasca kelahiran Yesus Kristus
ini ditandai dengan berpadunya filsafat dan agama. Sayangnya, ajaran filsafat yang bertentangan
dan doktrin gereja diberangus bahkan filsif yang mengeluarkan ajaran tersebut di hukum mati.
Hal itu bisa kita dapati dari peristiwa matinya Copernicus dan Galileo yang mengeluarkan teori
yang bertentang dengan doktrin gereja. Itulah mengapa filsafat abad-abad ini juga dissebut
sebagai abad kegelapan filsafat. Filsafat barat mengalami stagnansi atau keterhambatan. Di sisi
lain, filsafat timur khususnya filsafat Islam mengalami perkembangan pesat pasca lahir dan
tersebarnya ajaran Muhammad Saw. Di abad kegelapan filsafat ini, hanya yang berhasil
memadukan filsafat dan agamalah yang berhasil bertahan dan diakui ajarannya. Dan filsuf
tersebut salah satunya adalah Thomas Aquinas dengan teorinya yang paling terkenal, lima
argumentasi pembuktian kebaradaan Tuhan.

3. Filsafat Abad Modern


Berawal dari abad 16 hingga abad ke 19. Filsafat Abad Modern didahului oleh pergerakan
filsuf yang menentang dominasi gereja pada pertengahan abad ke 16. Lahirlah
gerakan Renaissance di Prancis dan Italia, Enlightment di Inggris dan Aufklarung di Jerman.
Intinya, Eropa berada pada zaman pencerahan. Filsafat kemudian memisahkan diri dari
kungkungan agama versi gereja. Di sinilah berawal istilah sekularisasi atau pemisahan
kewenangan antara keilmuan atau sains (materi) dan agama (nonmateri). Sekularisme inilah yang
membawa filsafat barat pada perkembangan dan penyebaran yang sangat pesat. Hal ini terbukti
dengan banyaknya lahir filsuf-filsuf baru pada zaman ini diantaranya; Francis Bacon, Thomas
Hobbes, Rene de Cartes, Immanuel Kant, John Locke, Baruch Spinoza, Soren Kierkegaard,
Auguste Comte, Karl Marx, Nietzsche dan masih banyak lagi.

4. Filsafat Kontemporer

Biasa juga disebut filsafat postmodernisme (setelah modern) di mulai sejak abad ke 20
hingga sekarang ini (abad 21). Filsuf pada zaman ini melahirkan paham-paham baru, diantaranya
Fenomenologi, Filsafat perempuan atau Feminisme, filsafat hidup atau eksistensialisme dan
paham-paham lainnya. Pada abad ini pula, para filsuf kemudian mengkhususkan diri pada obyek
kajian filsafat tertentu. Di sisi lain, para filsuf tersebut mengumumkan atau mengeneralisasi
gerakan mereka ke dalam bentuk komunitas tertentu. Perbedaan paling mencolok pada filsafat
zaman kita ini adalah banyaknya beredar jurnal filsafat (kumpulan beberapa tulisan oleh penulis
berbeda). Para filsuf zaman ini di antaranya; Edmun Husserls, Henri Bergson, Ernst Cassirer,
Bertrand Russell, Thomas Kuhn, Martin Heidegger, Jean Paul Sartre, Jurgen Habermas dan
lainnya.
FILSAFAT ABAD PERTENGAHAN

Filsafat abad pertengahan adalah filsafat di era yang dikenal sebagai abad


pertengahan (medieval) atau Abad Pertengahan (Middle Ages), periode sejarah yang
membentang dari jatuhnya Kekaisaran Romawi Barat pada abad ke-5 masehi hingga
periode Renaissance pada abad ke-16. Filsafat abad pertengahan, dipahami sebagai sebuah
proyek penyelidikan filosofis yang independen, yang dimulai di Baghdad, di tengah-tengah abad
ke-8, dan di Prancis, dalam masa pemerintahan Charlemagne, pada kuartal terakhir abad ke-8.
Periode ini juga didefinisikan sebagai proses menemukan kembali budaya kuno yang pernah
berkembang pada masa Yunani dan Roma pada periode klasik, dan juga kebutuhan untuk
mengatasi masalah teologis dan untuk mengintegrasikan ajaran suci dengan pembelajaran
sekuler.

Sejarah filsafat abad pertengahan lazimnya dibagi menjadi dua periode, periode di Barat
Latin mengikuti awal Abad Pertengahan sampai abad ke-12, ketika karya-karya
dari Aristoteles dan Plato dilestarikan dan dibudidayakan, serta pada masa keemasan di sekitar
abad ke-12, ke-13 dan abad ke-14 di Barat Latin, yang merupakan puncak dari
pengembalian filsafat kuno, yang diperoleh kembali dari para pemikir di dunia berbahasa arab,
dan perkembangan yang signifikan di bidang Filsafat agama, Logika dan Metafisika.

Era abad pertengahan umumnya dipandang remeh oleh para humanis di zaman Renaissance,
lantaran mereka melihat filsafat pada Abad Pertengahan sebagai periode barbar "yang
menengahi" filsafat pada periode klasik dari kebudayaan Yunani dan Romawi, dan 'kelahiran
kembali' budaya pagan-klasik tersebut pada zaman renaissance. Sejarawan Modern menganggap
era abad pertengahan merupakan periode dalam kronologi perkembangan filsafat, yang
bagaimanapun sangat dipengaruhi oleh teologi Kristianitas. Salah satu yang paling terkenal
dalam periode ini adalah Thomas Aquinas, yang tidak pernah menganggap dirinya seorang filsuf,
dan mengkritik para filsuf kerap "tidak bisa menangkap kebenaran kebijaksanaan yang memadai
sebagaimana yang dapat diungkapkan oleh kebenaran Kristianitas". Masalah yang dibahas
sepanjang periode ini adalah hubungan iman dengan akal budi, eksistensi dan kemudahan dari
Allah, tujuan dari teologi dan metafisika, dan masalah-masalah pengetahuan, universalisme, dan
individuasi.
FILSAFAT MODERN

Masa modern menjadi identitas di dalam filsafat Modern. Pada masa


ini rasionalisme semakin dipikirkan. Tidak gampang untuk menentukan mulai dari kapan Abad
Pertengahan berhenti. Namun, dapat dikatakan bahwa Abad Pertengahan itu berakhir pada abad
15 dan 16 atau pada akhir masa Renaisans. Masa setelah Abad Pertengahan adalah masa
Modern. Sekalipun, memang tidak jelas kapan berakhirnya Abad Pertengahan itu. Akan tetapi,
ada hal-hal yang jelas menandai masa Modern ini, yaitu berkembang pesat berbagai kehidupan
manusia Barat, khususnya dalam bidang kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan ekonomi. Usaha
untuk menghidupkan kembali kebudayaan klasik Yunani-Romawi. Kebudayaan ini pulalah yang
diresapi oleh suasana kristiani. Di bidang Filsafat, terdapat aliran yang terus mempertahankan
masa Klasik. Aliran-aliran dari Kungfu dan mazhab Stoa menjadi aliran-aliran yang terus
dipertahankan. Pada masa Renaissance ini tidak menghasilkan karya-karya yang penting.

Satu hal yang yang menjadi perhatian pada masa Renaissance ini adalah ketika kita melihat
perkembangan pemikirannya. Perkembangan pada masa ini menimbulkan sebuah masa yang
amat berperan di dalam dunia filsafat. Inilah yang menjadi awal dari masa modern. Timbulnya
ilmu pengetahuan yang modern, berdasarkan metode eksperimental dan matematis. Segala
sesuatunya, khususnya di dalam bidang ilmu pengetahuan mengutamakan logika dan empirisme.
Aristotelian menguasai seluruh Abad Pertengahan ini melalui hal-hal tersebut.

Pada masa Modern terjadi perkembangan yang pesat pada bidang ekonomi. Hal ini terlihat
dari kota-kota yang berkembang menjadi pusat perdagangan, pertukaran barang, kegiatan
ekonomi monoter, dan perbankan. Kaum kelas menengah melakukan upaya untuk bangkit dari
keterpurukan dengan mengembangkan suatu kebebasan tertentu. Kebebasan ini berkaitan dengan
syarat-syarat dasar kehidupan. Segala macam barang kebutuhan bisa dibeli dengan
uang. Makanisme pasar pun sudah mulai mengambil peranan penting untuk menuntut manusia
untuk rajin, cerdik, dan cerdas. Dari sudut pandang sosio-ekonomi menjelaskan bahwa individu
berhadapan dengan tuntutan-tuntutan baru dan praktis yang harus dijawab berdasarkan
kemampuan akal budi yang mereka miliki. Kemampuan ini tanpa harus mengacu kepada otoritas
lain, entah itu dari kekuasaan gereja, tuntutan tuan tanah feodal, maupun ajaran muluk-muluk
dari para filsuf.
Dari sudut pandang sejarah Filsafat Barat melihat bahwa masa modern merupakan periode
dimana berbagai aliran pemikiran baru mulai bermunculan dan beradu dalam kancah pemikiran
filosofis Barat. Filsafat Barat menjadi penggung perdebatan antar filsuf terkemuka. Setiap filsuf
tampil dengan gaya dan argumentasinya yang khas. Argumentasi mereka pun tidak jarang yang
bersifat kasar dan sini, kadang tajam dan pragmatis, ada juga yang sentimental. Sejarah filsafat
pada masa modern ini dibagi ke dalam tiga zaman atau periode, yaitu: zaman
Renaissans (Renaissance), zaman Pencerahan Budi (Aufklarung), dan zaman Romantik,
khususnya periode Idealisme Jerman.

Ada beberapa tokoh yang menjadi perintis yang membuka jalan baru menuju perkembangan
ilmiah yang modern. Mereka adalah Leonardo da Vinci (1452-1519), Nicolaus
Coperticus (1473-1543), Johannes Kepler (1571-1630) dan Galileo Galilei (1564-
1643). Sedangkan Francis Bacon (1561-1623) merupakan filsuf yang meletakkan dasar
filosofisnya untuk perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Dia merupakan
bangsawan Inggris yang terkenal dengan karyanya yang bermaksud untuk menggantikan
teori Aristoteleles tentang ilmu pengetahuan dengan teori baru.

Sekalipun demikian, Rene Descartes merupakan filsuf yang paling terkenal pada masa


filsafat modern ini. Rene Descartes (1596-1650) diberikan gelar sebagai bapa filsafat
modern. Dia adalah seorang filsuf Perancis. Descartes belajar filsafat pada Kolese yang dipimpin
Pater-pater Yesuit di desa La Fleche. Descartes menulis sebuah buku yang terkenal,
yaitu Discours de la method pada tahun 1637. Bukunya tersebut berisi tentang uraian tentang
metode perkembangan intelektuilnya. Dia dengan lantang menyatakan bahwa tidak merasa puas
dengan filsafat dan ilmu pengetahuan yang menjadi bahan pendidikannya. Dia juga menjelaskan
bahwa di dalam dunia ilmiah tidak ada sesuatu pun yang dianggapnya pasti. Segala sesuatu dapat
dipersoalkan dan pada kenyataannya memang dipersoalkan juga

Anda mungkin juga menyukai