SKRIPSI
N111 13 048
Disetujui oleh:
Pembimbing Utama,
iii
PENGESAHAN
1. Ketua :
Prof. Dr. H. M. Natsir Djide, M.Si., Apt. :.................................
2. Sekretaris :
Usmar, S.Si., M.Si., Apt. : ................................
3. Ex. Officio :
Prof. Dr. rer-nat. Hj. Marianti A. Manggau, Apt. : ................................
4. Ex. Officio :
Dr. A. Ilham Makhmud : ................................
5. Ex. Officio :
Anshar Saud, S.Si., M.Farm., Apt. : ................................
6. Anggota :
Yulia Yusrini Djabir, S.Si., MBM.Sc.M.Si., Ph.D ,Apt. : ................................
Mengetahui :
Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Hasanuddin
iv
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini adalah karya
saya sendiri, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh
saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah
benar, maka skripsi dan gelar yang diperoleh, batal demi hukum.
Penyusun,
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kepada Allah Subhana Wata’ala, karena atas karunia dan
Revolusioner sejati yang membawa kita dari jalan penuh kebatilan menuju
penulis selama ini. Kata-kata tak cukup melukiskan rasa syukur ini
2. Ibu Prof. Dr. rer. nat. Hj. Marianti A. Manggau, Apt. selaku
pembimbing kedua, terima kasih atas seluruh nasehat dan ilmu yang
vi
3. Bapak Prof. Dr. H. M. Natsir Djide, M.Si., Apt., bapak Usmar, S.Si.,
M.Si., Apt. dan ibu Yulia Yusrini Djabir, S.Si., MBM.Sc.M.Si., Ph.D,
6. Dekan Fakultas Farmasi, seluruh staf pengajar dan staf pegawai yang
Universitas Hasanuddin.
Hasanuddin.
vii
kasih karena selalu mendorong penulis untuk terus belajar khususnya
12. Rekan seperjuangan dunia hingga akhirat Friends Until Jannah Ade
Andini, S.Si., Ayu Masyita, S.Si., Asih Ekawati, S.Si., Hadijah Jabbar,
S.Si., Masni, S.Si., dan Yanuar Narimo Mahanani, S.Si. Terima kasih
kepada penulis. Semoga kedekatan ini tak lekang digerus zaman dan
13. Tim Aurora Asih Ekawati, S.Si., Yunita Cahyani, S.Si., Mustika, S.Si.,
Andi Mintasary, S.Si., dan Rika Riyanti, S.Si. Terima kasih atas
menyusun skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan
viii
ABSTRAK
Bibliografi: 32 (2003-2017)
ix
ABSTRACT
Bybliography: 32 (2003-2017)
x
DAFTAR ISI
halaman
ABSTRAK .................................................................................... ix
ABSTRACT ................................................................................. x
xi
xii
LAMPIRAN .................................................................................... 66
DAFTAR TABEL
xv
DAFTAR GAMBAR
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
DAFTAR ARTI LAMBANG/SINGKATAN
Lambang/singkatan Arti
The Seventh Report of the Joint National
Committee on Prevention, Detection,
JNC-7 Evaluation, and Treatment of High Blood
Pressure
National Kidney Foundation Kidney Disease
NKF K/DOQI Outcomes Quality Initiative
SL Sublingual
IM Intra Muscular
IV Intra Vena
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
bervariasi yakni dari 3,3% hingga 17,3% (1). Penelitian United States Renal
tingkat kematian penderita gagal ginjal kronik menurun dari 245 menjadi 143
gagal ginjal akut, gagal ginjal kronik dan gagal ginjal akut-kronik (Acute on
ginjal kronik tahun 2012 sebesar 83%, 2013 sebesar 82% dan 2014 sebesar
84%. Penyakit yang dapat menyebabkan gagal ginjal kronik adalah nefropati
sebesar 36,8%. Pasien yang mengalami gagal ginjal kronik karena hipertensi
normal. Obat-obat yang dapat digunakan untuk mengobati gagal ginjal kronik
1
2
Obat yang tepat bagi penderita hipertensi dan gagal ginjal kronik adalah
golongan ACEI dan ARB. Tujuan terapi tekanan darah yang harus dicapai
pada pasien gagal ginjal kronik adalah tekanan darah <130/80 mmHg. Selain
itu juga harus memenuhi kriteria Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) <65
mL/menit/1.73 m2, kreatinin serum >1.5 mg/dL bagi pria dan >1.3 mg/dL bagi
wanita, dan albuminuria mencapai >300 mg albumin pada urin 24 jam (4-7).
The Triple Whammy (kombinasi dari obat golongan AINS, diuretik dan ACEI)
lebih dari setengah kasus gagal ginjal iatrogenik terjadi karena kombinasi tiga
(DRP) dapat dikategorikan menurut Hepler dan Strand (11). Klasifikasi DRP
3
negara di dunia. Penelitian oleh Cipolle, Strand dan Morley (2012) di London
yakni sebesar 14% (12). Studi oleh Nefrologi Klinik mengenai DRP
masalah DRP tertinggi berasal dari kategori efektivitas yakni sebesar 9,3%
dan masalah terendah berasal dari kategori indikasi dan keamanan yakni
Drug Related Problem pada pasien gagal ginjal kronik tahun 2015 di Iraq
36%, keamanan sebesar 18% dan kepatuhan sebesar 12% (15). Penelitian
mengenai studi Drug Related Problem pada pasien gagal ginjal kronik tahun
4
berasal dari kategori efektivitas yakni 93,1% dan masalah terendah berasal
kasus DRP terkait indikasi sebesar 40,48%, efektivitas sebesar 21,43%, dan
sebesar 6,90%, dan keamanan sebesar 34,48% (19). Kajian DRP pada
ginjal kronik di salah satu rumah sakit di Makassar? Penelitian ini bertujuan
pasien gagal ginjal kronik di salah satu rumah sakit di Makassar. Semoga
dalam memberikan obat antihipertensi yang tepat untuk pasien gagal ginjal
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Ginjal
tubuh melalui urin melalui tiga proses yaitu filtrasi glomerulus, reabsorpsi
tubulus dan sekresi tubulus. Saat darah mengalir melalui glomerulus, plasma
plasma secara cepat dan mengekstraksi sejumlah zat tertentu dari 80%
6
7
Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) atau yang biasa disebut
ginjal. Kehilangan fungsi ini terjadi selama beberapa bulan hingga tahun.
jaringan ginjal (5,6). Gagal ginjal kronik terbagi menjadi lima klasifikasi
II.2.2. Epidemiologi
melakukan studi secara cross sectional terhadap lebih dari 13.000 orang
dewasa berumur ≥20 tahun tentang pasien gagal ginjal kronik di Amerika
Serikat. Warga Amerika yang mengalami gagal ginjal kronik stadium 1 dan 2
sebesar 10,1 miliar dan stadium 3 dan 4 sebesar 16,2 miliar. Prevalensi
gagal ginjal kronik stadium 1 sampai 5 di Eropa (2009) bervariasi yakni dari
ginjal kronik di Indonesia tahun 2012 sebesar 83%, 2013 sebesar 82% dan
2014 sebesar 84%. Selain itu, PERNEFRI menemukan penderita gagal ginjal
kronik di Sulawesi meningkat dari tahun 2012 hingga 2014 yaitu 206 kasus di
tahun 2012, 237 kasus di tahun 2013 dan 239 kasus di tahun 2014 (3).
II.2.3. Etiologi
Amerika Serikat karena faktor pencetus yakni diabetes mellitus sebesar 44%,
menurut PERNEFRI adalah hipertensi yakni sebesar 35% tahun 2012, 31%
Penyebab gagal ginjal kronik terbagi menjadi dua jenis yakni primer dan
dalam faktor resiko, inisiasi dan progresi. Faktor resiko gagal ginjal kronik
infeksi saluran kemih, batu ginjal, obstruksi saluran kemih bawah, dan efek
toksik obat. Faktor progresi adalah faktor yang yang mempercepat gagal
II.2.4. Patofisiologi
mesangial glomerular. Implikasi dari proses ini adalah produksi sitokin dan
infiltrasi makrofag. Jika terjadi hal demikian, maka ginjal akan mengalami
inisiasi sel mesangial yang mengoksidasi turunan sitokin. Salah satu tes yang
[Sumber: Dipiro, Talbert, Yees, Matzke, Wells, & Posey. 2005, telah diolah kembali]
II.2.5. Penatalaksanaan
II.2.5.1. Antihipertensi
tekanan darah sangat penting dalam menghambat gagal ginjal kronik. JNC-7
hipertensi dan gagal ginjal kronik. Mekanisme kerja ARB menyerupai ACEI
angiotensin 1 (6).
Kontrol glukosa intensif (gula darah puasa <108 mg/dL) bersama insulin
sebesar 33% ketika dikombinasi dengan terapi diet konvensional (gula darah
II.2.5.3. Antihiperlipidemia
II.3. Hipertensi
jantung, dan gagal ginjal kronik. Gejala hipertensi biasanya muncul setahun
hipertensi berdasarkan tekanan darah sistol dan diastol dapat dilihat pada
III.3.2. Epidemiologi
yakni 5,6% sedangkan pada laki-laki cenderung tidak ada perubahan yang
65,4% pada pasien yang berumur >60 tahun dari tahun 1988 hingga 2000.
III.3.3. Etiologi
menjadi empat sumber yaitu obat yang diresepkan, obat alami, zat yang
terkandung dalam makanan dan bahan kimia. Obat yang diresepkan antara
produk alami yang mengandung ergot. Zat yang terkandung dalam makanan
seperti natrium, etanol, likorin, dan tiramin. Bahan kimia yang dapat
lainnya (5).
lanjut. Pembuluh darah pasien menjadi kaku dan tebal karena kalsifikasi dan
III.3.4. Patofisiologi
Tekanan darah ditentukan oleh dua faktor yakni curah jantung (cardiac
output) dan resistensi perifer. Curah jantung adalah jumlah darah yang
dipompa jantung permenit. Dua faktor yang menentukan curah jantung yaitu
denyut jantung permenit (heart rate) dan volume sekuncup (stroke volume).
sistem saraf simpatis (norepinefrin dan epinefrin), angiotensin II, dan faktor
esensial (23).
tekanan darah adalah RAAs, kelainan pada sistem perifer, gangguan pada
elektrolit tubuh seperti natrium dan kalium, dan hormon natriuretik (23).
16
III.3.5. Penatalaksanaan
hipertensi adalah ACEI, ARB, CCB, diuretik, renin inhibitor, α1-Blocker, Agen
darah harus dimonitor secara rutin. Pasien dengan gagal ginjal kronik atau
(Prinivil®) (6).
lain. Obat ini diindikasikan pada penyakit hipertensi, gagal jantung, infark
dapat terjadi tiba-tiba. Obat yang bekerja pada RAAs dapat menyebabkan
(stenosis arteri renal, gagal jantung). Jika obat ini diberikan pada kasus tadi
maka dapat terjadi gagal ginjal akut. Kreatinin serum yang meningkat secara
perlahan dapat menjadi ciri awal gagal ginjal akut dan hanya
infeksi saluran pernapasan atas, batuk, gagal ginjal akut, aritmia, asma,
hipertensi untuk orang dewasa menurut JNC-7 adalah 10-40 mg/hari. Jika
tidak disertai diuretik maka dosis awal 10 mg/hari. Jika disertai diuretik maka
18
walaupun tidak memperlihatkan efek yang lebih baik. Pasien yang menerima
diuretik harus diberhentikan 2-3 hari lebih dahulu untuk memulai pemberian
lisinopril jika dimungkinkan. Jika tidak dapat dihentikan terlebih dulu pada
tekanan darah normal. Usia lanjut dosis awal 2,5-5 mg/hari dan dosis titrasi
dan yohimbin. Profil farmakokinetik lisinopril adalah t1/2 11-12 jam, onset 1
jam, durasi 24 jam dan ikatan protein plasma sebesar 25%. Contoh obat
Noperten® (24).
19
gagal jantung. Jika digunakan bersamaan dengan ACEI atau renin inhibitor
mg sekali sehari peroral. Dosis titrasi hingga 300 mg perhari. Pasien yang
irbesartan adalah t1/2 11-15 jam, onset 1-2 jam, durasi 24 jam, dan ikatan
pasien gagal jantung dan infark miokard. Harus hati-hati jika dikombinasikan
gangguan fungsi hati karena dapat mengeluarkan banyak air dan natrium.
Pasien usia lanjut harus melakukan pemeriksaan jumlah volume cairan tubuh
Jika terjadi stenosis arteri renal bilateral maka pemberian valsartan harus
arteri renal, gagal jantung). Jika dikombinasi dengan ACEI atau renin inhibitor
samping yang dapat terjadi adalah pusing, BUN meningkat >50%, hipotensi,
diare, mual, kreatinin meningkat 2 kali lipat dan kreatinin meningkat >50%
pada ginjal, disfungsi renal, batuk, ansietas, palpitasi, gagal ginjal, dan
muntah. Dosis untuk sediaan oral adalah dewasa pada penderita hipertensi
adalah dosis awal 80 mg atau 160 mg sekali sehari (pada pasien yang tidak
sekitar 6 jam, onset sekitar 2 jam, durasi 24 jam dan ikatan dengan protein
miokard. Hati-hati diberikan pada pasien stenosis aorta dan kerusakan hati.
Efek yang biasa terjadi adalah edema perifer yang terjadi dalam 2-3 minggu
sejak terapi. Dosis titrasi dapat diberikan setelah 7-14 hari sejak dosis
diberikan bila dosis sebelumnya tidak memberikan efek yang signifikan. Dosis
inisiasi diberikan pada pasien usia lanjut. Efek samping yang dapat terjadi
adalah edema perifer, gagal jantung, kelelahan, pusing, mual, nyeri perut,
keram otot, dan dispnea. Dosis untuk dewasa (oral) pada hipertensi adalah
titrasi dinaikkan setelah 7-14 hari. Rentan dosis yang disarankan oleh JNC-7
adalah 2,5-10 mg sekali sehari. Dosis untuk angina adalah 5-10 mg. Dosis
untuk pasien usia lanjut lanjut harus dimulai dengan dosis rendah dan dititrasi
kerusakan hati, ginjal, dan jantung. Jika usia lanjut yang menunjukkan klirens
amlodipin yang rendah maka dosis untuk mengobati hipertensi adalah 2,5 mg
adalah t1/2 30-50 jam, durasi 24 jam, dan ikatan protein plasma sebesar 93-
Nifedipin, indikasi obat ini pada angina vasospastik atau angina stabil
(sublingual atau oral) pada status emergensi tidak aman dan tidak efektif.
hipertensi akut. Efek samping edema perifer dapat terjadi setelah pemakaian
2-3 minggu. Klirens nifedipin menurun pada pasien sirosis hati sehingga
dapat terjadi adalah kelelahan, edema perifer, pusing, sakit kepala, mual,
25
interval 7-14 hari bagi orang dewasa untuk menilai dosis baru memadai atau
tidak. Jika diubah dari immediate release menjadi sustained release harus
menggunakan dosis yang sama. Dosis untuk hipertensi adalah dosis awal
yohimbin. Profil farmakokinetik nifedipin adalah t1/2 2-5 jam (7 jam pada
pasien sirosis hari), onset sekitar 20 menit, durasi 6-10 jam, dan ikatan
moderat dan parah. Efek sampingnya adalah hipokalemia, kehilangan air dan
natrium, lemah otot dan mual. Obat antihipertensi ini terbagi atas tiga yaitu
diuretik tiazid, loop diuretik (asam organik), dan diuretik hemat kalium.
dengan obat lain. Indikasi obat ini pada edema yang berasosiasi dengan
gagal jantung dan penyakit hati atau ginjal, edema pulmonal akut, hipertensi.
Khusus obat Lasix® dan injeksi furosemid jika diberikan pada pasien dengan
nilai GFR <5 mL/menit atau GFR >20 mL/menit kontraindikasi dengan sirosis
hepatik, gagal ginjal disertai hepatic coma dan precome, gagal ginjal karena
nefrotoksik dan hepatotoksik. Monitor status cairan tubuh dan fungsi ginjal
mual, dititrasi mulut dan lambung, dan muntah. Dosis untuk edema/gagal
jantung rute oral adalah dosis awal 20-80 mg pada orang dewasa. Jika tidak
27
memberikan respon maka dapat diulang dengan dosis yang sama atau
ditingkatkan 20-40 mg/dosis pada interval 6-8 jam. Jika tidak berefek dalam 1
jam maka dapat ditingkatkan menjadi 80 mg. Dosis untuk hipertensi rute oral
adalah 20-80 mg/hari dalam dosis terbagi. Dosis untuk pasien usia lanjut
memberikan efek. Dosis untuk pasien yang mengalami kerusakan ginjal akut
adalah dosis tinggi hingga 1-3 g/hari melalui rute oral atau IV. Furosemid
yohimbin. Profil farmakokinetik furosemid adalah t1/2 0-2 jam (9 jam pada
pasien ESRD), onset 30-60 menit (oral), 30 menit (IM) dan 5 menit (IV),
durasi 6-8 jam (rute oral dan sublingual) dan 2 jam (IV), ikatan protein plasma
elektrolit. Efek samping yang dapat terjadi adalah vaskulitis, sakit kepala,
28
perut, diare, gastritis, hiperkalemia, mual, dan muntah. Efek pada ginjal
adalah BUN meningkat, disfungsi ginjal, dan gagal ginjal. Dosis dewasa
untuk pasien edema adalah 25-200 mg/hari pada 1-2 dosis terbagi. Dosis
dosis diturunkan. Jika kalium >5 mEq/L atau kreatinin serum >4 mg/dL maka
hentikan terapi. Usia lanjut dosis awal 12,5 -50 mg/hari dalam 1-2 dosis
spironolakton adalah t1/2 78-84 menit, durasi 2-3 hari, ikatan protein plasma
Mekanisme obat ini terbagi menjadi dua yakni dilatasi arteri dan vena.
simpatis di sistem saraf pusat. Selain itu juga menurunkan curah jantung dan
tambahan. Indikasi obat ini pada manajemen hipertensi dan beberapa nyeri
dewasa rute oral adalah dosis awal 0,1 mg 2x sehari (maksimum 2,4
mg/hari dalam dua dosis terbagi. Dosis untuk pasien usia lanjut adalah dosis
awal 0,1 mg sekali sehari sebelum tidur. Dosis dapat ditingkatkan bila
tidak ada dosis spesifik. Efek yang dapat terjadi pada pasien yang mengalami
hipotensi intradialitik yang biasanya terjadi pagi hari sebelum proses dialisis.
farmakokinetik klonidin adalah t1/2 12-16 jam (>41 jam pada pasien gagal
ginjal), onset 0,5-1 jam (oral), durasi 6-10 jam, ikatan protein plasma sebesar
20-40% (24).
glukosa darah obat ini sebaiknya dikombinasi dengan obat antihipertensi lain
seperti ACEI, ARB, CCB atau diuretik tiazid untuk memperoleh tujuan
[Sumber: The National High Blood Pressure Education Program Coordinating Committee
(NHBPEP CC). 2003, telah diolah kembali]
Gambar 2.4. Klasifikasi dan manajemen tekanan darah untuk orang dewasa
Tekanan darah pasien harus <130/80 mmHg. Selain itu nilai GFR <60
mL/min, kreatinin serum >1,3 mg/dL pada wanita dan >1,5 mg/dL pada laki-
laki, albuminuria >300 mg/hari atau ≥200 mg/g kreatinin (5,25). Pemberian
obat antihipertensi dapat dipengaruhi oleh penyakit yang diderita oleh pasien.
33
Berikut ini adalah tabel pemberian obat antihipertensi sesuai penyakit yang
[Sumber: The National High Blood Pressure Education Program Coordinating Committee
(NHBPEP CC). 2003, telah diolah kembali]
Gambar 2.5. Panduan dan dasar uji klinis pemberian obat antihipertensi
pada pasien yang memiliki riwayat penyakit lain
III.3.6.1. Monoterapi
tujuan terapi. Obat antihipertensi pilihan pertama (ACEI, ARB, CCB, atau
diuretik tiazid) bahkan dengan β-blocker ketika memakai dosis standar dapat
34
dosis awal hingga tekanan darah terkontrol. Jika tujuan tekanan darah belum
tercapai maka dapat menambahkan obat dari golongan kedua. Hal ini dapat
dilanjutkan dengan kombinasi tiga atau bahkan empat obat jika dibutuhkan.
dititrasi hinga dosis maksimal jika dibutuhkan. Jika tujuan tekanan darah tidak
menjadi cadangan bagi pasien yang tidak mencapai tujuan tekanan darah
digunakan ketika efek obat pertama sedikit menurunkan tekanan darah (6).
Pendekatan ini diberikan pada pasien yang memiliki tekanan darah jauh dari
hingga mencapai tujuan tekanan darah yang diinginkan. Hal tersebut berbeda
dengan monoterapi dosis tinggi. Kombinasi dua obat dengan dosis rendah
merupakan terapi yang lebih baik menurunkan tekanan darah dan juga
35
70% ketika terapi awal yang diberikan merupakan kombinasi dua obat pada
dengan terapi pendekatan bertahap. Khusus untuk pasien usia lanjut (≥80
penyakit lain dalam memilih obat yang akan dikombinasi. Jika terdapat
tekanan darah. Banyak pasien yang memiliki tekanan darah akhir <140/90
mmHg bahkan hingga <130/80 mmHg saat diberikan kombinasi obat yang
tepat (6).
pemantauan obat yang tepat dan cara pasien menggunakan obat. Istilah
terkait DRP sangat beragam yakni drug therapy problem, medicine related
1. Hal yang tidak diinginkan atau resiko yang dialami pasien. Masalah
tersebut berupa efek dari terapi obat yakni pengaruh langsung atau efek
keamanan dan kepatuhan yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini (12).
37
dan pelayanan lain yang diberikan kepada seorang penderita selama dirawat
di rumah sakit, baik rawat jalan maupun rawati inap. Rekam medik yang