Anda di halaman 1dari 10

NAMA : AZIS ALMINAROH

KELAS : X IPS 2
NO ABSEN : 08

PEDOSFER DAN BAHAN PENYUSUN TANAH

Pedosfer adlah lapisan paling atas dari permukaan bumi tempat berlangungnya proses
pembentukan tanah. Tubuh tanah terdiri atas batuan yang lapuk, kemudian bercampur dengan sisa
bahan organic, serta mengalami proses fisika dan kimia membentuk lapisan tanah.

Tanah adalah tubuh alam sebagai hasil perpaudan proses, gaya perusakan dan
pembangunan. Ilmu yang mempelajari tanah disebut pedologi, sedangkan ilmu yang mempelajari
proses pembentukan tanah disebut pedogenesa.

Sebagai suatu tubuh alam, tanah tersususn atas 5 komponen utama antara lain sebagai berikut:

1. Partikel Mineral (Fraksi Organik)


: Bahan penyusun utama tanah dengan komposisi mencapai 45%. Bagian ini teridiri dari
perombakan bahan batuan dan oraganik di permukaan bumi. Bahan ini berasal dari proses
pelapukan batuan yang berlangung lama. Bahan mineral dibekadan menjadi beberapa jenis
yaitu:
a. Fraksi tanah Halus
b. Fragmen batu yang berukuran horizontal lebih kecil dari sebuah pedon;
c. Mineral Primer
: Mineral yang berasal dari batuan secara lansgung yang dilapukan terdapat pada fraksi
pasir.
d. Mineral Sekuder
: Mineral yang terdapat pada jenis mineral Kaolinit, Haloisist, Montromorilont, dsb.

2. Bahan Organik (Humus)


: Berasal dari sisa tanaman dan binatang, serta berbagai kotorang yang mengalami proses
dekomposisis materi organic. Dekomposisi dilakukan oleh dekonposer. Berdasarkan sumber
pembentukan tanah, materi organic pembentuk tanah dibagi menjadi tiga sumber, yaitu:
a. Sumber Primer
: Sumber materi organic yang berasal dari tanaman yang telah mati.
b. Sumber Sekunder
: Sumber materi organic yang berasal dari hewan yang telah mati.
c. Sumber Tersier
: SUmber materi organic yang berasal dari pemberian pupuk organic.
Berikut merupakan pengaruh bahan organic terhadap sifat tanah dan juga akibatnya
terhadap tumbuhan:
 Sebagai glanulator yang memperbaiki struktur tanah
 Sumber unsur hara bagi tanah
 Meningkatkan kemampuan tanah untuk dapat menahan air
 Menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara;
 Sebagai sumber energy bagi mikroorganisme
3. Unsur Air
: Air d dalam tanah menempati pada pori-pori tanah. Air di dalam tanah menempati porsi
sebanyak 25%. Keberadaan air di dalam tanah dipengaruhi oleh kemampuan tanah dalam
menyerap air melalu mekaniseme kohse, adhesi, dan juga gravitasi. Berikut merupakan
kegunaan yang dimiliki oleh air:
 Sebagai unsur hara tanaman;
 Sebagai pelarut dari unsur hara;
 Sebagai bagian dari sel-sel tanaman.

4. Udara dalam Tanah


: Udara menempati prosi 25% dari jumlah keseluruhan. Kandungan udara yang ada diadalam
tanah memungkinkan mikroorganisme tanah dapat hidup dan juga bermetabolisme. Sifat
keberadaan udarda di dalam tanah ini dinamis dan sangat memungkinkan dapat terdorong
keluar dari tanah keitka kandungan air tanah ini meningkat. Begitu juga sebaliknya.

5. Kehidupan Jasad Renik atau Mikroorganisme


: Jasad renik merupakan bahan penyususn tanah tambahan. Jasad renik atau
mikroorganisme ini bias menyerupai binatang maupun tumbuhan. FUngsi jasad renik dalam
menyususn atau membentuk tanah adalah membatu proses pelapukan.
Komposis tanah yang paling optimall bagi pertumbuhan tanaman terdiri atas 45% mineral,
20%-30% udara dan air, dan sekitar 5% bahan organic. Berdasarkan perbandingan
kandungan mineral dan bahan organiknya, secara umum tanah dibedakan menjadi 2
kelompok utama, yaitu:
1. Tanah Mineral
: Kelompok tanah yang kandungan bahan organiknya kurang dari 20% atau yang
memiliki lapisan bahan organic dengan ketebalan kurang dari 30 cm.
Contoh:
- Alfisol
- Aridisol
- Entisol
- Dll
2. Tanah Organik
: Tanah yang kandungan bahan organiknya lebih dari 65% atau masih mengandung
bahan organic hingga kedalam 1 meter.
Contoh:
- Tanah gambut

PENAMPANG LAPISAN TANAH SECARA VERTIKAL


Horizon tanah atau penampang tanah adalah bidang tegak dari suatu sisi pedon yang
mencirikan suatu lapisan tanah yang biasa disebut ”profil tanah”. Pedon adalah suatu lajur tubuh
tanah mulai dari permukaan lahan smapai batas terbawah. Pedon merupakan volume terkecil yang
dapat disebut tanah dan mempunyai ukuran tiga dimensi. Luas pedon berkisar anatar 1-10 m 2 .
Kumpulan dari pedon disebut “Polipedon”. Luas polipedon minimum 2 m2. Sedangkan luas
maksimumnya tidak terbatas.
Setiap horizon tanah memperlihatkan perbadaan, baik dari komposisi kimia maupun
fisiknya. Kebanyakan horizon dapat dibedakan dari dasar warnanya. Perbedaan horzon tanah
terbentuk karena dua factor yaitu pengendapan yang berulang oleh genangan air atau pencucian
tanah (leached) dank area proses pembentukan tanah. Proses pembentukan horizon tersebut akan
menghasilkan benda alam baru yang disebut tanah. Adapun yang dimaksud solum adalah kedalaman
efektif tanah yang masih dapat dijangkau oleh akar tanaman.
Untuk keperluan analisis tanah diperlukan gambaran yang jelas mengenai kondisi fisika dan
kima lapisan tanah. Gambaran tersebut dapat diperoleh melalui cara membuat penampang yang
merupakan irisang melintang dari tubuh tanah yang memperlihatkan lapisan tanah.
Profil dibuant dengan cara menggali tanah yang ukurannya sekitar 1 m 2 sampai kedalaman
tertentu, sesuai dengan ketebalan tanah dan tingkat kebutuh analisisnya.
Horizon yang menyusun solum tanah hanya terdiri atas horizon A atau B. Horizon yang menyusun
profil tanah dari atas ke bawah dibagi dalam 5 horizon yaitu :
1. Horizon O
: Horizon lapisan organic merupakan lapisan dengan ketebalan hanya beberapa centimetre
saja dari permukaan. Lapisan ini sangat kaya akan humus penyubur tanah, dengan ciri
warnanya yang gelap dan teridiri dari sisa makhluk hidup.
2. Horizon A
: Merupakan lapisan tanah bagian atas dengan rata-rata ketebalan antara 20-35 cm. Horizon
ini lebih subur daripada lapisan di bawahnya. Horizon A sering disebut zon eluviasi yaitu
wilayah pencucian partikel tanah oleh air hujan, terutama partikel dabu dan liat yang
butirannya sangat halus.
3. Horizon B
: Merupakan zone iluviasi tempat pengendapan partikel tanah yang mengalami pencucian
dan terlarut dalam air dari horizon A. Lapisan ini memiliki ciri warnanya yang lebih terang
dan sangat kekurangan bahan organic yang menyebabkan tingkat kesuburan rendah.
4. Horizon C
: Zone regolit yaitu lapisan batuan dasar yang mulai mengalami penghancuran dan
pelapukan. Pada lapisan ini batuan masih berbentuk layaknya batu tapi sudah lunak, tidak
sekeras batuan induknya karena factor pelapukan.
5. Horizon D
: Merupakan lapisan batuan dasar yang masih pejal dan utuh karena belum mengalami
proses pelapukan. Horizon D sring juga disebut dengan Horizon R atau ROCK/BEDROCK.

PROSES PEMBENTUKAN TANAH DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


Tanah berasal dari batuan yang mengalami pelapukan, baik pelapukan fisik maupun kimia.
Batuan yang melapuk kemudian akan menjadi lunak dan berubah komposisinya menjadi regolith.
Regolith belum bisa disebut tanah tetapi bahan induk penyusun tanah. Disebut sebagai bahan induk
penyusun tanah karena regolith masih dominan menunjukkan struktur batuan daripada struktur
tanah. Proses pelapukan itu kemudian terjadi secara terus menerus hingga akhirnya bahan induk
berubah sepenuhnya menjadi tanah.
Pembentukan tanah berbeda dengan tempat-tempat lain. Begitu pula dengan horizon tanah,
setiap tempat akan memiliki horizon tanah yang berbeda-beda. Pda suatu tempat memiliki horizn
tanah lengakp dari O, A, B, C & R. Di tempat lain bisa saja hanya memiliki horizon O, A , B lalu R.
Perbedaan pembentukan tanah di permukaan bumi dipengaruhi oleh beberapa factor
antara lain BIWOT:
1. Bahan Induk
: Terdiri dari batuan vulkanik, beku, endapan dan metamorf. Batuan induk itu akan hancur
menjadi bahan induk. Kemudian akan mengalami pelapukan dan menjadi tanah. Tanah yang
terdapat di permukaan bumi sebagian memperlihatkan sifat yang sama dengan bahan
induknya. Bahan induk terkadang masih terlihat pada tanah baru. Susunan kimi dan mineral
bahan induk akan memengaruhi intensitas tingkat pelapukan vegetasi di atasnya.
2. Iklim
: Unsur iklim yang memengaruhi proses pembentukan tanah terutama unsur suhu dan curah
hujan:
 Suhu/Temperatur
: Suhu berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk. Apabila fluktuasi suhu
tiinggi, maka prosses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga pembentukan tanah
jga cepat.
 Curah Hujan
: Curah hujan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah, sedangkan
pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam.

3. Waktu
: Tanah merupakan benda yang terdapat di alam yang terus berubah. Oleh karena itu tanah
akan menjadi kurus dan tua. Mineral yang banyak mengandung unsur hara akan habis
karena mengalami pelapukan sehingga yang tertinggal adalah mineral yang sukar lapuk.
Akibat proses pembentukan tanah yang terus berjalan maka induk tanah berubah
berturutturut menjadi muda, tanah dewasa, dan tanah tua. Tanah muda ditandai oleh
adanya proses pembentukan tanah yang masih tampak pencampuran antara bahan organic
dan bahan mineral. Tanah dewasa ditandai oleh proses yang lebih lanjut sehingga tanah
muda dapat berubah menjadi tanah dewasa, yaitu dengan proses pembentukan horizon B.
Tanah ta ditandai oleh proses pembentukan tanah yang berlangsung terus-menerus
sehingga terjadi proses perubahan yang nyata pada horizon A dan B.
Lamawanya waktu pembentukan tanah berbeda-beda. Bahan induk vulkanik yang lepas
seperti abu vulkanik memerlukan waktu 1 abad untuk membentuk tanah muda dan 1.000-
10.000 tahun untuk membentuk tanah dewasa.

4. Organisme
: Organisme sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah antara lain sebagai
berikut:
 Membantu proses pelapukan khususnya pelapukan organic;
 Membantuk proses pembentukan humus;
 Jenis vegetasi berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah;
 Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman berpengaruh terhadap
sifat-sifat tanah.

5. Topografi
: Keadaan relief suatu daerah akan memengaruhi pembentukan tanah, antara lain sebagai
berikut:
 Tebal atau tipisnya tanah. Daerah dengan topografi miring dan berbukit lapisan
tanhnya menjadi lebih tipis karena tererosi, sedangkan yang datar lapisan tanahnya
tebal karena terjadi proses sedimentasi.
 Sistem Drainase(Pengaliran). Daerah yang drainasenya jelek sering tergenang air.
Keadaan ini akan menyebabkan tanahnya menjadi asam

PERSEBARAN JENIS TANAH DI INDONESIA DAN PEMANFAATANNYA


Tanah merupakan tubuh alam bebas yang menempati permukaan bumi bagian atas sebagai
media tumbuh tanaham. Tanah memiliki jenis, persebaaran dan tingkat kesuburan yang berbeda
yang dipengarui oleh bahan penyusun tanah dan factor yang memengaruhi pembentukan tanah.
Beberapa ahli mengklasifikasikan tanah dengan klasifikasi yang berbeda:
1. Tanah Aluvial
: Jenis tanah yang masih muda. Bahannya berasal dari material halus yang diendapkan oleh
aliran sungai. Jenis tanah ini terbentuk dari proses sedimentasi baik di wilayah darat maupun
perairan. Kemudian mengalami pelapukan. Ciri khas tanah alluvial adalah butirannya lepas-
lepas. Tingakat kesuburan tanah aluial sangat, bergantung dari bahan dasar dan mineral
hara pembentuknya. Tanah alluvial banyak dimafaatkan penduduk sebagai daerah pertanian
persawahan, perkebunan, dll.

2. Tanah Kapur
: Tanah kapur terbentuk dari batu gamping yang lapuk. Tanah ini terbagi menjadi 2 jenis
yaitu tanah mediteran dan tanah renzina. Tanah mediteran berwarnah merah hingga coklat.
Bersifat tidak subur tetapi dapat ditanami palawija, jati dan jamu mente. Tanah renzina
adlah tanah kapur yang berasal dari pelapukan batuan kapur di daerah yang bercurah hujan
tinggi. Tanah in berwarna htam dan miskin sumber hara sehingga tidak subur. Tanah ini
banyak diteukan di daerah Gunungkidul Yogyakarta.

3. Tanah Laterit
: Merupakan jenis tanah yang telah banyka mengalami pencucian oleh air hujan sehingga
warnanya pucat dan kemerahan, serta kondisinya sangat tidak seubut. Kadar bahan
organiknya juga rendah akibat proses erosi dan pencucian yang berlangsung dalam waktu
yang lama. Vegetasi yang baisa tumbuh di atas tanah laterit, antara lain rumput dan alang-
alang. Jenis tanah ini tersebar di daerah banten, Kalimantan Barat, dan Pacitan Jawa Timur.

4. Tanah Latosol
: Jenis tanah yang mengalami perkembangan atau terjadi diferensiasi horizon, kedalaman
tanah dalam, tekstur lempung, struktur lemah sampai gumpal, konsistensi genbur sampai
agak teguh, warna coklat, merah sampaii kuning. Penyebarannya di daerah beriklim basah
dengan curah hujan berkisar lebih dari 300-1000 m.

5. Tanah Litosol
: Merupakan tanah mineral tanpa perkembangan profil, batuan induknya beku, kedalam
tanah dangkal, dan kadang merupakan singkapan batuan induk. Tekstur tanah beraneka
ragam dan pada umumnya berpasir, umumnya tidak berstruktur, terdapat kandungan batu,
kerikil, dan kesuburunnya bervariasi. Tanah ini dapat dijumpai pada segala iklim. Di seluruh
wilayah Indonesia dapat ditemukan di lereng gunung dan pegunungan.

6. Tanah Margalith
: Jenis tanah ini dibentuk oleh batuan dasar yang terdiri dari batu kapur, pasir dan lempung.
Bersifat subur dan terdapat di sekitar perbukitan rendah. Daerah persebaran tanah margalit
antara lain Kediri, Madiun, Madura, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara. Jenis ini banyak
digunakan sebagai areal pertanian lahan kering.

7. Tanah Organosol
: Jenis tanah ini berasal dar bahan induk organic seperti dari hutan rawa. Tanah gambut
memiliki ciri yaitu tidak terjadi defersiasi horizon secara jelas, ketebalan lebih dari 0 cm,
warna coklat hingga kehitaman, tekstur debu lempung, tidak berstruktur, konsistensi agak
lekat, kandungan organic lebih dari 30% untuk tanah teksutr lempung dan lebih dari 20%
untuk tanah tekstur pasir , umumnya bersifat sangat asam. Berdasarkan topografinya, tanah
gambut dibedakan menjadi:
a. Gambut Ombrogen
- Terletak di dataran pantai berawa
- Ketebalan 0.5-1.6 m
- Terbentuk dari sisa tumbuhan hutan dan rumput rawa
- Hampir selalu tergenang di air
- Bersifat sangat asam
b. Gambut Topogen
- Terbentuk di daerah cekungan antara rawa di daerah dataran rendah dengan di
pegunungan
- Berasal dari sisa tumbuhan rasa
- Ketebalan antara 0.5-6 m
- Bersifat agak asam
- Kandungan unsur hara relative lebih tinggi
c. Gambut Pegunungan
- Terbentuk di daerah pegunungan
- Berasal dari tumbuhan yang hidupnya di daerah sedang

8. Tanah Pasir
: Tanah pasir adlaah tanah yang terbentuk dari batuan beku dan sedimen yang bertekstur
kasar dan berkerikil. Daya serpa air pada tanah ini sangat rendah karena 70 % partikelnya
berukuran besar. Tanah ini digukanan untuk campuran bahan pembuatan bangunan dna
jalan. Di daerah dengan jenis tanah ini jarang didiami oleh manusia karena tidak bisa
diusakahakn untuk kegiatan budidaya maupun kegiatan lain.

9. Tanah Podzolik
: Tanah ini terbentuk dari bahan dasaryang banyak mengandung mineral kuarsa. Jenis tanah
ini banyak dijumpi di pegunungan tinggi dengan suhu renda, curah hujan tinggi dan
wilayahnya tertutup oleh vegerasi yang rapat sehingga mengandung humus tinggi. Tingkat
kesuburannya bervariasi mulai dari sedang sampai sangat subur. SIfat fisiknya adalah mudah
basah jika terkena air, berwarna kuning samapi kelabu.

10. Tanah Vulkanik


: Tanah ini terbentuk dari material guung api. Material vulkanis tersebut mengalami
pelapukan dan membentuk tanah vulkanis yang sangat subur karena banyak mengandung
mineral hara yang dibutuhkan tanaman. Termasuk ke dalam jenis tanah ini adalah tanah
andosol yang berwarna hitam, gembur, serga mudah diolah dengan tingkat kesuburan tinggi.
Tanah ini disebar di hamper seluruh wilayah Indonesia yang terpengaruh oleh aktivitas
vulkanisme.

KLASIFIKASI JENIS TANAH MENURUT USDA

Penamaan jenis tanah digunakan dalam pemetaan tanah dan memudahkan pengguna informasi
pertanahan di Indonesia, karena beberapa nama tanahnya menggunakan kata yang familiar.
Sedangkan penamaan jenis tanah yang umum dan digunakan di dunia adalah kalsifikasi yang
dikeluarkan oleh United States Departement of Agriculture. USDA menambahkan akhiran sol pada
setiap nama tanah. Sol merupakan penyingkatan kata solum yang berarti tanah dalam Bahasa latin.
1. Alfisols (aluminium iron soil)
: Merupakan tanah yang kaya akan bahan organic dan struktur tanahnya berlapis.
Merupakan tanah yang berkembang pada daerah hutan dan sabana dengan ciri-ciri:
 Warnanya abu-abu;
 Mengandung lapisan tanah liat;
 Tanahnya subur dan sangat baik untuk kegiatan pertanian;

2. Andisols
: Merupkana tanah yang berasal dari endapan abu vulkanik gunung api. Penyebaran tanah
ini hanya terdapat di sekitar lereng-lereng gunung berapi aktif dengan ciri-ciri:
 Berwarna coklat bercampur kehitaman;
 Mengandung banyak mineral tanah;
 Sangat baik untuk kegiatan pertanian;

3. Aridisols (dry soil)


: Merupakan tanah kering yang terbentuk ddi gurun dan semi gurun dengan struktur tanah
berlapis dengan ciri-ciri:
 Berwarna kemerahan
 Terdapat lapisan kapur di bawah permukaannya
 Kandungan air dan bahan organic sedikit
 Vegetasinya sakit;
 Digunakan untuk padang rumput

4. Entisols (recent soil)


: Merupakan tanah baru, yatu tanah yang sangat muda dan banyak Gelisols. Ditemukan pada
daerah beriklim sangat kering atau dingin. Tanah ini sedikit mengalami perkembangan
horizon sehingga tidak berlapis. Ciri-ciri:
 Terdapat di dataran banjir
 Kandungan bahan organic sedikit
 Tanahnya subur

5. Gelisols
: Merupakan tanah dengan ciri-ciri:
 Lapisan top soil merupakan bahan organic
 Lapisan sub soil mengalami pembekuan
 Banyak diteukan di daerah lintang tinggi atau di wilayah tundra.
6. Histosols (organic soil)
: Merupakan tanah yang mengandung bahan tumbuhan yang sudah membusuk. Tanah ini
bersifat jenuh air dan menciptakan kondisi anaerob dan menyebabkan terjadinya akumulasi
bahan organic dengan ciri-ciri:
 Terdapat di bekas danau
 Tanahnya di subur
 Dapat dijadikan tanah pertanian yang baik
 Terdapat di pantai Kaliantan dan pantai Timur Sumatra

7. Inceptsols (beginning soil)


: Tanah yang agaka lebih tua dari entisols. Tanah ini mulai mengalami perkembangan pada
tiap horizonnya sehingga perbedaan tiap lapisan mulai terlihat jelas. Ciri-ciri tanah
inceptisols:
 Terdapat di daerah tundra atau dingin
 Tanahnya asam dan mengandung banyak bahan organic
 Digunakan untuk pertanian

8. Mollisols (soft soils)


: Adalah tanah yang halus dan kering, berwarna coklat, merah dan hitam. Tanah ini
berkembang pada daerah padang rumput. Tops soilnya berwarna gelap dan kaya akan
humus. Ciri :
 Mengandung banyak bahan organic dan air
 Struktur tanahnya berlapis
 Terdapat di daerah semi arida
 Tanahnya paling subur baik untuk pertanian
 Baik untuk pertumbuhan rumput ternak

9. Oxisols
: Merupakan tanah purbakala yang mengandung banyak oksigen, banyak tanah liat tetapi
bahan organiknya sedikit. Ciri-ciri:
 Warnanya kemerahan
 Tidak cocok untuk pertanian
 Terdapat di daerah iklim panas dan tropic dengan curah hujan yang banyak
 Mineral tanah didominasi oleh besi dan aluminium

10. Spodosols (Ashi Soil)


: Adalah tanah tua yang berlapis, mengandung silica, aluminium, besi dan bahan organic.
Ciri-ciri:
 Berwarna abu atau kemerahan
 Terdapat di daerah beriklim sejuk
 Di daerah humida
 Tanahnya bersifat asam
 Cenderung tidak subur dan tidak cocok untuk pertanian

11. Ultisols / last (Ultimate Soil)


: Tanah yang sudah mengalami perkembangan masa tua. Tanah ini mengalami pencucian di
daerah yang basah dan hangant. Ciri-ciri:
 Terdiri dari lapisan tanah liat
 Terdapat di daerah beriklim tropic yang lembab
 Terbentuk pada daerah dengan batuan induk yang sudah tua
 Tidak baik untuk pertanian, kecuali dipupuk

12. Vertisols (Turned Soil)


: Tanah yang menjadi matang, dengan lapisan yang tebal. Ciri-ciri:
 Mengandung tanah liat, kapur dan bahan organic
 Terdapat di daerah beriklim panas dengan musim basah dan kering;
 Baik untuk pertanian

USAHA UNTUK MENGAWETKAN KESUBURAN TANAH

Dengan pengolahan yang baik lahan dapat menghasilkan produktivitas panen yang tinggi
sehingga dapat memberikan kesejahteraan pada petani. Kesuburan tanah dapat berkurang karena
pengolahan yang kurang baik, penggunaan bahan yang berbahaya bagi tanah, hingga factor tenaga
eksogen yang merusak.
Erosi yang paling berpengaruh terhadap penrunan kesuburan tanah di Indonesia adalah erosi air.
Untuk menjaga agar kesuburan tanah tetap terjaga maka dapat dilakukan usaha-usaha berikut:
1. Metode Vegetatif
: Metode pengawetan tanah dengan cara menanam tumbuhan pada lahan yang dilestarikan.
a. Penghijauan
: Penanaman kembali hutan-hutan gundul dengan jenis tanamahn tahunan untuk
mencegah erosi, mempertahankan kesuburan tanah, dan menyerap debu atau kotoran
di udara lapisan bawah.

b. Reboisasi
: Penanaman kembali hutan gundul dengan jenis tanaman keras yang berfungsi untuk
menahan erosi dan diambil kayunya.
c. Contour Strip Cropping
: Menanami lahan searah dengan garis kontur dengan jenis tanaman yang berbeda
setiap larikannya yang berfungsi untuk menghambat kecepatan aliran air dan membesar
resapan air ke dalam tanah.
d. Buffering
: Menanam lahan dengan tumbuhan keras dengan fungsi sebagai penutup tanah untuk
menghambat penghancuran tanah permukaan oleh air hujan dan memperkaya bahan
organic tanah.
e. Croprotation
: Penanaman tanamana secara bergantain dalam satu lahan. Jenis tanamannya
disesuaikan dengan musim dan berfungsi untuk menjaga kesuburan tanah.
f. Windbreak
: Penanaman tanaman permanen di sekeliling lahan pertanian pada wilayah yang sering
berangin kencang yang bertujuan untuk melindungi permukaan tanah bagian ats dari
tiupan angin.
2. Metode Mekanik
: Metode mengawetkan tanah melalui teknik pengolahan tanah yang dapat memperlambat
aliran permukaan, menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan tidak
merusak.
a. Countour Village
: Pengolahan tanah sejajar dengan garis kontur yang berfungsi untuk menghambat aliran
air dan memperbesar resapan air.
b. Contour Plowing
: Bagian dari pengolahan tanah dengan cara membajak lahan yang akan ditanami searah
garis kontur
c. Tunggul
: Pembuatan tanggul yang sejajar dengan kontur.
d. Terrasering
: Membuat teras pada lahan miring dengan lereng yang panjang dalam bentk berundak
yang berfungsi untuk memperpendek ganjang lereng, memperbesar resapan air dan
mengurangi erosi.
e. Saluran Drainease
: Saluran pelepasan air ini dibuat untuk memotonng lereng panjang menjadi lereng yang
pendek, sehingga aliran dapat diperlambat dan mengatur aliran air samapi ke sungai.
f. Saluran Irigasi
: Pembangunan irigasi teknis yang baik dapat mebuat kesuburan tanah lebih terjaga
sehingga kesuburan tanah dapat lebih terjaga sehingga produktivitas hasil pertanian
juga lebih baik.

3. Metode Kimia
: Usaha mengawetkan kesuburan tanah dengan menggunakan meida bahan kimia yang
ditaburkan pada lahan pertanian yang akan dibudidayakan, dengan bentuk penggunaan:
 Untuk memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kemantapan agregat. Tanah
dengan struktur yang mantap tidak mudah hancur oleh pukulan air hujan sehingga
infiltrasi tetap besar dan aliran air permukaan tetapi kecil. Bahan kimia yang digunakan
adalah soil conditioner, bitumen dan krillum.
 Peberian pupuk pada lahan pertanian
: Tujuan dari pemupukan ada 2 yaitu menambah kandungan unsur hara dalam tanah
dan untuk menambah kandungan organic tanah.

Anda mungkin juga menyukai