Anda di halaman 1dari 11

PRASTASE KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

DAN KEPERAWATAN KRITIS

LAPORAN DISKUSI KASUS PADA PASIEN DENGAN


PENYAKIT JANTUNG KORONER

Dosen Pembimbing :
Ilah Muhafilah, S.Kp., M.Kes

Disusun Oleh :
Nur Hilaliyah Fathull Jannah
Nuri Handayani
Nur Kholis Wadud
Puput Safitri
Robertina Samon (Ketua)

PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS MH THAMRIN
2021
A. KASUS PEMICU PRA STASTE KGD DAN KRITIS

Seorang pasien laki-laki usia 52 thn, masuk UGD dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri
menjalar ke punggung dan lengan kiri sejak 12 jam sebelum masuk rumah sakit. Klien
mengatakan dadanya terasa tertekan dan sulit bernafas (sesak napas). Pada pengkajian
didapatkan keringat dingin +, TD 130/90 mmHG, Nadi 120 x/mnt, RR : 24 x/mnt, suhu : 37
0
C.

B. PEMBAHASAN KASUS
1. Melihat tanda dan gejala yang dirasakan pasien diatas apakah kemungkinan diagnose
medis pasien tersebut?
Berdasarkan tanda dan gejala yang tersedia di atas kelompok menyimpulkan bahwa klien
mengalami penyakit jantung coroner

2. Jika anda sudah menentukan diagnose pasti pasien tersebut, apakah yang dimaksud
dengan diagnose medis tersebut (pengertiannya)?.
Penyakit jantung koroner adalah suatu akibat adanya penyempitan atau sumbatan pada
pembuluh darah jantung baik itu sebagian atau total yang akan berdampak menurunnya
aliran darah ke otot-otot jantung, hal ini akan menimbulkan gejala nyeri dada yang
menjalar ke lengan kiri, rahang bawah[ CITATION Kem161 \l 1033 ]
Penyakit jantung koroner merupakan penyakit pada otot jantung yang disebabkan oleh
karena penyempitan pembuluh darah yang memperdarahi otot jantung atau yang
diakibatkan oleh spasme pembuluh darah jantung ataupun bisa juga disebabkan oleh
keduanya [ CITATION Fua19 \l 1033 ]

3. Untuk mengkaji nyeri yang dialami pasien tersebut, pengkajian nyeri apakah yang paling
tepat digunakan untuk pasien tersebut dan sebutkan alasannya?
Pengkajian nyeri yang dapat digunakan untuk penyakit jantung coroner sebagai berikut :

Nyeri Dada Infark Miokard Angina yang tidak Angina stabil kronik
stabil
Beratnya Sangat berat Sedang-berat Ringan

Durasi >30 menit 15-30 menit <15 menit

Frekuensi Nyeri persisten Frekuensi yang Stabil, frekuensi


meningkat kurang

Waktu Saat istirahat Saat istirahat dengan Dengan latihan


latihan

Menghilang Tidak Biasanya tidak Ya


dengan
nitrogliserin

Gejala lain Ansietas, diaphoresis, Gejala sedang Gejala ringan


dispnea, nausea

[ CITATION Ram14 \l 1033 ]

4. Untuk mengkaji sesak napas yang dialami pasien tersebut, pengkajian sesak napas
apakah yang paling tepat digunakan untuk pasien tersebut dan sebutkan alasannya?
Dilakukan pemeriksaan pola pernafasan seperti pernafasan normal (eupnea), pernafasan
cepat (takipnea), dan pernafasan lambat (bradipnea).
Adapun frekuensi pernafasan rata-rata normal menurut potter & perry (2015) adalah
sebagai berikut.
Frekuensi Pernafasan Rata-Rata Normal
USIA FREKUENSI
Bayi baru lahir : 35-40
Bayi (6 bulan) : 30-50
Todler (2 tahun) : 25-32
Anak-anak : 20-30
Remaja. : 16-19
Dewasa. : 12-20
[CITATION Pot15 \l 1033 ]
5. Bagaimanakah mekanisme terjadinya nyeri dada dan sesak napas yang dialami pasien
tersebut?
Jika pembuluh darah mengalami suattu sumbatan maka aliran darah mengalami suatu
penurunan sehingga otot jantung mengalami kekurangan oksigen, dengan adanya
penurunan aliran darah akan memunculkan gejala yaitu nyeri dada. Namun nyeri dada
pada pasien gangguan pembuluh darah jantung yaitu nyeri dada yang menjalar ke bahu
kiri, rahang dan dada seperti tertindih atau diremas

6. Guna menegakkan diagnose medis pasti pasien tersebut pemeriksaan penunjang apakah
yang harus dilakukan dan bagaimana hasilnya?

No Pemeriksaan penunjang Hasil

1 EKG (Elektrokardiogram) ST Depresi (sumbatan sebagian)


ST Elevasi (Sumbatan Total)

2 Laboratorium CPK = CK-MB(enzim otot jantung) meningkat


Troponin T meningkat
SGOT normal-naik

3 Saturasi Oksigen Saturasi oksigen <96%

[ CITATION Bac16 \l 1033 ]

7. Tataklaksana medis apa yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah pasien tersebut?
1. Terapi non farmakologi
a. Perubahan gaya hidup
b. Monitoring dan control faktor risiko
2. Terapi farmakologi
a. Aspirin
b. Beta bloker
c. ACE Inhibitor
d. Angiotensin receptor blocker
e. Agonis beta
[ CITATION Nur15 \l 1033 ]
f. Trombolitik
g. Heparin
[ CITATION Ram14 \l 1033 ]

8. Bila masalah pasien tersebut tidak segera diatasi kemungkinan buruk apa yang akan
terjadi?
Jika masalah klien tidak segera di atasi, klien dapat mengalami komplikasi yaitu

a. Gagal Jantung

Gagal jantung merupakan komplikasi yang umum terjadi. Kondisi ini disebabkan

oleh ketidakmampuan jantung dalam memenuhi kebutuhan aliran darah tubuh.

Kondisi tersebut terjadi karena otot jantung sudah tidak mampu lagi memompa

darah.

Kondisi ini juga rentan terjadi pada pengidap kelainan jantung bawaan atau infeksi

jantung. Gagal jantung biasanya ditandai dengan beberapa gejala. Gejala-gejala yang

dimaksud adalah kesulitan bernapas, pusing, serta penumpukan cairan pada bagian

tertentu yang membuatnya tampak membengkak.

b. Aneurisma

Aneurisma merupakan sebuah komplikasi serius. Gejala yang dapat ditunjukkan oleh

kondisi ini adalah pembengkakan arteri yang dapat terjadi pada bagian tubuh

manapun. Apabila aneurisma pecah, kondisi tersebut dapat menyebabkan kondisi

fatal karena adanya perdarahan internal.

c. Emboli Paru
Emboli paru merupakan sebuah kondisi saat arteri pulmonalis mengalami

penyumbatan tersebut menyebabkan tubuh mengalami kekurangan oksigen dengan

cepat. Akibatnya, beberapa gejalapun akan muncul seperti kesulitan bernapas, Sakit

dada, dan kulit membiru. Kondisi ini harus di waspadai karena dapat menyebabkan

kematian.

d. Henti Jantung

Termasuk dalam kondisi darurat, henti jantung perlu diwaspadai. Jika tidak ditangani

dengan baik dan segera, kondisi ini dapat menyebabkan kematian mendadak. Kondisi

ini merupakan sebuah komplikasi akibat jantung berhenti berdetak secara tiba-tiba.

Gangguan irama jantung tersebut dapat menyebabkan gangguan pernapasan dan

kehilangan kesadaran.

e. Seranagan Jantung

Keadaan ini terjadi akibat kematian sel jantung, karena jantung tidak mendapatkan

cukup asupan darah. Di samping itu, serangan jantung terjadi karena arteri jantung

mengalami penyempitan karena penumpukan kolesterol atau aterokslerosis.

f. Penyakit Arteri Perifer

Penyempitan pembuluh darah dapat berdampak buruk pada aliran darah ke jantung.

Selain itu, kondisi tersebut juga dapat berdampak buruk pada ujung-ujung bagian

tubuh. Dikarenakan bagian-bagian tubuh tersebut tidak mendapatkan aliran yang

cukup, maka rasa nyeri pun akan muncul, terutama pada kaki ketika sedang berjalan.

g. Stroke

Stroke terjadi karena adanya gumpalan darah yang menghambat aliran darah menuju

otak. Gumpalan darah tersebut muncul karena jantung tidak bekerja dengan baik.
Keadaan ini dapat menyebabkan beberapa gangguan dalam mengingat, berbicara,

dan koordinasi. Selain itu, stroke juga dapat menyebabkan mati rasa pada salah satu

sisi tubuh.Karena menyerang sel otak, kondisi ini perlu diwaspadai. Pasalnya,

keadaan ini dapat menyebabkan kerusakan dengan cepat dan bisa bersifat permanen.

Jika komplikasi di atas tidak di tangani dengan tepat kemungkinan terbesar yang

dapat terjadi adalah kematian.[ CITATION PDS15 \l 1033 ]

9. Selain tanda dan gejala yang ada pasien tersebut, Data tanda dan gejala apalagi yang
perlu anda tambahkan guna menegakkan diagnose keperawatan yang akan mucul pada
pasein tersebut?
1. EKG (elektrokardiogram)
2. Terdapat sianosis
3. Saturasi oksigen
4. Terdapat edem pada tungkai
5. CRT>3detik
6. Nadi teraba lemah
7. Mengalami kelelahan saat/setalah aktivitas
8. Penggunaan otot bantu nafas
9. Fase ekspirasi memanjang
10. Pernafasan pursed lips
11. Pernafasan cuping hidung
[ CITATION PPN17 \l 1033 ]

10. Apakah diagnosa keperawatan yang paling utama pada pasien tersebut?
Berdasarkan kasus di atas kelompok mengambil diagnose keperawatan yaitu pola nafas
tidak efektif b.d hambatan upaya nafas (kelemahan otot nafas) dan Penurunan Curah
Jantung b.d perubahan irama jantung. Namun diagnose utama dari kasus ini adalah pola
nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas (kelemahan otot nafas) dibuktikan dengan
klien mengatakan sesak, klien mengatakan dada seperti tertekan, terjadi takipnea,
pernafasan 24 x/menit. [ CITATION PPN17 \l 1033 ]
11. Apakah intervensi keperawatan mandiri dan kolaborasi yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah prioritasnya?

No DX Tujuan dan kriteria Intervensi


hasil

1 Pola nafas tidak Pola nafas Manajemen jalan nafas


efektif b.d Pola nafas membaik 1. Monitor frekuensi, kedalaman, usaha
hambatan upaya Kriteria hasil : nafas, dan pola nafas
nafas 1. Ventilasi 2. Pertahankan kepatenan jalan nafas
(kelemahan otot semenit dengan head-tilt chin lift
nafas) 2. Tek anan 3. Posisikan fowler/semifowler
ekspirasi dan 4. Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
inspirasi
Pemantauan respirasi
3. Frekuensi
nafas 1. Auskultasi suara nafas
membaik 2. Monitor saturasi oksigen
4. Kedalaman
nafas normal Dukungan ventilasi

Tingkat Keletihan 1. Identifikasi adanya kelelahan otot bantu

Tingkat keletihan nafas

menurun 2. Ajarkan Teknik relaksasi nafas dalam

Kritria hasil : [ CITATION Tim181 \l 1033 ]

1. Kemampuan
melakukan
aktivitas rutin
2. Verbalisasi
kepulihan
energi/tenaga

Tingkat Nyeri
Tingkat nyeri
menurun
Kriteria hasil :

1. Keluhan
nyeri
menurun
2. Tidak gelisah
3. Proses fikir
mengenai
nyeri
meningkat
4. Perilaku
menghadapi
nyeri
meningkat

[ CITATION Tim191 \l
1033 ]

2 Penurunan NOC Cardiac care


Curah Jantung 1. Curah 1. Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas,
b.d perubahan jantung lokasi, durasi)
irama jantung efektif 2. Monitor status kardiovaskular
2. Status 3. monitor toleransi aktivitas klien
sirkulasi
Vital sign monitoring
membaik
3. Status tanda 1. monitor tekanan darah, nadi, suhu, r
tanda vital 2. monitor jumlah dan irama jantung
stabil 3. monitor kualitas nadi
4. monitor bunyi jantung
Kriteria hasil :
5. monitor suhu, warna, kelembaban kullit
1. Tanda vital [ CITATION Bul13 \l 1033 ]
dbn
2. Dapat
mentoleransi
aktivitas
tanpa
kelelahan
3. tidak ada
penurunan
kesadaran

[ CITATION Moo \l
1033 ]
DAFTAR PUSTAKA

Bachrudin, M., & Najib, M. (2016). Keperawatan Medical Bedah I. Jakarta: Kemenkes.
Bulechek, G. M. (2013). Nursing Interventions Classifaction (NIC) (6th ed.) . St. Louis: Elsevier
Mosby.
Fuadi & Aleta Alma, (. ,. (2019). Analisis faktor risiko terhadap penyakit jantung koroner di
ruang ICCU RSUDZA Banda Aceh. Jurnal Aceh Medika, Vol.3 No 1(ISSN 2548-9623).
Kemenkes. (2016). Kebutuhan Dasar Manusia I. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Moorhead, S. (2013). Nursing Outcome Classification (NOC) edisi 5. Singapura: Elsevier.
Nurarif, A. H. (2015). Aplikasi asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA
NIC-NOC Jilid 2. Jogjakarta: Mediaction.
PDSKI. (2015). Pedoman Tata Laksana Sindrom Koroner Akut. Jurnal Kardiologi Indonesia.
Perry&Potter. (2015). Buku Ajar fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan praktik. Edisi
7. Jakarta: EGC.
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia . Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia . Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.
Rampengan, S. H. (2014). Buku Praktis Kardiologi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai