Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
Nama : Titi Erva Okna Herma
Yora
Kelas : XI IPS 2
Guru : Hengki Septiawan, S.Pd
Judul : Kucing-the-cat
Karya : Popo Iskandar
Media : Cat Minyak dan Kanvas
Dimensi karya : 120 cm x 145 cm
Tahun : 1975
Judul : Jago
Karya : Popo Iskandar
Media : Cat minyak dan kanvas
Dimensi karya : 48 cm x 61 cm
Tahun : 1998
Judul : Kamboja
Karya : Popo Iskandar
Media : Paper dan hardboardcut
Dimensi Karya : 42 cm x 32 cm
Tahun : 1969
BIOGRAFI POPO ISKANDAR
Pelukis, penulis esai, kritikus sastra Sunda, dosen seni rupa IKIP Bandung. Lahir di Garut
pada 17
Desember 1927 dan meninggal pada 29 Januari 2000 pada umur 72 Tahun. Minatnya kepada
seni lukis tumbuh karena pengaruh abangnya, Angkama, seorang guru guru gambar HIS,
beranjak dewasa dibimbing oleh Hendra Gunawan dan Barli Samitawinata.
Bersama dengan kedua orang gurunya itu, Popo sering keluar masuk lorong dan
perkampungan Bandung dan sekitarnya. Dalam proses melukis, Popo merasa lebih dekat
dengan Hendra yang sifatnya terbuka, pandai bergaul dan memiliki rasa humor yang segar.
Pada masa revolusi, Popo menggabungkan diri dengan TRIP. Dia menamatkan SMP di
pengungsian. Setelah ada pengumuman Wakil Presiden Moh. Hatta yang memperkenankan
para pegawai sipil bekarja pada pemerintahan negara federal, Popo kembali ke Bandung.
Dia bermaksud mendalami seni lukis melalui pendidikan formal, pada jurusan Seni Rupa.
Tamat tahun 1958. Penulisan skripsi untuk memenuhi tugas kesarjanaan, menyebabkan ia
menulis esai dan kritik yang di antaranya dimuat dalam majalah Siasat (Jakarta) dan Budaya
(Yogyakarta).
Pada mulanya lukisan Popo, terpengaruh oleh gurunya, Ries Mulder, orang Belanda yang
mengajar di Juruan Seni Rupa dan cenderung berkiblat pada mazhab kubisme dan abstrak.
Tetapi pengaruh realisme Hendra Gunawan pun tetap kuat. Dalam perkembangan
selanjutnya, Popo menemukan gaya sendiri. Kegemarannya melukis kucing, menyebabkan
ia sering diberi julukan "pelukis kucing". Sang Pelukis Maestro ini terkenal dengan ciri khas
Lukisan bertema kucing, dilukis dalam gaya ekspresionis bernuansa minimalis, dengan
tehnik cat tebal dan bertekstur. Salah satu alasan Popo Iskandar gemar melukis kucing,
seperti yang pernah beliau ucapkan semasa hidup “ Tabiat kucing variatif, manja, binal dan
buas, tapi penurut. Karena itu saya menyukainya” katanya.
Dia melukiskan kegarangan, kemalasan, kelucuan, daya magis dan sifat-sifat lain yang
dia lihat ada pada kucing. Dengan garis-garis yang sugestif dan warna yang hanya dua-tiga
macam saja, dia mengungkapkan sifat-sifat kucing. Tetapi sebenarnya ia tidak hanya
melukis kucing. Binatang lain dan motif lain pun banyak dia lukis seperti batu-batuan,
lautan, kebun bambu, bunga, ayam, banteng, harimau, dll. Karya-karyanya seperti dapat
dibagi dalam berbagai periode sesuai dengan motif yang banyak dia lukis, seperti periode
jambangan bunga, periode kebun bambu, periode batu-batuan, periode lautan, periode
kucing, periode ayam, dll.
Popo sering menyelenggarakan pameran, baik tunggal maupun bersama dengan yang
lain, baik dalam negeri maupun di luar negeri. Pada tahun 1960, Popo terpilih sebagai
Ketua BPB Kiwari Bandung yang aktif menyelenggarakan diskusi dan pertunjukan
kesenian tradisional. Waktu pembentukan PPSS Popo menjadi salah seorang pendiri dan
duduk sebagai anggota pengurus yang pertama, bertugas menilai calon anggota.
Pada tahun 1970, Popo terpilih menjadi anggota Akademi Jakarta yang bertugas antara
lain menyusun calon anggota Dewan Kesenian Jakarta dan memberikan saran-saran dalam
bidang kebudayaan kepada Gubernur DKI Jakarta. Sehubungan dengan genapnya usia
Affandi 70 tahun, Akademi Jakarta menugaskan Popo menulis buku tentang Affandi.
Hasilnya adalah Affandi: Suatu jalan Baru dalam Realisme (Jakarta, 1977). Popo menjadi
anggota tim penyusun buku Sejarah Seni Rupa Indonesia yang diterbitkan oleh Direktorat
Kebudayaan Depdikbud (Jakarta, 1982), Naskahnya yang lain: Seni Lukis Indonesia pra-
Persagi. Lukisan Popo Iskandar banyak dikoleksi dan sekaligus dijadikan sebagai hiasan
dekorasi interior dalam rumah bergaya modern dan minimalis, karya-karya Lukisanya
banyak mendapatkan apresiasi dari para pengamat seni, baik dalam dan luar negeri.
2. Keterampilan Berapresiasi
• Pilih satu diantara tiga lukisan yang dipajang di depan kelas.
• Kemudiam kemukakan hasil apresiasi kamu dengan tahapan yang benar untuk
menyimpulkan makna lukisan
Judul : Kapal Karam Dilanda Badai
Karya : Raden Saleh
Media : Cat minyak dan kanvas
Dimensi karya : 97 cm x 74 cm
Tahun : 1837
Bentuk yang ditampilkan pada lukisan mengambil bentuk figuratif yaitu dua kapal yang
terombang-ambing di lautan yang sedang mengalami badai dan ada satu kapal yang di terjang
ombak lalu menabrak karang. Tekstur lembut pada awan dan tekstur kasar yang terlihat pada
kapal, ombak dan tebing. Cahaya pada lukisan tersebut muncul atau berasal dari arah kiri
bagian atas yang muncul dari balik awan gelap, dan cahaya tersebut mengenai ombak dan
kapal yang hancur. Terdapat warna biru muda di balik awan hitam yang menandakan cuaca
yang mulai cerah setelah datangnya badai besar, dan warna putih sebagai cahaya. Warna-
warna yang digunakan juga sangat tepat dengan suasana yang digambarkan.
4. Penilaian Diri
1. Apakah kamu telah dapat membedakan lukisan yang indah dengan lukisan
yang tidak indah?
Jawab : iya saya dapat membedakannya, dengan melihat dan melakukan
analisis lukisan tersebut
2. Apakah anda telah dapat menemukan tema dan makna lukisan yang anda
apresiasi?
Jawab : iya saya sudah menemukana tema dan makna dari lukisan tersebut
melalui pengamatan saya sana referensi yang sumber yang lain.
3. Apakah penafsiran makna seni yang kamu buat dapat
dipertanggungjawabkan?
Jawab : tidak, karena saya membuat penafsiran belum secara mendalam untuk
memaknai sebuah lukisan seniman