Anda di halaman 1dari 12

Catatan Hema

 Acute Myeloid Leukemia didiagnosis bila ada 1 dari 3 kriteria sbb :


1. Min. 30% blast dari total sel berinti pada BMP atau
2. BMP menunjukkan predominan eritroid (eritroblast >= 50% dari total sel berinti) dan
min. 30% blast dari sel non eritroid (limfosit, sel plasma, dan makrofag diekslusi dari
diffcount sel non eritroid) atau
3. Terdapat morfologi Acute Promyelocytic Leukemia

 Klasifikasi AML menurut French-American-British (FAB):

 Acute myeloid leukemia with minimal evidence of myeloid differentiation: M0


acute myeloid leukemia (AML M0).
Kriteria untuk diagnosis kategori AML M0:
o Blast >= 30% dari sel berintin sumsum tulang
o Blast >= 30% dari sel non eritroid sumsum tulang (limfosit, sel plasma, makrofag,
dan sel mast tdk dimasukkan dalam perhitungan)
o <3% blast positif pada pewarnaan Sudan black B (SBB) atau myeloperoxidase
(MPO) dengan mikroskop cahaya
o Blast ditentukan sebagai myeloblast dengan pemeriksaan immunological atau
sitokimia ultrastruktural.

Blast pada M0 AML biasanya mirip dengan M1 myeloblast atau L2 limfoblast.


Untuk membedakan myeloid dengan limfoid dilanjutkan dengan pemeriksaan
sitokimia atau immunofenotyping.

Gambar M0 AML pada SST


 Acute myeloid leukemia without maturation: M1 acute myeloid leukemia (AML
M1)
Kriteria untuk diagnosis AML M1):
o Blast >=30% dari sel SST
o Blast >= 90% dari sel non eritroid dari SST
o >= 3% blast positif pada pewarnaan peroxidase atau SBB
o komponen monositik SST(promonosit sampai monosit) <= 10% dari sel non
eritroid
o komponen granulositik SST (promielosit sampai PMN <= 10 % dari sel non
eritroid).

Gambaran M1 AML pada ADT. Sel blast ipe I dengan morfologi yang mirip
dengan limfoblast dengan adanya vakuola pada sitoplasma.

 Acute myeloid leukemia dengan maturasi: M2 acute myeloid leukemia (AML M2)
Kriteria diagnosis AML M2:
o Blast >= 30% dari sel pada SST
o Blast 30-89% dari sel non eritroid pada SST
o Komponen granulositik (promielosit sampai PMN) > 10% dari sel non eritroid
o Komponen monositik SST (monoblast sampai monosit) <20% dari sel non eritroid
dan kriteria lain dari M4 tidak ditemukan

SST pasien AML M2 menunjukkan blast (salah satunya terdapat Auer rod),
promielosit, dan neutrophil.
 Acute hypergranular promyelocytic leukemia: M3 acute myeloid leukemia (AML
M3)
Kriteria diagnosis AML M3:
o Sel yang dominan adakah promielosit yang sangat abnormal.
o Sebagian besar kasus, blast < 30% dari sel berinti sumsum tulang.
o AML M3 dikaitkan dengan kelainan sitogenetik spesifik: t(15;17) (q22; q12)
o Sel predominannya adalah promielosit, yang sitoplasmanya padat dengan
butiran kasar berwarna merah atau ungu yang hamper mengaburkan nucleus.

o Auer rod biasa ditemukan.


o Dalam beberapa kasus, terdapat beberapa Auer rod yang sering terdapat dalam
‘fagots’

o The variant form of acute promyelocytic leukaemia: M3 variant acute myeloid


leukaemia

 Acute myelomonocytic leukemia: M4 acute myeloid leukemia (AML M4)


Kriteria diagnosis AML M4:
o Blast >= 30% dari sel SST
o Blast >= 30% dari sel non eritroid SST
o Komponen granulositik SST (myeloblast sampai PMN) >= 20% dari sel non
eritroid
o Komponen monositik yang signifikan seperti salah satu dari sebagai berikut:
 Komponen monositik SST (monoblast sampai monosit) >= 20% dari sel non
eritroid dan komponen monositik pada darah tepi >= 5x 109/l atau
 Komponen monositik SST ( monoblast sampai monosit) >= 20% dari sel non
eritroid dan dikonfirmasi dengan sitokimia atau meningkatnya konsentrasi
lysozyme pada serum atau urin atau
 Pada SST mirip M2 tapi jumlah monosit pada darah tepi >=5x 10 9/l dan
dikonfirmasi dengan pemeriksaan sitokimia atau meningkatnya konsentrasi
lysozyme pada serum atau urin

ADT pasien dengan AML M4


mieloblas berukuran sedang dengan rasio nukleositoplasma tinggi dan monoblas lebih
besar dengan sitoplasma lebih banyak dan nukleus terlipat dengan pola kromatin
berenda. MGG × 100

 Acute monocytic/monoblastic leukaemia: M5 acute myeloid leukaemia (AML M5)


Kriteria diagnosis AML M5:
o Blast >= 30% dari sel SST
o Blast >= 30% dari sel non eritroid SST
o Komponen monositik SST >= 80% dari sel non eritroid

Acute monoblastic leukemia (M5a):

o Monoblast >= 80% dari komponen monositik SST

Gambar ADT pasien dengan AML M5a menunjukkan 3 monoblast


Acute monocytic leukemia (M5b):

o Monoblast <80% dari komponen monositik SST

ADT pasien dengan AML M5b menunjukkan monosit dan promonosit yang
mempunyai banyak granul

(a) (b)

ADT dan AST dari pasien AML M5b dimana sel di ADT lebih mature dari sel yg ada di SST
a. ADT menunjukkan promonosit dan monosit dengan bentuk inti yang abnormal, dan
sel yang ketiga mungkin neutrophil abnormal. (MGG x100)
b. AST menunjukkan predominan monoblast dan promonosit (MGG x100)

 Acute myeloid leukemia with predominant erythroid differentiation: M6 acute


myeloid leukemia
Kriteria diagnosis AML M6:
o Eritroblast >= 50% dari sel berinti SST
o Blast >= 30% dari sel non eritroid SST
o Beberapa kasus M6 AML mewakili transformasi leukemia dari MDS dan sebagian
besar kasus yang dilaporkan terkait dengan terapi;
o Presentasi sering dengan pansitopenia dan makrositosis
o Skistosit, tear drop sel, sel pincer dan basofilik stippling sering ditemukan.
ADT pasien AML M6 menunjukkan anemia, trombositopenia berat, dan
terdapat eritroblast abnormal

BMP pasien dengan AML M6 (eritroleukemia) menunjukkan eritroblas


multinucleated dan 2 myeloblast bervakuolisasi

BMP pasien dengn AML M6 menunjukkan hyperplasia eritroid tapi dengan diseritropoiesis
ringan, terdapat 1 binucleated eritroblast. (MGG x100)
 Acute megakaryoblastic leukemia: M7 acute myeloid leukemia
Kriteria diagnosis AML M7:
o Blast >= 30% dari sel berinti SST
o Blast ditunjukkan menjadi megakarioblast dengan penanda immunological atau
dengan pemeriksaan sitokimia ultrastruktur.

o AML M7 menunjukkan peningkatan insiden yang nyata pada anak-anak dengan


sindrom Down.
o Pada bayi dan anak-anak AML M7 dapat dikaitkan dengan t (1; 22) (p13; q13)
dan pada orang dewasa sebagian besar kasus dikaitkan dengan kelainan
kromosom 3q21q26 dan dengan kehilangan atau penghapusan lengan panjang
kromosom 5 atau 7.
o Abnormalitas kariotipe lebih sering ditemukan pada M7 dibandingkan pada
kategori FAB AML lainnya (dengan pengecualian M3) dan abnormalitas lebih
sering kompleks .
o Diagnosis biasanya dibuat dengan imunofenotipe, ada ekspresi antigen platelet
seperti CD41, CD42 dan CD61. Sering ada ekspresi bersama CD13, CD33 dan
CD7.
o AML M7 dewasa, dibandingkan dengan AML non-M3 lainnya, dikaitkan
dengan kelainan sitogenetik yang lebih merugikan, tingkat remisi lengkap yang
lebih rendah dan kelangsungan hidup yang lebih buruk, dan berhubungan
dengan terapi.
o WBC sering berkurang daripada meningkat. Sebagian kecil pasien dengan M7
AML mengalami trombositosis daripada trombositopenia.
o Sifat megakarioblas mungkin ditunjukkan oleh pola reaksi sitokimia tetapi
identifikasi membutuhkan imunofenotipe, pemeriksaan ultrastruktural atau
sitokimia ultrastruktur.

KLASIFIKASI FAB ACUTE LYMPHOBLASTIC LEUKEMIA (ALL)

 Acute lymphoblastic leukemia L1


o Sel kecil, hingga dua kali diameter sel darah merah, mendominasi.
o Rasio nukleositoplasma tinggi.
o Nukleus berbentuk teratur dengan sedikit lekukan sesekali, pola
kromatin cukup homogen.
o Sitoplasma sedikit basofilik.
o Kategori L1 mencakup sebagian besar kasus ALL
o Pada masa kanak-kanak 70-80% kasus termasuk dalam kategori L1.
o ALL L1 mungkin dari garis keturunan B atau T.
ADT pasien ALL L1 (MGG x100)

BMP pasien ALL L1 (MGG x100)

 Acute lymphoblastic leukemia L2


o Blast pada ALL L2 lebih besar dan lebih heterogen.
o Rasio nukleositoplasma bervariasi dari sel ke sel tetapi sitoplasma menunjukkan
derajat basofilia bervariasi, mungkin cukup melimpah.
o Inti tidak teratur
o heterogenitas dari pola kromatin.
o Nukleoli biasanya ada dan mungkin besar.
o Tingkat vakuolasi sitoplasma yang bervariasi dapat ditemukan, dan dalam sebagian
kecil kasus terdapat sejumlah kecil butiran azurofilik, tetapi negatif peroksidase.
o Sekitar seperempat kasus ALL termasuk dalam kategori L2.
o ALL L2 mungkin dari garis keturunan B atau T.
BMP pasien dnegan ALL L2 menunjukkan blast plemorfik yang besar; sel dengan
CD 10 positif (MGG x100)

BMP pasien ALL L2 menunjukkan blast pleomorfik sedang sampai besar

 Acute lymphoblastic leukemia L3

o Blast berukuran sedang hingga besar dan homogen.


o Rasio nukleositoplasma lebih rendah dari pada ALL L1.
o Nukleus berbentuk teratur, bervariasi dari bulat hingga agak oval.
o Pola kromatin berbintik-bintik seragam atau homogen, dengan satu atau lebih
nukleolus menonjol, kadang vesikuler.
o Berbeda dengan L1 dan L2 ALL, di mana gambaran mitosis jarang terjadi, indeks
mitosis pada ALL L3 tinggi dan banyak sel apoptosis terlihat.
o Sitoplasma sangat basofilik dengan vakuolasi variabel tetapi menonjol.
o ALL L3 hanya merupakan 1-2% dari kasus ALL.
BMP pasien ALL L3 dengan fenotipe immunologic mature B cell

BMP pasien ALL L3 dengan fenotipe immunological menjadi sel B mature

ADT pasien ALL L3 dimana tdk seperti biasanya berada pada T lineage dan mempunyai
translokasi t(7;9)
MYELODYSPLASTIC SYNDROMES

Sumber catatan: Barbara J. Bain. Leukemia Diagnosis. 4th edition. 2010

Anda mungkin juga menyukai